Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wanda Nurfadilah

NPM : 10920024
Bagian IV Virologi (Bab 29) by Stefen riedel

GENERAL PROPERTIES OF VIRUES


(SIFAT – SIFAT UMUM VIRUS)

Virus merupakan agen infeksius terkecil dengan diameter sekitar 20 nm sampai 300 nm,
dan hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA) sebagai genom mereka. Asam
nukleat tersebut terbungkus dalam suatu selubung protein yang dikelilingi sebuah membran yang
mengandung lipid dan keseluruhan unit infeksius tersebut dinamakan virion. Cara berkembang
virus berbeda dengan cara berkembang biak bakteri. Bakteri berkembang biak dengan cara
membelah diri dari satu sel menjadi dua sel binary fission, sedangkan pada virus kembang biaknya
terjadi dengan cara memperbanyak diri dari partikel asam nukleat virus setelah virus menginfeksi
suatu sel. Virus tidak mempunyai ribosom dan partikel ribonukleoprotein yang memiliki peran
pada proses sintesis protein. Selain itu virus pada umumnya kebal atau resisten terhadap antibiotik,
akan tetapi peka atau sensitif terhadap interveron. Agar dapat hidup virus harus selalu berada
didalam sel organisme hidup lainnya obligate intraseluler, sehingga virus tidak dapat dibiakkan di
dalam medium buatan. Seperti halnya riketsia dan klamidia, virus hanya dapat dibiakkan pada
kultur jaringan atau kultur sel tissue culture atau sellular culture. Seperti yang sudah dijelaskan
virus hanya mengandung satu jenis asam nukleat RNA atau DNA. Virus yang mengandung DNA
ada parvovirus, palionavirus, papilonavirus, adenovirus, hepadnavirus, herpesvirus, dan poxvirus.
Virus yang mengandung RNA adalah picornavirus, astrovirus, calicivirus, reovirus, arbovirus,
togavirus, flavivirus, arenavirus, coronavirus, retrovirus, orthomyxovirus, bunyavirus, bornavirus,
rabdovirus, paramyxovirus, filovirus, viroid, dan terakhir prion.
Virus sangat beraneka ragam, ia mempunyai struktur, susunan, genom, serta strategi
replikasi dan transmisi yang sangat bervariasi. Ini menunjukan bahwa virus tidak diketahui asal
usulnya karena, jenis yang berbeda kemungkinan juga mempunyai asal berbeda pula. Ditemukan
dua teori mengenai asal virus yang mengemukakan bahwa virus mungkin saja berasal dari
komponen asam nukleat DNA atau RNA sel pejamu yang mampu melakukan replikasi secara
otonom dan berkembang secara bebas. Virus-virus tersebut menyerupai gen yang mendapatkan
kapasitas guna hidup secara bebas dalam sel. Beberapa virus kemungkinan berkembang dengan
cara tersebut. Dan teori selanjutnya mengemukakan bahwa virus mungkin merupakan bentuk
degenerasi parasit intraselular. Tidak ada bukti yang rnenunjukkan bahwa virus.berkembang dari
bakteri, meskipun organisme intraselular obligat lain misal, riketsia dan klamidia, kemungkinan
demikian. Namun, poxvirus sangat besar dan kompleks yang mungkin merupakan produk evolusi
dari beberapa sel asalnya.

KLASIFIKASI VIRUS
Pada dasarnya cara virus digolongkan dengan data sebagai berikut:
(1) Morfologi virion, termasuk ukuran, bentuk, jenis simetris, ada atau tidak adanya peplomer, dan
ada atau tidak adanya membran.
(2) Sifat genom virus, termasuk jenis asam nukleat (DNA atau RNA), ukuran genom dalam
kilobasa (kb) atau pasangan kilobasa (kbp), rantainya tunggal atau ganda, apakah linear atau
sirkular, sensasi (positif, negatif, ambisense), segmen (angka, ukuran), urutan nukleotida,
kandungan G +- C.
(3) Sifat fisikokimia virion, meliputi massa molekular, densitas ringan, stabilitas pH, stabilitas
termal, dan kerentanan terhadap agen-agen fisik dan kimia, terutama eter dan detergen.
(4) Sifat protein virus, adalah jumlah, ukuran, dat-r aktivitas fungsional protein-protein struktural
dan nonstruktural, sekuens asam amino, modifikasi (glikosilasi, fosbrilasi, miristilasi), dan
aktivitas fun gsionai khusus (transkriptase, reuerse transcriptase, neuraminidase, akriviras
lusi).
(5) Susunan dan replikasi genom, adalah ordo gen, jumlah dan posisi pola pembacaan terbuka,
strategi replikasi (pola transkripsi, translasi), dan tempat selular (akumulasi protein, asembli
virion, pelepasan virion).
(6) Sifat airtigenik.

STRUKTUR VIRUS
Pada umumnya struktur tubuh yang dimiliki oleh virus terdiri dari asam nukleat dan kapsid.
Selain itu, virus juga memiliki struktur tambahan. Asam nukleat ini terdiri dari DNA atau
deoxyribo nucleid acid atau RNA atau ribonucleid acid. Secara umum, struktur tubuh virus terdiri
atas 4 bagian utama, yaitu kepala, isi tubuh, ekor, dan kapsid.
1) Kepala Virus memiliki kepala berisi DNA atau RNA yang menjadi bahan genetik
kehidupannya. Isi kepala ini dilindungi oleh kapsid, yaitu selubung protein yang tersusun oleh
protein. Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk
bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak
kapsomer atau sub-unit protein. Kapsid adalah lapisan berupa rangkaian kapsomer pada tubuh
virus yang berfungsi sebagai pembungkus DNA atau RNA. Fungsi kapsid ini adalah sebagai
pembentuk tubuh dan pelindung bagi virus dari kondisi lingkungan luar.
2) Isi Tubuh virus atau biasa disebut virion, adalah bahan genetik yang berupa salah satu tipe asam
nukleat (DNA atau RNA). Tipe asam nukleat yang dimiliki virus akan mempengaruhi bentuk
tubuh virus. Virus dengan isi tubuh berupa RNA biasanya berbentuk menyerupai kubus, bulat,
atau polihedral, contohnya pada virus-virus penyebab penyakit polyomyelitis, virus influenza,
dan virus radang mulut dan kuku.
3) Ekor merupakan bagian dalam struktur tubuh virus yang berfungsi sebagai alat untuk
menempelkan diri pada sel inang. Ekor yang melekat di kepala ini umumnya terdiri atas
beberapa tabung tersumbat yang berisi benang dan serat halus.

PEMBIAKAN DAN UJI VIRUS


Banyak virus dapat ditumbuhkan dalam sel atau telur fertil dalam keadaan yang sangat
terkendali. Adanya sel-sel biakan in vitro mempermudah identifikasi dan pembiakan virus yang
baru diisolasi dan karakterisasi virus-virus yang sebelumnya telah dikenal. Terdapat tiga jenis
dasar biakan sel. Biakan primer dibuat dengan cara memisahkan sel (biasanya dengan tripsin) dari
jaringan pejamu yang baru saja diambil. Secara umum, virus tidak dapat tumbuh dalam biakan
selama lebih dari beberapa masa pertumbuhan sel. Lapisan sel diploid adalah biakan sekunder
yang telah mengalami perubahan yang memungkinkan mencapai batas biakannya (sampai 50 masa
pertumbuhan) tetapi tetap mempertahankan pola kromosom normal. Lapisan sel kontinu adalah
biakan yang mampu tumbuh lebih lama mungkin tak dapat ditentukan-yang berasal dari lapisan
sel diploid atau jaringan maligna. Lapisan sel ini telah berubah dan mempunyai jumlah kromosom
yang tidak beraturan. Jenis biakan sel yang digunakan untuk pembiakan virus bergantung pada
sensitivitas sel terhadap virus yang bersangkutan.
REPLIKASI VIRUS
Virus memperbanyak diri hanya di dalam sel yang hidup. Sel pejamu harus menyediakan
energi dan mesin sintetik serta prekursor dengan berat molekul rendah untuk sintesis protein virus
dan asam nukleat. Asam nukleat virus membawa spesifisitas genetik untuk menyandikan semua
makromolekul spesifik virus der.rgan sangat terorganisir. Agar virus bereplikasi, protein virus
harus disintesis dengan mesin penyintesis protein sel pejamu. Oleh karena itu, genom virus harus
mampu menghasilkan mRNA yang dapat digunakan. Berbagai mekanisme telah diidentifikasi
sehingga memungkinkan RNA virus berhasil berkompetisi dengan mRNA seluiar untuk
menghasilkan sejumiah protein virus yang adekuat. Gambaran khas muitiplikasi virus adalah,
segera setelah berinteraksi dengan sel pejamu, virion penyebab infeksi pecah dan infektivitas yang
dapat diukur hilang. Fase siklus pertumbuhan ini disebut periode eklips; lamanya bervariasi
bergantung pada virus t€rtentu mauPun sel pejamu, dan diikuti dengan interval penumpukan cepat
partikel virus progeni yang infeksius. Periode eklips sebenarnya adalah salah satu aktivitas sintesis
yang giat karena sel dituntut untuk memenuhi kebutuhan virus pembajak, berikut siklus
pertumbuhan virus.
VIRUS-VIRUS CACAT
Virus cacat ialah virus yang tidak mempunyai satu atau lebih gen fungsional yang
diperlukan untuk replikasi virus. Virus-virus cacat memerlukan aktivitas pembantu dari virus lain
untuk beberapa langkah replikasi atau maturasi. Satu jenis virus cacat tidak memiliki sebagian
genomnya (yaitu, mutan delesi). Kategori lain virus cacat adalah dibutuhkannya virus kompeten
yang tidak terkait replikasi sebagai pembantu. Contohnya antara lain virus-virus satelit terkait
adeno dan virus hepatitis D (agen delta), yang hanya bereplikasi bila terdapat adenovirus manusia
atau virus hepatitis B yang menginfeksi bersama-sama.
Pseudovirus, suatu jenis partikel cacat yang lainnya, mengandung DNA sel pejamu bukan
genom virus. Selama replikasi virus, kapsid kadang-kadang menyelubungi potongan asam nukleat
pejamu secara acak bukan asam nukleat virus. Partikel-partikel tersebut tampak seperti partikei
virus biasa bila diobservasi dengan mikroskop elektron, tetapi mereka tidak melakukan replikasi.
Pseudovirus secara teoretis mungkin mampu mengubah (transduce) asam nukleat selular dari satu
sel ke sel lain. Retrovirus yang melakukan transformasi biasanya cacat. Bagian genom virus telah
dihilangkan dan digantikan dengan sebuah DNA yang berasal dari sel yang menyandikan protein
untuk transformasi. Virus-virus tersebut memungkinkan identifikasi onkogen selular. Retrovirus
lain diperlukan sebagai penolong agar virus yang melakukan transformasi dapat bereplikasi.

INTERAKSI ANTAR VIRUS


Jika dua atau lebih partikei virus menginfeksi sel pejamu yang sama, mereka dapat
berinteraksi dengan berbagai cara. Partikel virus tersebut harus memiliki hubungan dekat, biasanya
dalam famili virus yang sama, agar interaksi terjadi. Interaksi genetik menghasilkan beberapa
progeni yang secara genetis berbeda dari kedua induknya. Progeni yang dihasilkan sebagai akibat
interaksi nongenetik serupa dengan virus parentalnya. Pada interaksi genetik molekul asam nukleat
sebenarnya berinteraksi, sedangkan produk gen terlibat pada interaksi nongenetik.

PENYAKIT VIRUS
Penyakit virus timbul setelah satu dari tiga pola umum berikut: pengenalan agen baru,
peningkatan mendadak penyakit yang disebabkan oleh agen endemik, dan invasi populasi pejamu
baru. Beberapa factor yang menyebabkan munculnya penyakit virus, yaitu:
1) Perubahan lingkungan seperti penebangan hutan, pembendungan arau perubahan lain pada
ekosistem air, banjir atau kemarau, kelaparan.
2) Perilaku manusia contohnya perilaku seksual, penyalah gunaan obat, rekreasi di alam.
3) Fenomena sosio ekonomi dan demografi ialah perang, kemiskinan, pertumbuhan dan
migrasi populasi, rusaknya kota.
4) Lalu lintas dan perdagangan seperti jalan layang, lalu lintas udara internasional.
5) Produksi makanan seperti globalisasi suplai kiriman, perubahan metode pemprosesan dan
pengemasan makanan.
6) Perawatan kesehatan contohnya pada alat kedokteran baru, transfusi darah, transplantasi
organ dan jaringan, obat - obat yang menyebabkan imunosupresi, penggunaan antibiotik
yang luas.
7) Adaptasi mikroba seperti perubahan virulensi, perkembangan resistansi obat, kofaktor
pada penyakit kronik
8) Tindakan kesehatan masyarakat sanitasi yang tidak kuat dan tindakan pengendalian vektor,
pembatasan program pencegahan, juga tidak adanya tenaga terlatih dalam jumlah yang
memadai.
Contoh – contoh timbulnya infeksi virus pada tempat berbeda di dunia meliputi virus
Ebola, penyakit paru hantavirus, infeksi HIV, demam berdarah dengue, demam Lassa, demam Rifi
Valley, dan ensefaiopati spongiformi sapi.

Anda mungkin juga menyukai