Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN RESTORASI KLAS I DENGAN TEKNIK SANDWICH PADA

KARIES GIGI MOLAR PERTAMA KANAN MANDIBULA


1
I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidiartha, 2Dewa Gede Bagus Satriya Wibawa
1,2
Departmen Konservasi Gigi, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter
Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Korespondensi:
I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidartha, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi
Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Email: fienna.novianthi.sidiartha@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Salah satu masalah gigi yang sering terjadi adalah karies gigi. Keadaan ini
dapat mengganggu fungsi mastikasi, fungsi estetik dan fungsi fonetik. Adanya masalah pada
gigi dapat berdampak pada status gizi dan kualitas hidup individu. Untuk mengembalikan
fungsinya, perlu dilakukan suatu restorasi dalam membangun kembali struktur jaringan gigi.
Kasus: Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke RSGM Universitas Udayana
dengan keluhan gigi geraham kanannya berlubang dan berwarna kecoklatan. Pasien
mengeluh gigi geraham kanannya berlubang sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien terkadang
merasa ngilu pada saat makan makanan panas dan minum minuman dingin. Rasa ngilu
dirasakan tajam dan hilang setelah pasien menghentikan konsumsi makanan panas dan
minuman yang dingin. Pasien tidak pernah merasa gigi tersebut tiba-tiba sakit tanpa adanya
rangsangan. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat untuk mengatasi ngilu tersebut dan
pasien belum pernah ke dokter gigi untuk merawat giginya tersebut. Diagnosa pasien adalah
pulpitis reversibel. Karies gigi pasien termasuk ke dalam karies klas I G.V Black karena
terjadi pada bagian oklusal gigi posterior. Perawatan yang sesuai adalah restorasi resin
komposit Teknik sandwich Kelas I karena terdapat kavitas yang cukup dalam pada oklusal
gigi geraham.
Simpulan: Pilihan perawatan restorasi teknik sandwich resin komposit sangat tepat untuk
mengembalikan fungsi normal gigi, mengembalikan bentuk gigi, menghilangkan keluhan
pasien. Bahan GIC dapat mencegah kebocoran tepi dan resin komposit merupakan bahan
resotarasi yang memiliki nilai estetik yang baik karena terdapat banyak pilihan warna
sehingga dapat disesuaikan dengan warna gigi pasien.
Kata kunci: Karies gigi, restorasi, resin komposit, teknik sandwich

ABSTRACT
Introduction: One of the most common dental problems is dental caries. This situation can
interfere with the mastication function, aesthetic function and phonetic function. The
presence of dental problems can have an impact on individual nutritional status and quality of
life. To restore its function, the tooth needs a restoration to rebuild the tooth tissue structure.
Case: A 21year old female patient came to Udayana University Dental Hospital complaining
that her right molar was hollow and brownish in color. The patient complained that his right
molar had cavities since ± 6 months ago. Patients sometimes feel sore when eating hot food
and drinking cold drinks. The pain feels sharp and disappears after the patient stops
consuming hot food and cold drinks. The patient never felt the tooth suddenly hurt without
stimulation. The patient has never taken medication to treat the pain and the patient has never
been to a dentist to treat his teeth. The patient's diagnosis was reversible pulpitis. The
patient's dental caries was included in the class I G.V Black caries because it occurred in the
occlusal part of the posterior teeth. A suitable treatment is composite resin restoration Class I
sandwich technique because there is a sufficiently deep cavity in the occlusal molar teeth.
Conclusion: The choice of composite resin sandwich restoration technique is very
appropriate for restoring normal tooth function, restoring tooth shape, eliminating patient
complaints. GIC material can prevent edge leakage and composite resin is a resotaration
material that has good aesthetic value because there are many color choices so that it can be
adjusted to the patient's tooth color.
Key words: Dental caries, restoration, composite resin, sandwich technique

PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kesatuan dari kesehatan tubuh yang harus
dipelihara kesehatannya. Gigi merupakan bagian tubuh yang sangat penting dan diharapkan
dapat berfungsi dengan baik. Gigi memilik beberapa fungsi penting yaitu, fungsi mastikasi,
fungsi estetik dan fungsi fonetik. Adanya masalah pada gigi dapat berdampak pada status gizi
dan kualitas hidup individu.1,2
Tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih berada di angka yang
jauh dari harapan. Menurut data dari World Health Organization (WHO) dalam The World
Oral Health Report ditemukan bahwa penyakit gigi dan mulut penduduk Indonesia masih
diderita oleh 90% masyarakatnya. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa prevelensi karies melalui pemeriksaan
Decayed Missing Filled Teeth (DMF-T) dengan rata-rata menunjukkan 25,9% masyarakat
Indonesia memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut.1,2
Faktor penyebab karies terdiri dari penyebab dari dalam individu dan penyebab dari
luar individu. Faktor dalam penyebab karies adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan
langsung dengan proses terjadinya karies gigi antara lain host, mikroorganisme, substrat,
waktu dan dapat juga dipengaruhi oleh bentuk mofologi gigi. Sedangkan faktor luar individu
adalah status ekonomi, keluarga, pekerjaan, fasilitas kesehatan gigi dan pendidikan kesehatan
gigi yang pernah diterima.3 Karies menyebabkan hilangnya struktur jaringan gigi mulai dari
kerusakan awal dengan area yang kecil hingga berlanjut pada areal yang besar. Kehilangan
jaringan gigi mengakibatkan fungsi gigi baik dalam proses pengunyahan makanan, estetika
dan proses bicara menjadi terganggu. Untuk mengembalikan fungsinya, gigi perlu dilakukan
suatu restorasi. Restorasi gigi memerlukan bahan kedokteran gigi dalam membangun kembali
struktur jaringan gigi.4
Restorasi gigi merupakan penggantian jaringan keras gigi yang telah rusak dengan
bahan yang diletakkan pada gigi dalam waktu yang tidak terbatas. Pembuatan suatu restorasi
bertujuan untuk mencegah berlanjutnya kerusakan gigi sehingga gigi dapat dipertahankan
selama mungkin di dalam rongga mulut. 5 Restorasi sandwich dapat diindikasikan untuk
semua kavitas dengan tujuan memperbaiki fungsi estetik, pengunyahan, mencegah celah
mikro serta menambah kekuatan gigi pada karies yang sudah melibatkan dentin. Restorasi
sandwich menggunakan bahan restorasi GIC sebagai basis untuk mencegah kebocoran tepi
dan tumpatan resin komposit untuk meningkatkan kekuatan tekan dalam menahan beban
kunyah.6
Pada laporan kasus ini, penulis menjelaskan salah satu kasus mengenai karies pada
gigi molar bawah. Dimulai dari penyebab karies, penatalaksanaan serta hasil restorasi pada
gigi pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Udayana.

KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke RSGM Universitas Udayana
dengan keluhan gigi geraham kanannya berlubang dan berwarna kecoklatan. Pasien
mengeluhkan gigi geraham kanannya berlubang sejak ± 6 bulan yang lalu. Pasien terkadang
merasa ngilu pada saat makan makanan panas dan minum minuman dingin. Rasa ngilu
dirasakan tajam dan hilang setelah pasien menghentikan konsumsi makanan panas dan
minuman yang dingin. Pasien tidak pernah merasa gigi tersebut tiba-tiba sakit tanpa adanya
rangsangan. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat untuk mengatasi ngilu tersebut dan
pasien belum pernah ke dokter gigi untuk merawat giginya tersebut.
Berdasarkan status lokalis, diketahui pasien memiliki karies pada gigi 46.
Pemeriksaan objektif yang dilakukan berupa tes vitalitas dan tes jaringan pendukung. Pada
tes vitalitas ini yang dilakukan pertama adalah tes termal menggunakan chlor ethyl dan
didapatkan hasil positif. Tes kavitas tidak dilakukan, dan tes jarum miller juga tidak
dilakukan, lalu untuk Electric Pulp Tester (EPT) dengan kategori low menunjukkan angka
19, mid 17 dan high 12 yang mengindikasikan bahwa gigi 46 masih vital. Hasil pemeriksaan
jaringan pendukung pasien yaitu perkusi negatif, palpasi tidak dilakukan dan tidak terdapat
mobilitas gigi. Tidak terdapat diskolorisasi gigi dan gingiva dalam keadaan sehat.
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif maka dapat disimpulkan diagnosis dari kasus
ini adalah pulpitis reversibel. Perawatan yang dilakukan adalah restorasi klas I dengan Teknik
sandwich dengan bahan GIC sebagai basis dan resin komposit sebagai bahan restorasi akhir.
Prognosis dari kasus ini adalah baik.

A B

Gambar A. Gambaran klinis karies pada gigi 46, Gambar B. Gigi 46 setelah dilakukan
restorasi.

Perawatan dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2019. Tahapan perawatan dimulai dari
persiapan alat dan bahan untuk memudahkan operator dalam bekerja. Kemudian dilanjutkan
dengan preparasi kavitas menggunakan round bur untuk menghilankan jaringan nektrotik dan
menegakkan dinding kavitas menggunakan fissure diamond bur. Selanjutnya dilakukan
pembentukan bevel dengan flame shaped diamond bur pada cavosurface enamel margin.
Bevel dibuat dengan lebar 0.5 mm dengan sudut 45 derajat. Pembentukan bevel bertujuan
untuk meningkatkan retensi bagi restorasi, mencegah kebocoran mikro, dan memberikan
permukaan yang baik untuk etsa dan bonding.7 Setelah itu dilakukan isolasi daerah kerja
dengan menggunakan cotton roll, lalu aplikasikan dentin kondisioner asam poliakrilik 10%
dengan menggunakan microbrush selama 20 detik lalu dibilas dan dikeringkan namun jangan
sampai terlalu kering, kemudian aplikasikan GIC dengan plastic filling instrument, basis GIC
diaplikasikan dengan ketebalan kira-kira 2mm dan tunggu hingga mengeras. Kemudian
aplikasi bahan etsa asam fosfat 37% dengan microbrush dan diamkan selama 15 detik lalu
bilas dan keringkan dengan cotton pellet. Etsa pada enamel berfungsi membentuk lubang-
lubang mikro (microporosities). Resin akan berpenterasi pada lubang tersebut dan membetuk
resin tags atau berikatan secara mikromekanis sehingga meningkatkan kekuatan perlekatan
antara gigi dan resin komposit.8 Selanjutnya lakukan isolasi daerah kerja ulang dan
aplikasikan bahan bonding dengan microbrush, lalu hembuskan angin secara ringan
menggunakan three way syringe, kemudian light cure selama 10 detik. Material bonding
berfungsi untuk menciptakan perlekatan antara komposit dan dentin. Dentin merupakan
jaringan yang selalu basah (hidrofilik) karena adanya cairan di dalam tubulus dentin
sementara resin komposit dengan sifat hidrofobik yang tidak dapat dengan mudah menempel
pada dentin. Sehingga material bonding diperlukan untuk perlekatan antara resin komposit
dan dentin.9
Lakukan pemilihan warna resin komposit yang sesuai dengan warna gigi asli pasien
dengan mematikan lampu dental unit, lalu lakukan penumpatan dengan teknik incremental,
dengan pengaplikasian bahan dengan ketebalan tidak boleh lebih dari 2mm karena
polimerisasi tidak akan sampai ke lapisan terbawah. Teknik dapat memberikan risiko
kebocoran mikro yang rendah, sehingga diharapkan dapat menghindari terjadinya karies
sekunder.10 Setelah itu pada lapisan paling oklusal, bentuk tumpatan agar sesuai dengan
bentuk anatomi gigi aslinya. Lalu light cure selama 20 detik dan lakukan cek oklusi
menggunakan articulating paper untuk memastikan restorasi sesuai dengan oklusi pasien dan
menghindari traumatic occlusion, kemudian tanyakan ke pasien apakah ada bagian yang
terasa kurang nyaman atau ada bagian yang mengganjal. Tahapan terakhir ada finishing
dengan menggunakan fine finishing bur dan polishing dengan menggunakan arkansas stone,
soflex disc, dan polishing strip. Kemudian berikan KIE post penumpatan kepada pasien
berupa intruksi ke pasien agar tidak makan menggunakan gigi yang baru saja ditambal
selama ± 1 jam, menjelaskan kepada pasien agar selalu menjaga oral hygiene dan
menginstruksikan pasien untuk datang kontrol 1 minggu post perawatan restorasi gigi
Kontrol dilakukan 1 minggu setelah penumpatan. Lakukan pemeriksaan subjektif dan
objektif pada pasien. Hasil pemeriksaan subjekif ditemukan pasien sudah tidak lagi
merasakan keluhan ngilu pada gigi 46 ketika makan makanan panas dan minum minuman
dingin. Pada pemeriksaan objektif ditemukan keadaan restorasi baik, tidak terdapat
perubahan warna, tes perkusi negatif, mobilitas negatif, tes vitalitas positif dan pasien merasa
nyaman saat mengunyah.

PEMBAHASAN
Pemeriksaan subjektif dan objektif pada gigi 46, dapat ditegakkan diagnosis yaitu
pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel adalah penyakit pulpa yang dapat berubah menjadi
pulpa normal kembali apabila stimulus iritan dihilangkan. Pulpitis reversibel memiliki
karakteristik yang ditandai dengan adanya hipersensitif terhadap suhu maupun stimulasi
kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat stimulus dihilangkan. Saat pasien makan dan
minum dingin, pasien merasa nyeri sehingga pasien tersebut menjadi tidak nyaman. 11
Karakteristik tersebut sesuai dengan keluhan yang ditemukan pada pasien.
Dalam pengelompokkan mengenai klasifikasi karies, karies pada gigi 46 terjadi di
bagian oklusal sehingga termasuk dalam Klass I klasifikasi karies menurut G.V Black.
Berdasarkan kedalaman karies, masuk dalam kategori karies media karena sudah melibatkan
dentin. Perawatan yang dapat dilakukan sesuai diagnosis pasien adalah restorasi kelas I
dengan basis basis yang diaplikasikan di bawah restorasi akhir atau dikenal dengan teknik
sandwich. Teknik ini dikenal dengan istilah restorasi laminasi dan baik digunakan untuk
karies yang sudah melibatkan dentin.6 GIC digunakan sebagai basis karena memiliki
biokompatibilitas, sifat fisik dan kekuatan perlekatan yang baik terhadap dentin, dan dapat
memberikan kekuatan tekan sehingga tahan terhadap beban kunyah.5 Resin komposit dipilih
sebagai bahan restorasi karena memiliki konduktivitas thermal yang rendah, memiliki
kekuatan yang baik, estetik yang baik karena resin komposit memiliki banyak macam pilihan
warna sehingga dapat disesuaikan dengan warna gigi asli pasien, preparasi kavitas yang
minimal sehingga tidak perlu banyak mengurangi jaringan sehat gigi. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi keberhasilan pada restorasi resin komposit, yang pertama adalah teknik isolasi
yang baik, lalu pemilihan warna restorasi yang tepat, preparasi kavitas yang sesuai serta
proses finishing dan polishing.,4,5,12

KESIMPULAN
Karies gigi 46 pada laporan kasus menurut klasifikasi G.V Black, termasuk dalam
klasifikasi klas I. Diagnosis untuk gigi 46 adalah pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel
merupakan penyakit pulpa yang dapat berubah menjadi pulpa normal kembali apabila
stimulus iritan dihilangkan. Pulpitis reversibel dikarakteristikkan adanya hipersensitif
terhadap suhu maupun stimulasi kimia yang tiba-tiba menghilang pada saat stimulus
dihilangkan. Untuk menghilangkan keluhan gigi dengan karies Kelas I tersebut dilakukan
perawatan restorasi teknik sandwich dengan bahan basis GIC dan tumpatam resin komposit
untuk mendapatkan restorasi yang dapat melindungi pulpa dan dentin serta memiliki
kekuatan terhadap tekanan kunyah dan memenuhi fungsi estetik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangkat Y, Wowor VNS, Mayulu, N, Pola Kehilangan Gigi Pada Masyarakat Desa
Roong Kecamatan Tondano Barat Minahasa, Universitas Sam Ratulangi: Manado,
Jurnal e-GiGi, 2014 vol. 3, no. 2, hal. 508-509.
2. Anggow OR, Mintjelungan CN, Anindita PS, 2017, Hubungan pengetahan kesehatan
gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir
Sumompo Manado, Jurnal e-GiGi (eG), 2017 vol. 5, no. 1
3. Listrianah, Zainur, RA, Hisata LS, Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen
Pada Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018, JPP (Jurnal
Kesehatan Poltekkes Palembang) 2018, vol. 13, no. 2
4. Irawan B, Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan
restorasi', Jurnal PDGI Makassar 2012
5. Hartini IGAA, Sumantri, Angelina Y, Pengaruh Teknik Sandwich Terhadap
Kebocoran Tepi Pada Restorasi Kavitas Kelas II, E-Journal Unmas 2018
6. Lestari S, Kekuatan Tekan Restorasi Sandwich Berbasis Semen Ionomer Kaca (Sik)
Fuji® II dan Fuji® IX, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Jember 2012
7. Garg N, Garg A, Textbook of Operative Dentistry, 1st edition, Boydell & Brewer Ltd,
New Delhi, Jaypee, 2010
8. Fibryanto E, Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit, Jurnal Kedokteran Gigi
Trisakti, 2020, vol. 2, no. 1
9. Wurdani EMK, Soetojo A, Juniarti DE, Differences in Tensile Adhesion Strength
Between HEMA and nonHEMA-based Dentin Bonding Applied on Superficial and
Deep Dentin Surfaces, Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 2017
10. Purnama DP, Sujatmiko B, Yulianti R, Perbandingan tingkat kebocoran mikro resin
komposit bulk-fill dengan teknik penumpatan oblique incremental dan bulk, Jurnal
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2015 vol. 2, no. 3
11. Dewiyani, S, Palupi, EJ, Distribusi Frekuensi Pulpitis Reversibel dan Pulpitis
Ireversibel di RSGM FKG Moestopo pada Tahun 2014-2016 (Berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia dan Lokasi Gigi), Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG
UPDM 2019. 15(2):41-46
12. Schneider LFJ, Cavalcante LM, Silikas N, Shrinkage Stresses Generated during
Resin-Composite Application: A Review, J Dent Biomech.2010, 1 (1): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai