Anda di halaman 1dari 43

MODUL

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun oleh:

Titania Wahyuningrum
NIM P1337420920118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkatrakhmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan modul keperawatan
gawatdarurat. Modul ini dibuat untuk membantu mahasiswa mencapai
kemampuanketerampilan dan kompetitif dalam bidang kegawat daruratan. Dalam
penyusunan modul ini, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
banyak kekurangan atau jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran untuk
perbaikan modul ini sangat penulis harapkan. Sekalipun
demikian, penulis tidak melupakan jasa berbagai pihak yang telah memberikan bimbin
gan, arahan dan motivasinya. Demikianlah modul tersebut dibuat, semoga dapat
dipergunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Magelang, 23 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

TOPIK 1 ....................................................................................................... 1

TRIAGE ....................................................................................................... 1

Ringkasan ...................................................................................................... 3

Latihan 1......................................................................................................... 3

TOPIK 2 ....................................................................................................... 6

KARDIOVASKULER ................................................................................ 6

Ringkasan ...................................................................................................... 10

Latihan 2 ........................................................................................................ 10

TOPIK 3 ....................................................................................................... 14

KERACUNAN ............................................................................................. 14

Ringkasan ...................................................................................................... 17

Latihan 3 ........................................................................................................ 18

TOPIK 4 ....................................................................................................... 22

MUSKULOKELETAL ............................................................................... 22

Ringkasan ...................................................................................................... 27

Latihan 4 ........................................................................................................ 28

TOPIK 5 ....................................................................................................... 31

SYOK ............................................................................................................ 31

Latihan 5 ........................................................................................................ 34

iii
KUNCI JAWABAN ...................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38

iv
TRIAGE

A. PENGERTIAN
Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban berdasarkan tingkat
kegawatan. Menseleksi dan memilah korban tersebut bertujuan untuk mempercepat dalam
memberikan pertolongan terutama pada para korban yang dalam kondisi kritis atau
emergensi sehingga nyawa korban dapat diselamatkan. Untuk bisa melakukan triage dengan benar
maka perlu Anda memahami tentang prinsip-prinsip triage.

B. PRINSIP TRIAGE
Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat waktu akan
segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan akibat kerusakan organ.
Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat, data yang didapatkan dengan adekuat dan akurat
menghasilkan diagnosa masalah yang tepat. Keputusan didasarkan dari pengkajian,
penegakan diagnose dan keputusan tindakan yang diberikan sesuai kondisi pasien.
Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban, penanganan atau tindakan yang diberikan sesuai
dengan masalah/keluhan pasien. Kepuasan korban harus dicapai, kepuasan korban
menunjukkan teratasinya masalah. Dokumentasi dengan benar, dokumentasi yang benar
merupakan sarana komunikasi antar tim gawat darurat dan merupakan aspek legal.
Setelah memahami tentang prinsip triage, sekarang akan belajar tentang klasifikasi triage.
Klasifikasi ini penting untuk menseleksi korban yang datang sehingga keselamatan korban
segera ditolong. Klasifikasi ini dibagi menjadi 3 yaitu :

1
C. PROSES TRIAGE

Ketika melakukan triage,waktu yang dibutuhkan adalah kurang dari 2 menit karena tujuan
triage bukan mencari diagnose tapi mengkaji dan merencanakan untuk melakukan tindakan.

D. PENGKAJIAN DAN SETTING TRIAGE

1. Ada beberapa petunjuk saat Anda melakukan pengkajian triage yaitu: Riwayat pasien,
karena sangat penting dan bernilai untuk mengetahui kondisi pasien;

2. Tanda, keadaaan umum pasien seperti tingkat kesadaran, sesak, bekas injuri dan posisi
tubuh;

3. Bau, tercium bau alkohol, keton dan melena;

4. Sentuhan (palpasi), kulit teraba panas, dingin dan berkeringat, palpasi nadi dan daerah
yang penting untuk dikaji serta sentuh adanya bengkak;

5. Perasaan (commonsense), gunakan perasaan dalam memutuskan jawaban yang relevan


dengan kondisi pasien.

Di saat menemukan korban yang datang dalam kondisi kegawatdaruratan maka melakukan
proses triage dengan menerapkan S-O-A-P-I-Esystem. Tahap-tahap SOAPIE system adalah :

Pelaksanaan S-O-A-P-I-Esystem merupakan suatusiklus.Setelah Anda mendapatkan data


subjektif dan objektif maka Anda bisa merumuskan masalah pasien, dilanjutkan
merumuskan rencana tindakan keperawatan. Setelah Anda merumuskan rencana tindakan
keperawatan kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai kondisi pasien saat itu,
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Tahap evaluasi bisa dilaksanakan pada semua tahap.
Tahap-tahap diatas dapat dikerjakan secara bersamaan (simultan) untuk
mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien Anda seperti contoh kasus
selanjutnya.

2
RINGKASAN
Sebagai perawat di unit gawat darurat memlik kompetensi untuk melakukan triage. Dari materi
triage ini Anda harus mengingat hal-hal penting yaitu :
1) Prinsip-prinsip triage yang meliputi
a) Triage seharusnya segera dan tepat waktu,
b) Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat,
c) Keputusan didasarkan dari pengkajian,
d) Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban,
e) Kepuasan korban harus dicapai ,
f) Dokumentasi dengan benar.
2) Klasifikasi triage dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Prioritas 1 (emergensi): warna/label: merah,
b) Prioritas 2 (gawat ): warna/label: kuning
c) Prioritas 3 (tidak gawat): warna/label: hijau
3) Bentuk prosestriagemenggunakan SOAPIE system yaitu S (data subyektif), O (data
obyektif), A (assess/masalah), P (perencanaan), I (implementasi) dan E (evaluasi).
4) Proses triage tersebut dapat dikerjakan secara bersamaan (simultan) untuk
mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien.

LATIHAN 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Prinsip triage yang harus diketahui oleh seorang perawat adalah
A. Triage seharusnya segera dan tepat waktu
B. Keputusan harus berdasarkan kebiasaan
C. Pengkajian dilakukan dilakukan secara kebutuhan
D. Intervensi yang diberikan sesuai pengalaman perawat

2) Pernyataan benar tentang triage


A. Dikagorikan P2 apabila mengancam jiwa
B. Tempat perawatanP1 adalah resusitasiroom
C. Waktu tunggu P1 tidak boleh lebih dari 15 menit
D. Dikategorikan P3 apabila klien gawat tetapi tidak segera mengancam jiwa

3
3) Format yang dipakai dalam melakukan proses triage adalah
A. Primarysurvey
B. Secondarysurvey
C. Secondaryassessment
D. SOAPIE

4) Pada pengkajian Triage, data subyektif yang diperlukan adalah


A. Cara klien tiba ke RS
B. Tingkat kesadaran pada klien trauma
C. Keadaan umum
D. Keluhan utama

5) Pada bagian Plannning dalam SOAPIE, hal yang dilakukan adalah


A. Melakukan implementasi
B. Mengumpulkan data
C. Melakukan evaluasi
D. Merencanakan tindakan .

Bus X jurusan Jakartamengalami kecelakaan dengan menabrak trukdengan jumlah


penumpang 20orang. Seluruh korban sudah dievakuasi di lapangan yang relative aman,
dan kemudian dibawa ke IGD rumah sakit terdekat.Soal berhubungan dgno: 6- 9.

6) Korban 2 orang mengalami trauma kepala, keadaannya tidak sadar dengan GCS =
4. Prioritas korban adalah
A. Prioritas1
B. Prioritas2
C. Prioritas3
D. Prioritas4

7) Label/warna yang diberikan pada korban 2 orang mengalami trauma kepala,


4
keadaannya tidak sadar dengan GCS 4 adalah
A. Merah
B. Kuning
C. Hijau
D. Hitam

8) Ada 5 korban mengalami jumlah pernafasan 36 x/menit, Tekanan darah 80/50 dan
perdarahan, maka Anda akan memprioritaskan
A. Prioritas1
B. Prioritas2
C. Prioritas3
D. Prioritas4

9) Label/warna yang diberikan pada korban 2 orang mengalami trauma kepala,


keadaannya tidak sadar dengan GCS 11 adalah
A. Merah
B. Kuning
C. Hijau
D. Hitam

10) Yang merupakan petunjuk dalam pengkajiantriage adalah


1. Riwayat
2. Sentuhan
3. Bau
4. Tanda-tanda

A. 1, 2 dan 3 benar

B. 1 dan 3 benar

C. 2 dan 4 benar

D. semua benar

5
KARDIOVASKULER

A. DEFINISI INFARK MIOKARD


Infark miokard adalah kematian/nekrosis sel jantung akibat peningkatan kebutuhan metabolik
jantung dan atau penurunan oksigen dan nutrien ke jantung melalui sirkulasi koroner (Bajzer,
2002).

B. ETIOLOGI INFARK MIOKARD


Tidak cukupnya aliran darah ke otot jantung yang berkelanjutan dapat menyebabkan nekrosis
otot jantung dan iskemia daerah sekelilingnya, akibatnya akan timbul nyeri:
a. Penyebab terbanyak karena trombosis/aterosklerosis
b. Jarang yang disebabkan oleh spasme arteri koroner atau emboli
c. Hipotensi atau gagal jantung oleh karena refleks saraf otonom
d. Berkurangnya atau penurunan kontraktilitas otot jantung
Di bawah ini adalah faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable): Riwayat keluarga
positif; Peningkatan usia; Jenis kelamin → terjadi tiga kali lebih sering pada pria
dibanding wanita; Ras → insiden lebih tinggi pada penduduk Amerika keturunan Afrika
dibanding Kaukasia.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable): Kolesterol darah tinggi; Tekanan
darah tinggi; Merokok; Gula darah tinggi (DM); Obesitas; Inaktivitas fisik; Stress;
6
Penggunaan kontrasepsi oral; Kepribadian, seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius;
Geografi → insiden lebih tinggi pada daerah industri

C. GEJALA KLINIS INFARK MIOKARD


Sering Anda melihat seseorang yang mengalami infark miokard atau serangan jantung
divisualisasikan mengalami keluhan nyeri dada. Nyeri dada pada IMA khas, Nyeri hebat, di
tengah dada agak ke bawah, seperti dicengkeram atau menekan terus menerus. Mungkin
radiasi ke leher,
rahang, gigi, lengan, perut, punggung. Nyeri tidak menghilang dengan sediaan nitrat dan
istirahat.
Disfungsi autonomik
Reflek stimulasi vagus menyebabkan mual, muntah, kadang-kadang sinkop. Kadang-
kadang meteorismus (ileus paralitik), diare ataupun cegukan (hiccough); Sesak nafas. Gagal
jantung kiri;
Demam. Sesudah 24 jam (sekitar 38,50 C) selama 3-4 hari

D. DIAGNOSIS INFARK MIOKARD


Saat menemukan seseorang mengeluh nyeri dada, belum bisa mendiagnosa bahwa orang
tersebut mengalami Infak Miokard Akut. Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus
dilakukan untuk mendiagnosis seseorang mengalami IMA, yaitu: adanya perubahan EKG
yang khas dan atau kenaikan enzim otot jantung yang bermakna disertai ataupun tidak disertai
gejala klinis; Adanya dua kriteria triad (Perubahan EKG (Q patologis, ST elevasi) dan
Kenaikan enzim otot jantung (CPK, CKMB, LDH, SGOT, SGPT).

7
E. PENATALAKSANAAN INFARK MIOKARD
Saat Anda merawat pasien dengan IMA maka tujuannya adalah memperkecil
kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi, dengan cara:
Istirahat total; Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila ada gagal jantung;
Pasang infus dekstrosa 5 % untuk persiapan pemberian obat intra vena; Atasi nyeri (Morfin,
nitrat, antagonis kalsium, beta bloker); Oksigen 2 – 4 liter/menit; Sedatif; Antikoagulan;
Trombolitik.
F. KOMPLIKASI INFARK MIOKARD
Perluasan infark dan iskemia paska infark, aritmia (sinus bradikardi, supraventrikuler
takiaritmia, aritmia ventrikuler, gangguan konduksi), disfungsi otot jantung (gagal jantung
kiri, hipotensi dan syok), infark ventrikel kanan, defek mekanik, ruptur miokard, aneurisma
ventrikel kiri, perikarditis dan trombus mural.

G. PRIORITAS KEPERAWATAN
Menemukan pasien dengan keluhan dan tanda seperti di atas maka Anda akan
merumuskan tindakan keperawatan, antara lain:
1. menghilangkan nyeri dada/terkontrol;
2. menurunkan kerja miokard;

3. mencegah/mendeteksi dan membantu pengobatan disritmia yang mengancam hidup


atau komplikasi;
4. meningkatkan kesehatan jantung, dan perawatan diri.

H. KRITERIAPEMULANGAN

Tidak ada nyeri /


terkontrol

Curah jantung /perfusi


jaringan adekuat PULANG

Meningkatkan tingkat
aktivitas untuk
perawatan diri dasar

8
Ansietas berkurang /
teratasi

Proses penyakit,
rencana pengobatan,
dan prognosis dipahami
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskhemia otot jantung sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner
2. Aktual/Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik
(iskemia miokard transien/memanjang, efek obat)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung (penyekat beta, antidisritmia)
4. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan/
penghentian aliran darah, contoh vasokontriksi, hipovolemia/kebocoran dan
pembentukan tromboemboli
5. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ
(ginjal); peningkatan natrium/retensi air ;peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstisial/jaringan)
6. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status
ekonomi; ancaman kehilangan/kematian, tidak sadar konflik tentang esensi nilai,
keyakinan, dan tujuan hidup; transmisi interpersonal/penularan
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit
jantung dan status kesehatan akan datang ; kebutuhan perubahan pola hidup ; tidak
mengenal terapi paska terapi/kebutuhan perawatan diri
8. Potensial terjadi ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik berhubungan dengan
tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai

9
RINGKASAN
Setelah menyelesaikan materi asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien infark
miokard akut. Dengan demikian, sekarang memiliki kompetensi untuk melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien infark miokard akut. Dari materi tersebut ada
harus mengingat hal hal penting yaitu:
1) Masalah keperawatan yang sering muncul pada KAD: masalah keseimbangan cairan dan
elektrolit dan keseimbangan asam-basa.
2) Terjadinya pembuntuan pembuluh darah jantung menyebabkan muncul nyeri dada, yang
merupakan gejala khas pada pasien IMA
3) Nyeri khas dimulai dari dada tengan, menjalar ke bahu sebelah kiri dan lengan

4) Penanganan yang cepat akan mengurnagi risiko kerusakan jaringan jantung yang lebih luas

LATIHAN 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Laki-laki, 39 tahun, datang ke IGD diantar istrinya. Keluhan nyeri dada saat di rumah.
Menurut istri, pasien sudah menderita hipertensi sejak 8 tahun yang lalu. Setelah
dilakukan perekaman jantung didapatkan hasil adanya ST elevasi. Menurut klien nyeri
dirasakan tiba-tiba setelah pulang kantor, nyeri dirasakan di dada sebelah kiri menjalar ke
lengan.Keluhan pasien di atas merupakan gejala dari:
A. Decomp cordis
B. COPD
C. Infark Miokard Akut
D. Hipertensi
E. Miokarditis

2) Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard Akut di ruang
Anyelir. Pasien mengeluh dada sebelh kiri terasa nyeri. Saat ini anda bertugas sebagai
perawat di ruang tersebut. Diagnose keperawatan prioritas apa yang muncul pada pasien
tersebut:
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek
obat depresan jantung (penyekat beta, antidisritmia)

10
B. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskhemia otot jantung sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner
C. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan
status ekonomi; ancaman kehilangan/kematian, tidak sadar konflik tentang esensi
nilai, keyakinan, dan tujuan hidup; transmisi interpersonal/penularan
D. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (ginjal); peningkatan natrium/retensi air ;peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstisial/ jaringan)
E. Potensial terjadi ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik berhubungan dengan
tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

3) Laki-laki, 55 tahun, dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan tiba-tiba terasa
nyeri di dada sebelah kiri. Kondisi pasien saat ini lemah, tampak memegangi dada
sebelah kiri. Apa yang Anda lakukan sebagai perawat IGD saat pertama kali menrima
pasien?
A. Menanyakan biodata pasien
B. Memasang infus
C. Merekam EKG
D. Memberikan oksien 2-4 ltr/mnt
E. Memberikan terapi beta bloker

4) Laki-laki, 45 tahun di rawat di RS Sumber Kasih dengan diagnose INfark miokard akut.
Instruksi dokter pasien diharuskan istirahat total.Apa tujuan Instruksi dokter tersebut?
A. Memenuhi nutrisi, sehingga energy pasien terpenuhi
B. Supaya pasien tidak sesak
C. Menurunkan kebutuhan oksigen, sehingga beban kerja jantung menurun
D. Memulihkan kondisi pasien
E. Memenuhi kebutuhan istirahat tidur pasien

5) Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard Akut. Setelah
10 hari dirawat oleh doketr pasien sudah diperbolehkan untuk pulang. Apa kriteria

11
pemulangan pasien tersebut?
A. Nutrisi terpenuhi
B. Intake cairan adekuat
C. Aktifitas adekuat
D. Permintaan pasien
E. Tidak ada nyeri/terkontrol

Tn.D berusia 56 tahun tiba-tiba mengeluh nyeri pada dada yang khas yaitu seperti
tertekan atau terasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Nyeri
tersebut biasa timbul saat klien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktifitas
dihentikan. Karena hal tersebut, keluarga membawanya ke rumah sakit RSCM.
Klien pernah dirawat di rumah sakit dengan riwayat jantung dan setelah itu tidak
pernah kontrol. Suhu tubuh 370C , pernapasan 20x / ,menit, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 100x/menit.

6) Diagnosa medis apakah yang terdapat pada kasus ?


A. Gagal jantung
B. Infark miokard akut
C. Pneumonia
D. Angina pektoris
E. Hemotorax

7) Diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan kasus yaitu :


A. Nyeri berhubungan dengan ischemia miokardium
B. Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi
C. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
skutum
D. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian
E. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge

8) Data subyektif apakah yang terdapat pada kasus?

12
A. Suhu tubuh 370C
B. Pernapasan 20x / menit
C. Tekanan darah 120/80 mmHg
D. Nadi 100x/menit
E. Dada terasa tertekan

9)  Pemeriksaan penunjang apakah yang sesuai dengan kasus ?


A. JDL
B. GDA
C. Foto thorax
D. EKG
E. Jawaban C dan D benar

10) Pemeriksaan penunjang dari infark miocard, kecuali..


A. EKG
B. Elektrolit
C. GDA/oksimetri nadi
D. Ekokardiogram
E. Pemeriksaan darah lengkap

13
KEGAWATDARURATAN PADA KERACUNAN

Pada Bab ini, Anda akan mempelajari materi mengenai asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada kasus keracunan. Adapun yang dipelajari meliputi materi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi kegawatdaruratan pada
keracunan. Demikian beberapa materi yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar ini.
Keracunan merupakan hal yang juga penting untuk Anda ketahui dalam keperawatan
kegawatdaruratan. Sebagai petugas kesehatan Anda harus selalu siap dan dapat melakukan
pertolongan serta perawatan darurat pada keracunan. Keracunan dapat terjadi pada siapa,
dimana dan kapan saja. Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan dapat didefinisikan sebagai
masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang mempunyai efek membahayakan/ mengganggu
fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan durasi yang terjadi karena
disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian. Keracunan bisa
disebabkan karena makanan, zat kimia, gas beracun, obat-obatan/narkotika, pestisida maupun
binatang berbisa.

Seseorang dicurigai keracunan bila:


1. Seseorang yang sehat mendadak sakit.
2. Gejalanya tidak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu.
3. Gejalanya menjadi cepat karena dosis yang besar.

4. Anamnesa menunjukkan kearah keracunan, terutama pada kasus


bunuh diri/kecelakaan.
5. Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam jangka waktu yang lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

Sifat racun dapat dibagi menjadi:


1. Korosif: asam basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida)

14
2. Non korosif: makanan, obat-obatan.

Pengkajian
Pengkajian Primer terdiri dari: Status A-B-C, jenis, durasi, frekuensi, lokasi dan tingkat
kesadaran. Pengkajian Sekunder meliputi: Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan
racun. Banyak gejala yang dapat timbul akibat keracunan seperti muntah, pucat, kejang, koma,
somnolen, luka bakar di mulut, demam, hipereksitabilitas dan diare. Pada pemeriksaan
fisik bisa didapatkan adanya penurunan kesadaran, pupil konstriksi/dilatasi, sianosis, dan
keringat dingin.

BAHA GEJAL PENANGANAN


N A
Karbon monooksida gejala yang timbul berbeda-beda 1. berikan napas buatan
(Co) berdasarkan konsentrasi Co dalam 2. jaga suhu tubuh
darah
Karbon dioksida (Co2) gejala yang timbul berbeda2 1. berikan napas buatan
berdasarkan konsentrasi Co dalam 2. jaga suhu tubuh
darah
Tembakau - heartburn, salivasi, mual, muntah, 1. jauhkan dari paparan
sakit kepala dan lemas 2. berikan napas buatan
- gejala kronis batuk & bronkitis 3. berikan KI
kronis, hiperasiditas lambung 4. berikan atropin (Prn)
Bisa Ular terjadi pembengkakan & 1. ikat daerah gigitan
pendarahandibawah kulit, mual, 2. berikan serum anti bisa
muntah dan pusing. ular
3. pengobatan simptomatik
Alkohol gangguan fungsi motorik, muntah, 1. berikan napas buatan
lesu,tremor dan delirium. 2. berikan glukosa dan
tiamin
Klorin - keracunan peroral nyeri  diberi minum susu atau
tenggorokan, mual, muntah antasida
- gejala keracunan perinhalasi batuk,
sesak napas

15
Barbiturat reflek berkurang, depresi 1. beri napas buatan
pernapasan,koma, miosis 2. bilas lambung
3. beri MgSo4
Insektisida (DDT) muntah, hipersalivasi, miosis, kejang  dengan pemberian
dan depresi pernapasan Atropin sulfat (IV)

BAHAN GEJALA PENANGANAN

Jengkol kolik ureter, hematuria dan oliguria  dengan pemberian


Natrium karbonat

Bongkrek pusing, mual, nyeri perut, gangguan 1. pijat jantung


pernapasan dan kejang 2. beri adsorben
3. force diuresis
Minyak Tanah iritasi saluran cerna, depresi napas,  berikan O2
muntah dan kadang2 kejang danpengobatansimptoma
tik
Sianida nyeri kepala, mual, muntah, &  berikan segera
sianosis Natiosulfat10% (IV)

Morfin mual, muntah, pusing, miosis, depresi 1. beri Nalokson HCl 4-5 mg
napas (bila ada depresi napas)
dan akhirnya koma 2. pengobatan simptomatik
(bila tidak ada depresi
napas)
Timbal keracunan akut jarang terjadi, keracunan 1. CaNa2EDTA
kronis sakit kepala, rasa 2. Ca glukonat
logam pd mulut, sakit perut, diare

Setelah menyelesaikan mempelajari pengkajian, selanjutnya data-data yang didapat


pengkajian Anda gunakan untuk menegakkan Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan
dapat bervariasi bergantung pada jenis keracunan dan organ terancam mengalami gangguan.
Penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan data hasil pengkajian dan mengikuti standar yang
telah ada (NANDA). Tahap selanjutnya adalah Anda merumuskan rencana keperawatan

16
atau Intervensi. Prinsip intervensi/penatalaksanaan pasien keracunan yaitu: Kaji penyebab
keracunan; Bersihkan jalan nafas dari kotoran, muntahan atau lendir; Berikan bantuan nafas
jika terjadi henti nafas, hindari bantuan nafas dari mulut ke mulut atau gunakan panghalang
(kain kasa, sapu tangan); Hindari aspirasi gas beracun dari pasien; Cegah/hentikan penyerapan
racun; Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain: Pengobatan simtomatik, spesifik, dan
antidotum.
Evaluasi. Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat, sanggup
memobilisasi sekret pulmonal, tidak terjadi penurunan kesadaran.

RINGKASAN
Selamat,Anda telah menyelesaikan materi asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
pasien keracunan. Dengan demikian sekarang Anda memiliki kompetensi untuk melakukan
asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien keracunan. Dari materi tersebut Anda harus
mengingat hal hal penting yaitu: Keracunan merupakan hal yang juga penting untuk Anda
ketahui dalam keperawatan kegawatdaruratan. Sebagai petugas kesehatan Anda harus
selalu siap dan dapat melakukan pertolongan serta perawatan darurat pada keracunan.
Keracunan dapat terjadi pada siapa, dimana dan kapan saja. Racun adalah zat yang ketika
tertelan dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi
kimia. Keracunan dapat didefinisikan sebagai masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang
mempunyai efek membahayakan/mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah,
jenis, frekuensi dan durasi yang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat
menimbulkan kematian. Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas beracun, obat-
obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa. Pengkajian Primer terdiri dari: Status A-B-
C, jenis, durasi, frekuensi, lokasi dan tingkat kesadaran. Pengkajian Sekunder meliputi: Hasil
laboratorium dan riwayat kontak dengan racun. Banyak gejala yang dapat timbul akibat
keracunan seperti muntah, pucat, kejang, koma, somnolen, luka bakar di mulut, demam,
hipereksitabilitas dan diare. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya penurunan
kesadaran, pupil konstriksi/dilatasi, sianosis, dan keringat dingin.

17
LATIHAN 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Seorang wanita, usia 29 tahun. Datang ke IGD diantar oleh temannya. Menurut
pengantar sebelumnya pasien makan tempe kemudian pasien mengeluh pusing, mual dan
muntah-muntah sudah 5 kali. Kondisi pasien saat ini tidak sadar, tidak ada pergerakan
nafas, nadi tidak teraba.
Hal-hal yang Anda lakukan pertama kali sebagai perawat di IGD adalah:
A. Menanyakan penyebab
B. Melakukan pengeluaran isi lambung
C. Melakukan pembebasan jalan nafas
D. Melakukan resusitasi jantung
E. Memanggil dokter untuk segera menangani pasien

2) Seorang laki-laki, usia 30 tahun. Tidak sadarkan diri, menurut temannya pasien mabuk
setelah minum alkohol. Kondisi pasien lemah, RR = 12x/mnt, pupil miosis.Tindakan
yang Anda lakukan:
A. Memberikan oksigen
B. Melakukan kumbah lambung
C. Melakukan pijat jantung
D. Memberikan infus dekstrose
E. Memberikan nutrisi

3) Pasien tiba ke IGD dalam keadaan tidak sadar dari tanda dan gejala, pasien terlihat
ibarat keracunan, apa tindakan yang pertama harus dikalukan perawat
A. Memasang gudel dan NGT, bilas dengan air atau cairan norit dan pasien
ditelungkupkan
B. Berikan pencahar dan klisma
C. Beri napas buatan ttp bukan lisan ke mulut
D. Beri injeksi epineprin takaran 0,3-0,4 mg per IM

18
4) Di Unit Gawat Darurat terdapat seorang pria dalam keadaan tidak sadar telah
mengalami keracunan jawaban percobaan bunuh diri. Perawat Netty yang bertugas
akan melaksanakan bilas lambung. Perawat Netty memasang gudel dan NGT dengan
ukuran yang besar, bilas lambung memakai air sebanyak ±250cc 20 kali dengan
posisi pasien miring. Sesaat, perawat Dika yang melihat pribadi menegur perawat
Netty. Dari kasus tersebut, apa yang akan dikatakan perawat Dika kepada perawat
Netty?
A. Perawat Netty, maaf, airnya terlalu banyak. Seharusnya hanya 200cc!
B. Perawat Netty, maaf, ukuran NGT nya kurang tepat. Yang kecil saja!
C. Perawat Netty, maaf, bilasnya 15 kali saja ya!
D. Perawat Netty, maaf, posisinya salah. Seharusnya telungkup!

5) Seorang anak berusia 16 tahun dibawa ke puskesmas setelah makan tempe. Ibunya
mengatakan bahwa anak itu berhenti setelah makan tempe bongkrek. Anak
mengalami penurunan kesadaran, diare, muntah. Dari kasus tersebut dapat diketahui
penyebabnya...
A. Bahan kimia
B. Bakteri salmonella
C. Racun dalam ,akanan
D. Pestisida organofosfat
E. Mikroba

6) Seorang anak berusia 12 tahun mengatasi mual, nyeri di perut bagian atas, muntah,
diare, demam, dan sakit kepala setelah beberapa jam mengonsumsi bakso dari
pedagang kaki lima. Bakso yang dibeli tetapi tidak dimakan kemudian diperiksa,
setelah memeriksa teksturnya kenyal, warnanya pucat keputihan, dan mengeluarkan
aroma yang menyengat. Apa yang terkandung dalam bakso yang membuat anak
keracunan?
A. Aspartame
B. Boraks
C. Asam Asetat
D. Sakarin
19
E. MSG

7) Tn B dilarikan ke UGD rumah sakit karena mengeluh Mual dan Muntah yang
hebat, pasien tampak lemah dan tidak dapat bergerak, turgor kulit jelek, sebelumnya 
Tn Bmengonsumsi Bakso yang dijual di jalanan. Apakah diagnosa keperawatan
yangtepat sesuai yang dialami oleh Tn B tersebut ?
A. Intoleransi Aktivitas
B. Kekurangan volume cairan
C. Gangguan perfusi jaringan
D. Kebersihan jalan tidak efektif
E. Ansietas

8) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk pasien dengan keracunan


adalah...
A. Urologi
B. CTScan
C. Laboratorium
D. MRI
E. EEG

9) Tn. Fahrinheit umur 24 tahun, masuk ke ruang UGD dengan riwayat keracunan.
Saat dilakukan pengkajian awal didapatkan data pasien mengalami mual, muntah-
muntah, kram perut, TD 110/70 mmHg, N 55 x menit, RR 16 x/menit. Dari data
assessment di atas maka keracunan yang dialami TN. Fahrinheit termasuk dalam
klasifikasi...
A. Berat
B. Ringan
C. Sedang
D. Komplikasi
E. Bunuh diri

20
10) Masuknya zat racun ke dalam tubuh dalam jumlah sedikit ataupun banyak namun
mempunyai efek yang membahayakan yang dapat disebabkan ketidaksengajaan
maupun kesengajaan disebut...
A. Keracunan
B. Inhalasi
C. Chocking
D. Suction
E. Bunuh Diri

21
MUSKULOSKELETAL

Pada Bab ini, akan mempelajari materi mengenai asuhan keperawatan


kegawatdaruratan pada pasien muskulokseletal: fraktur. Adapun yang dipelajari meliputi
materi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi kegawatdaruratan pada
pasien muskulokseletal: fraktur.Selain materi tersebut Anda juga akan mempelajari asuhan
keperawatan kegawatdaruratan muskulokseletal: fraktur. Begitupula pada kasus infark miokard
akut Anda juga akan mempelajari meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
evaluasi kegawatdaruratan pada pasien muskulokseletal: fraktur. Demikian beberapa materi
yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar ini.

A. Pengertian Fraktur
Dalam topik 1 ini, Saudara akan belajar tentang konsep penanganan dan perawatan
kegawatdaruratan pada kasus fraktur. Apakah Anda mengetahui pengertian fraktur? Benar
fraktur adalah patah tulang, yaitu diskontinyuitas dari suatu jaringan tulang. Tulang yang
sangat kuat itu bisa mengalami patah disebabkan oleh adanya pukulan langsung, adanya gaya
yang sangat kuat, gerakan memutar yang tiba-tiba atau terjadinya konstraksi otot yang sangat
ekstrem. Penyebab terjadinya fraktur yang tersering adalah karena kecelakaan. Fraktur dapat
juga disebabkan karena proses patologis seperti pada kasus tumor tulang akibat dari
metastase. Faktor degeneratif juga dapat menyebabkan fraktur seperti pada penderita
osteoporosis.

B. TANDA-TANDA FRAKTUR

Adanya fraktur ditandai dengan tanda-tanda pasti dan tanda-tanda palsu. Apa beda antara
tanda-tanda pasti dan tanda-tanda palsu? Tanda-tanda pasti bermakna bahwa adanya tanda
tersebut memastikan adanya patah tulang sementara tanda-tanda palsu tidak menutup

22
kemungkinan disebabkan oleh gangguan lain. Berikut adalah tanda-tanda dari adanya fraktur:
 Nyeri
 Deformitas: perubahan bentuk

Gambar 3.2 Deformitas


 Krepitasi
 Bengkak
 Daerah fraktur mengalami peningkatan suhu (teraba panas)
 Pergerakan abnormal
 Ekimosis
 Kehilangan fungsi
Coba tentukan mana tanda pasti dari fraktur dengan memberi tanda checklist ()
pada kotak yang telah disediakan.

C. KOMPLIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat mengakibatkan kondisi-kondisi yang tidak kita harapkan dan dapat
membahayakan anggota bagian tubuh yang mengalami fraktur dan bahkan kematian bila tidak
mendapatkan pertolongan yang memadai. Karena tulang mengandung banyak pembuluh
darah, maka fraktur akan menyebabkan putusnya pembuluh-pembuluh darah sehingga
berakibat terjadinya hematom di sekitar area fraktur. Pada kondisi tertutup, fraktur femur
dan fraktur pelvis merupakan kondisi kegawatan yang harus segera mendapat penanganan
karena perdarahan yang banyak terjadi. Diperkirakan seseorang akan mengalami
perdarahan sebanyak 1000 cc pada fraktur femur pada satu sisi kaki sedangkan pada fraktur
pelvic sebanyak 500 cc. Perdarahan pada kedua fraktur di atas dapat menyebabkan shock
dan kematian walaupun tidak ada perdarahan yang tampak dari luar. Kehilangan darah akan
lebih banyak lagi bila seseorang mengalami fraktur terbuka.

23
Gambar 3.3 Sindroma Kompartemen pada kaki kiri

Kondisi lain yang bisa timbul akibat fraktur pada anggota gerak adalah sindroma
kompartemen (gambar 1.3).Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana perfusi
jaringan di otot mengalami penurunan. Biasanya didapatkan keluhan nyeri berat yang tak
henti-henti. Penyebab terjadinya kondisi ini adalah karena fasia otot yang terlalu kencang
atau dapat pula akibat pemasangan bidai atau balutan yang terlalu rapat. Perdarahan di
dalam jaringan atau edema juga sering menyebabkan kondisi ini. Tempat yang sering
mengalami sindroma kompatemen adalah otot lengan dan kaki. Bila kondisi anoksia
melebihi 6 jam dapat mengakibatkan kematian jaringan sehingga lengan atau kaki harus
diamputasi.
Untuk memastikan terjadinya sindroma kompartemen cukup lakukan pemeriksaan 5 P
yaitu pain (nyeri), parestesia (penurunan sensasi raba), paralisis (kelumpuhan), pale (pucat)
dan pulseness (nadi tidak teraba). Saat ini sudah ada alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan untuk pemeriksaan sindroma kompartemen.

Tanda-tanda
sindroma
kompartemen:
Pain
Parestesia
Paralisis
Pale
Pulseness

24
Gambar 3.4 Pemeriksaan Sindroma Kompartemen

Bila terjadi sindroma kompartemen maka segera dilakukan penanganan. Menunda dapat
berakibat kerusakan saraf, otot bahkan terjadi nekrosis. Prinsip-prinsip penanganan sindroma
kompatemen antara lain: Meninggikan bagian Sindroma Kompartemen melebihi tinggi
jantung, melepaskan atau merenggangkan bila terpasang alat restriktif seperti gift, plester.
Jika dalam waktu 1 jam tidak ada perbaikan maka perlu dipersiapkan tindakan
fasiotomi. Pada fasiotomi, luka tidak langsung dijahit agar jaringan otot mengembang. Luka
cukup ditutup dengan verban steril yang telah dilembabkan dengan normal saline. Dalam
waktu 3-5 hari, bila pembengkakan hilang dan perfusi jaringan membaik luka dibersihan
(debridement) dan ditutup (kadang dengan skin graft}.

D. PEMERIKSAAN
Selama survey primer BTLS perhatian penolong harus tertuju pada apakah ada fraktur
pada tulang-tulang besar seperti tulang femur dan tulang pelvis. Selain itu juga
menghentikan perdarahan bila terjadi fraktur terbuka.
Selama pemeriksaan detil, Anda harus memeriksa dengan cepat panjang tungkai, lihat
adanya perubahan bentuk/deformitas, memar/contusio, lecet/abration, luka tembus/
penetration, luka bakar/burn, rasa nyeri/tenderness, laserasi, atau pembengkakan/swelling
disingkat DCAP-BTLS. Periksa adanya instabilitas dan krepitasi. Periksa dan catat nadi,
motorik dan sensorik di daerah distal. Lokasi denyut nadi teraba paling jelas dapat ditandai
dengan tinta. Krepitasi atau gesekan segmen tulang merupakan salah satu tanda pasti
fraktur. Bila ada krepitasi, lakukan immobilisasi dengan segera untuk mencegah cidera lunak yang
lebih parah. Pemeriksaan krepitasi dilakukan dengan lembut untuk menghindari kerusakan
lebih parah.

a. Penatalaksanaan Fraktur

25
Tatalaksana fraktur yang tepat akan dapat mengurangi nyeri, kecacatan dan dan
komplikasi yang berat. Berikut adalah prinsip-prinsip penanganan kegawat-daruratan pada
kasus fraktur
i. Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur sebelum korban dipindah
ii. Jika pasien harus dipindah sebelum dipasang splint (bidai), tahan bagian atas dan
bawah daerah fraktur untuk mencegah gerakan rotasi atau anguler
iii. Pembidaian dilakukan secara adekuat terutama pada sendi-sendi disekitar
fraktur
iv. Pada tungkai kaki, kaki yang sehat dapat digunakan sebagai bidai
v. Pada ekstremitas atas, lengan dipasang plester elastik ke dada atau lengan bawah
dipasang sling
vi. Status neurovaskuler bagian bawah fraktur dikaji untuk menentukan adekuasi
perfusi jaringan perifer dan fungsi saraf

b. Prosedur Pembidaian
Sebelum Anda melakukan prosedur pembidaian perlu dipersiapkan terlebih dahulu alat
yang akan digunakan. Biasanya alat yang digunakan minimal terdiri dari bidai sesuai
ukuran dan kain pengikat bidai. Panjang pendek bidai tergantung dari area yang akan di
bidai. Misal pembidaian kaki disesuaikan dengan ukuran kaki yang akan di bidai. Bidai
harus melebihi panjang kaki. Kain pengikat bidai yang digunakan dapat berupa kain mitela
yang dilipat-lipat sehingga berbentuk mamanjang. Jumlah kain sesuai dengan panjang
bidai. Berikut prosedur pembidaian pada kaki akibat adanya fraktur pada tangan atau
kaki:

Gambar 3.5 Pembidaian Pada Kaki dan Tangan

i. Cuci tangan dan pakai sarung tangan


ii. Dekatkan alat-alat ke pasien
iii. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan

26
iv. Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya, pakaian harus dilepas kalau
perlu digunting
v. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari tempat cidera
sebelum pemasangan bidai
vi. Jika ekstrimitas tampak sangat bengkok dan nadi tidak ada, coba luruskan dengan
tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan, pasang bidai
dalam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
vii. Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah jangan mencoba untuk
diluruskan
viii. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan kapas steril dan
jangan memasukkan tulang yang keluar ke dalam lagi, kemudian baru dipasang bidai
dengan melewati 2 sendi
ix. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari tempat cidera
setelah pemasangan bidai
x. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
xi. Lepas hand schoen dan cuci tangan

RINGKASAN
Setelah menyelesaikan materi asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
fraktur. Dengan demikian sekarang memiliki kompetensi untuk melakukan asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien fraktur. Dari materi tersebut Anda harus
mengingat hal-hal penting yaitu: Fraktur adalah patah tulang yang bisa disebabkan karena
pukulan, gerakan memutar atau kontraksi otot yang sangat kuat atau karena penyakit tulang
seperti metastase tumor dan osteoporosis. Komplikasi fraktur dapat menyebabkan ancaman
bagi bagian fraktur atau bahkan membahayakan jiwa. Pemeriksaan pada kasus kegawatdaruratan
fraktur dilakukan dengan metode DCAP-BTLS. Fraktur femur dan fraktur pelvis adalah 2
macam fraktur yang paling sering menyebabkan perdarahan banyak meskipun dalam keadaan
tertutup. Pembidaian adalah penanganan fraktur yang utama untuk mencegah terjadinya
kerusakan lebih lanjut pada daerah fraktur

27
LATIHAN 4
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Tulang memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menyangga dan melindungi tubuh
manusia. Namun demikian tulang dapat patah karena kondisi tertentu. Patah tulang yang
terjadi pada osteoporosis disebabkan karena
A. Kecelakaan
B. Tarikan yang terlalu kuat pada tulang
C. Kontraksi otot yang ekstrem
D. Proses patologis pada tulang
E. Faktor degeneratif akibat penurunan massa tulang

2) Seorang remaja laki-laki tergeletak di jalan akibat jatuh dari motor. Korban tampak
kesakitan dan berteriak-teriak sambil memegangi kaki sebelah kanannya. Pada
pergelangan kaki korban tampak bengkak, dan bengkok. Tampak luka di beberapa
tempat termasuk di pergelangan kaki kanan. Tapak kaki kanan tidak bisa digerakkan.
Manakah dari tanda-tanda di atas yang menunjukkan secara pasti korban mengalami
patah tulang
A. Korban berteriak-teriak kesakitan
B. Tampak bengkak pada pergelangan kaki kanan
C. Tampak bengkok pada pergelangan kaki kanan
D. Tampak luka pada pergelangan kaki kanan
E. Tapak kaki kanan tidak bisa digerakkan

3) Terdapat serangkaian kecelakaan di jalan raya yang berakibat 5 orang mengalami trauma.
Korban pertama diduga mengalami fraktur tibia kiri, kedua mengalami fraktur pergelangan
kaki kiri, ketiga mengalami fraktur patela kiri, keempat mengalami fraktur femur kiri,
kelima mengalami fraktur tulang panggul. Manakah fraktur di atas yeng mendapat
prioritas pertama untuk mendapatkan pertolongan:
A. Korban pertama
B. Korban kedua

28
C. Korban ketiga
D. Korban keempat
E. Korban kelima

4) Seorang korban kecelakaan dibawa oleh sopir kendaraan pick up ke UGD dengan
kondisi kaki kanan dibidai akibat fraktur tibia kanan. Saat dikaji pasien mengeluh
kesakitan hebat pada kaki kanan. Menurut pengantar, bidai dilakukan kira-kira 20 menit
yang lalu. Sebagai perawat UGD apa yang Anda lakukan?
A. Melakukan pemeriksaan 5 p (pain, parestesia, paralisis, pale dan pulseness)
B. Melepas bidai
C. Melaporkan ke dokter Jaga
D. Memberikan analgetik
E. Menenangkan pasien bahwa rasa nyeri terjadi akibat fraktur

5) Seorang korban kecelakaan lalu lintas berjenis kelamin perempuan usia 23 tahun tampak
memegangi tangan kirinya. Tangan kiri tampak bengkok dan terdengar suara krepitasi.
Untuk menghindari cidera yang lebih parah di tangan kirinya, apa yang akan Anda
lakukan sebagai petugas Ambulance?
A. Memeriksa kondisi tangan kiri
B. Catat adanya nadi daerah distal
C. Mengkaji fungsi motorik dan sensorik
D. Lakukan pembidaian pada tangan kiri
E. Menenangkan pasien dengan memberi analgetik

6) Seorang pria berusia 25 tahun menggalami kecelakaan ketika bersky air atau jets kie.
Orang itu mengeluh bahwa dadanya merasa sakit, ganguan apa yang terjadi pada pria
tersebut
A. Fraktur tulang rusuk
B. Fraktur pergelangan tangan
C. Fraktur radius distal
D. Fraktur Vertebral

29
7) Di desa sumbersari ada perkebunan kelapa dan pada ketika itu kelapa sudah mulai
masuk pada masa panen. Pak Komar selaku pemilik kebun itu menyuruh seorang
warga yang berjulukan Sigit untuk memanen buah kelapa. Ketika dia sudah di atas
dia terpeleset dan jatuh hingga mengalami patah tulang di paha kepingan atas. Dilihat
dari kondisinya sendi apakah yang terganggu pada Sigit?
A. Sendi fibrus
B. Sendi gerak bebas
C. Sendi sinovial
D. Sendi tulanag rawan

8) Melekat pada tulang dan berperan pada pergerakan tubuh¸serabut multinukleus lurik
dan berkumpul dalam bundel paralel¸di persyarafi oleh syaraf motorik…..
A. Otot rangka
B. Otot polos
C. Otot jantung
D. Otot skelet

9) Seorang anak berjulukan Budi berumur 13 tahun mengendarai sebuah motor di jalan
raya, ketika waktu yang bersamaan datanglah sebuah kendaraan beroda empat yang
melaju cepat dan menabrak anak tersebut. Anak tersebut mengalami luka robek di
paha yang mengeluarkan darah dan terlihat tulang anak tersebut patah muncul ke
luar. Apakah nama gangguan yang dialami anak tersebut ?
A. Fraktur terbuka
B. Fraktur tertutup
C. Nyeri sendi
D. Osteoporosis

10) Manakah yang termasuk struktur lapisan tulang…

A. Humerus
B. Periosteum

30
C. Osteoblas
D. b dan c benar

31
SYOK

Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sistim sirkulasi dengan akibat ketidak
cukupan pasokan oksigen dan substrat metabolic lain ke jaringan serta kegagalan
pembuangan sisa metabolisme.
Berdasarkan komponen sistim sirkulasi, terdapat 3 jenis syok yaitu syok hipovolemik,
kardiogenik dan distributif.
1. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan syok yang paling sering dijumpai pada anak, terjadi
akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Penyebab tersering syok hipovolemik
pada anak adalah muntah, diare, glikosuria, kebocoran plasma (misalnya pada demam
berdarah dengue), sepsis, trauma, luka bakar, perdarahan saluran cerna, perdarahan
intrakranial.
Akibat kehilangan cairan, terjadi penurunan preload. Sesuai dengan hukum Starling,
penurunan preload ini akan berakibat pada penurunan isi sekuncup, selanjutnya
penurunan curah jantung. Baro receptor akan merangsang syaraf simpatik untuk
meningkatkan denyut jantung dan vasokonstriksi untuk mempertahankan curah jantung
dan tekanan darah. Syok hipovolemik yang lama dapat mengakibatkan gangguan fungsi
organ-organ. Dalam keadaan normal, Ginjal menerima 25 persen curah jantung. Pada
syok hipovolemik akan terjadi redistribusi aliran darah dari korteks ke medula Bila
keadaan ini berlangsung lama akan terjadi tubular nekrosis akut serta gangguan
glomerulus dengan akibat gagal ginjal akut. Depresi miokardium juga sering terjadi,
sementara hipotensi yang lama dapat pula menyebabkan gangguan hati.
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi akibat kegagalan pompa jantung, yang dapat diakibatkan
akibat preload, afterload atau kontraktilitas miokardium. Curah jantung juga menurun
pada disritmia. Gangguan preload dapat terjadi akibat pneumotoraks, efusi perikardium,
hemoperikardium atau penumoperikardium. Gangguan afterload dapat terjadi akibat
kelainan obstruktif congenital, emboli, peningkatan resistensi vaskular sistemik (misalnya
pada pheochromocytoma). Gangguan kontraktilitas miokardium dapat diakibatkan infeksi
virus, gangguan metabolik seperti asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia, penyakit kolagen
dll. Disritmia, misalnya blok arterioventrikular atau paroxysmal atrial takikardia dapat
mengakibatkan syok kardiogenik. Respon neurohumoral seperti terjadi pada syok

32
hipovolemik juga terjadi pada syok kardiogenik. Peningkatan resistensi vaskular sistemik
akan meningkatkan afterload yang lebih lanjut akan berakibat penurunan curah jantung.
3. Syok Distributif
Syok distributif terjadi akibat berbagai sebab seperti blok syaraf otonom pada anesthesia
(syok neurogenik), anafilaksis dan sepsis. Penurunan resistensi vaskular sistemik secara
mendadak akan berakibat penumpukan darah dalam pembuluh darah perifer dan
penurunan tekanan vena sentral. Pada syok septik, keadaan ini diperberat dengan adanya
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volume intravaskular berkurang.

Gambaran Klinis
Gambaran klinis syok hipovolemik dipengaruhi oleh besarnya kehilangan cairan
tubuh dan mekanisme kompensasi. Kehilangan 5-10 persen berat badan umumnya masih
dapat dikompensasi. Kecuali tanda kehilangan cairan, mekanisme kompensasi dapat dikenali
dengan dijumpainya produksi urine yang menurun, ujung ekstremitas dingin dan capillary
refill time yang dapat sedikit memanjang. Mekanisme kompensasi tidak akan memadai pada
kehilangan 15 persen atau lebih. Kesadaran anak akan menurun, produksi urine minimal atau
tidak ada, ujung ekstremitas dingin dan mottled, nadi perifer sangat lemah atau tidak teraba,
takikardi, tekanan darah menurun atau tidak terukur. Hipoksia jaringan akan mengakibatkan
asidosis dan takipnea. Dalam keadaan lanjut akan terjadi pernapasan periodic atau apnea
yang selanjutnya disusul dengan henti jantung.
Gangguan perfusi pada kardiogenik syok menyebabkan gejala yang serupa dengan syok
hipovolemik. Tanda bendungan dapat dijumpai seperti peningkatan tekanan vena jugularis
dan pembesaran hati pada kegagalan ventrikel kanan dan ronckhi basah halus tidak nyaring,
takipnea sampai pink frothy sputum dapat dijumpai pada kegagalan ventrikel kiri. Irama
gallop dapat dijumpai pada kegagalan ventrikel kanan maupun kiri.
Syok distributif memberikan gambaran gangguan perfusi seperti pada syok lainnya seperti
oliguri dan ganggua kesadaran. Warm shock, umumnya dijumpai pada awal syok septik,
terjadi akibat vasodilatasi vaskular, ditandai dengan perabaan kulit yang hangat, kemerahan
(flushed skin), peningkatan tekanan nadi, takikardia dan takipnea. Bila penyebabnya adalah
sepsis, maka akan dijumpai pula gejala sepsis yang lain, misalnya gejala disseminated
intravascular coagulation dan acute respiratory distress syndrome.

33
Tatalaksana Syok
1. Syok Hipovolemik
Pemberian cairan kristaloid 10 ml/kg secara bolus dapat dilakukan sambil menilai respon
tubuh. Pada syok hipovolemik, maka peninkatan volume intravaskular akan
meningkatkan isi sekuncup disertai penurunan frekuensi jantung. Pada kasus yang berat,
pemberian ini dapat diulangi 10 ml/kg sambil menilai respon tubuh. Pada umumnya anak
dengan syok hipovolemik mempunyai nilai CVP kurang dari 5 mm Hg. Pemberian cairan
harus diteruskan hingga mencapai normovolemik. Kebutuhan cairan untuk mengisi ruang
intravaskular umumnya dapat dikurangi bila digunakan cairan koloid.
2. Syok Kardiogenik
Curah jantung merupakan fungsi isi sekuncup dan frekuensi. Bayi mempunyai
ventrikel yang relatif noncompliant dengan kemampuan meningkatkan isi sekuncup amat
terbatas. Karena itu curah jantung bayi amat bergantung pada frekuensi. Syok
kardiogenik pada penyakit jantung bawaan tidak dibahas di sini.
Isi sekuncup dipengaruhi oleh preload, afterload dan kontraktilitas miokardium.
Sesuai dengan hukum Starling, peningkatan preload akan berkorelasi positif terhadap
curah jantung hingga tercapai plateau. Karena itu, sekalipun pada gangguan fungsi
jantung, mempertahankan preload yang optimal tetap harus dilakukan. Penurunan curah
jantung pasca bolus cairan menunjukan bahwa volume loading harus dihentikan. Upaya
menurunkan afterload terindikasi pada keadaan gagal jantung dengan peningkatan
systemic vascular resistance yang berlebihan. Untuk tujuan ini dapat digunakan
vasodilator.
Diuretik digunakan pada kasus dengan tanda kongestif paru maupun sistemik. Untuk
tujuan ini dapat digunakan loop diuretic, atau kombinasi dengan bumetanide, thiazide
atau metolazone.
Berbagai kondisi yang memperburuk fungsi kontraktilitas miokardium harus segera
diatasi, seperti hipoksemia, hipoglikemia dan asidosis. Untuk memperbaiki fungsi
kontraktilitas ini, selanjutnya, dapat digunakan obat inotropik (contoh: dopamine,
dobutamin, adrenalin, amrinone, milrinone). Untuk mencapai fungsi kardiovaskular yang
optimal, dengan pengaturan preload, penggunaan obat inotropik dan vasodilator (contoh:
sodium nitropruside, nitrogliserine), dibutuhkan pemantauan tenanan darah, curah jantung
dan systemic vascular resistance.

34
3. Distributif dan Syok Septik
Tatalaksana syok distributif adalah pengisian volume intravaskular dan mengatasi
penyebab primernya. Syok septik merupakan suatu keadaan khusus dengan patofisiologi
yang kompleks. Pada syok septik, ‘warm syok’, suatu syok distributif, terjadi pada fase
awal. Penggunaan stimulator alpha (contoh noradrenalin) dilaporkan tidak banyak
memperbaiki keadaan, malahan menurunkan produksi urine dan mengakibatkan asidosis
laktat. Pada fase lanjut terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan systemic
vascular resistance akibat hipoksemia dan acidosis. Karena itu tatalaksana syok septik
lanjut, mengikuti kaidah syok kardiogenik. Sekalipun masih kontroversi, steroid
terkadang digunakan pada syok septik yang resisten terhadap katekolamin dengan risiko
insufisiensi adrenal.

LATIHAN 5
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Syok neurogenik akibat infeksi pada medula spinalis setinggi lumbal, paling mungkin:
A. Syok hipovolemik
B. Syok kardiogenik.
C. Syok distributive.
D. Syok disosiative.

2) Obat yang mempunyai efek alpha adrenergik paling kuat:


A. Milrinone.
B. Dobutamine.
C. Norepinephrine
D. Epinephrine.

3) Ekspansi cairan intravaskular harus dihentikan bila :


A. Dijumpai edema palpebra
B. Pemberian cairan intravena telah melebihi 60 mL/Kg berat badan dalam 1 jam
C. Pemberian cairan intravena telah melebihi 80 mL/Kg berat badan dalam 1 jam
D. Terdapat ronkhi basah halus tidak nyaring di kedua basal paru

35
4) Cairan koloid yang mempunyai efek ekspansi volume intravaskular terbesar adalah:
A. Albumin 25%
B. Hydroxyethyl starch 6% 140/0.4
C. Modified fluid gelatine 4%
D. Dextran 70 6%

5) Syok pada demam berdarah dengue:


A. Penurunan hematokrit menunjukan syok akibat kebocoran plasma
B. Bila tidak responsif terhadap fluid challenge dan dijumpai ronkhi basah kemungkinan
syok tidak reponsif terhadap cairan
C. Pemberian koloid lebih baik dari kristaloid
D. Nilai hematokrit biasanya lebih penting daripada penilaian produksi urine

6) Pemberian diuretik pada syok kardiogenik ditujukan untuk:


A. Melindungi ginjal
B. Menurunkan afterload
C. Mengurangi edema di jaringan lunak
D. Mengurangi sesak napas akibat edema paru

7) Tanda syok belum teratasi:


A. Tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg
B. Takikardi
C. Acidosis laktat
D. Tekanan vena sentral kurang dari 10 mmHg

8) Seorang laki-laki berusia 26 tahun dibawa oleh polisi ke UGD RS setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pada kesadaran samnolen, TD 60 mmHg dengan palpasi denyut
nadi 136 x/mnt, konjungtiva anemis, akral dingin. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
jejas pada regio kuadran kanan atas, pekak hepar menghilang, nyeri tekan pada seluruh
regio abdomen. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hb 6g% dokter segera melakukan
tindakan resusitasi dan dilanjutkan tindakan bedah. Syok apakah yang dialami pasien ini?
A. Syok hemoragik
B. Syok anafilatik

36
C. Syok neurogenik
D. Syok septik
E. Syok kardiogenik

9) Laki-laki 35 tahun tertembak dirahang, di rawat di RS, kemudian minta pulang. Pada saat
pasien sikat gigi dan berdarah banyak, dalam perjalanan pasien meninggal. Kemungkinan
yang dialami pasien adalah...
A. Hipoksia
B. Syok
C. Anoksia
D. Aspirasi
E. Hipertensi

10) Seorang perempuan berusia 25 tahun tiba-tiba mengalami kesulitan bernapas setelah
disuntik antibiotik secara IV. Pada pemeriksaan fisik diperoleh sianosis TD 70/40, nadi
tak teraba. Apakah diagnosis yang paling tepat?
A. Syok kardiogenik
B. Syok septik
C. syok hipovolemik
D. syok anafilaktik
E. syok neurogenik

37
KUNCI JAWABAN

Latihan 1 Latihan 2 Latihan 3 Latihan 4 Latihan 5


1. A 1. C 1. D 1. E 1. C
2. D 2. B 2. A 2. E 2. C
3. D 3. D 3. A 3. D 3. D
4. D 4. C 4. D 4. A 4. A
5. A 5. E 5. C 5. D 5. B
6. A 6. D 6. B 6. A 6. D
7. A 7. C 7. B 7. C 7. C
8. B 8. E 8. C 8. D 8. A
9. B 9. E 9. C 9. A 9. B
10. D 10. E 10. A 10. D 10. B

38
DAFTAR PUSTAKA

Davies, C & Bashir Y (2001). Cardiovascular emergencies. London: BMJ books.


Emergency Nurses Association. (2007). Sheehy”s Manual Of Emergency Care. Singapore.
Elsevier Mosby.
Hickey, J. V (2003). The clinical practice of neurological and neurosurgical nursing (5 ed).
Kucia, A, M & Quinn, T. (2010). Acute cardiac care: a practical guide for nurses. West Sussex:
Wiley & Blackwell publishing.
Lanros, N. E., et al. (1997) Emergency Nursing: with Certification Preparation & Review.
Connecticut: Appleton & Lange.
Laporan Nasional 2007, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia (2008).
Moser, D., K., & Riegel, B. (2008). Cardiac nursing a companion to braun wald’s heart
disease. Philadelphia: Saunders Elsevier.
National Asthma Council Australia 2011, First Aid for Asthma, Brochure.
O’gradi, E. (2007). A nurse’s guide to caring for cardiac intervention patients. West Sussex:
Wiley & sons.
Sartono, dkk. 2013. Basic Trauma Cardiac Life Support. Gadar Medik Indonesia. Tidak
Dipublikasikan.
Smeltzer, SC., O’Connell, & Bare, BG., (2003). Brunner and Suddarth’s textbook of Medical
Surgical Nursing, 10th edition, Pennsylvania: Lippincott William & Wilkins Company.
Stanley D & Tunnicliffe W., Management of Life-Threatening Asthma in Adult, Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care & PainVolume 8 Number 3 2008
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, M., Simadibrata, M.K., &Setiati, S. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tim ACLS Divisi Diklat RSJP Harapan Kita. (2010). Materi Kursus AdvancedCardiac Life
Support. Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Urden, L. D., Stacy, K. M. & Lough, M. E. (2006). Critical care nursing: Diagnosis and
management (5 ed.). Missouri: Mosby.
Valman HB, Bronchial Asthma, British Medical Journal, Volume 306, 19 Juni 1993.
Woods, S. L., Froelicher, E. S. S. & Motzer, S.U. (2000). Cardiac nursing (4 ed.).

39

Anda mungkin juga menyukai