Anda di halaman 1dari 25

Asuhan Keperawatan Keluarga Secara Teoritis Dengan Keluarga Usia

Lanjut

KEIOMPOK VII (7)

NAMA : LISDA ADINAN

: JULIA ESTERLIN MANUMPIL

: DAHLIA MANGANTAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

            

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah swt yang dengan rahmat dan
taufik -Nya kami telah menyelesai kan makalah ini dengan judul” Asuhan
Keperawatan Keluarga Secara Teoritis Pada Keluarga Usia Lanjut ”
tepat pada waktu nya dengan sebaik-baik nya.

            Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua


terutama bagi penyusun sendiri. Kami sadar bahwa kalah yang kami buat masih banyak
lubang yang berlinang dan masih banyak rongga yang terangah dan jauh dari sempurna,
karna itu kami mengharapkan keritik dan sarat dari pembaca.

             Akhir nya, hanya kepada Allah swt kami mohon keridhoan-Nya apabila ada
kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelum nya kami
mengucapkan terima kasih.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

MANADO,02,April,2021

PENYUSUN MAKALAH

( Kelompok 7)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... 
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumsan masalah......................................................... .........................
C.  Tujuan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga...................................................................................
B. Kpnsep Lansia .....................................................................................
C. Askep Keluarga Secara Teoritis Pada Keluarga Usia Lanjut.........

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Jumlah penduduk lansia makin meningkat, sementara itu penurunan kemampuanfisik


dan mental lansia berpengaruh terhadap aktivitas sosial ekonominya. Jumlah
penduduklansia di seluruh dunia pada tahun 2008 mencapai 425 juta jiwa atau 6,8% dari
seluruh jumlah penduduk dunia. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan
dua kali lipatpada tahun 2009 (Pujiastuti, 2003). Sedangkan pada tahun 2009, populasi
lansiadiperkirakan ada 500 juta atau 11 % dengan usia rata-rata 60 tahun (Oktavia,
2009).Indonesia menempati peringkat ke-10 dunia untuk populasi manusia usia
lanjut(lansia). Pada tahun 2009 jumlah lansia mencapai 28,8 juta atau 11 % dari total
jumlahpenduduk di Indonesia, dimana sekitar 74 % dari jumlah lansia tersebut menderita
penyakitmetabolik yang harus terus diobati selama hidupnya. Penyakit metabolik tersebut
antaralain adalah diabetes melitus (33 %), hipertensi (25 %), stroke (19 %), osteoporosis
(17 %),dan penyakit lainnya (6 %) (Oktavia, 2009).Angka tertinggi dilaporkan dari
Sukabumi di Jawa Barat sebesar 28,6%. Insidenhipertensi sekitar 5% pada dewasa muda,
20% pada usia 50-60 tahun, dan 50% pada usia
80tahun. Insiden ini lebih tinggi pada propinsi lain, dan meningkat pada merekayang
menderita diabetes melitus atau insufisiensi ginjal (Jaleha, 2009).Mengkaji masalah
kesehatan lansia merupakan hal yang penting dilakukan olehperawat karena lansia
merupakan usia yang rentan terhadap berbagai jenis penyakit.Berdasarkan uraian di atas
maka penulis merasa tertarik untuk membuat karya tulis yangmembahas tentang
keperawatan gerontik.

B. Rumusan Masalah

 Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu


bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan keluarga lanjut usia ?
C. Tujuan

 Tujuan Umum

  Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata
mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan keluarga lanjut usia .

 Tujuan Khusus

  Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
nyatatentang:

a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada keluarga lanjut usia  .

 b. Diagnosa keperawatan pada keluarga lanjut usia .

c. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada keluarga


lanjut usia .

d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada  keluarga lanjut usia .

  e. Pelaksanaan evaluasi pada keluarga lanjut usia 


BAB II

TINJAUAN ASKEP TEORI

A. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

1. Definisi keluarga

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,


tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan
menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga. Misal para penulis
mengikuti orientasi teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu
arena berlangsungnya suatu interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan
karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-
sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat
tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem yang
ekstrem (Friedman, 1998).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998)).

2. Tipe dan Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga ada 6 yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
yang lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d.Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian/kematian.

e.Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang perkawinannya


berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan membentuk satu keluarga.

3. Peran keluarga

a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:

1) Peran parental dan perkawinan

Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri-ibu antara lain yaitu, Peran sebagai provider (penyedia), Peran
sebagai rumah tangga, Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran
rekreasi, Peran persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga paternal
dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi kebutuhan afektif pasangan),
Peran seksual.

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan yang


kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat mempengaruhi
membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara suatu hubungan
perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang
vital dari keluarga.

b. Peran Informal

1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di anatara para anggota,


menghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ideide baru atau cara-


cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan ketidak
sepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya, atau menawarkan
penyelesaian “setengah jalan”.

4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh


anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan


keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan/keakraban.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :

a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.

b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social placement


fungtion) adalah fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan
social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar
rumah.

c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan


generasi menjadi kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi kebutuhan


keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
5. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah


kesehatan nyeri sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan rasa
takut akibat masalah yang di ketahui.

b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan oleh tidak


memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah, maslah tidak begitu menonjol
dan tidak sanggup memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidak mampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak
mampuan tentang penyakit, misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan
penyakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Dikarenakan oleh


keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah,
dan ketidak tahuan tentang usaha penyakit nyeri sendi.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.


Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara
kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami keuntungan yang di peroleh dan
tidak ada dukungan dari masyarakat.

6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian penting dalam konsep
keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu memahami setiap tahap perkembannganya
yaitu menerima penurunan kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa
pensiun, mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan kematian
dengan tentram (Mubarak, 2006).

a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi dari caeter dan


McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985).

b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut

1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik

2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

3) Isolasi sosial

4) Kesepian (kelley et al, 1977 dalam friedman)

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat
perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat
hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,


misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan
lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat
menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur
20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi
tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya
umur.

a. Batasan-batasan lansia Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium Menurut organisasi kesehatan
Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi:

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

b. Teori menua

Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi dua, yaitu teori
biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis diantaranya sebagai berikut :

1) Teori biologis

Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa


didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses
penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang
berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius
ini berhenti berputar, maka ia akan mati.
Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam
proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau
enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap
sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi
sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

2) Teori nongenetik

Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi yang berulang dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (self recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam
proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa
berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.

Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas dapat terbentuk di
alam bebas dan didalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan didalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau
molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan
berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Radikal bebas yang terdapat
dilingkungan seperti :

a) Asap kendaraan bermotor

b) Asap rokok

c) Zat pengawet makanan

d) Radiasi

e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan


kolagen pada proses menua.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis Pada Keluarga Lansia

1. Pengkajian

Pengkajian Suprajitno (2012), mengatakan data yang dikaji dalam asuhan


keperawatan keluarga yaitu :

a. Berkaitan dengan keluarga

1) Data demografi dan sosiokultural

2) Data lingkungan

3) Struktur dan fungsi keluarga

4) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga

5) Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga

1) Fisik

2) Mental

3) Emosi

4) Sosial

5) Spritual

Menurut Nursalam (2008),ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan


data pada tahap pengkajian, yaitu :

a. Komunikasi Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi. Istilah


komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan
keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.
b. Observasi Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi.Observasi
adalah mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.

c. Pemeriksaan fisik Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :

1) Inspeksiadalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara


sistematik.Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra
penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.

2) Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan jari adalah
suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.

3) Perkusi adalah suatu pemeriksaandengan jalan mengetuk untuk


membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan
menghasilkan suara.

4) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang


dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Menurut Komang (2012) hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan keuarga adalah :

a. Data umum

1) Nama KK

2) Umur KK

3) Pekerjaan KK

4) Pendidikan KK

5) Alamat dan nomor telepon

6) Komposisi angota keluarga (nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK,
pendidikan, pekerjaan, keterangan)

7) Genogram, menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,


kondisikesehatan tiap keterangan gambar

8) Tipe keluarga
9) Suku bangsa

a) Asal suku bangsa

b) Bahasa yang dipakai keluarga

c) Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan

10) Agama

a) Agama yang dianut keluarga

b) Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

11) Status sosial eknomi keluarga :

a) Rata-rata penghasilan seluruhanggota keluarga

b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

c) Tabungan khusus kesehatan

d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)

12) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahapperkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti :

a) Riwayat terbentukya keluarga inti

b) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau
penyakit menular di keluarga)

4) Riwayat keluarga sebelumnya

a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga

b) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.


c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah (ukuran, kondisi dalam dan uar rumah, kebersihan,


venilasi, SPAL, air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar
mandi, denah rumah)

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal (aturan penduduk setempt,


budayasetempat, apa ingin tinggal dengan satu suku saja)

3) Mobilitas geografis keluarga (keluarga sering pindah rumah, dampak pindah


rumah terhadap keluarga)

4) Perkumpulan keuarga dan interaksi dengan asyarakat (perkumpulan/organisasi


sosial yang diikuti keluarga)

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuasaan keluarga

3) Struktur peran (formal dan informal)

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih


sayang, perasaan saling memiliki,dukungan terhadap anggota keluarga,
saling menghargai, kehangatan.

2) Fungsi sosialisasi Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia


luar, interaksi dan hubungan dalam keluarga.

3) Fungsi perawatan kesehatan Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota


kluarga (bukan hanya kalau sakit diapakan tapi bagaimana prevensi/promosi).
Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan penjajagan II (berdasar 5 tugas
keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil
keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi fungsional (adakah cara keluarga mengatasi masalah secara


maladaptif

g. Pemeriksaan fisik

1) Tanggal pemeriksan

2) Pemeriksaan dilakukan pada selruh anggota keluarga

3) Aspek pemeriksan mulai tanda vital, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
thorax, abdomen, ekstremitas atasdan ekstremitas bawah, sistem genetalia.

h. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatankeluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

i. Pemeriksaan pola sehari-hari

a. Aktivitas dan istirahat Kelelahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur di
malam hari, menggigil atau berkeringat di malam hari, takikardi,
tikipnea/dispnea saat kerja, keletihan otot, nyeri, dan sesak

b. Integritas ego Adanya/faktor stress yang lama, perasaan tidak berdaya/tak ada
harapan, menyangkal

c. Makanan dan cairan Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan
berat badan

d. Nyeri dan kenyamanan Nyeri dada, berhati-hati pada daerah yang sakit, gelisah
e.Pernapasan Nafas pendek, batuk, peningkatan frekuensi pernafasan,
pengembangan pernafasan tak simetris, bunyi nafas menurun/takada secara
bilateral atau unilateral

f. Keamanan Adanya kondisi penekanan imun, tes HIV positif, demam atau sakit
panas akut

g. Interaksi social Perasaan isolasi atau penolakan, perubahan pola biasa dalam
tanggung jawab

h. Pemeriksaan diagnostik Kultur sputum, zeihl-nelsen, tes kulit, foto thorax,


histologi, biopsi jarum, elektrosit, GDA, pemeriksaa fungsi paru.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) adalah suatu pernyataan yang


menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah. Penilaian (skoring)
Diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) dalam Komang (2012)
sebagai berikut Proses skoring dilakukan untuk setiap Diagnosis keperawatan :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

b. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot. Skor Angka tertinggi

Menurut Nursing Diagnoses : Definitions and Classifikation (2015-2017) dan


Udjianti (2010), diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada keluarga dengan yaitu:

a. Diagnosis aktual Diagnosa sehat/wellness digunakan apabila keluarga mempunyai


potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptive perumusan diagnosis,
keperawatan keluarga potensial hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P
(Problem) dan S (sympthom/sign), tanpa komponen etiologi E. Masalah yang lazim
muncul pada adalah

1) Ketidakefektifan manajemen kesehatan

2) Disfungsi proses keluarga


b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat
paparan masalah kesehatan, namun semua sudah ditentukan beberapa data maladaptive
yang memungkinkan timbulnya gangguan.Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
resiko, terdiri dari Problem (P), etiologi dan Symptom/sign (S). Masalah yang lazim
muncul adalah:

1. Risiko jatuh

c.Diagnosis potensial Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah


kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptive. Perumusan
diagnosis keperawatan keluarga nyata/gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi dan
symptoms (S). Masalah yang lazim muncul pada adalah :

1. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dengan .

2. Kesiapan meningkatkan proses keluarga Menurut Sudiharto (2007), etiologi pada


diagnosis keperawatan keluarga menggunakan lima skala ketidakmampuan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan, yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melaksanakan


tindakan.

c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit,


disebabkan karena Dalam hal ini, keluarga tidak mengetahui cara perawatan
hipertensi, perawatan dengan kondisi intoleransi aktivitas, diit hipertensi, pola
aktivitas, dan managemen stress.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang kondusif


yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber dimasyarakat guna


memelihara kesehatan.
3. Perencanaan /Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang


akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (NANDA 2012-2014)
Menurut Nursalam (2008) perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslahmasalah yang diidentifikasikan pada
diagnosis keperawatan.Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi.

Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana


keperawatan, yaitu :

a. Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa
yang menyeluruh tentang masalah.

b. Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan.

c. Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan. d. Rencana keperawatan dibuat bersama
keluarga dalam:

1) Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.

2) Menentukan prioritas masalah.

3) Memilih tindakan yang tepat.

4) Pelaksanaan tindakan.

5) Penilaian hasil tindakan.

Menurut Suprajitno (2012) tindakan keperawatan keluarga mencakup beberapa hal


dibawah ini :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan


kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan, mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan
cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e.Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara


mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas tersebut.

4. Pelaksanaan /Implementasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan


dan tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana terdapat dalam standar
praktik keperawatan, yaitu :

a. Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan


oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.

b. Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang


memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi,
atau dokter.

c. Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara


tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis
dilakukan.

Setyowati dan Murwani (2008) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :

a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi konseling,


suportif, dan pendidikan kesehatan.
b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau terciptanya suatu
kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup
sehat.

c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan bagi anggota


keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan antara keluarga
dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan keperawatan.

e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan melalui langkah
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan, koordinasi dan advokasi)

f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan merencanakan
perawatan yang berpusat pada keluarga.

g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan kesehatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealfaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan,

(Nursalam, 2008). Nursalam (2008), menyatakan bahwa, dinyatakan evaluasi sebagai


sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien.
Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa
menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat
dilakukan dengan :

a. Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera
dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektifitas interfrensi tersebut.

b. Evaluasi hasil, fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan efesiensi.
6. Dokumentasi Keperawatan

Pengkajian awal (Initial Assesment) menurut Nursalam (2008), perawat


mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record“.
Penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari
salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.
Kegunaan dokumentasi adalah :

a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota tim kesehatan
lainnya.

b. Sebagai dokumentasi resmi dalam sistem pelayanan kesehatan.

c. Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.

d. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan keperawatan.

e. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang


diberikan terhadap pasien.
AB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menyelesaikan asuhan keperawatan pada Ny Y makapenulis akan


menggambarkan kesimpulan dari kasus tersebut yang muncul adalahsebagai berikut:

1.Gangguan Nyaman nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan suplai O 2 ke


otakberkurang akibat hipertensi

2.Gangguan Istirahat tidur berhubungan dengan emosional klien terganggu / labil

3. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan persepsi sensori (katarak).

4. Resiko tinggi terjadinya gangguan serebro vaskuler (Stroke) berhubungan


dengankurangnya pengetahuan mengenai perawatan hipertensi.

B.SARAN

Melalui makalah ini kami mengharapakan agar pembaca dapat memberikansaran


kepada kami arena kami tahu dalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan – kesalahan dalam penulisan maupun penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

1.Nugroho,Wahjudi.Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;19992.

 2.Stanley,Mickey.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi 2.EGC. Jakarta;2002

Anda mungkin juga menyukai