Anda di halaman 1dari 5

Tujuan pembelajaran 1

Teori Kognitif dalam Belajar


melalui Multimedia dan
Prinsip-prinsip dalam
Pembelajaran Multimedia
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yaitu mahasiswa dapat menjelaskan mengenai:
1. Makna belajar melalui multimedia
2. Teori Kognitif dalam belajar melalui multimedia
3. Bagaimana kita memproses informasi?
4. Bagaimana kaitan pemrosesan informasi dengan Teori kognitif dalam belajar melalui
multimedia?
5. Implikasi dalam pembelajaran

Belajar melalui multimedia


Salah satu strategi pembelajaran adalah dengan melalui multimedia. Sesuai dengan istilahnya,
multimedia merupakan kumpulan media atau minimal memuat dua jenis media. Dalam hal ini
menurut Mayer (2009), belajar melalui multimedia memiliki makna bahwa dalam membangun
pengetahuan seseorang, dipergunakan media teks dan media gambar. Kedua media tersebut
dikemas dalam satu bentuk dan dinamakan multimedia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
multimedia merupakan penggunaan media teks dan gambar untuk membantu belajar seseorang.
Media teks yang dipergunakan dapat berbentuk audio artinya teks tersebut disuarakan oleh
seseorang dan dapat pula berbentuk tulisan. Sedangkan media gambar dapat dalam bentuk gambar
diam atau gambar bergerak. Gambar yang dimaksud adalah gambar yang terkait dengan teks yang
sedang dipelajari. Artinya dalam multimedia, penggunaan teks dan gambar saling berkaitan dan
tidak berdiri sendiri. Berikut adalah ilustrasi dari belajar melalui multimedia.

Gambar 1. Grafis belajar melalui multimedia


Teori Kognitif dalam belajar melalui multimedia 2

Berdasarkan Gambar 1, diperoleh informasi bahwa media teks dan media gambar yang telah
dikemas dalam bentuk multimedia akan direpresentasikan secara mental oleh pebelajar sehingga
dapat membantu proses belajarnya.
Representasi mental yang dimaksud yaitu bahwa ketika seseorang mendapatkan informasi melalui
multimedia, maka dia akan membayangkan mengenai informasi tersebut di dalam pikirannya.
Sebagai gambaran dari representasi mental yaitu ketika Anda mendengar istilah “buah apel”, maka
di dalam pikiran Anda, akan terbayang bentuk buah apel, warnanya, rasanya, cara memakannya,
dan bahkan bisa jadi terbayang harumnya buah apel tersebut. Bayangan itulah yang merupakan
representasi mental.

Teori Kognitif dalam belajar melalui multimedia


Belajar merupakan proses yang abstrak, sehingga dalam mengenalinya dapat dilakukan melalui
teori yang telah teruji, salah satunya yaitu teori kognitif. Salah satu ahli psikologi yang
mengemukakan Teori Kognitif dalam multimedia yaitu Richard Mayer, seorang ahli psikologi dari
USA. Teori tersebut menyajikan prinsip-prinsip untuk memandu guru dan desainer pembelajaran
dalam menyajikan informasi verbal dan visual untuk mengoptimalkan belajar.
Informasi verbal diperoleh melalui informasi yang memerlukan telinga untuk mendengar informasi
tersebut sedangkan informasi visual memerlukan mata untuk melihat informasi tersebut. Dalam hal
ini informasi verbal dapat berasal dari media teks. Informasi
visual dapat berasal dari teks dalam bentuk tulisan dan dapat
berasal dari gambar. Keduanya yaitu tulisan dan gambar
memerlukan mata untuk mendapatkan informasinya.
Bagaimana teori kognitif bekerja sehingga informasi yang
diperoleh dapat disimpan dalam memori?
Untuk mengetahuinya terlebih dahulu dipelajari bagaimana
terjadinya pemrosesan informasi. Terdapat tiga proses dalam pemrosesan informasi yaitu proses
pada sensory memory, proses pada working memory, dan proses pada long-term memory
(Pellegrino, Alderton, and Shute 1984),

Gambar 2 Pemrosesan Informasi

Gambar 2 menunjukkan bagaimana kaitan proses mulai dari sensory memory, working memory,
dan long-term memory. Proses pada sensory memory merupakan proses yang memilah mana
Apa kaitan antara pemrosesan informasi dengan teori kognitif dalam belajar melalui
3
multimedia?

informasi yang masuk. Pada sensory memory, informasi yang diseleksi jumlahnya banyak. Dalam
hal ini informasi yang dianggap tidak perlu akan terbuang secara otomatis. Sedangkan informasi
yang dianggap perlu akan berlanjut ke proses di working memory.
Working memory memiliki kapasitas penyimpanan yang terbatas. Seorang ahli psikologi yang
bernama Miller menyatakan bahwa unit informasi yang dapat disimpan hanya kisaran 5 sampai
dengan 9 unit informasi saja, dan rata-ratanya adalah 7 unit informasi yang disimpan. Karena
kapasitasnya yang terbatas, maka di working memory ini memiliki potensi “overload” atau
kelebihan beban. Dalam hal ini, jika dikaitkan dalam proses pembelajaran, guru perlu
memperhatikan bagaimana supaya siswa tidak mengalami kelebihan beban belajar. Woeking
memory akan memproses unit-unit informasi yang dapat “menempel” pada skema pengetahuan
pebelajar. Unit informasi tersebut akan diatur sedemikian rupa sehingga unit informasi tersebut
dapat menemukan skema pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sehingga membentuk
skema pengetahuan baru. Dan terbentuknya skema baru ini yang secara kognitif dinyatakan telah
terjadi proses belajar. Dan saat terjadi proses pengaturan skema tersebut skema baru akan bersifat
permanen dan tersimpan dalam long-term memory. Perlu diketahui bahwa kapasitas penyimpanan
di long-term memory adalah tidak terbatas atau unlimited.

Apa kaitan antara pemrosesan informasi dengan teori kognitif dalam


belajar melalui multimedia?

Untuk mengetahui kaitan antara pemrosesan informasi dengan teori


kognitif belajar melalui multimedia, perlu diketahui bahwa ada tiga
asumsi dasar dalam teori kognitif yaitu:
1. Chanel berganda (Dual channel)
2. Kapasitas terbatas (Limited capacity)
3. Pemrosesan yang aktif (Active processing)
Chanel berganda memberi makna bahwa dalam belajar multimedia diperlukan dua indra yaitu indra
pendengaran untuk menerima informasi verbal dan indra penglihatan untuk menerima informasi
visual. Dalam hal ini dalam satu informasi yang masuk diasumsikan memuat teks dan gambar.
Kapasitas terbatas artinya asumsi ini berlaku pada proses kognitif di working memory. Dalam hal ini
kapasitas yang dimiliki adalah kisaran 7 unit informasi (+/- 2), atau dengan kata lain informasi yang
dapat tersimpan di working memory hanya di antara 5 sampai sembilan informasi saja.
Sedangkan pemrosesan yang aktif, terjadi pada saat pengintegrasian pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumny sehingga dapat tersimpan secara permanen di memori yang tak terbatas
kapasitasnya. Dalam hal ini pemrosesan yang aktif mulai dari pemilihan informasi, penyusunan
informasi, dan pengintegrasian informasi.
Dengan demikian guru atau desainer pembelajaran perlu untuk mengedepankan proses kognitif
yang sesuai dengan keperluan siswa melalui penyeleksian, pengaturan, dan pengintegrasian
informasi tanpa terjadi kelebihan beban belajar.
Implikasi multimedia dalam pembelajaran 4

Gambar 3 Teori Kognitif Belajar melalui Multimedia (adaptasi dari Mayer, 2009)

Implikasi multimedia dalam pembelajaran


Multimedia yang disusun dalam pembelajaran sebaiknya memberikan proses kognitif yang sesuai
melalui pemilihan, pengorganisasian, dan pengintegrasian tanpa menimbulkan overload memory.
Sehingga multimedia yang baik perlu:
1. mengurangi pemrosesan yang tidak relevan (reduce extraneous processing)
2. mendorong pemrosesan yang penting (foster essential processing)
3. mendorong pemrosesan generative (foster generative processing)
Berikut diagram tentang prinsip penyusunan multimedia berdasarkan tiga hal di atas.

Reduce extraneous Foster essential Foster generative


processing processing processing
•Redunduncy principle •Segmenting principle •Multimedia principle
•Coherence principle •Pre-training principle •Personality principle
•Signaling principle
•Spatial contiguity principle
•Temporal contiguity

Gambar 4 Prinsip-prinsip dalam penyusunan multimedia

Gambar 4 menunjukkan prinsip-prinsip dalam penyusunan multimedia. Pemenuhan prinsip-prinsip


tersebut akan terwujud multimedia yang baik.
Berikut penjelasan singkat pada masing-masing prinsip penyusunan multimedia.
Referensi 5

Redunduncy principle Penggunaan kata dan gambar seperlunya, tidak perlu kalimat yang terlalu panjang

Coherence principle Materi yang tidak perlu sebaiknya dikeluarkan dari presentasi , jika tidak diperlukan maka ditinggalkan saja

Signaling principle Memberi tanda pada kata dan informasi yang penting

Spatial contiguity principle Penempatan kata dan gambar bersesuaian sebaiknya secara berdekatan

Temporal contiguity narasi dan animasi disajikan bersamaan


principle
Segmenting principle Konstruksi presentasi sebaiknya per bagian daripada disajikan secara kontinu, hal tersebut ditandai dengan pengguna dapat
menghentikan, mengulang, dan berhenti sementara

Pre-training principle Seseorang akan belajar lebih baik jika mereka mengetahui nama dan karakteristik komponen yang penting sehingga tunjukkan
tujuan pembelajaran atau kata kuncinya

Multimedia principle Seseorang akan belajar lebih baik dengan kata dan gambar daripada kata saja atau gambar saja

Personality principle Gunakan Bahasa yang mudah dipahami

Referensi
Pellegrino, James W., David L. Alderton, and Valerie J. Shute. 1984. “Understanding Spatial Ability.”
Educational Psychologist 19(4):239–53. doi: 10.1080/00461528409529300.

Anda mungkin juga menyukai