Anda di halaman 1dari 7

PENELITIAN

PERILAKU CARING PERAWAT PELAKSANA DI SEBUAH


RUMAH SAKIT DI BANDUNG: STUDI GROUNDED THEORY

Blacius Dedi*, Setyowati**, Yati Afiyanti***

Abstrak
Perilaku caring belum diaplikasikan optimal dalam pelayanan keperawatan. Studi grounded theory ini bertujuan memperoleh
gambaran perilaku caring perawat pelaksana sebuah RS di Bandung. Enam perawat pelaksana dari enam ruangan rawat inap di
rumah sakit tersebut diobservasi dan diwawancara mendalam. Data dianalisis secara tematik. Penelitian menemukan tujuh tema
yaitu sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan klien, bertanggung jawab memenuhi kebutuhan klien, ramah dalam melayani,
sikap tenang dan sabar dalam melayani klien, selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien, memberikan motivasi kepada klien,
dan sikap empati dengan klien dan keluarganya. Penelitian ini merekomendasikan perlunya membudayakan perilaku caring
melalui pendidikan berkelanjutan, supervisi, dan pengarahan intensif.
Kata kunci: caring, perawat pelaksana, perilaku
Abstract
The caring behavior is still partially performed by nurses. This grounded theory study examined the caring behavior of the
nurses. Six nurse staffs from the six different wards at a hospital in Bandung were observed and deeply interviewed. The data
was analyzed thematically. The result identified seven themes namely concern on fulfilling client’s need, responsibility on
fulfilling client’s need, friendly and hospitality, calm and patient in helping client, readiness and willing to help client, give
motivation to client, and empathy to the client and the family. This research suggested the importance of continuing education,
effective direction and supervision to establish the culture of caring behavior among nurses.
Key words: behavior, caring, nurse staff

LATAR BELAKANG METODOLOGI


Citra perawat di mata sebagian besar Penelitian ini berdesain kualitatif dengan
masyarakat Indonesia saat ini belum terbangun pendekatan grounded theory. Partisipan berjumlah
dengan baik. Keadaan ini disebabkan oleh nilai- enam perawat pelaksana dari enam ruangan rawat
nilai profesio nalisme perawat yang belum inap sebuah RS di Bandung. Pengumpulan data
diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan dilakukan melalui observasi dan wawancara
keperawatan, termasuk perilaku caring sebagai inti mendalam dengan pedoman observasi dan
keperawatan. Kinerja perawat yang tidak wawancara. Observasi dilakukan selama satu
berkualitas akan berdampak pada rendahnya bulanuntuk mengamati perilaku caring perawat
penghargaan bagi profesi keperawatan. dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
Masyarakat mempersepsikan perawat klien. Pelaksanaan observasi dilakukan selama
profesional apabila perawat memiliki etik dan enam partisipan bertugas di ruang perawatan, yaitu
caring dalam pelayanan keperawatan (Liu, Moke, ketika dinas pagi, sore, maupun malam. Instrumen
& Wong, 2006). Keluhan klien dan keluarga pengumpulan data lain yang digunakan adalah
tentang perilaku perawat yang tidak ramah, judes, pedoman wawancara mendalam. Pedoman ini
dan bersikap kasar dalam melayani klien juga terdiri dari enam pertanyaan seputar perilaku
terjadi di sebuah rumah sakit/RS di Bandung yang caring. Instrumen disusun oleh peneliti dengan
dijaring melalui survei lembar pengaduan menggunakan formulasi beberapa teori caring dari
pelanggan. Penelitian ini bertujuan memperoleh Watson, Leininger, dan lain-lain. Data dianalisis
gambaran perilaku caring perawat pelaksana. menggunakan analisis tematik Colaizzi.
41 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 40-46

HASIL PENELITIAN saya... bisa saling membantu...kalau ada operasi


kadang-kadang tidak sempat istirahat.”
Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema
perilaku caring. Tema tersebut terdiri dari sikap 6. Memberi motivasi kepada klien dalam
peduli dan bertanggung jawab serta selalu siap memberikan pelayanan
sedia terhadap pemenuhan kebutuhan klien, ramah, “Kita bujuk klien yang tidak mau makan...supaya
sikap tenang dan sabar dalam melayani klien, mau makan...makanan kan sangat membantu daya
memotivasi klien serta sikap empati terhadap klien tahan fisik...sehingga bisa cepat sembuh... .”
dan keluarga.
7. Sikap empati terhadap klien dan keluarga
1. Sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan
klien “Turut berempati, turut bersedih.... tapi kita tidak
keterusan... tapi kalau soal biaya itu mah keluarga
“Sebisa mungkin kita lakukan pemenuhan yang harus berusaha...tapi sekali
kebutuhan secepat mungkin… tanpa diundur- lagi...menanggapinya jangan dengan sikap
undur waktu…biar kliennya puas. ...Kepuasan itu judes... karena saya perawat... .”
relatif…kalau kebutuhan klien dipenuhi sesuai
dengan kebutuhannya,dia akan puas… kalau kita Perilaku lain yang diamati tidak bersifat caring
mengganti alat tenun tampa mimik yang ramah, ada tiga tema. Tema perilaku tidak caring ini
klien dan keluarga tidak puas…. Dengan senyum meliputi komunikasi tidak terapeutik, sikap kurang
ramah (ekspresi), klien bisa puas…walaupun kita
tulus, dan kurang terampil.
belum bertindak.”
1. Komunikasi tidak terapeutik
2. Bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan klien Diam, membereskan tempat tidur klien, sesekali
menjawab pertanyaan ibu klien, tanpa kontak
“Saya bertanggung jawab atas pemberian obat, mata, sedikit berbicara, komunikasi sedikit, kurang
pemberian pelayanan keperawatan pada saat jelas, suara pelan.
bertugas.”
Ada keluarga klien menemui, partisipan tetap
3. Ramah dalam melayani klien menulis dokumentasi dan tidak sempat menjawab.
“Halo bapak met sore, apa yang dirasa 2. Sikap kurang tulus dalam melayani klien yang
sekarang?… berdarah ya infusnya?” (tampak membutuhkan
dengan tersenyum)
“Biasanya kadang ada keselnya juga…. Mungkin
4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani klien karena kita sibuk…. Jadi kesel!… Tapi kadang
kasihan juga…. Ada orangtuanya yang udah
“Mungkin kalau saya ini...pak... lebih cenderung dijelaskan berkali-kali… tapi ga ngerti juga…. Itu
sabar...ketika menerima keluhan atau komplain yang membuat kesal.”
dari klien dan keluarganya...kita klarifikasi pada
klien dan keluarganya...mengenai pelayanan, 3. Kurang terampil
fasilitas, dan lain-lain, lalu kita usahakan
memenuhi tuntutannya...kalau itu bisa kita “… belum merasa terampil karena masih belum
optimal, terutama dalam menangani klien kritis.”
lakukan.”
“… Saya merasa belum terampil, karena masih
5. Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien banyak yang harus ditingkatkan.”
“Kepentingan klien diutamakan daripada
kepentingan lain,...sebelum klien meminta
sebaiknya kita sudah tahu kebutuhan klien kita
apa?...kalau istirahat tergantung situasi...
mungkin kalau jumlah klien sedikit...atau ada
rekan kita yang lebih santai, bisa untuk
menghandle pasien yang menjadi tanggungjawab
Perilaku caring perawat pelaksana di sebuah rumah sakit di Bandung: Studi grounded theory (Blacius Dedi, Setyowati, Yati Afiyanti) 42

Skema 1. Kerangka Grounded Theory Fenomena Baru nilai moral perawat dalam melaksanakan perannya.
Perilaku Caring Perawat Semua partisipan penelitian ini melayani para klien
Perilaku Perawat Dalam Memberikan dengan penuh tanggung jawab, tetap bersemangat,
Pelayanan Keperawatan dan responsif terhadap klien sebagai bentuk
tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien.
caring Tidak caring Caring adalah esensi keperawatan yaitu inti
nilai-nilai moral keperawatan yang berdasarkan
Ra- Siap Empa Komunikasi Kurang nilai kemanusiaan dan mendahulukan
Pe-
mah -ti tidak terampil
duli
terapeutik kesejahteraan orang lain, dalam hal ini klien dan
Bertang Te- Mem keluarganya (Leininger, 1997 dalam Watson,
gung nang -beri
jawab dan moti- Sikap
2004). Perilaku caring merupakan inti nilai-nilai
sabar vasi kurang moral keperawatan, bahwa inti moral dan etik
tulus
keperawatan adalah tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien,
perawat mempunyai respons terhadap apa yang
PEMBAHASAN dilakukannya apakah baik atau tidak baik secara
moral (Tappen, Sally, & Diana, 2004).
1. Sikap peduli terhadap pemenuhan
kebutuhan klien Perawat selain berperan sebagai pemberi
pelayanan asuhan keperawatan kepada klien untuk
Perawat jika mendengar bel berbunyi segera memperoleh penyembuhan dari suatu penyakit,
mendat angi klien dengan t etap melakukan memenuhi kebutuhan kesehatan klien secara
komunikasi yang ramah. Temuan ini didukung oleh holistik, melalui kemampuan teknikal, dukungan
beberapa teori yang menyatakan sikap peduli emosional, psikologis, spiritual, dan sosial.
dimanifestasikan oleh perawat dengan sikap cepat Pemberi asuhan keperawatan juga memberi
tanggap dalam memenuhi kebutuhan klien, cepat bantuan bagi klien dan keluarga untuk menetapkan
melayani klien, peduli dengan keadaan dan tujuan keperawatan. Aktivitas ini merupakan
penderitaan klien, mempunyai integritas pribadi bentuk tanggung jawab perawat (Potter & Perry,
yang kuat, memiliki respons positif dalam 2005).
menerima, dan berperilaku caring kepada orang
lain (Rauner, 2006). Esensi caring juga ditunjukkan Peneliti berpendapat bahwa tanggung jawab
dengan sikap perawat yang peduli terhadap dalam melaksanakan tugas akan terlihat dari
kebutuhan dan kesejahteraan klien serta seorang perawat profesional dengan menampilkan
keluarganya (Watson, 2004). Sikap peduli bisa perilaku caring dalam seluruh aktivitas pelayanan
diamati dengan kegiatan perawat sesegera mungkin keperawatan. Inti rasa tanggung jawab itu adalah
mendatangi klien dan menyatakan kesediaan untuk kepekaan perawat terhadap penderitaan klien,
membantu klien. Watson (2004) menyatakan keluarga, dan peduli dengan situasi serta kondisi
bahwa sikap perawat yang penuh kepedulian lingkungan dimana klien dirawat, merupakan
terhadap pemenuhan kebutuhan klien termasuk perilaku caring perawat . Perilaku caring
sepuluh faktor caratif dari caring perawat (Watson, merupakan bentuk tanggung jawab perawat
2004). terhadap perannya.

2. Bertanggung jawab dalam memenuhi 3. Ramah dalam melayani klien


kebutuhan klien Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat
Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa pelaksana selalu ramah dalam melayani klien.
perawat pelaksana bertanggung jawab dalam Ramah merupakan salah satu komponen dari
memenuhi kebutuhan klien. Hal ini merupakan inti sepuluh faktor caratif caring.
43 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 40-46

Hasil observasi didapatkan bahwa senyum, mengungkapkan keluhan. Dengan demikian,


gerakan tubuh membungkuk, dan tutur kata santun perawat akan mendapatkan informasi yang lengkap
cukup optimal dilakukan perawat saat memberikan mengenai data yang dibutuhkan dari klien dan
pelayanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil keluarganya.
penelitian Thomas et al (2005) yang mengatakan
4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani klien
bahwa caring berimplikasi terhadap praktik
keperawatan sehingga perawat yang bersikap Sikap tenang dan sabar ditunjukan oleh empat
caring akan berbicara dengan ramah dan santun, dari enam partisipan dalam studi ini. Mereka
mempunyai perhatian, penuh minat dalam bersikap tenang dalam melayani klien walaupun
menolong klien, dan membina hubungan yang kesibukan rutinitas harus mereka hadapi. Perawat
saling menguntungkan dengan penampilan yang yang tenang dan sabar dalam melayani klien akan
relijius dalam setiap melakukan tindakannya. memberi rasa nyaman kepada klien yang dirawat
dirumah sakit dan membutuhkan bantuan perawat.
Tersenyum merupakan salah satu indikator
Perasaan nyaman akan membantu klien untuk
seorang perawat bersikap ramah, hangat,
memperoleh kesembuhan karena secara psikologis
bergembira, dan sabar terhadap klien dan keluarga.
klien akan merasa aman ketika dilayani perawat
Hamid (2001) menyatakan perawat dengan
yang tenang dan penuh kesabaran. Hasil penelitian
perilaku caring selalu melakukan hubungan
Rafii, Oskouie, dan Nikravesh (2004) mengatakan
interpersonal yang menunjukan kasih sayang dan
bahwa perawat yang baik adalah yang sangat
cinta. Pernyataan ini bisa dilihat dari Caring
tenang, sabar, dan akrab dengan klien serta
Demention Inventory (CDI) 24 yang menunjukkan
memfokuskan diri untuk pemenuhan kebutuhan
bahwa perawat dengan perilaku caring akan selalu
klien.
bergembira dengan klien (Watson, 2004). Caring
harus dapat ditunjukkan perawat dalam setiap 5. Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien
melakukan pekerjaannya, ketika ia berbicara,
Hasil observasi menunjukkan bahwa perawat
menyapa, memberikan pendidikan kesehatan,
partisipan memiliki kesiapsediaan dan dengan
konseling, dan mendengarkan klien (Green, 2004).
sigap memenuhi kebutuhan klien. Wajah perawat
Sopan santun merupakan perilaku caring perawat
tampak segar, tidak terlihat lelah. Siap sedia
dalam menghargai martabat manusia, yaitu klien
memenuhi kebutuhan klien merupakan satu dari
dan keluarganya.
sepuluh faktor caratif caring. Perawat yang sensitif
Karakteristik caring yang ketiga adalah mengetahui kebutuhan klien walaupun klien belum
humanistic caring, yaitu proses bantuan yang mengungkapkannya karena segan atau berbagai
diberikan kepada orang lain yang bersifat kreatif sebab lainnya, lalu siap sedia untuk melayani
intuitif atau kognitif berdasarkan pengembangan kebutuhan klien, tanpa diminta sekalipun, sehingga
nilai-nilai kemanusiaan, menghargai martabat akan membuat klien merasa nyaman.
manusia, dan menanamkan rasa saling percaya,
Fitzpatrick dan Whall (1989), Marriner-Tomey
menghargai kemanusiaan dengan bersikap ramah
(1994), Chitty (1997) dalam Nurachmah (2001) dan
pada klien (Leininger, 2002). Perawat yang ramah
Watson (2004) menyatakan bahwa sikap perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan akan
dalam membentuk dan menghargai sistem nilai
selalu bersikap sopan santun dalam segala situasi
humanistik dan altruistik. Contoh dalam pelayanan
dan kondisi. Hal ini dapat berdampak pada proses
keperawatan, yaitu: 1) memanggil dengan nama
penyembuhan klien karena klien merasa nyaman
yang paling disukai klien, 2) memenuhi panggilan
dalam menerima pelayanan.
klien dengan segera, kapanpun dibutuhkan klien,
Sikap ramah perawat akan membuat klien 3) merespon dengan segera terhadap panggilan dan
merasa akrab dan dekat dalam hubungan perubahan status kesehatan klien, 4) menghormati
interpersonal dengan perawat, sehingga klien bebas dan melindungi privacy klien, 5) menghargai dan
Perilaku caring perawat pelaksana di sebuah rumah sakit di Bandung: Studi grounded theory (Blacius Dedi, Setyowati, Yati Afiyanti) 44

menghormati pendapat dan keputusan klien terkait “Aduh.... bapak makannya sudah banyak,...nanti
pengobatan dan perawatannya, 6) menghargai dan cepat sembuh! Bapak hebat sudah bisa duduk,...
besok tinggal latihan jalan ya..pak.... nanti cepat
mengakui sistem nilai yang dimiliki klien, 7)
pulang.”
melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan klien
baik fisik, psikologis, spiritual, dan budaya. Hasil Ungkapan ini sangat mendukung kondisi
observasi menunjukkan butir sikap 1-5 telah mental klien dalam menghadapi berbagai
dilakukan oleh perawat. kelemahan fisik, psikologis, dan sosial akibat
penyakitnya. Perawat pelaksana menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa inti
perilaku caring dengan memberikan motivasi
moral dari sikap caring ini menunjukkan perawat
kepada klien. Pengatur ruangan dan ketua tim
mengetahui kebutuhan klien tanpa diminta,
sebagai manajer lini pertama perlu memberi
mengunjungi kamar klien sebelum bel berbunyi
dukungan bagi para perawat pelaksana untuk selalu
akan memberikan kepuasan kepada semua klien
memberikan motivasi dengan jalan menciptakan
yang dilayani sebagai customer dari rumah sakit.
Kesiapsediaan perawat memenuhi kebutuhan klien situasi dan kondisi lingkungan kerja yang kondusif.
akan membuat citra rumah sakit meningkat dan 7. Sikap empati terhadap klien
dampak terhadap citra profesi perawat di mata klien
akan semakin baik. Hasil penelitian ini menunjukan sikap empati
partisipan terhadap klien serta keluarganya. Hal
6. Memberi motivasi kepada klien tersebut tergambar dari pernyataan mereka yang
ikut merasakan ketika klien mengalami rasa sakit,
Empat dari enam partisipan selalu memberikan
sesak nafas, dan turut empati dengan kesedihan
dukungan moral kepada klien sehingga motivasi
keluarga yang berduka karena klien sebagai
klien untuk sembuh dan menghadapi sakitnya lebih
anggota keluarganya meninggal di rumah sakit.
besar. Klien akan tumbuh motivasinya apabila ada
Hasil observasi menunjukkan perawat
dukungan dari orang-orang disekitarnya, termasuk
mengucapkan bela sungkawa, menepuk punggung
perawat.
keluarga yang berduka, dan mengelus tangan klien
Motivasi klien seringkali bersifat fisik. Klien yang kesakitan. Sikap empati ini merupakan
dengan perubahan fungsi fisik mungkin termotivasi indikator perilaku caring perawat pelaksana.
unt uk mencapai kesembuhan. Klien yang
Hal ini didukung studi grounded theory
termotivasi akan tertarik untuk mempertahankan
tentang faktor determinan perilaku caring perawat
atau meningkatkan kondisi kesehatannya, dengan
oleh Rafii, Oskouie, dan Nikravesh (2004) bahwa
memberikan kerjasama yang baik dalam tindakan
karakteristik pribadi yang khusus dan sifat
keperawatan yang diterimanya, sehingga klien akan
kepribadian termasuk emosi perawat, sikap,
patuh dan taat dalam tindakan dan pengobatan yang
empati, dan respon organisasi. Karakteristik
dijalaninya (Potter & Perry, 2005).
pribadi seperti kata hati, relijius, kepercayaan,
Pernyataan teori ini menunjukan betapa filo sofi, komitmen, respons, dan altruisme
pentingnya dukungan yang diberikan perawat. berkontribusi terhadap perilaku caring perawat.
Caring juga dikemukakan sebagai cara yang Perawat yang mempunyai karakteristik demikian
memiliki makna, dimana perawat dalam setiap akan lebih banyak sabar dan empati serta
melakukan intervensi kepada klien selalu bertanggungjawab dalam melayani klien.
memberikan motivasi untuk mencapai kesembuhan
Perilaku perawat yang tidak caring yaitu:
(Marriner-Tomey, 1994, dalam Nurachmah, 2001).
1. Komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik
Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa
contoh ucapan perawat dalam memotivasi klien Perilaku caring perawat pelaksana sebagian
sebagai berikut. besar sudah dilaksanakan, hanya ada komunikasi
yang masih tidak terapeutik.
45 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 1, Maret 2008; hal 40-46

Hasil analisis tematik diperoleh adanya menyatakan bahwa perawat caring penuh cinta
beberapa hal yang mendukung dan tidak dalam berbicara, menghargai, percaya, dan
mendukung komunikasi yang tidak terapeutik hubungan saling menguntungkan, ekspresi spiritual,
dalam memberikan asuhan keperawatan. Tappen, dan setiap tindakannya meningkatkan kebaikan
Sally, dan Diana (2004) mengungkapkan bahwa pribadi perawat.
komunikasi yang efektif dan merupakan dasar
untuk menjadi pendengar yang baik dari seorang 3. Kurang terampil
perawat apabila memenuhi unsur mendengarkan, Hasil penelitian menemukan bahwa di antara
kontak mata, gerakan tubuh, kejelasan ucapan sepuluh faktor caratif yang masih kurang adalah
vokal, dan gerakan verbal. Hanya mendengarkan komponen keterampilan dari perawat pelaksana.
dan gerakan verbal yang sebagian besar dilakukan Kekurangan ini dapat terlihat dari beberapa langkah
oleh perawat. penting yang terlewat dan tidak dilakukan dalam
Komunikasi terapeutik akan menentukan prosedur intervensi keperawatan oleh perawat
hubungan kerja antara perawat dengan klien dan pelaksana. Intervensi kurang maksimal, walaupun
keluarganya. Perawat dalam melakukan proses berhasil dilakukan. Contohnya pemasangan infus
komunikasi terapeutik menggunakan pendekatan tanpa ada pengalas sehingga darah menetes pada
yang terencana untuk mempelajari latar belakang alat tenun, perawatan luka tidak memakai dua kom
budaya klien dan berbagai keunikannya. Proses steril, akan membuat luka infeksi dan proses
komunikasi terapeutik meliputi kemampuan dan penyembuhan lama. Keadaan demikian bisa terjadi
komitmen yang t ulus dari perawat untuk karena kurangnya pengalaman, pelatihan, dan
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien rutinitas dari perawat pelaksana sehingga akan
dan membantu klien serta keluarganya untuk mengurangi makna perilaku caring dari perawat
mencapai keberhasilan dalam proses penyembuhan pelaksana. Kemampuan teknis adalah salah satu
(Potter & Perry, 2005). faktor yang sangat erat kaitannya dengan
pengalaman klinik dari perawat pelaksana.
2. Sikap kurang tulus dalam melayani klien
yang membutuhkan Persepsi masyarakat mengenai perawat lebih
banyak melihat pribadinya daripada pendidikan dan
Hasil penelitian diperoleh tema perawat pengalamannya (Garret & McDaniel, 2001 dalam
pelaksana mempunyai sikap kurang tulus dalam Watson, 2004)). Hasil penelitian Witri et al (2005)
memberikan pelayanan keperawatan. Ketulusan tentang makna caring menurut perawat dapat
bisa diamati dari mimik wajah perawat yang berupa asuhan langsung yang diberikan kepada
tegang, cemberut, tidak ramah, dan tidak rileks klien dalam bentuk interaksi perawat klien,
dalam melayani klien. Ketulusan merupakan salah pemenuhan kebutuhan dasar, dan teaching-
satu komponen dari sepuluh faktor caratif caring. learning. Makna caring ini tidak akan dirasakan
Dalam memberikan pelayanan tersebut, perawat oleh klien apabila dalam memenuhi kebutuhan
tidak tersenyum, dalam hatinya merasa kesal dasar klien, perawat tidak mempunyai kemampuan
dengan klien yang rewel dan banyak tuntutan, tapi intelektual dan kemampuan teknikal.
kekesalannya hanya didalam hati karena mereka
dituntut tetap melayani klien. Hal ini sangat Tindakan keperawatan yang dilakukan perawat
dilematis karena perawat pelaksana harus tetap sebaiknya dapat menjamin keamanan klien dalam
prima dalam memberikan pelayanan kepada klien, tahapannya. Sehingga sesuai dengan Standar
emosi harus stabil, dan tidak terpengaruh oleh Operasional Prosedur (SOP) yang ditentukan dan
keadaan klien yang sedang mengalami penderitaan. tidak akan merugikan klien. Caring adalah pusat
dan fokus yang mempersatukan seorang perawat
Hasil penelitian Thomas et al (2005) tentang profesional. Karakteristik caring merupakan hal
hubungan caring dengan perawat praktisi dan yang sangat esensial dalam memenuhi kebutuhan
berimplikasi terhadap prakt ik keperawat an dasar manusia (Thomas et al., 2005).
Perilaku caring perawat pelaksana di sebuah rumah sakit di Bandung: Studi grounded theory (Blacius Dedi, Setyowati, Yati Afiyanti) 46

Prosedur yang lengkap sesuai dengan SOP Hamid, A.Y. (2001). Legislasi dan etika praktek
yang berlaku di rumah sakit dalam melakukan profesi keperawatan di Indonesia. Makalah
intervensi keperawatan adalah suatu keharusan dan Seminar. Malang: makalah tidak
sangat diperlukan dari seorang perawat pelaksana. dipublikasikan.
Prosedur yang tidak lengkap dalam intervensi
Liu, J.E., Moke, E., & Wong, T. (2006). Caring in
merupakan salah satu indikator kurangnya
nursing. http://search.epnet.com diperoleh 15
kemampuan teknikal dari perawat. Perawat sebagai
Februari 2007.
praktisi klinik di unit pelayanan keperawatan
dituntut untuk mempunyai kemampuan teknikal Nurachmah, E. (2001). How nurses express their
yang memadai dalam melakukan berbagai caring behavior to client with special needs.
intervensi keperawatan. Kemampuan teknikal htt p://www.pdpersi.co.id/pdpersi/news
membutuhkan pengalaman lapangan yang cukup diperoleh 2 Desember 2006.
untuk melatih psikomotor perawat.
Potter & Perry. (2005). Fundamental of nursing:
Concept, process and practice. 4th ed. Alih
bahasa: Yasmin, A., dkk. Jakarta: EGC.
KESIMPULAN
Rafii, F., Oskouie, F. & Nikravesh, M. (2004).
Perawat pelaksana khususnya di sebuah rumah
Major determinant of caring behavior. http://
sakit di Bandung sebagian besar sudah melakukan
www.hcs.harvard.edu diperoleh 04 April
sepuluh faktor caratif caring dari Watson. Namun
2007.
demikian, masih ada 3 faktor caratif yang belum
dilakukan, yaitu komunikasi yang dilakukan tidak Rauner, D. M. (2006). Caring research and ideas.
terapeutik, kurang tulus, dan kurang terampil. http://en.wikipedia.org/wiki/nursing_theory
Penelitian ini merekomendasikan perlunya diperoleh 28 Maret 2007.
membudayakan perilaku caring melalui
Tappen, R.M., Sally, A.W., Diana, K.W. (2004).
pendidikan berkelanjut an, supervisi, dan
Essensial of nursing leadership and
pengarahan yang intensif (HR, AS).
management. 3th ed . Philadelphia: F.A.
Davis.
* Staf Akademik DKKD STIKES Immanuel
Bandung. Mahasiswa Program Doktoral FIK Thomas, Linda, Finch, Schoenhofer, dan Green
UI (2005) J.D, Finch.L.P., Schoenhofer.S.O.
** Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK (2005). The caring relationship created by
UI nurse practitioners and the ones nursed:
*** Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK Implication for practice. http://
UI www.medscape.com diperoleh 18 April 2007.
Watson, J. (2004). Original center for human
KEPUSTAKAAN caring. http://www2.uchsc.edu diperoleh 18
April 2007.
Farland, M. & Leininger, M. (2002). Trancultural
nursing: Concept, theories, research & Witri, Pahria, T., & Ana, A. (2006). Makna caring
practice. New York: Mc. Grow-Hill. menurut perawat di RS Al Islam Bandung.
Nursing Journal University of Padjajaran. 7.
Green, A. (2004). Caring behavior as perceived of 13. 47.
nurse practitioners. Journal of the American
Academy of Nurse Practitioners. http://
www.medscape.com diperoleh 4 April 2007.

Anda mungkin juga menyukai