Anda di halaman 1dari 16

1

DENGAN PEMBINAAN TERITORIAL SATKOWIL SECARA


EFEKTIF GUNA DAPAT MEWUJUDKAN RUANG ALAT DAN
KOSNDISI JUANG YANG TANGGUH DALAM MENDUKUNG
KETAHANAN NEGARA

OLEH

Yonaidi Desianto
Kapten Arm NRP 21950120141274
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan baik.

Karya Ilmiah ini diharapkan agar bangsa Indonesia memiliki sikap yang kritis terhadap
situasi, kondisi dan juga dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.

Perkembangan itu membawa perubahan – perubahan besar pada kehidupan manusia.


Misalnya, pada pakaian, teknologi, makanan, dsb. Sebagai contoh misalnya Indonesia.
Indonesia pada saat ini, sudah mulai mengikuti perkembangan dunia. Hal ini dapat disebut
bahwa Indonesia mengalami proses globalisai. Untuk itu, karya tulis ilmiah ini akan
memberitahukan dampak – dampak dari globaliasasi dan cara- cara penanggulangan
dampak negatif globalisasi.

kita dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari proses globaliasasi baik dampak
positif maupun dampak negatif

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang sudah berkenan
membaca Karya Ilmiah ini dengan tulus ikhlas. Semoga Karya Ilmiah  ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi saya dan pembaca. Amin

Banyuwangi,  Maret 2016


Penulis

Saifurokhim
Kapten INF NRP 53100
3

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………………………… I

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… 3

BAB. I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………… 4

BAB. II LATAR BELAKANG …………………………………………………………………………………… 5


PEMIKIRAN

BAB. III KONDISI OBYEKTIF …………………………………………………………………………………… 6


BINTER
……………………………………………………………………………………

BAB. IV FAKTOR – FAKTOR …………………………………………………………………………………… 8


YG MEMPENGARUI

BAB. IV UPAYA …………………………………………………………………………………… 10


PEMANTAPAN
BINTER

BAB. IV PENUTUP …………………………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

a. Dalam mewujudkan sikap dan pandangan sesuai tujuan Nasional yang


dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia dituntut untuk
menyusun suatu konsepsi penyelenggaraan perang sebagai upaya dalam rangka
menghadapi ancaman yang merupakan klimaks eskalasi konflik yang tidak
terselesaikan dengan cara damai, baik terhadap ancaman yang datang dari luar
negeri, maupun ancaman yang datang dari dalam negeri.Didalam sistem NKRI, hal-hal
tersebut diatas merupakan upaya penyelenggaraan pertahanan keamanan negara
sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara yang menyangkut pengaturan dan
penyelenggaraan segenap upaya untuk menjamin eksistensi bangsa dan negara serta
keutuhan wilayah nasional Indonesia dilaksanakan melalui penyelenggaraan
pertahanan keamanan negara.Selanjutnya disebutkan pula bahwa hakekat pertahanan
keamanan negara adalah perlawanan rakyat semesta untuk menghadapi setiap bentuk
ancaman terhadap keselamatan bangsa dan negara.

b. Binter pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan daya tangkal dan


kekuatan kewilayahan berupa RAK Juang yang tangguh, bersumber dari segenap
potensi Wilayah Nasional bagi kepentingan Hanneg. Pengelolaan potensi wilayah
menjadi kekuatan kewilayahan digunakan untuk menunjang Pembangunan Nasional
dan kepentingan Hanneg dalam rangka mewujudkan sistem pertahanan semesta, oleh
karenanya peenyelenggaraan Binter menjadi fungsi penyelenggara negara/
pemerintah dan menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa, termasuk TNI
didalamnya sebagai salah satu bagian dari komponen bangsa.

c. Disadari bahwa penyelenggaraan Binter pada era sebelumnya dimanfaatkan


untuk kepentingan penguasa yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam penyelenggaraan Binter dilapangan. Seiring dengan
dihembuskannya era reformasi yang meletakkan HAM, Demokratisasi dan Lingkungan
Hidup sebagai pedomannya, telah menyebabkan tercemarnya citra TNI di masyarakat.
Kondisi ini tentunya akan menyulitkan TNI dalam menciptakan kemanunggalan TNI-
Rakyat sebagai modal utama penyelenggaraan Sishanta.

Berbagai upaya menegakkan citra TNI yang telah dan sedang dilaksanakan melalui
reformasi internal, maupun penyelenggaraan Binter ditujukan untuk mengembalikan
citra dan nama baik TNI AD, sehingga diharapkan mampu mengambil simpati dan hati
rakyat yang diharapkan dapat didayagunakan dalam kepentingan pertahanan negara
untuk mewujudkan Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta).
5

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Untuk memberikan gambaran tentang penyelenggaraan


Pembinaan Teritorial dalam mendukung pertahanan negara.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan bagi Pemimpin TNI AD dalam rangka


eksistensi Binter agar tetap dibutuhkan rakyat sebagai salah satu komponen
pertahanan serta dapat mengerahkan seluruh kekuatan pertahanan secara semesta.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup pembahasan tulisan ini terbatas
pada aspek penyelenggaraan Pembinaan Teritorial untuk mendukung penyiapan pertahanan
negara di darat yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.

b. Latar belakang pemikiran.

c. Kondisi obyektif Binter.

d. Faktor-faktor yang berpengaruh.

e. Upaya pemantapan Pembinaan Teritorial.

f. Penutup.

BAB – II
LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

4. Umum. Untuk merespon dan menjawab tantangan abad XXI, TNI telah
merumuskan paradigma baru tentang peran abad XXI sebagai medle dari peran utuh TNI
yang diimplementasikan dengan meninjau, mengubah, memperbaiki serta menyeluruh
kebijakan, strategi serta langkah-langkah operasional.

5. Dasar Pemikiran.

a. Undang-Undang Nomor 22/1999. Fungsi pembinaan nasional merupakan fungsi


Pemerintah sebagaimana tercantum dalam pasal 10 UU No 22/1999, yang pada
dasarnya merupakan upaya penyiapan ruang, alat, kondisi juang didaerah apabila
6

suatu saat diperlukan untuk digunakan sebagai bagian dari upaya pertahanan
nasional.

Fungsi inilah yang dimasa lalu dikenal sebagai fungsi teritorial, dilakukan langsung
oleh TNI karena konteks tatanan keadaan darurat dan dalam keadaan damai,
selanjutnya dalam tatanan negara dialam demokratisasi dan modern seperti sekarang
perlu dikembalikan sebagai fungsi Pemerintah melalui pemerintah daerah.

BAB – III

KONDISI OBYEKTIF BINTER

6. Umum. Pada dasarnya sudah diketahui secara teoritis bahwa Binter adalah
pembinaan wilayah yang mencakup geografi, demografi dan kondisi sosial budaya yang
hasilnya diarahkan kepada kepentingan pertahanan negara.Hal ini berarti titik berat Binter
ditujukan kepada upaya untuk menghadipi segala bentuk ancaman, karena ini sangat tepat
apabila Binter dilaksanakan secara terus menerus baik sebelum, selama dan sesudah negara
dalam keadaan darurat perang, lebih-lebih dalam rangka menghadapi disintegrasi bangsa.
Bertitik tolak dari kepentingan upaya pertahanan, maka bukanlah suatu yang
berlebihan apabila Binter dilaksanakan oleh segenap kekuatan rakyat dengan TNI AD
sebaagai inti pelaksananya.

7. Latar belakang sejarah. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


merupakan puncak semangat juang Rakyat Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu
penjajahan dan penindasan. Namun demikian pihak Imperialis tidak pernah rela melepaskan
jajahannya menjadi negara merdeka.Berbagai upaya dilancarkan dalam rangka
menggagalkan kemerdekaan Republik Indonesia baik dilakukan secara politik maupun
melalui Agresi militer. Hal inilah yang kemudian melahirkan perang kemerdekaan dalam
rangka menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan.

Perang kemerdekaan yang dilancarkan bangsa Indonesia dalam rangka mengusir


penjajah dan mempertahankan kemerdekaan telah melahirkan semangat kerakyatan,
kesemestaan dan kewilayahan dalam perjuangan dengan sistem kantong gerilya
(wahrkreise).

Wujud perlawanan rakyat dengan sistem kantong gerilya dan dilengkapi terbentuknya
satuan mobil dan satuan teritorial adalah merupakan embrio aatau cikal bakal lahirnya Binter,
yang pada perkembangan berikutnya terbentuk organisasi komando teritorial berupa Binter
order distrik militer (BODM), Komado Distrik Militer (KDM), Divisi Teritorial dan Teritorium.
7

Kemudian pada periode berikutnya diadakan penyederhanaan organisasi dimana


Kodam, Korem, Kodim dan Koramil dengan sebutan Komando Teritorial (Koter). Koter
merupakan institusi yang diberi tanggung jawab melaksanakan Binter sampai saat ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah lahirnya Binter diawali dari
spontanitas rakyat Indonesia dalam perjuangan merebut, menyatukan dan mempertahankan
kemerdekaan.

8. Fungsi dan Peran Binter. Fungsi Binter mempunyai kedudukan dan peran khusus dalam
rangka perwujudan kekuatan kewilayahan guna kelangsungan hidup bangsa dan negara secara
merata, juga sekaligus menjembatani keterkaitan fungsi pembangunan kekuatan (Bangkuat), baik
kekuatan TNI maupun kekuatan kewilayahan serta fungsi penggunaan kekuatan (Gunkuat) yang
semua itu harus mencakup kepentingan perwujudan dan pendayagunaan sistem senjata sosial
(Sissos) dan sistem senjata teknologi (Sistek).

Adapun corak kesisteman dari fungsi Binter dalam rangka sistek pertahanan rakyat
semesta mencerminkan keterkaitan yang sistemik dalam hubungan dengan sistem
pembinaan TNI khususnya profil aparat teritorial, sistem pembinaan ketahanan nasional yang
meliputi Ipoleksosbudhan dan sistem pertahanan negara dalam corak keterkaitan yang
sistematik pada 3 faktor lingkungan tersebut,

9. Binter dari masa ke masa.

a. Periode perjuangan fisik (1945-1949).

1) Perjuangan rakyat yang terorganisir melalui wadah lasykar rakyat, badan


keamanan rakyat, tentara keamanan rakyat secara bersama kumpulan
masyarakat lainnya berhasil merebut dan memproklamirkan kemerdekaan
dalam bentuk negara kesatuan Republik Indonesia.

2) Pada era perang kemerdekaan I dan II rakyat pejuang dibawah


pimpinan Panglima Besar Jendral Sudirman melakukan perang gerilya melawan
Agresi Militer Belanda ke II sehingga secara politik keberadaan pemerintah RI
dimata dunia tetap eksis.

3) Realisasi Binter pada periode ini adalah TNI berperan sebagai inti
kekuatan pertahanan bersama rakyat secara semesta melaksanakan menuver
perang gerilya.

b. Periode demokrasi liberal (1949-1959). Bentuk sistem pemerintahan


federal sebagai hasil rakayasa Belanda ditolak oleh TNI karena dapat mengancam
8

keutuhan kedaulatan negara. Kemudian dibentuklah Dewan Nasional yang


didalamnya mencakup semua golongan fungsional

termasuk TNI dalam kabinet karya dianggap sebagai pengakuan fungsi sebagai
kekuatan politik. Kemudian usulan kembali ke UUD 1945 adalah inisiatif TNI sebagai
realisasi kebutuhan politik saat ini ditandai dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang akhirnya realisasi Binter saat ini cenderung pada peran Binsospol yang ikut
berperan dalam keputusan politik pemerintahan.

c. Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Untuk membendung


pengaruh dan dominasi komunis dalam front Nasional, TNI bersama komponen
bangsa secara militer maupun politis mampu mengatasi pengaruh dan dominasi
tersebut.

Binter TNI bersama-sama rakyat melakukan aksi membendung dan


melumpuhkan sarana fisik kantong-kantong gerakan komunis dan bersama-sama
kekuatan lainnya mewujudkan kebijaksanaan pemerintah untuk memberantas
komunis.

d. Periode Orde Baru (1965-1999). Sesuai dengan kebijaksanaan


Pemerintah saat ini, penyelenggaraan Binter lebih banyak ditujukan kepada upaya
mempertahankan kekuasaan saat ini, sehingga terjadi banyak penyimpangan
penyelenggaraannya, walaupun sebenarnya mendasari pembinaan terhadap unsur-
unsur dalam Binter baik berupa geografi, pembinaan demografi, maupun pembinaan
kondisi sosialnya.Hanya saja pelaksanaan kegiatan di lapangan terutama dalam
pembinaan kondisi sosialnya banyak ditujukan pada penciptaan kondisi politik yang
mengantungkan fihak yang berkuasa saat ini.

Seiring dengan berbagai penyimpangan praktek Binter dilapangan saat ini


dengan berbagai motivasi, maka citra Koter saat ini diidentikkan dengan alat penguasa
guna mencapai keuntungan politik belaka.

Hal-hal seperti itulah yang mengakibatkan lunturnya citra Binter, bahkan ada
kecenderungan sebagian kalangan untuk mengusulkan dihapuskannya Koter beserta
fungsi-fungsinya.

BAB – IV

FAKTOR YANG BERPENGARUH

10. Umum. Dalam rangka mewujudkan hasil pembinaan teritororial sesuai dengan
harapan guna memantapkan pertahanan negara secara solid, terdapat beberapa faktor yang
9

mempengaruhi keberhasilannya. Faktor-faktor tersebut sudah barang tentu harus


diperhitungkan sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilannya.

11. Perkembangan kehidupan manusia.Perkembangan kehidupan manusia dari


zaman kejaman selalu mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan pemikiran dan
teknologi yang dijalani.

Dewasa ini kehidupan manusia termasuk bangsa Indonesia tengah berada pada abad
globalisasi dan informasi dengan corak kehidupan yang sangat cepat dan mengglobal seakan tanpa
batas yanga nyata diantara penduduk dunia.
Aneka ragam gaya hidup muncul dengan karakter baru yang hidup ditengah masyarakat,
analog dengan punahnya nilai kekekalan punah pula nilai kegotong royongan dan kekeluargaan yang
melekat pada masyarakat Indonesia yang sosialistik, sehingga dapat dipastikan perilaku masyarakat
Indonesia cenderung menjadi individualistik. Bila kita mengharapkan kembalinya nilai-nilai sosialistik
dikalangan masyarakat Indonesia, maka kita semua harus memahami serta bersiap diri untuk menata
tatanan hidup masyarakat Indonesia kekultur masyarakat sosialistik.Kalau tidak, maka kita akan
mengalami kejutan psikologi dimasa yang akan datang.
Untuk menyikapi perubahan ini perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
berkecimpung dalam bidang teritorial agar mampu mengaktulalisasikan desain Binter yang paling
tepat dalam menghadapi perubahan masyarakat tersebut sebagai acuan analisis untuk menentukan
kebijakan dalam pembangunan kekuatan dan penggunaan kekuatan pertahanan.

12. Faktor-faktor yang mempengaruhi.

a. Globalisasi dan reformasi yang tengah bergulir dalam kehidupan masyarakat


Indonesia diyakini telah menimbulkan berbagai perubahan mendasar dalam kehidupan
masyarakat dan sistem kenegaraan.

b. TNI AD menyadari bahwa betapa kompleksnya permasalahan kebangsaan


Indonesia yang multi dimensional dimasa sekarang dan yang akan datang.

Atas dasar itulah TNI AD merasa peduli ddan bertanggung jawab dengan secara pro
aktif menyikapi perkembangan dan perubahan tersebut, TNI AD berupaya melakuakan
introspeksi dan telaahan kritis atas peran sejarahnya khususnya yang berkaitan
dengan perannya dalam Binter.

c. Peran Binter TNI AD dimasa depan tidak hanya ditentukan oleh TNI AD sendiri
tetapi juga dapat ditentukan oleh komponen kekuatan bangsa lainnya.

Dalam hal ini kejernihan dan ketulusan segenap komponen bangsa dalam memberikan
kontribusi sebagai wujud rasa memiliki peran Binter yang dapat diharapkan.
10

13. Kekuatan/Peluang serta Kelemahan/Ancaman.

a. Kekuatan/Peluang.

1) UUD 1945 pasal 30 tentang Bela Negara.

2) Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

3) TAP MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Jati diri dan peran TNI.

4) Bhakti TNI yang sampai saat ini masih diterima dan dibutuhkan
masyarakat.

5) Kemanunggalan TNI-Rakyat yang telah lahir bersama sejarah bangsa.

b. Kelemahan/Ancaman. Kelemahan dan ancaman antara lain : intervensi


ideologi, politik, hukum, dan budaya semakin terbuka lebar karena batas kedaulatan
negara semakin tidak jelas karena pelebaran arus informasi yang disajikan teknologi
canggih. Kalau hal ini tidak bisa diatasi, tidak mustahil sifat hidup masyarakat
yang semakin maju akan menonjol sikap individualisme.

Runtutan keterbukaan, demokratisasi akan semakin menyimpang dari rambu-


rambu demokratisasi Pancasila. Hal ini ditandai dengan budaya politik yang masih
belum bergeser dari budaya politik partisan, ini menandakan bahwa masyarakat masih
sedang mencari format politik baru yang sesuai dengan kehidupan demokrasi
Pancasila. Bila hal ini tidak cepat dikendalikan tidak menutup kemungkinan kita akan
terjebak kedalam perangkap kemelut politik yang tidak berkesudahan. Kwalitas dan
kwantitas aparat Binter masih banyak yang belum menguasai bidang tugas yang
diembannya. Bila hal ini tidak cepat ditangani, maka aparat Binter akan terperangkap
ke dalam sikap apatisme dan pesimisme.

BAB - V
UPAYA PEMANTAPAN PEMBINAAN TERITORIAL

14. Umum. Kita sadari bahwa pada era globalisasi dan reformasi yang membawa
muatan permasalahan yang serba komplek seperti sekarang ini, untuk merumuskan konsepsi
penyelenggaraan Binter yang komprehensif yang dapat menjawab permasalahan secara
tuntas, hal ini disebabkan oleh berbagai kelemahan kendala dan ancaman dan faktor yang
mempengaruhi dengan jumlah muatan yang tidak terbatas serta sulitnya untuk ditelusuri
secara rinci.
11

Namun dengan demikian bukan berarti harus terperangkap kedalam kesulitan yang pesimistik.
Dari pembahasan terdahulu telah dapat diketahui secara jelas fungsi dan peran Binter dalam
penyiapan pertahanan negara serta tolak ukur keberhasilannya.
Untuk mewujudkan pertahanan negara yang tangguh maka peran Koter melalui Binternya
ditempatkan sebagai suatu obyek yang perlu ditingkatkan agar tetap adaptif menjawab setiap
tantangan dan permasalahan yang bersifat dinamis. Selanjutnya komponen bangsa lainnya serta
masyarakat sebagai komponen kekuatan dasar kita tempatkan sebagai sybyek dan obyek dalam
menyiapkan pertahanan negara di darat.

15. Aktualisasi penyelenggaraan Binter.

a. Untuk menjelaskan uraian penyelenggaraan Binter seyogyanya kita awali


dengan upaya menyamakan persepsi tentang visi dan misi Binter seperti yang
dicanangkan dalam kebijakan dan strategi Binter TNI tahun 2002-2006.

Visi dan misi ini didasari oleh visi dan misi TNI yang sesuai dengan paradigma
baru TNI melalui langkah-langkah Redefinisi, Reposisi, Rekulturisasi dan Reaktulaisasi
peran Binter dimasa yang akan datang.

Peran Binter TNI AD dimasa depan tidak hanya ditentukan oleh TNI AD sendiri
tetapi juga dapat ditentukan oleh komponen kekuatan bangsa lainnya.

Dalam hal ini kejernihan dan ketulusan segenap komponen bangsa dalam
memberikan konstribusi sebagai wujud rasa memiliki peran Binter yang dapat
diharapkan.

1). Visi Binter. Secara aktual visi Binter bertujuan untuk mewujudkan
pertahanan negara didarat dalam sistim pertahanan semesta dengan jabaran
sebagai berikut :

a) Keterpaduan yaitu terwujudnya keterpaduan antara segenap


komponen bangsa dalam pengelolaan sumber daya nasional menjadi
kekuatan pertahanan aspek darat, sebagai bagian sistim pertahanan
semesta.

b) Kebersamaan, yaitu terwujudnya kesinambungan (sikap gotong


riyong) bagi segenap komponen bangsa bagi kepentingan pertahanan
aspek darat.

c) Kesinambungan, yaitu terwujudnya kesinambungan dalam


segenap potensi sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan
maupun kesejahteraan.
12

2) Misi Binter. Misi Binter pada dasarnya adalah menyelenggarakan


pengelolaan sumber daya alam, sumber potensi nasional dan potensi
kewilayahan baik dalam rangka kesejahteraan maupun untuk dijadikan
kekuatan pertahanan, serta mendayagunakan nya dalam rangka Sishanta guna
menghadapi ancaman kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, melalui kegiatan :

a) Adanya kesamaan aspek geografi yang dibina oleh instensi


fungsional menjadi ruang, alat dan kondisi juang yang kondusif untuk
kepentingan pertahanan.

Karena pengelolaan aspek geografi dilakukan oleh berbagai instansi dan


pada penyelenggaraan fungsi berorientasi pada bidang tugas dan
tanggung jawab institusinya. Sedangkan dari sisi Binter sesuai dengan
tingkatan tugas Komandonya memberi desain aspek pertahanan yang
diharapkan pada bidang geografi.

b) Adanya kesamaan aspek Demografi yang dibina oleh instansi


fungsional menjadi kepentingan pertahanan memiliki kesadaran bela
negara yang siap dimobilisasi dan masuk dalam organisasi kerangka
yang telah dirancang oleh Komando Teritorial didaerah tanggung jawab
masing-masing.

c) Adanya kesamaan aspek Konsos yang meliputi ideologi, Politik,


Sosial Budaya dan pertahanan yang dibina oleh instansi terkait untuk
kepentingan pertahananberupa semangat persatuan dan kesatuan
bangsa.

b. Melalui persamaan persepsi tentang visi dan misi Binter ini selanjutnya
diaktualisasikan melalui peran fungsi Binter dalam mendukung penyiapan
pertahanan negara yang harus ditentukan oleh seluruh komponen kekuatan
rakyat melalui wakil-wakilnya di DPR/MPR.

Adapun fungsi dan peran Binter tersebut diatas adalah :

1) Fungsi Binter.

a) Mengelola potensi wilayah menjadi kekuatan kewilayahan


untuk menunjang pembangunan nasional dan kepentingan
Hanneg dalam rangka mewujudkan Sishanta.

b) Binter sebagai tatanan TNI, mendukung dan mensukseskan


tugas pokok dan peran TNI.
13

c) Keberadaan Binter menjangkau bidang geografi demografi


dan konsos yang bersifat lintas sektoral dengan pendekatan
pertahanan dan kesejahteraan.

2) Peran Binter. Peran Binter sebagai sistem, berkaitan dengan


Sisbin TNI, Sisbin Tunnas dan Sisbin Hanneg.

a). Dalam rangka Sisbin TNI, Sisbinter berkewajiban untuk


menghasilkan terbentuknya kesadaran dan sikap teritorial warga
TNI untuk menjamin kemanunggalan TNI-rakyat, mampu dan
mahir menerapkan metode Binter dalam pelaksanaan tugas.

b). Dalam kerangka Sisbin Hanneg, Sisbinter berkewajiban


untuk mewujudkan terpeliharanya keutuhan wilayah nasional dan
integrasi nasional serta berfungsinya sistem bela negara.

c. Dengan demikian dalam pelaksanaan Binter rakyat memahami dan


merasa bertanggung jawab akan peran sertanya bersama Koter TNI AD sebagai
inti kekuatan pertahanan dalam mewujudkan RAK Juang yang tangguh untuk
kepentingan pertahanan secara semesta sebagai bagian dari sistim pertahanan
nasional.

Mengingat maraknya permasalahan bangsa dewasa ini khususnya


ancaman persatuan dan kesatuan, disintegrasi bangsa maka penyelenggaraan
Binter dititik beratkan kepada :

1) Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

a) Sikap mental.Setiap prajurit harus memiliki sikap mental


yang bersumber dari Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan
kaidah lainnya. Dengan demikian sebagai Apter yang langsung
berhubungan dengan masyarakat akan mampu menampilkan diri
dan mengajak masyarakat dalam pemahaman Doktrin
Sishanta/Perata.

b) Kualitas Intelektual. Diera globalisasi ini kita dihadapkan


dengan perkembangan manajemen yang begitu pesat, karena
manajemen adalah ketrampilan menggunakan sumber daya dan
menempatkan diri pada situasi yang kondusif bila dihadapkan
pada perkembangan permasalahan.

Dengan demikian Apter dapat melaksanakan tugasnya harus


mampu mengikuti perkembangan bila tidak ingin ditinggalkan oleh
perubahan dan permasalahan yang berkembang di masyarakat.
14

c) KKS TNI. Perubahan sosial teknologi yang begitu cepat


juga mempengaruhi gaya kepemimpinan yang diterapkan,
konsekwensi dari signal kebijakan politik yang dilemparkan
pemerintah berupa keterbukaan, demokratisasi dan HAM maka
Apter harus siap dengan kepemimpinan dan komunikasi sosial
yang transparan.Untuk itu maka Apter harus mampu :

(1) Menyadari secara mendalam tentang perubahan


sikap, aspirasi, dan mitivasi yang berkembang di
masyarakat, dan menyadari bahwa kepemimpinan gaya
militer tidak cocok lagi untuk diterapkan dimasyarakat.

(2) Menyadari bahwa masyarakat yang dihadapi adalah


prodak masa kini yang serat dengan sikap pesimis dan
kritis serta sikap mendua terhadap konstitusi daripada
reputasi dan prestasi.

(3) Peka terhadap dinamika kehidupan masyarakat.

(4) Mengambil keputusan atas dasar musyawarah,


mufakat sebagai landasan nilai yang hakiki dari kultur dari
masyarakat Indonesia (Demokrasi Pancasila).

2) Pemberdayagunaan sumber daya wilayah/nasional.

Secara bersama-sama antar lembaga fungsional dan masyarakat dapat


mensinergikan hasil pembinaan yang terkait dengan aspek pertahanan
berupa :

a) Terwujudnya lima aspek medan sebagai basis Daerah


Pangkal Perlawanan (Rahkalwan).

b) Tersedianya organisasi kerangka pertahanan yang disusun


dan disiapkan sesuai konsep umum pertahanan nasional melalui
pelatihan bela negara dan menumbuh kembangkan bela negara.

c) Terlaksananya bhakti sosial TNI dilakukan dalam bentuk


TMMD, TNI Manunggal Pertanian,Karya Bhakti yang ditujukan
untuk memperkuat struktur ekonomi masyarakat untuk mencapai
Ketahanan Nasional dan Pertahanan Negara.
15

BAB – VI
PENUTUP

16. Kesimpulan

a. Konsepsi Sishanta pada dasarnya dilatarbelakangi oleh gagasan tentang


wilayah perlawanan yang mampu membina diri dalam keamanan dan kesejahteraan,
dengan potensi dan kekuatan yang berada diwilayah, untuk melakukan perlawanan
secara berlanjut sampai tercapai keunggulan diri. Pengalaman sejarah seperti
penumpasan berbagai pemberontakan telah memperkaya wawasan penyelenggaraan
Pertahanan Keamanan Negara. Dari pengalaman tersebut menunjukkan betapa
pentingnya kemanunggalan TNI dan rakyat dalam upaya penyelenggaraan pertahanan
keamanan negara. Dalam perkembangan lebih lanjut kemanunggalan TNI dan rakyat
dikembangkan dalam empat komponen Pertahanan Semesta yaitu TNI sebagai
komponen utama yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan,
sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilitas sebagai
komponen cadanagn dan sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan
sebagai komponen pendukung.

b. Komponen ratih dewasa ini masih dalam bentuk hansip wankamra. Secara
terbatas hansip telah mempunyai kemampuan untuk mendukung penyelenggaraan
pertahanan semesta, walaupun belum terorganisasi secara mantap, tetapi telah
mempunyai beberapa unsur yang telah berfungsi.

c. Pembinaan Teritorial sebagai salah satu fungsi TNI mempunyai peranan yang
penting. Melalui pembinaan teritorial potensi wilayah yang berupa potensi geografi,
demografi dan kondisi sosial dapat dikembangkan menjadi kekuatan wilayah berupa
uang, alat dan kondisi Juang yang tangguh dan dapat mendukung kepentingan
Sishanta, diantaranya dalam membina komponen-komponen Sishanta.

e. Dalam pelaksanaannya, pembinaan teritorial masih menghadapi beberapa


permasalahan antara lainbelum dijabarkannya Undang-Undang RI Nomor 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara. Dengan belum dijabarkan ketentuan-ketentuan
tersebut membawa dampak upaya pembinaan berbagai komponen Hanta banyak
mengalami hambatan, bahkan secara faktual belum dapat dilaksanakan.

17. Saran Dalam rangka pemantapan pembinaan terotorial yang akan datang, agar
mampu membina komponen kekuatan sishanta yang diharapkan perlu diambil langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Pemantapan/pembakuan Doktrin dan petunjuk Binter yang lebih sinkron


bertingkat dan aplikatif dengan membentuk forum pengkajian Doktrin yang melibatkan
16

berbagai pihak seperti pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh intelektual
baik yang resmi maupun tidak resmi.

b. Pemantapan pemahaman dan kesadaran terhadap arti dan pentingnya


pemninaan teritorial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik intern maupun
ekstern TNI/masyarakat malalui pendidikan terutama pada tingkat pelaksana.

c. Untuk keberhasilan Binter dalam penyiapan pertahanan negara diperlukan


postur Apter yang handal baik dari segi kualitas mental, intelektual maupun
ketrampilannya dalam mengelola potensi sumber daya wilayah. Personil yang akan
ditugaskan diharapkan betul-betul personil yang sudah disiapkan ( bukan sekedar
mengisi kekosongan struktur organisasi ).

d. Untuk mewujudkan kemampuan personil Apter yang berkualitas perlu dibentuk


kelompok kerja untuk menilai kualitas sikap mental dan kemampuan intelektual
dikaitkan dengan tantangn tugas dari program yang tersusun, untuk penyeleksian
calon personil Apter yang akan ditempatkan disuatu jabatan

18. Penutup. Demikian tulisan ini dibuat dengan segala kekurangan dan kelebihannya,
mudah-mudahan dapat memberi sumbangsih pikiran terhadap keberhasilan Binter dalam
rangka mendukung penyiapan pertahanan negara.

Banyuwangi, Mei 2015


Penulis

Saifurokhim
Kapten Inf NRP 531000

Anda mungkin juga menyukai