Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PERKEMBANGAN KINERJA SIKOMANDAN

KABUPATEN /KOTA : SAMARINDA


PROVINSI : KALIMANTAN
TIMUR
BULAN : APRIL 2020

1.1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tingginya permintaan daging sapi harus diimbangi dengan


pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi dalam negeri, sehigga kebutuhan
daging dalam negeri dapat dipenuhi dari usaha peternakan rakyat sedangkan
impor secara bertahap dapat dikurangi, sejalan dengan rencana swasembada
daging sapi nasional tahun 2026. Kebutuhan daging nasional saat ini belum
sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri karena pertumbuhan
populasi sapi dalam negeri masih rendah atau belum optimal.

Mencermati hal tersebut dalam upaya percepatan peningkatan populasi sapi,


pemerintah menjalankan kegiatan Optimalisasi Reproduksi. Melalui Optimalisasi
Reproduksi diharapkan dapat memperbaiki sistem pelayanan peternakan kepada
masyarakat, perbaikan manajemen reproduksi dan produksi ternak serta
perbaikan sistem pelaporan dan pendataan reproduksi ternak melalui sistem
aplikasi iSIKHNAS. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Optimalisasi Reproduksi,
maka pelaksanaannya dilakukan secara teritegrasi dengan kegiatan pendukung
lainnya yaitu pendistribusian semen beku dan N2 cair, penanggulangan gangguan
reproduksi, penyelamatan pemotongan betina produktif dan penguatan pakan
serta peningkatan SDM mealui pelatihan IB, PKb dan ATR.

Dari data Kementan, capaian layanan IB nasional sebanyak 3.987.661 ekor


atau 132,92% dari target 3 juta ekor. Sedangkan capaian kebuntingan nasional
sebanyak 2.051.108 ekor atau 97,67% dari target 2.1 juta ekor, dan kelahiran
sebanyak 1.832.767 ekor atau 109,09% dari target.

Untuk tahun 2019, periode 1 Januari - 10 Desember 2019, total akseptor


layanan IB mencapai 3.482.796 ekor atau 116,09% dari target akseptor 3 juta,
ternak bunting kumulatif 2.236.447 ekor atau 106,50% dari target bunting
2.100.000 ekor, dan kelahiran kumulatif sebanyak 1.907.455 ekor atau 113,54%
dari target kelahiran 1.680.000 ekor.

Di tahun 2017 untuk pertama kalinya Ditjen PKH menggulirkan program


yang disebut UPSUS SIWAB, dan berjalan sukses sampai 2019, kemudian

1
dilanjutkan oleh program SIKOMANDAN, ujar Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementan.

Rencana Strategis Dinas Pertanian Kota Samarinda tahun 2016-2021


merupakan dokuman perencanaan yang berlandaskan pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2016-2021. Rencana Strategis ini
merupakan dokumen yang dapat menjadi acuan bagi Dinas dan pihak-pihak lainnya
untuk menyusun rencana, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembangunan Dinas
Pertanian dalam jangka waktu lima tahun kedepan. Program dan Kegiatan Dinas
Pertanian Kota Samarinda tertuang dalam Renstra 2016-2021. Mengacu pada
Renstra tersebut maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Dinas
Pertanian Kota Samarinda Tahun 2020 khususnya pada bidang pengembangan
peternakan antara lain :

1. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

a. Pengembangan budidaya ternak


b. Penyediaan wilayah pakan ternak dan pengelolaan lahan pengembalaan
c. Pengembangan pembibitan dan populasi ternak
d. Peningkatan sarana dan prasarana peternakan

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

a. Promosi atas hasil produksi peternakan unggulan daerah


b. Penyusunan informasi pasar atas hasil produksi peternakan masyarakat
c. Penyuluhan pemasaran produksi peternakan

3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak


a. Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit hewan menular
b. Pengujian, indentifikasi dan pemetaan kasus penyakit hewan
c. Pengawasan lalu lintasperdagangan ternak antar daerah

4. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

a. Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat


guna
b. Penyediaan sarana dan prasarana pengolahan limbah peternakan
c. Operasional RPH Kota Samarinda
d. Penyediaan sarana dan prasarana pengolahan pakan ternak

B. Dukungan Terhadap Program Pemerintah Dibidang Peternakan

2
Upaya dukungan terhadap pemerintah mengembangkan bidang
peternakan yang lebih teratur dalam suatu sistem hal ini karena kebutuhan
terhadap konsumsi daging sapi dan kerbau cukup tinggi di negara Indonesia dan
sebagian besar masih merupakan produk daging import sampai saat ini. Untuk
mengendalikan produk daging import yang ternyata memiliki harga yang relatif lebih
murah jika dibandingkan dengan daging sapi/ kerbau lokal hal ini dianggap karena
populasi yang kurang akibat tingkat pemotongan ternak lebih tinggi daripada tingkat
kelahiran sapi/kerbau baru sebagai pengganti, dan kendala lain yang cukup serius
seperti pemotongan paksa terhadap sapi/ kerbau betina yang masih produktif
bahkan yang masih dalam keadaan bunting. Melihat banyaknya khasus maka,
pemerintah mengadakan suatu program yang disebut UPSUS SIWAB atau Upaya
Khusus Sapi Induk Wajib Bunting dan pada tahun 2020 dilanjutkan dengan program
SIKOMANDAN

SIKOMANDAN adalah salah satu program unggulan


Kementerian Pertanian yang merupakan reinkarnasi dari program SIWAB yang
sudah berjalan sejak 2017.   SIKOMANDAN sendiri mulai dicanangkan pada
tahun 2020 ini yang memiliki kepanjangan SAPI KERBAU KOMODITAS
ANDALAN NEGERI.  Secara umum tidak jauh beda dalam hel teknis pelaksanaan
antara UPSUS SIWAB dan SIKOMANDAN ibarat manusia hanya ganti baju
saja.   SIKOMANDAN juga bertujuan untuk menambah populasi sapi dan kerbau
untuk memenuhi produksi daging sapi dan kerbau secara nasional. 

 SIKOMANDAN menjadi program kerja andalan di era Kabinet Indonesia


Maju ini yang digawangi oleh Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo. Evaluasi
pemerintah selama 2017-2018, capaian kinerja program UPSUS SIWAB dapat
terlihat dari pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari Januari 2017 hingga 31
Desember 2018 telah terealisasi 7.964.131 ekor. Kelahiran pedet mencapai
2.743.902 ekor atau setara Rp 21,95 triliun dengan asumsi harga satu pedet lepas
sapih sebesar Rp 8 juta per ekor. Besarnya nilai tersebut mengingat investasi
program UPSUS SIWAB pada 2017 sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada
kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 20,54 triliun. Menilik keberhasilan
tersebut maka Kabinet Indonesia Maju tetap melaksanakan program tersebut
meskipun hanya berganti nama menjadi SIKOMANDAN.

Pelayanan Inseminasi Buatan  gratis masih menjadi kegiatan utama dalam


upaya peningkatan populasi Sapi dan Kerbau.  Namun ada syarat yang harus
dipenuhi oleh peternak untuk mengakses IB gratis, sama seperti dengan UPSUS
SIWAB, IB yang digratiskan adalah IB pertama dan kedua, dengan catatan
ketersediaan straw (bibit ternak) SIKOMANDAN masih ada.  Pelaksanaan IB
ketiga dan selanjutnya tidak digratiskan. Sleian Ib peternak juga mendapat

3
pelayanan Pemeriksaan kebuntingan gratis untuk ternak yang sudah mengakses
Inseminasi Buatan SIKOMANDAN.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan


Hewan Nomor: 13669/KPTS/HK.160/F/12/2019 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan
Penyediaan Benih dan Bibit Serta Peningkatan Produksi Ternak Tahun Anggaran
2020. Pedoman Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum pelaksanaan
kegiatan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau
Bunting Tahun 2020, yang meliputi :

a. Menyediakan semen beku;


b. Meningkatkan jumlah dan kompetensi Sumber Daya Manusia petugas teknis
reproduksi ternak;
c. Meningkatkan pelayanan IB;
d. Menjamin ketersediaan dan distribusi semen beku, N2 cair dan kontainer :

1) Menjamin ketersediaan semen beku, N2 cair, dan kontainer di lokasi


distribusi (Provinsi/Kabupaten/Kota).
2) Menjamin pendistribusian semen beku, N2 cair dan kontainer dari
produsen semen beku atau N2 cair dan distributor kontainer ke lokasi
distribusi (Provinsi/Kabupaten/Kota).

e. Meningkatkan produksi hijauan pakan ternak;


f. Melaksanakan identifikasi dan penanggulangan gangguan reproduksi;
g. Menyelamatkan akseptor (betina produktif) dari pemotongan di RPH dalam
rangka mendukung SIKOMANDAN
h. Menyediakan standar prosedur baku pelaporan kegiatan teknis SIKOMANDAN
Tahun 2020; dan
i. Mengukur capaian kinerja pelaksanaan kegiatan SIKOMANDAN Tahun 2020
secara periodik dan berjenjang.

C. Ruang Lingkup dalam Pelaksanaan SIKOMANDAN

a. Operasionalisasi SIKOMANDAN;
b. Pelaksanaan Kegiatan IB;
c. Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, Nitrogen (N2) Cair Dan Kontainer;
d. Pemenuhan Hijauan Pakan;
e. Penanggulangan Gangguan Reproduksi;
f. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif ;
g. Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan;
h. Pengendali Internal Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

4
D. Peternakan Kota Samarinda

Kota Samarinda sebagai ibukota propinsi Kalimantan Timur merupakan


pelaksanaan pembangunan sub sektor yang mempunyai paradigma baru yang
menuntut keberpihakan pada kepentingan rakyat. Kota Samarinda dari segi
geografis terletak di Daerah Khatulistiwa, yaitu 117’03’00” BT dan 117’18’14”
BT serta diantara 00009’12” LS dan 00042’34” LS, topografi kota Samarinda
datar dan berbukit-bukit dengan ketinggian antara 10 – 200 meter diatas
permukaan laut. Luas wilayah kota Samarinda 718 km2 dengan beriklim tropis
basah, hujan sepanjang tahun, temperatur udara antara 26,9 oC – 28,3 oC
dengan curah hujan rata-rata pertahun 204,5 mm, sedangkan kelembaban
udara berkisar antara 76% s/d 86,6%. Pemerintahan kota Samarinda
berdasarkan PP. No.38 Tahun 1996 wilayah administrasi dibagi menjadi 10
(sepuluh) Kecamatan, 53 Kelurahan dengan jumlah penduduk 764.031 jiwa
(Samarinda Dalam Angka 2010. BPS Kota Samarinda).

Pelaksanaan pembangunan sub sektor peternakan di kota Samarinda


mempunyai paradigma baru yang menuntut keperpihakan pada kepentingan
rakyat, pendelegasian wewenang, perubahan struktur dan tanggung jawab.
Sampai dengan tahun 2019. Adapun jumlah kelompok tani yang masih aktif
sampai sekarang ini berjumlah 277 kelompok yang terbagi pada 6 wilayah
kecamatan, sedangkan jumlah anggota kelompok tani perkelompok sebanyak
20 – 45 orang dengan memelihara ternak seperti sapi, kambing, babi, ayam
buras dan itik.

Target SIKOMANDAN Tahun 2020 Kota Samarinda

5
Adapun pelaksanaan SIKOMANDAN tahun 2020 pada bulan April

ini, meliputi :

a. Pelaksanaan Identifikasi Status Reproduksi pada bulan Maret, ada 9

SKSR (surat keterangan status reproduksi) yang diterbitkan.

b. Tidak ada pelaksanaan identifikasi dan penanganan gangguan

reproduksi yang terdata pada bulan April.

c. Sarana dan prasarana IB :

- Penyediaan semen beku masih menggunakan stock lama

- SDM IB, ada 4 petugas IB aktif yang tersebar di daerah kantong

ternak, seperti di Kec.Sambutan, Kec.Samarinda Utara,

Kec.Palaran, dan Kec.Sungai Pinang, serta kecamatan lain.

- Sarana dan Prasarana IB di Kota Samarinda relatif sudah lengkap,

yang terdiri dari :

Container Depo Nitrogen Cair 50 LT, ada 3 buah

Container Depo Nitrogen Cair 35 XT, ada 3 buah

Pompa Nitrogen 2 buah

Contaier lapangan 3 lt, ada 4 buah

Gun IB, Plastic Sheet, serta handgloves, masing-masing

inseminator juga sudah mempunyai.

d. Pelaksanaan IB, PKB dan Lahir:

6
Bulan April ada 18 akseptor IB betina dewasa melalui IB reguler atau

birahi alami, ada 69 ekor akseptor yang di PKB hasil IB dengan 26

ekor yang dilaporkan pkb hasil tidak bunting. 6 kelahiran sapi baru

hasil IB 2 pedet betina dari induk sp.Bali, 1 pedet jantan dari induk

sp.Bali, 1 pedet betina dari induk sp.PO, 1 pedet betina dari induk

sp.Madura, dan 1 pedet jantan dari induk, sp.Brahman. Tidak ada

kasus keguguran terlapor di Samarinda pada bulan April.

e. Kegiatan sinkronisasi bersama pada sapi dengan pemeliharaan semi

intensif belum diadakan pada bulan April.

f. Perkembangan distribusi semen beku dan ketersediaan semen beku

serta Nitrogen (N2) Cair bulan April :

 Pemakaian semen beku 18 dosis, dari 477 dosis yang tersedia.

 Distribusi (N2) Cair bulan April sebanyak 34 L untuk Pos IB Dinas

Pertanian Kota Samarinda.

g. Penyediaan kecukupan pakan HPT dan kosetrat

Untuk program SIKOMANDAN, di bulan April masih belum ada

kegiatan yang mendukung tentang peningkatan BCS ternak sapi

melalui penyediaan pakan HPT dan konsentrat yang berkualitas.

h. Pengendalian pemotongan sapi/kerbau betina produktif

Pada bulan April di RPH Kota Samarinda tidak ada data pemotongan

sapi betina produktif data pemotongan : Sp.Bali jantan 416 ekor.

1.2. PERMASALAHAN
Masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

SIKOMANDAN :

- Faktor Alam, ada sebagian daerah kantong ternak (contoh Kec.Samarinda Utara)

pada waktu hujan terkena banjir. Petugas tidak dapat masuk ke lokasi.

- Adanya mobiitas ternak yang tinggi, sering terjadi dilapangan, setelah ternak

betina di SKSR, beberapa waktu berikutnya sudah dijual oleh peternak ke luar

daerah.

- Tidak adanya informasi/pelaporan mengenai jual beli ternak oleh peternak sendiri

kepada petugas terkait.

7
- Peternak tidak melaporkan jika ada sapi yang birahi/ terlambat pelaporan/

melewati fase birahi.

- Keterbatasan anggaran pengadaan obat-obtan paten untuk penanganan yang

lebih intensif kepada kasus penyakit sapi.

1.3. UPAYA PENYELESAIAN MASALAH

Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam mengatasi masalah dan

kendala yang ada, antara lain :

- Selalu koordinasi baik dengan sesama tim SIKOMANDAN di Kota Samarinda

maupun dengan Provinsi.

- Sosialisasi terus menerus kepada peternak yang belum tersentuh oleh tim SKSR.

- Lebih memotivasi petugas SIKOMANDAN, agar lebih tinggi lagi etos kerjanya.

- Mensosialisasikan dan mengedukasi pengobatan alternatif terhadap penyakit

sapi menggunakan bahan alami/alam.

1.4. REKOMENDASI/SARAN

Adapun rekomendasi/saran yang perlu disampaikan untuk pelaksanaan

selanjutnya, yaitu :

- Permohonan permintaan container untuk masing-masing petugas/inseminator.

- Sarana dan Prasarana yang lain, seperti sepatu boat, jas hujan, dan lain-lain

perlu dibantu.

- Sosialisasi terus menerus tentang program SIKOMANDAN baik kepada petugas

maupun masyarakat, khususnya peternak.

Petugas Recorder,

8
Candraputri Nugrahaeni, S.Pt,MM

NIP.19830104 201001 2 001

Anda mungkin juga menyukai