Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DEPARTEMEN ORTODONSIA

I. Identitas
Operator : Dewa Gede Bagus Satriya Wibawa
No. Mhs : 1802642042
Pembimbing : drg. Putu Ika Anggaraeni, Sp. Ort
drg. Louise Cinthia Hutomo, Sp. Ort
Nomor Kartu :
Nomor Model :
Nama Pasien : Typodont 11 (Dewa Gede Bagus Satriya Wibawa)
Suku :-
Umur :-
Jenis Kelamin :-
Alamat :-
Telepon :-
Pekerjaan :-

Nama Ayah :-
Suku :-
Umur :-
Nama Ibu :-
Suku :-
Umur :-
Pekerjaan Orang Tua :-
Alamat Orang Tua :-
Telepon :-

II. Waktu Perawatan


Pendaftaran :
Pencetakan : 8 Maret 2021
Pemasangan alat :

1
Pemasangan retainer :
Perawatan selesai :

III.Pemeriksaan Klinis
A. Pemeriksaan Subjektif ( Anamnesis ) : tidak dilakukan di typodont

1. Keluhan Utama : Pasien datang mengeluhkan gigi depan rahang atas berjarak-jarak
dan gigi depan rahang bawahnya tidak rapi sehingga mengganggu penampilan
pasien.
2. Riwayat Kesehatan : Pasien dalam kondisi yang baik dan tidak memiliki riwayat
penyakit, pasien tidak dalam perawatan dokter dan tidak memiliki riwayat alergi
obat- obatan serta tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu
jalannya perawatan ortodontik.
3. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi-geligi :
- Gigi Desidui : Pasien menyatakan seluruh gigi susunya tumbuh dengan baik dan
tidak ada yang berlubang
- Gigi Bercampur : Pasien menyatakan pernah mencabut gigi ke dokter gigi
karena terdapat gigi susu yang belum tanggal disaat gigi permanennya tumbuh
pada gigi depan RB. Kemudian sisa gigi yang lain dicabut dengan orangtua
pasien di rumah dan beberapa tanggal dengan sendirinya.
- Gigi Permanen : Pasien tidak pernah mengalami gigi berlubang maupun sakit
gigi, pasien tidak pernah melakukan perawatan ortodontik sebelumnya.
- Kebiasaan jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien : Pasien menyangkal
memiliki kebiasaan buruk
- Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Ayah :-
Ibu :-
Saudara kandung : -

B. Pemeriksaan Objektif : tidak dilakukan di typodont


1. Umum :
Jasmani :-
Mental :-
Status Gizi : -
Berat Badan :-
Indeks Massa Tubuh : BB (kg) = -

2
Status gizi pasien normal dan termasuk dalam kategori normal.

2. Lokal :-
A. Ekstra Oral :-
- Kepala
Indeks kepala = lebar kepala X 100 = -
Panjang kepala
Bentuk kepala : -
- Muka
Indeks muka = Jarak N - G X 100 = -
Lebar Bizygomatik
Bentuk muka : -
Profil Muka : -
- Garis Simon ( Bidang Orbital ) :-
- Posisi rahang terhadap bidang orbital/garis Simon
Maksila : -
Mandibula : -
- Sendi Temporomandibular (TMJ):-
- Tonus Otot Mastikasi :-
- Tonus Otot Bibir :-
- Bibir Posisi Istirahat :-
- Free Way Space :-

B. Intra Oral
- Higiene Mulut : -
- Pola Atrisi : -
- Lingua : -
- Palatum : -

- Gingiva : -
- Mukosa :-

3
- Frenulum : -
- Tonsila :-
- Pemeriksaan Gigi-gigi :

B B

B B

Keterangan :
B : Belum erupsi
T : Tumpatan
K : karies
X : telah dicabut
II : diastema

3. Analisis Foto Muka tidak dilakukan di typodont

Tampak Depan Tampak Samping


Bentuk Muka : Profil Muka :
Keterangan : a. Glabella
b. Bibir atas

4
c. Bibir bawah
d. Pogonion

4. Analisis Model Studi


- Bentuk Lengkung Gigi
Rahang Atas : U-form simetris
Rahang Bawah : U-form simetris
- Malposisi Gigi Individual
Rahang Atas :

Rahang Bawah : 41, 32 distolabiotorsiversi

- Malrelasi :-
- Diastema:
- Rahang atas : sentral diastema 11, 21
- Rahang bawah :

- Relasi Gigi-gigi pada Oklusi Sentrik


Overjet : 2mm
Overbite : 3 mm

- Anterior :
- palatal bite : tidak ada
- deep bite : tidak ada
- open bite : tidak ada
- edge to edge bite : tidak ada
- cross bite : tidak ada
- shallow bite : tidak ada
-Protusif : tidak ada

- Posterior :
- cross bite : tidak ada
- open bite : tidak ada
- scissor bite : tidak ada
- cup to cup bite : tidak ada

5
- Relasi Molar pertama kanan : Klas I Angle
- Relasi Molar pertama kiri : Klas I Angle
- Relasi Kaninus kanan : Klas I
- Relasi Kaninus kiri : Klas I
- Garis tengah RB terhadap RA : segaris
- Garis inter insisivi sentral terhadap garis tengah rahang : segaris

- Lebar Mesiodistal Gigi-gigi (mm)


Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket. Kanan Kiri Normal Ket.
1 8 8 7,40-9,75 N, N 6 6 4,97-6.60 N, N
2 6 6 6,05-8,10 N, N 6 6 5,45-6.85 N, N
3 8 8 7,05-9,32 N, N 7 7 6,15-8,15 N, N
4 8 8 6,75-9,00 N, N 7 7 6,35-8,75 N, N
5 7 7 6,00-8,10 N, N 7 7 6,80-9,55 N, N
6 10 10 9,95-12,10 N, N 11 11 10,62-13.05 N, N
7 9 9 8,75-10,87 N, N 11 11 8,90-11,37 N. N
Kesimpulan : Lebar mesiodistal seluruh gigi geligi normal

- Skema Gigi-gigi dari Oklusal (masukin gambar typodnt)


Typodont
Rahang atas Rahang bawah Beroklusi

6
Tampak samping kanan Tampak samping kiri saat
saat beroklusi beroklusi

Model studi
Rahang atas Rahang bawah Beroklusi

7
Tampak samping kanan Tampak samping kiri saat
saat beroklusi beroklusi

5. Perhitungan-perhitungan
A. Metode Pont
- Jumlah mesiodistal 2 1 1 2 : 28mm
- Jarak P1 – P1 rahang atas pengukuran : 38mm
- Jarak P1 – P1 rahang atas perhitungan : 35mm
- Diskrepansi : +3mm (distraksi ringan)
- Jarak M1 - M1 rahang atas pengukuran : 43mm
- Jarak M1 - M1 rahang atas perhitungan : 41mm
- Diskrepansi : +2 (distraksi ringan)
Keterangan :
- Pertumbunhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral pada regio P1-P1
mengalami distraksi.
- Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah lateral M1-M1 mengalami
distraksi.
- Derajat distraksi pada regio P1-P1 dan M1-M1 sama-sama ringan karena nilainya
kurang dari 5mm
B. Metode Korkhaus
- Tabel Korkhaus : 15,8 mm
- Jarak I – (P1 – P1) rahang atas pengukuran : 16,5 mm

8
- Diskrepansi : +0,7 (protrusif)
- Keterangan :Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah antero posterior lebih dari normal
C. Metode Howes
- Jumlah lebar mesiodistal M1 - M1 : 94mm
- Jarak P1 – P1 (tonjol) : 41mm
▪ Indeks P = Jarak P1 – P1 x 100% = 43,8%
● Md M1 - M1
- Lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi : lebih (>) 43%
- Jarak Inter Fossa Canina : 45,5mm
▪ Indeks Fossa Canina = Jarak FC x 100% = 48,5%
▪ Md M1 - M1
- Lengkung basal/lengkung rahang untuk menampung gigi-gigi: lebih (> 44%)
- Inklinasi gigi-gigi regio posterior : konvergen
- Keterangan:
- Lengkung gigi untuk menampung geligi lebih dari normal karena indeks P> 43%
- Lengkung basal untuk menampung geligi lebih dari normal karena FC > 44%
- Inklinasi gigi posterior konvergen karena indeks FC > indeks P

ANALISIS SEFALOMETRI
Analisis Steiner
No Analisis skeletal Normal Pasien Ket

1. SNA 80º- 82º 82º Normal


2. SNB 78º -80 º 80 º Normal
3. ANB 0º-2 º 2º Normal

9
Kesimpulan secara keseluruhan:
- SNA : posisi antero posterior maksila terhadap basis kranium pada pasien normal,
yang menandakan rahang atas normal
- SNB : posisi anter posterior mandibula terhadap basis kranium pada pasien normal,
yang menandakan rahang bawah normal
- ANB : posisi anteroposterior maksila dan mandibula satu dengan yang lainnya
normal sehingga profil pasien kelas I skeletal

Analisis Dental
No Analisis dental Normal Pasien Ket
1. I NA 4 mm/22º 6mm/35 º Lebih dari normal (protrusif)
2. I NB 4 mm/25º 6mm/40 º Lebih dari normal (protrusif)
3. Sudut inter insisal 130º 109 º Kurang dari normal (protrusif)
Kesimpulan secara keseluruhan:
- Jarak permukaan gigi insisiv paling labial terhadap garis N-A sebesar 6mm di depan
garis N-A (protrusif), dan inklinasi membentuk sudut 35 º
- Jarak permukaan gigi insisiv paling labial terhadap garis N-B sebesar 6mm di depan
garis N-B (protrusif), dan inklinasi membentuk sudut 40 º
- Sudut interinsisal digunakan untuk mengetahui inklinasi gigi insisivus dan relasi gigi
insisivus atas dan bawah, pada pasien ini didapatkan sebesar 109 º, maka inklinasi
dan relasi antar insisivus atas dan bawah protrusif (bidental protrusif).

Analisis Jaringan Lunak :


- Bibir atas : -
- Bibir bawah :-
- Posisi bibir atas dan bibir bawah : -
- Kesimpulan secara keseluruhan : -
- Interpretasi Panoramik -

D. Determinasi Lengkung Gigi


Hasil Penapakan (gambar kertas mika)

10
RA R
RB L

Keterangan :
Overjet awal : 2 mm
Retraksi RA : 1mm
Retraksi RB : 0mm
Overjet Akhir : 1 mm

Rahang Atas
Panjang lengkung mula-mula 3-3 : 46mm
Panang lengkung ideal 3-3 : 44mm
Jumlah lebar mesiodistal 3-3 : 44mm
Diskrepansi : +2mm

11
Rahang Bawah
Panjang lengkung mula-mula 3-3 : 42mm
Panang lengkung ideal 3-3 : 44mm
Jumlah lebar mesiodistal 3-3 : 44mm
Diskrepansi : -2mm

IV. Diagnosis Sementara


Kasus maloklusi menyangkut masalah : estetik, dental, malposisi gigi individual,
sentral diastema

Solusi masalah RA : Pemanfaatan ruang diastema untuk retraksi


RB : Penyesuaian lengkung dan slicing 2mm secara bertahap.

V. Diagnosis Final
Maloklusi Angle Klas I tipe dental, dengan hubungan skeletal Klas I bidental protrusif,
dengan overjet 2mm, overbite 3mm ,distertai : Sentral diastema, malposisi gigi
individual
:
Rahang Bawah : 41, 32 distolabiotorsiversi
:-
Diastema:-
- Rahang atas : sentral diastema 11,21
-
VI. Analisis Etiologi Maloklusi
1. Maloklusi
- Maloklusi pasien adalah maloklusi Angle kelas I tipe dental dengan hubungan
skeletal klas I, disebut maloklusi Angle kelas I tipe dental karena relasi molar
pertama neutroklusi namum terdapat gigi lain malposisi, dengan hubungan skeletal
Klas I (ortognatik), karena berdasarkan analisis skeletal didapatkan nilai ANB
normal. Pada analisis dental ditemukan inklinasi gigi insisivus dan relasi gigi
insisivus atas dan bawah pada pasien sebesar 109 º atau kurang dari normal, maka
inklinasi dan relasi antar insisivus atas dan bawah protrusif (bidental protrusif).

12
2. Malposisi gigi individual : 41,32 distolabiotorsiversi
- Kemungkinan disebabkan oleh faktor lokalis meliputi abnormalisasi alur erupsi
benih gigi permanen
- Terdapat persistensi pada gigi 72, sehingga gigi 32 kekurangan ruang, hal ini
menyebabkan sisi distal gigi 32 bergerak ke labial.
- Terdapat persistensi pada gigi 81, sehingga gigi 41 kekurangan ruang, hal ini
menyebabkan gigi 41 sisi distal bergerak ke labial
- Kemungkinan disebabkan karena kekurangan ruangan sehingga gigi tidak
dapat erupsi sempurna.
3. Diastema : 11,21
- Etiologi : kemungkikan disebabkan oleh frenulum pasien yang tinggi (perlu
dilakukan blanch test)
- Disproporsi panjang lengkung gigi dengan ukuran mesiodistal gigi sehingga
masih terdapat ruangan untuk perpindahan posisi gigi

VII. Prosedur Perawatan


Rencana Perawatan :
1. Edukasi dan instruksi pasien (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di
typodont)
2. Pencarian ruang dan koreksi malposisi gigi individual rahang bawah
3. Distribusi ruang rahang atas
4. Penyesuaian oklusi (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di typodont)
5. Pemasangan retainer (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di typodont)

Jalannya Perawatan :
1. Edukasi dan instruksi pasien (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di
typodont)
2. Pencarian ruang dan koreksi malposisi gigi individual rahang bawah

13
a. Pada hasil determinasi lengkung panjang mula-mula sebesar 36 mm dan
lengkung ideal sebesar 38mm sehingga diskrepansi sebesar -2mm, berarti pada
pasien ini terjadi kekurangan ruang. Untuk pencarian ruang dilakukan dengan
slicing pada keempat gigi insisivus dan bagian mesial gigi caninus, kemudian
dilanjutkan dengan koreksi malposisi gigi individual dilakukan dengan
meretraksi sisi distal ke lingual dengan menggunakan labial bow short.
Perawatan ini akan dilakukan di typodont.
b. Mengurangi plat pada bagian distolingual gigi 41 dan 32 sehingga terdapat
ruangan untuk meretraksi gigi
c. Dilanjutkan dengan aktivasi labial bow dengan menyempitkan loop pada kedua
sisi sehingga lengan horisontal labial bow menyentuh permukaan distolabial
gigi 41 dan 32.

3. Distribusi ruang rahang atas


a. Pada hasil determinasi lengkung, panjang lengkung mula mula sebesar 46 mm,
dan panjang lengkung ideal sebesar 44mm, sehingga didapatkan diskrepansi
sebesar +2mm yang berarti pasien ini terjadi kelebihan ruang. Untuk menutup
ruang dilakukan retraksi pada gigi 13-23 menggunakan labial bow tipe short.
Perawatan ini akan dilakukan di typodont.
b. Alat yang digunakan berupa plat aktif yang dilengkapi dengan
- Labial bow short dengan U-Loop berdiameter 0,7 mm pada gigi 13-23
sebagai komponen aktif
- Klamer Adam diameter 0,7 mm pada gigi 46 dan 36 sebagai retensi dan
stabilitas alat
- Plat akrilik
c. Tahap aktivasi
- Mengurangi plat pada bagian palatal 11 dan 21 sehingga terdapat ruangan
untuk meretraksi gigi
- Dilanjutkan dengan aktivasi labial bow dengan menyempitkan loop pada
kedua sisi sehingga lengan horisontal labial bow menyentuh permukaan
labial gigi 11 dan 21.

14
- Penyesuaian oklusi (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di
typodont)
- Pemasangan retainer (tidak dilakukan karena perawatan dilakukan di
typodont)

VII. Gambar/Desain Alat


Rahang atas Keterangan
- Labial bow medium dengan U-Loop
berdiameter 0,7 mm pada gigi 13-23
sebagai komponen aktif
- Klamer Adam diameter 0,7 mm pada
gigi 16 dan 26 sebagai retensi dan
stabilitas alat
- Plat akrilik

Rahang bawah Keterangan


- Labial bow medium dengan U-Loop
berdiameter 0,7 mm pada gigi 41-32
sebagai komponen aktif
- Klamer Adam diameter 0,7 mm pada
gigi 46 dan 36 sebagai retensi dan
stabilitas alat
- Plat akrilik

Retainer rahang atas Keterangan

15
- Labial bow medium dengan U-Loop
berdiameter 0,7 mm pada gigi 13-23
sebagai komponen aktif
- Klamer Adam diameter 0,7 mm pada
gigi 16 dan 26 sebagai retensi dan
stabilitas alat
- Plat akrilik
- Verkeilung pada gigi 13-33

Retainer rahang bawah Keterangan


- Labial bow medium dengan U-Loop
berdiameter 0,7 mm pada gigi 41-32
sebagai komponen aktif
- Klamer Adam diameter 0,7 mm pada
gigi 46 dan 36 sebagai retensi dan
stabilitas alat
- Plat akrilik
- Verkeilung pada gigi 33-43

IX.PROGNOSIS
Prognosis perawatan baik
Keterangan : Typodont
Indikasi Perawatan : Kuratif

Denpasar, 17 Maret 2021


Operator,

16
Menyetujui,

Pembimbing,

17

Anda mungkin juga menyukai