Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KONSULTASI GIZI ”
GIZI PADA TENAGA KERJA

DOSEN PEBIMBING:
MINCU MANALU,S.Gz.M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10 :


1. Eflin Roito Tampubolon (P01031219015)
2. Martina Grace Hia (P01031219031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami bisa menyusun makalah ini dengan judul “GIZI PADA TENAGA KERJA” ini selesai
pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Mincu selaku dosen
matakuliah Konsuktasu Gizi, yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami
mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah judul “GIZI
PADA TENAGA KERJA”

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3 Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian gizi pada pekerja ....................................................... 3


2.2.Gizi yang dibutuhkan pekerja ....................................................... 5
2.3.Aspek yang mempengaruhi gizi kerja .......................................... 9
2.4.UU yang mengatur gizi kerja ........................................................10
2.5.Akibat kekurangan gizi kerja .......................................................10
2.6.Masalah yang mempengaruhi gizi tenaga kerja.......................... 11
2.7.Alat peraga yang digunakan......................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................14

3.2 Saran ............................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan
produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat.
Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja (Satriono, 1999).

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai
nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk
dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel
yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan
tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan
menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya
memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi (Adrianto Dan
Ningrum, 2010).

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan
standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang
miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar
pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran
apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak
akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang
lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi  (Aziza, Dkk.
2015).

1
1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu;

1. Apa yang dimaksud gizi kerja?


2. Gizi apakah yang dibutuhkan pekerja?
3. Aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi gizi kerja?
4. Undang-undang apa saja yang mangatur gizi kerja?
5. Apa akibat kekurangan gizi pada pekerja?
6. Apa masalah yang mempengaruhi gizi tenaga kerja?
7. Apa alat peraga yang dibutuhkan dalam gizi tenaga kerja?

1.3. Tujuan

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu;

1. Mengetahui tentang gizi kerja.


2. Mengetahui gizi yang dibutuhkan pekerja.
3. Mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi gizi pekerja.
4. Mengetahui undang-undang yang mengatur gizi kerja.
5. Mengetahui akibat kekurangan gizi pada pekerja.
6. Mengetahui masalah yang mempengaruhi gizi tenaga kerja.
7. Menegtahui alat peraga apa yang di gunakan dlam gizi tenaga kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Gizi Kerja

Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jens pekerjaannya dengan tujuan untuk meningkatkan daya
kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dengan tingkat gizi seseorang
( Suma”mur,1996)

Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau kualitas fisik
seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya bekerja adalah aktivitas fisik yang
selalu memerlukan enegi yang bersumber dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin
banyak pula kebutuhan energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi
lebih baik dan relative lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi
kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status gizi seseorang,
semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja. Penentuan status gizi meliputi:

 Gejala klinik
 Pemeriksaan antropometrik
 Pemeriksaan biokimia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang menurut Reni Wijayanti, 2007
yaitu:

1). Faktor Ekonomi

Penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari.
Hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi persyaratan gizi hanya
mungkin disajikan dikeluarga yang berpenghasilan tinggi, memungkinkan keluarga yang
berpenghasilan terbataspun mampu menghidangkan makanan yang cukup memenuhi syarat gizi
bagi anggota keluarganya.

2). Faktor pengetahuan tentang gizi

Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat membantu keluarga
memilih makanan bergizi,murah dan dapat menjadi selera untuk semua anggota keluarga.

3). Faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu

Adanya orang berpikiran salah dengan menganggap bila makan sayuran banyak mengandung
vitamin dan mineral akan menurunkan harkat keluarga.

3
4). Faktor fadhisme

Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan mengakibatkan
kurang bervariasinya makanan yang akhirnya tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.

5). Faktor-faktor lingkungan kerja

Ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja yang berlebihan
maka penggunaan cadangan energipun akan bertambah besar.  Dalam penelitian ini, untuk
menilai status gizi  salah satu bentuk penilaiannya dengan indeks anthropometri tubuh
menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Tabel 1. Kategori IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:

Masalahnya hanya terletak pada kekurangan gizi, khususnya energi. Bagi orang dewasa yang
bekerja dengan energi yang melebihi dari kewajaran (membanting tulang demi untuk
memperoleh pendapatan yang lebih) umumnya ia menggunakan cadangan energi dalam
tubuhnya, akibat penggunaan tersebut dan tidak adanya penggantian energi dan energi cadangan
sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan ke dalam tubuhnya, tentulah dari
pekerja/orang dewasa yang bersangkutan tidak dapat diharapkan adanya produktivitas kerja yang
dikehendaki.  Pada masa sekarang para pengusaha telah memikirkan akan masalah yang dihadapi
oleh para karyawannya. Oleh karena itu, bagi para karyawan yang bekerja melebihi ketentuan
waktu kerja atau menjalankan pekerjaan yang dianggap berat, selalu disediakan jaminan makan
(biasanya berupa makanan yang bergizi) dan makanan tambahan (extra  voiding).  Pembatasan
waktu kerja, pemberian jaminan makan setiap hari kerja, merupakan suatu kebijaksanaan
pengusaha utnuk mempertahankan produktivitas kerja yang dikehendaki perusahaan dari para
karyawannya.

4
2.2 Gizi Yang Dibutuhkan Pekerja

Menurut Reni Wijayanti (2007), gizi kerja yang baik akan meningkat derajat kesehatan tenaga
kerja yang tinggi dan akan mempengaruhi produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional.
Sedangkan gizi kerja yang buruk akan menyebabkan:

 Daya tahan tubuh menurun dan sering menderita sakit dengan akibat absensi yang tinggi.
 Daya kerja fisik turun sehingga prestasi rendah.

Dengan absensi tinggi ditambah lagi dengan prestasi kerja rendah maka akan menyebabkan
produktivitas rendah pula.

Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Unsur-unsur
tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan air. Enam unsur tersebut dapat
dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Unsur gizi pemberi energi, yaitu : karbohidrat, protein, dan lemak.


2. Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu : protein, mineral, dan air.
3. Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh, yaitu : mineral, vitamin, dan air.

Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara
operasional dari slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna”. Dalam PUGS terkandung 13 pesan
dasar tentang perilaku makan yang diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi. Adapun isi
dari 13 pesan tersebut antara lain :

1) Makanlah aneka ragam makanan.

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi. 5) Gunakan
garam beriodium

6) Makanlah makanan sumber zat besi.

7) Berikan air susu ibu ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8) Biasakan makan pagi

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10) Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.

5
11) Hindari minum minuman beralkohol.

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.

 Makanlah aneka ragam makanan

Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun, dan
pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal
dari pangan nabati dan hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan
hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahannya, sedangkan makanan sumber
zat pengatur, yaitu seluruh sayursayuran dan buah-buahan (Depkes, 2005). Makanlah makanan
yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari. Setiap kali hidangan makan dianjurkan
minimal terdapat satu jenis pangan sumber zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan
satu jenis pangan sumber zat pengatur (Depkes 2005).  Makan makanan yang beragam dapat
memelihara kesehatan karena kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
yang dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka ragam jenis bahan
makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara lengkap dan seimbang (Depkes 2005).

 Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi didapatkan dari makanan
yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi, yaitu makanan sumber
karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes 2005). Menurut hasil analisis estimasi energi basal
metabolisme (EBM) berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi
ASIA, angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur 19-29 tahun yang
berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara angka kecukupan energi (AKE) pria pada
kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal (Hardinsyah & Tambunan 2004). Berat badan
dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang. Apabila seseorang memiliki berat badan
yang normal, maka kecukupan asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang
berlebihan akan menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya kurang,
maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta dalam waktu yang lama akan
menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan berat badan (Depkes 2005).

 Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat sederhana,
seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah

6
kecukupan energi per hari, sedangkan karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung,
gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti tepung, sagu,
dan pisang (Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan
pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan
2004).  Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia adalah nasi,
jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari
kebutuhan energi (Depkes 2005).

 Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah & Tambunan 2004).
Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1
gram lemak menghasilkan 9 Kal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal
(Depkes 2005). Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang
dianjurkan adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al
2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila mengkonsumsi lemak dalam jumlah
yang berlebihan maka akan mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi
konsumsi lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan makanan
sumber lemak lemak nabati (Depkes 2005). Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan
selain befungsi untuk meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin
larut lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan. Lemak terdiri dari
tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang
mengandung asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh
tunggal, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau
minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak kelapa, mentega,
minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).

 Gunakan garam beriodium

Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat dibutuhkan dalam
perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi
otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh, pengaturan suhu tubuh, sintesa protein,
reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004).
Kekurangan iodium akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan otak
pada anak, tekanan darah rendah, dan gondok. Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001)
untuk kelompok umur diatas 12 tahun, pria dan wanita adalah 150 µg/hari (Kartono & Soekarti
2004). Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari 6 gram per hari
atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di dalam garam beriodium

7
mengandung natrium. Apabila konsumsi garam berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya
penyakit, seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005).  Pangan sumber
iodium adalah ikan dan kerang yang mengandung iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi
iodium, seperti rumput laut (Kartono & Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998) diacu dalam
Emilia (1998) penambahan garam pada makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan dimasak
karena kandungan iodium mudah rusak atau hilang saat makanan dimasak.

 Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan sel darah merah. Zat
besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat diperoleh dari makanan sehari-hari
(Depkes 2005). Apabila konsumsi pangan sumber zat besi rendah, maka dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan penyakit anemia gizi atau penyakit kurang darah. Anemia dapat
menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).

Hidayat Syarief (1997) menyebutkan bahwa pada usia dewasa, faktor gizi berperan untuk
meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan selanjutnya disebutkan bahwa tanpa
mengabaikan arti penting dari faktor lain, gizi merupakan faktor kualitas SDM yang pokok,
karena unsur gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi derajat  kesehatan dan ketahanan fisik,
tetapi juga  menentukan kualitas daya pikir atau kecerdasan intelektual yang sangat esensial bagi
kehidupan manusia.  Dengan status gizi yang rendah akan sulit untuk hidup secara sehat, aktif,
dan produktif yang secara berkelanjutan, dan akan menjadi penyakit turunan. Manusia untuk
kehidupannya membutuhkan energi, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya,
seperti berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung, pernapasan, 
pencernaan, proses-proses  fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan berbagai kegiatan
atau melakukan pekerjaan fisik.  Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran
karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya
diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya.  Manusia yang
kurang makan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya
pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang dapat
menghasilkan energi.  Dan orang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang
diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh,
namun kebiasaan meminjam ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang
gizi khususnya energi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).

Remaja adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang ada di lingkungan
sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah yang terkait dengan konsumsi
makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat beragam terhadap makanan yang dikonsumsi,
seperti acuh, terhadap pemilihan makanan yang dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan

8
kebutuhan gizi, makan berlebih, mengikuti trend dengan makanan cepat saji tanpa
memperhatikan kecukupan gizi yang mereka butuhkan, lupa waktu makan karena padatnya
aktivitas dan sebagainya.

Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan
status gizi remaja pada Madrasah Tsanawiyah ditemukan bahwa yang mempunyai pengetahuan
gizi baik 54,2% dan status gizi baik 57,3%.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi
kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun
perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari
dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen
utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:

 Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.


 Beban kerja: fisik maupun mental.
 Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu,
parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal.
Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa
penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas
kerja.

2.3 Aspek aspek yang mempengaruhi gizi pekerja

1. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat.
2. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.
4. Gizi kerja yang produktivitas.

9
2.4 Undang- Undang yang mengatur gizi kerja

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk
tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan
produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan
keterbelakangan. Dalam studi literatur yang dilakukan bahwa gizi pekerja diatur dalam
perundang-undangan, dimana bagi pelanggar akan di berisangksi yang sesuai dengan yang
dilakukan. Adapun undang-undang yang mengatur yaitu:

1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja
terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.
2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang makan
3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush yang
memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan minum 1400
kalori
4. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989 ,
Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan produktivitas kerja,

2.5 Akibat kekurangan gizi

Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa
akibat buruk terhadap tubuh, seperti:

1. Pertahanan tubuh  terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang,


2. Berat badan menurun,
3. Badan menjadi kurus,
4. Muka pucat kurang bersemangat,
5. Kurang motivasi,
6. Bereaksi lamban
7. Apatis dan lain sebagainya.

Dalam  keadaan  yang  demikian  itu  tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan
produktivitas kerja  yang optimal.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu

10
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan
kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan


pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.6. Masalah yang mempengaruhi tenaga kerja

a) Kesegaran Jasmani: Kemampuan tenaga kerja melakukan secara selamat dan


efektif aktivitas dan upaya jasmani sehubungan dengan kebutuhan kehidupan
dalam kaitan dengan pekerjaannya.
b) Produktivitas: Perbandingan (ratio) antara keluaran (barang, jasa) dengan
masukan (tenaga kerja, modal dll). Produktivitas kerja suatu perusahaan
dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya kecukupan gizi. Sesorang karyawan
yang kecukupan gizinya kurang akan memiliki angka kesakitan yang tinggi.
Selain itu karyawan yang kecukupan gizinya kurang memiliki daya fisik yang
rendah sehingga tidak akan dapat bekerja dengan maksimal dibandingkan dengan
karyawan yang sehat.
c) Efisiensi Kerja: Pemanfaatan tenaga, dana dan waktu guna mencapai hasil yang
sebesar-besarnya.
Pemberian makan untuk tenaga kerja di tempat kerja perlu di pikirkan besarnya kalori
makanan di tempat kerja yang dianjurkan sebanyak 40% dari kebutuhan total kalori perhari yang
diperlukan oleh tenaga kerja. Waktu pemberian makanan di tempat kerja perlu mendapat
perhatian khusus. Pemberian makanan di tempat kerja di berikan dua kali yaitu pemberian
makanan selingan dan makan di tempat kerja.

Pedoman untuk makanan tenaga kerja memerlukan tenaga atau energi yang digunakan
untuk melakukan kegiatan ataupun kerja dan hal ini tergantung dari :

11
1. Umur.
2. Jenis kelamin (laki-laki, dan perempuan).
3. Keadaan khusus (sakit, menyusui, melahirkan, dan lain-lain).
4. Metabolisme.
5. Jenis pekerjaan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.
6. Keadaan lingkungan sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,fisiologi
(ergonomi) dan psikologi.

Selain faktor di atas faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin,
umur, hamil, menyusui,kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya
penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa
perhatian pada asupan gizi, mengakibatkan terjadinya masalah gizi, disiplin, motivasi dan
dedikasi.
Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu tekanan panas, bahan-bahan
kimia, parasit, dan mikroorganisme, faktor psikologis, dan kesejahteraan. Manusia memerlukan
zat gizi yang bersumber dari makanan. Bahan makanan yang diperlukan tubuh mengandung
unsur-unsur utama seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Fungsi dari zat-zat
gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau kalori(karbohidrat, lemak, dan protein),
membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air, dan mineral) dan mengatur proses
tubuh (vitamin, dan mineral). Secara khusus, gizi adalah zat makanan yang bersumber dari bahan
makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Masalah Gizi dan kesehatan pada tenaga kerja:
1. Anemia gizi besi mayoritas tenaga kerja wanita.
2. Kurang gizi tingkat ringan.
3. Penyakit gastritis, Infeksi saluran nafas bagian bawah , Infeksi parasit di saluran cerna.
4. Konsumsi kurang sumber makanan Energi, Protein, Ca, Fe, Vit A, Vit karena tidak sarapan
dan tidak makan siang.

12
2.7. Alat peraga yang digunakan

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gizi kerja adalah nutrisi atau zat makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan tujuan untuk
meningkat daya kerja dan kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya dengan
tingkat gizi seseorang. Pada umumnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi status
gizi seseorang faktor ekonomi, faktor pengetahuan tentang gizi faktor prasangka buruk
terhadap jenis makanan tertentu, faktor fadhisme, dan faktor-faktor lingkungan kerja.
Adapun dasar-dasar hukum yang mengatur tentang gizi kerja salah satunya pada UU
No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja setelah bekerja
terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.

Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang
tinggi, secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status gizi baik
secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas
tenaga kerja.

3.2 Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian
bahan maupun dalam segi penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca agar karya tulis ini bisa menjadi berguna bagi pendidikan di
Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-gizi-kerja/

15

Anda mungkin juga menyukai