Anda di halaman 1dari 25

SEJARAH AWAL PERADABAN ISLAM DI KAWASAN ISLAM ARAB

(Digunakan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam Melayu)

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Widad Aulia (1820502059)

Dosen Pengampu :
Dr. H. Komaruddin, S. Ag., M. Si

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Studi Islam Melayu yang berjudul “Sejarah Awal Peradaban Islam di Kawasan
Islam Arab”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu kami yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 17 November
2020 

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Arab Pra-Islam..............................................................................................3
B. Dakwah Islam Periode Mekkah....................................................................6
C. Dakwah Islam Periode Madinah.................................................................10
D. Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin........................................11
E. Peradaban Islam pada masa ke Khalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah
dan Turki Usmani...............................................................................................14
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP.............................................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa sebelum Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa
jahiliyyah. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral
masyarakat Arab khususnya Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan
padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup
berkabilah. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang
penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat
jalan, tidak menemukan nilai nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih
kemuliaan,memusnahkan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan
peperangan dengan alasan harga diridan kepahlawanan. Suasana semacam ini
terus berlangsung hingga datang Islam di tengah-tengah mereka. Masyarakat arab
khususnya di Kota Mekah memiliki kebudayaan jahiliyyah, seperti halnya kaum
Quraisy yang pada masa itu mereka berlomba-lomba membuat berhala kemudian
menyembahnya. Namun, ketika nabi Muhammad SAW lahir dan Islam turun,
secara bertahap Nabi Muhammad SAW mulai mendakwahkan Islam dan mulai
saat itu perlahan-lahan mulai mmberikan pencerahan dan mengubah kebiasaan
masyarakat Mekah untuk tidak menyembah berhala dan melahirkan kebiasaan
untuk menyembah Allah SWT.
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj. Suatu perkembangan besar bagi
kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan masa itu datang dari sejumlah
penduduk Yastrib yang berhaji ke Mekkah. Pertama atas nama penduduk Yastrib,
mereka meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke Yastrib. Mereka berjanji
akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang akan
mereka ajukan. Dan persetujuan ini disepakati dalam suatu perjanjian. Perjanjian
ini disebut perjanjian Aqobah kedua, setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui
adanya perjanjian antara nabi dan orang-orang Yastrib, mereka kian gila
melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi
memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Yastrib. Lalu nabi pun hijrah
ke Yastrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan membunuhnya. Sebagai
penghormatan terhadap Nabi, nama kota Yastrib di ubah menjadi Madinatun Nabi
(kota Nabi) atau Madinatul Munawaroh (Kota yang bercahaya) karena dari sinilah
Islam memancar ke seluruh dunia, di sinilah Madinah menjadi kota yang penting
dalam sejarah peradaban Islam. Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia,
maka ke khalifahan dinajutkan para Khalifaur Rasyidin. Ada 4 sahabat Nabi yang
menjadi khalifah yaitu Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi Thalib. Lalu setelah masa ke khalifahan Ali bin Abi Thalib,
penyebaran Islam diteruskan oleh Bani Umayyah. Untuk mengetahui lebih lanjut,
akan dibahas dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Arab Pra-islam?
2. Bagaimana dakwah Islam pada periode Mekah?
3. Bagaimana dakwah Islam pada periode Madinah?
4. Bagaimana peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin?
5. Bagaimana peradaban Islam pada masa Bani Umayyah, Bani Abbasiyah
dan Turki Usmani?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Arab Pra-Islam
Kehidupan bangsa Arab saat itu terkenal dengan sebutan jahiliyah. Julukan
semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab
khususnya Arab pedalaman badui yang hidup menyatu dengan padang pasir dan
area tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup berkabilah dan nomaden.
Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan
kegelapan dan kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak
menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan,
memusnahkan kekayaan dengan perjudian,membangkitkan peperangan dengan
alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung
hingga datang Islam di tengah-tengah mereka.bangsa Arab pada umumnya
berwatak berani, keras, dan bebas. Mereka telah lama mengenal agama nenek
moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi Ibrahim. Akan tetapi,
akhirnya ajaran itu pudar untuk menampilkan keberadaan Tuhan mereka membuat
patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat
dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan.1
Sejak dahulu kala, masyarakat Arab terkenal dengan budaya perdagangan
mereka. Sumber ekonomi utama yang menjadi penghasilan bangsa Arab adalah
dari perdagangan, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur’an dalam surah Quraisy.
Ada 3 alasan Mekah menjadi salah satu pusat perdagangan :
1. Ka’bah sebagai tempat suci yang membuat orang terkesan untuk
mengunjunginya.
2. Adanya sumber mata air, yaitu air zam-zam. Sebagaimana kita ketahui,
daerah Arab (Timur Tengah) merupakan daerah yang tandus sehingga sulit
mendapatkan air.

1
http://emhasemarangan.blogspot.com/2010/02/rahasia-sukses-dakwah-rasulullah.html ,
diunduh tanggal 18 November 2020
3. Mekah adalah tempat yang menjamin keamanan dan kenyamanan. Mereka
yang datang ke Mekah dilarang menumpahkan darah sebagai bentuk
pemuliaan dan penghormatan terhadap Ka’bah.

Lalu, kultur yang berkembang pada masyarakat Arab pada umumnya


adalah kultur klenik yang dikenal dengan ilmu pengetahuan dan filsafatnya.
Bahasa merupakan hal yang penting dalam pembentukan kebudayaan orang
Mekah pra-Islam.
Sebelum Islam datang, sudah berkembang berbagai macam agama dan
kepercayaan pada bangsa Arab. Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi al-Baghdadi
dalam kitab Bulugh al-‘Arabi fi Ma’rifah Ahwal al-‘Arab menyatakan ada
beberapa agama yang pernah ada di Arab sebelum masuknya Islam, antara lain al-
muwahhidun (yang mengesakan Tuhan), penyembah berhala (watsani), Yahudi,
Kristen, penyembah matahari dan bulan, Dahriyun (atheis), Shabi’in (penyembah
binatang), Zindiq, Majusi (penyembah api), penyembah malaikat dan jin,
kelompok yang mempercayai dua Tuhan, yaitu Tuhan yang berbuat kebaikan dan
Tuhan yang berbuat jahat.
Orang yang pertama kali menyembah berhala di Mekah adalah salah
seorang pemimpin suku Khuza’ah yang bernama Amr bin Luhai. Dia meletakkan
berhala besar yang bernama Hubal di tengah Ka’bah. Ia membawa berhala itu dari
kota Balqa, Syam. Disamping Hubal, masih ada lagi patung berbentuk manusia
yang dipuja masyarakat Arab, yaitu Isaf dan Nailah. Amr mengajak penduduk
Mekah untuk menghormati, menyembah dan berdoa kepada berhala-berhala itu.
Demikian awal mula penyimpangan ajaran tauhid Nabi Ibrahim di Tanah
Arab yang mulai bergeser dengan munculnya paham keberhalaan. Patung-patung
yang disembah pada masa itu antara lain :
1. Wudda dipuja oleh Bani Kilab yang berada di Daumah al-Jandal;
2. Suwa disembah Bani Hudzail;
3. Yaqus disembah Bani Madhaj dan beberapa suku di Yaman;
4. Ya’uq menjadi sembahan Bani Hamdan;
5. Nashr dipuja oleh Bani Dzil Kila di Hunain;
6. Latta disembah Bani Tsaqif di Taif;
7. Uzza dijadikan sembahan Bani Quraisy, seluruh Bani Kinanah, dan
sebagian Bani Sulaim;
8. Manath dipuja suku Aus, Khazraj dan Ghassan;
9. Hubbal adalah patung terbesar yang dipuja seluruh bangsa Aarb;
10. Issaf dan Nailah patung yang diletakkan di Bukit Shafa dan Marwa2

 Kondisi Geografis Jazirah Arab


Semenanjung Arab adalah semenanjung yang terletak disebelah barat daya
Asia. Wilayahnya memiliki luas 1.745.900 km2.3 Semenanjung ini dinamakan
jazirah karena tiga sisinya berbatasan dengan air, yakni sebelah timur berbatasan
dengan teluk Oman dan teluk Persi, disebelah selatan berbatasan dengan samudera
Hindia dan teluk Aden, di sebelah barat berbatasan dengan laut merah. Hanay
sebelah utara, jazirah ini berbatasan dengan daratan atau padang pasir Irak dan
Syria.4
Secara geografis, daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas,
serta memiliki iklim yang panas dan kering. Hamper lima per enam daerahnya
terdiri dari padang pasir dan gunung batu.5 Luas padang pasir ini diklasifikasikan
Ahmad Amin sebagai berikut:
1. Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan
180 mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufud. Di
daerah ini, jarang sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai
debu telah menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang
menyebabkan daerah ini sulit dilalui.
2. Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit
ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan

2
Ngatmin Abbas Wahid, Suratno., Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas X Madrasah
Aliyah Kurikulum 2013, Jilid 1 (Solo: Aqila, 2014) hal. 5-7
3
Philip K. Hitti, History of The Arabs, terj. R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riadi (Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2010) hal.16
4
Fadil, SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN Malang Press, 2008)
hal.26
5
Ibid, hal. 43-44
dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut
dengan daerah sepi (al-Rub’ al-Khali).
3. Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu
hitam. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini.6

C. Dakwah Islam Periode Mekkah


1. Sejarah Asal Mula Islam Muncul di Mekah
Nabi Muhammad SAW mulai menyebarkan agama barunya di Mekah.
Oleh karena itu, kita perlu memahami situasi di Mekah sebelum Nabi memulai
dakwahnya. Sebagaimana yang telah disebutkan, Mekah terletak di jalur
perdagangan internasional, dan dengan sendirinya menjadi pusat perdagangan
yang penting. Mekah memiliki tingkat kemakmuran yang tinggi karena letaknya
yang berada di jalur penting dari Arabia selatan sampai utara dan Mediteranian,
Teluk Persia, Laut Merah melalui Jiddah dan Afrika.
Mekah adalah salah satu pusat kota penting dengan aktifitas perdagangan
yang ramai. Penduduk yang mendiami wilayah kota ini pada mulanya adalah
bangsa Nomad yang mayoritas penduduknya ialah kaum Badui. Karena
mengalami kesulitan hidup, masyarakat Badui ini mencari tempat tinggal di
kawasan kota yang maju seperti Arab Tengah. Proses ini terus berlanjut hingga
berdirinya kerajaan – kerajaan Islam di berbagai wilayah. Dan pada kenyataannya,
sebagaimana diungkapkan Ibnu Khaldun, proses tersebut menjadi faktor yang
menentukan dalam jatuh bangunnya kerajaan – kerajaan Islam tersebut.7
Islam lahir di Jazirah Arab. Pada saat itu, Jazirah Arab di apit oleh dua
kekaisaran, yaitu Kekaisaran Persia dan Kekaisaran Bizantium. Kekaisaran Persia
menetapkan agama Majusi sebagai agama resmi di wilayah mereka. Adapun
Kekaisaran Romawi atau disebut juga Kekaisaran Bizantium menetapkan agama
Nasrani sebagai agama resmi dengan Injil sebagai kitab sucinya.
Sementara itu, masyarakat Mekah ada yang beragama Majusi dan ada
yang beragama Nasrani. Selain itu, sebagian masyarakat ada yang menganut
6
Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah, 1975) hal. 1-2.
7
Engineer, Asghar Ali, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, (Yogyakarta: INSIST bekerjasama
dengan PUSTAKA PELAJAR (Anggota IKAPI), 1999) hlm.59
agama asli nenek moyangnya, yaitu menyembah berhala. Dan ada pula sebagian
yang menganut agama Yahudi. Masyarakat Mekah mereka menyembah berhala
ataupun pepohonan, mereka tidak mempercayai adanya hari kiamat dan
kehidupan akhirat. Sebenarnya, masyarakat Kota Mekah dahulunya beragama
tauhid, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. akan tetapi, karena
terputusnya risalah kenabian, mereka menyembah selain Allah SWT.

2. Perkembangan Islam di Mekah


Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW sering bertahanus di Gua Hira.
Gua Hira terletak 6 km di sebelah timur Kota Mekah. Di tempat itu, Nabi
Muhammad SAW merenungi keadaan masyarakatnya. Pada tanggal 17 Ramadhan
611 M, datanglah malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang pertama, yaitu Surah
Al-‘Alaq ayat 1-5. Ini adalah ayat Al-Qur’an yang pertama yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya wahyu pertama itu
menandakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah diangkat menjadi utusan Allah
SWT.8
Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW datang ke Gua Hira, dan ketika
berada disitu terdengarlah suara dari langit. Lalu, beliau melihat ke atas maka
dilihatlah Malaikat Jibril. Melihat pemandangan itu, tubuh beliau gemetar. Lalu
beliau pelang kerumah. Beliau langsung tidur sambil berkata kepada keluarganya,
“Selimutilah saya! Selimuti saya!”. Dalam keadaan sedang tidur, datanglah
Malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang kedua yakni surah al – Muddatsir
Ayat 1-7. Ayat ini menjadi pertanda dimulainya misi Rasulullah SAW dalam
berdakwah menyebarkan agama Islam, dengan memberikan peringatan kepada
seluruh umat manusia agar menyembah Allah SWT dan mengesakan-Nya.
Rasulullah SAW berdakwah dengan menggunakan dua strategi diantara
adalah sebagai berikut :
1) Dakwah Rasulullah SAW secara sembunyi - sembunyi

8
Darsono, H, T. Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2017) hlm.34.
Rasulullah SAW melakukan dakwah yang pertama kalinya ialah
kepada keluarga dan sahabatnya. Mulai dari Khodijah (isterinya), Ali bin
Abi Thalib (Putra pamannya), Abu Bakar (sahabatnya), dan Zaid bin
Harisah (pembantunya). Kemudian diikuti oleh Usman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Talhah
bin Ubaidilah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Arqam bin Abil Arqam.
Mereka yang masuk Islam generasi pertama disebut Assabiqunal
Awwalun. Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi –
sembunyi bermaksud menyiapkan orang – orang yang mendukung beliau
dan menyiapkan orang – orang yang menjadi juru dakwah beliau. Rumah
Arqam bin Abil Warqam dijadikan sebagai pusat dakwah pada saat itu.
2) Dakwah Raulullah SAW secara terang – terangan
Setelah 3 tahun Rasulullah SAW berdakwah secara sembunyi –
sembunyi. Turunlah firman Allah SWT :
Artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.” (QS. Al-Hijr [15] : 94).
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah memerintahkan agar Nabi
Muhammad SAW mendakwahkan Islam secara terang – terangan.
Langkah pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ialah
mengumpulkan warga di Bukit Safa. Setelah semua berkumpul di Bukit
Safa termasuk Abu Lahab paman Nabi, Rasulullah SAW berdialog dengan
warga hingga beliau bersabda bahwa sesungguhnya beliau di utus oleh
Allah SWT sebagai pemberi peringatan bahwa adanya siksaan Allah SWT
yang sangat keras. Namun sebelum Nabi selesai bicara, Abu Lahab
memotong pembicaraan beliau dengan mengatakan “Celakalah kamu
wahai Muhammad, apakah hanya untuk ini kau kumpulkan kami ?” Abu
Lahab melempari Nabi Muhammad SAW menggunakan batu.
Dakwah Rasulullah SAW dientang dan ditolak oleh pamannya
sendiri yaitu Abu Lahab beserta isterinya. Dengan adanya penolakan
tersebut Allah SWT menurunkan surah Al-Lahab yang isinya tentang
siksaan akibat sikap Abu Lahab dan isterinya.

3. Hambatan dakwah Nabi Muhammad SAW ketika di Mekah


1) Cemoohan dan Cacian kepada Nabi dan para Sahabat
2) Memanfaatkan Pengaruh para pembesar Kafir Quraisy
3) Mendatangkan penyair terkemuka
4) Melempari Nabi dan para Sahabat dengan batu dan kotoran
5) Bujukan dengan harta dan kekayaan
6) Pemboikotan terhadap Bani Hasyim;
Isi surat pemboikotan itu adalah :
a) Muhammad dan kaum keluarganya serta pengikutnya tidak
diperbolehkan menikah dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik
laki-laki maupun perempuan.
b) Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya tidak boleh
mengadakan hubungan jual beli dengan kaum Quraisy lainnya.
c) Muhammad dan keluarganya serta pengikutnya tidak boleh bergaul
dengan kaum Quraisy lainnya.
d) Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan menolong
Muhammad, keluarga ataupun pengikutnya.

4. Kontak Umat Islam Mekah dengan Dunia Luar


a. Hijrah ke Abbasyah
b. Misi ke Thaif
c. Baiat Aqabah9
D. Dakwah Islam Periode Madinah
Setelah terjadinya peristiwa baiat, aqabah ke2 (622M) dan islam berhasil
memancarkan tonggak Negara di padang pasir yang bergelombang kekufuarn dan
kebodohan, dan ini merupakan hasil paling besar yang diperoleh islam semenjak
9
Ngatmin Abbas Wahid, Suratno., Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas X Madrasah
Aliyah Kurikulum 2013, Jilid 1 (Solo: Aqila, 2014) hal. 23-29
dakwah di mulai, maka rosullah SAW dan orang-orang muslim dikenankan hijrah
kenegara tersebut. Sesungguhnya dengan peristiwa baiat aqobah, telah terjadi
legislasi kepemimpinan Muhammad sebagai pemimpin mereka. Karena telah
terjadi fakta persekutuan antara nabi dengan penduduk yastrib, sampai dengan
legistimasi formalnya sebagai kepala Negara madinah dengan ditetapkannya
piagam madinah.10 Di piagam madinah itulah diatur kehidupan masyarakat
madinah sehingga mereka hidup dengan maju menjalankan aturan-aturan yang
telah disepakai bersama. Dengan kedatangan nabi menjadikan bahaya besar yang
mengancam kaum quraisi. Oleh karna itu mereka berusaha mencari sarana yang
paling efektif untuk menyingkirkan bahaya ini, yang sumbernya adalah pembawa
bendera dakwah islam,yang tidak lain Muhammad. Penyebab utama yang
membuat nabi hijrah kemadinah yaitu;
a. Perbedaan iklim di kedua kota itu mempercepat dilakukannya hijrah
Iklim madinah yang lembut dan watak rakyatnya yang tenang sangat
mendorong penyebaran dan pengembangan agama islam,. Sebaliknya, kota
mekah tidak mempunyai dua kemudahan itu
b. Nabi-nabi umunya tidak di hormati di Negara-negaranya sehingga nabi
Muhammad pun tidak diterima oleh kaumnnya sendiri akan tetapi disukai
sebagai Nabi Allah, oleh karna orang-orang madinah dan dia suruh
diundangnya.
c. Tantangan yang nabi hadapi tidaklah sekeras mekah golongan pendeta dan
kaum ningrat quraisi yang menganggap islam bertentangan dengan
kepentingan mereka ini tentu berbeda dengan sikap penduduk medinah
terhadap nabi.

Dalam perjalanan hijrah itu, nabi Muhammad SAW tiba dimadinah pada
tanggal 27 september 822 M kemudian ditetapkan sebagai tahun pertama hijrah.
Sebelum sampai kemadinah nabi singgah di qubah dan mendirikan masjid yang
pertama didaerah itu. Kemudian melakukan shalat jumat di masjid itu. Rasullah
menyampaikan khudbah jumat pertama, sholawat dan salam, pesan bertakwa dan
doa kesejahtraan muslimin.
10
Prof. Dr. Imam Fu’adi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam,  (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm. 12-13.
Periode madinah bisa dibagi tahapan masa:
a. Tahapan masa yang banyak diwarnai guncangan dan cobaan, banyak
rintangan yang muncul dari dalam, ssementara musuh dari luar menyerang
madinah untuk menyingkirkan para pendatangnya. Tahapan ini berakhir
dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah pada bulan Dzul-Qa’dah
tahun ke-6 dari hijrah.
b. Tahapan masa perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang
berakhir dengan Fathu Makkah pada bulan ramadhan tahun ke-8 dari
hijrah. Ini juga merupakan tahapan masa berdakwah kepada para raja agar
masuk islam.
c. Tahapan masa masuknya manusia kedalam islam secara berbondong-
bondong, yaitu masa datangnya para utusan dari berbagai kabilah dan
kaum ke madinah. Masa ini membentang hingga wafatnya Rasulullah
SAW pada bulan Rabiul awwal tahun ke-11 dari hijrah.
Dalam periode madinah inilah Rasulullah benar-benar dapat membina
masyarakat yang kondusif, sehingga dibawah kepemimpinan Rasulullah, Madinah
menjadi wilayah yang diperhitungkan.

E. Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin


1. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun adalah wakil-wakil atau
khalifah-khalifah yang benar atau lurus. Mereka adalah waris kepemimpinan
Rasulullah selepas kewafatan junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Para tokoh
ini merupakan orang-orang yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan
keputusan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.
Pada saat perlantikan mereka dibuat secara syura yaitu perbincangan para
sahabat atau pilihan khalifah sebelum. Selepas pemerintahan ini, kerajaan Islam
diganti oleh kerajaan Ummaiyyah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat
sesudah nabi Muhammad SAW wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan
tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah islam yang dimaksud terdiri
daripada empat orang sahabat sebagai berikut:
a. Saidina Abu Bakar ( 632-634 M )
b. Saidina Umar bin Khatab ( 634-644 M )
c. Saidina Uthman bin Affan ( 644-656 M )
d. Saidina Ali bin Abi Talib ( 656-661 M )
Dalam pemerintahannya mereka berjuang terus untuk agama Islam.
Mereka tidak pernah memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadinya atau
untuk mengeruk harta.
a. Abu Bakar As-Siddiq
Dimasa kepimpinannya yang singkat, Abu Bakar menyelesaikan
perpecahan yang terjadi di suku-suku bangsa Arab. Lalu, Abu Bakar menghadapi
orang yang tak membayar zakat dan orang-orang yang mengaku-ngaku menjadi
Nabi. Abu Bakar juga mengumpulkan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang disalin
menjadi mushaf. Ia menjadikan ayat al-Qur’an dan as-sunnah sebagai hukum. Di
akhir kepemimpinannya, Abu Bakar memperluas daerah kekuasaan dengan
mengirim tentara keluar.
b. Umar bin Khattab
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Islam mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Dibawah kepemimpinannya Islam berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya mulai dari Mesopotamia, Mesir, Palestina,
Syria, Afrika Utara, Armenia dan wilayah Persia. Penaklukan wilayah-wilayah
tersebut selalu diikuti persebaran agama Islam. Lalu khalifah Umar juga berhasil
membangun banyak fasilitas umum mulai dari kantor-kantor pemerintahan,
markas-markas militer, sistem irigasi untuk pertanian, air minum dan transportasi
alternative. Ia adalah khalifah pertama yang memisahkan kekuasaan eksekutif dan
kekuasaan yudikatif. Khalifah Umar juga melakukan perbaikan sistem hukum
dengan membuat peraturan-peraturan baru serta membangun beberapa penjara.
c. Usman bin Affan
Dimasa pemerintahan Usman, ekspansi terus dilakukan. Atas usul
Muawiyah, Usman juga membentuk armada angkatan laut. Wilayah yang dikuasai
yaitu :
 Afrika : Barqah, Tripoli Barat, bagian selatan Negeri Nubah
 Asia : Armenia, Tabaristan, Amu Daria, Negeri-negeri Balkha, Harah,
Kabul, dan Hazrah.
 Eropa : Cyprus
Ia membagi kekuasaan Islam menjadi 10 provinsi dengan masing-masing
Amir/Gubernur. Umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera
dipemerintahan Usman. Khalifah Usman membangun polisi keamanan dan
pengadilan. Sebelumnya, pengadilan digelar dimasjid. Lalu, dimasa Usman,
khotbah Idul Fitri dan Idul Adha didahulukan sebelum sholat begitu juga dengan
azan pertama pada sholat jum’at. Ia juga berjasa membangun bendungan untuk
mencegah banjir dan mengairi sawah, banyak juga jalan dan jembatan yang
dibangun. Usman juga dikenang sebagai khalifah pertama yang memperbaiki dan
memperluas Masjidil Haram di Mekah dan Masjidil Nabawi di Madinah.
d. Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib memutuskan mengembalikan semua kekayaan
yang diperoleh pejabat melalui cara-cara yang tidak baik kedalam perbendaharaan
Negara (Baitul Mal). Usaha-usaha yang dilakukan semasa kepemimpinan khalifah
Ali bin Abi Thalib dalam mengembangkan Islam:
 Mengganti para gubernur yang diangkat Khalifah Usman bin Affan
 Menarik kembali tanah milik Negara
 Dalam bidang politik militer: Khalifah Ali berusaha memperbaiki Sistem
yang ada, namun selalu dikalahkan oleh sekelompok orang yang tidak
senang dengan kepemimpinannya.
 Dalam bidang ilmu bahasa: memerintahkan Abu Al-Aswadal-Duali
mengarang pokok-pokok ilmu nahwu.
F. Peradaban Islam pada masa ke Khalifahan Bani Umayyah, Bani
Abbasiyah dan Turki Usmani
 Peradaban Islam pada masa Bani Umayyah
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin
Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa
Jahiliyyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam
memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb.
Muawiyyah sebagai pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus menjadi
khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah ke
Damaskus.
Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian
besar sejarawan awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh
legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin dicapai melalui cara
yang curang. Lebih dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai pengkhianat
prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula
mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi
kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity).
Diatas segala-galanya jika dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang
menakjubkan, sesungguhnya Muawiyyah adalah seorang pribadiyang sempurna
dan pemimpin besar yang berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang
penguasa Politikus, dan Administrator.
Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan
kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak
semula gubernur Suriah itu memiliki “basis rasional” yang solid bagi landasan
pembangunan politiknya di masa depan.
Situasi ketika Muawiyyah naik ke kursi kekhalifahan mengundang banyak
kesulitan. Anarkisme tidak dapat lagi dikendalikan oleh ikatan agama dan moral,
sehingga hilanglah persatuan umat. Persekutuan yang dijalin secara efektif
melalui dasar keagamaan sejak Khalifah Abu Bakar tidak dapat dielakkan dirusak
oleh peristiwa pembunuhan atas diri Khalifah Utsman dan perang saudara sesama
Muslim di masa pemerintahan Ali.
Dengan menegakkan wibawa pemerintahan serta menjamin intergrasi
kekuasaan di masa-masa yang akan datang, Muawiyyah dengan tegas
menyelenggarakan suksesi yang damai, dengan pembantaian putranya, Yazid,
beberapa tahun sebelum khalifah meninggal dunia.
Ketika Yazid bin Muawiyyah naik takhta, sejumlah tokoh terkemuka di
Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyyah
kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah dan memintanya untuk
memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua
orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin
Zubair bin Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah (pengikut Abdullah bin
Saba’ Al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali dan
menghasut Husain melakukan perlawanan. Husain dibaiat sebagai khalifah di
Madinah. Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyyah mengirim pasukan untuk
kembali memaksanya setia pada pemerintahan Dinasti Umayyah, sehingga terjadi
pertempuran tidak seimbang yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran
Karbala.11
Penyebaran agama Islam pada masa Bani Umayyah meliputi wilayah Asia
kecil yaitu kerajaan Romawi Asia Utara sampai ke Spanyol dan Selat Jabal Thariq
hingga mencapai Asia Tenggara sampai perbatasan Tiongkok. Pada masa ke
khalifahan ini agama Islam sudah menyebar diseluruh penjuru dunia pada masa
khalifah ke-7 (Sulaiman bin Abdul Malik) sampai pada masa khalifah yang ke-8
(Umar bin Abdul Aziz).

 Khalifah-Khalifah Bani Umayyah


Para sejarawan umumnya sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah
Umayyah ialah Muawiyyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul aziz.
Masa Kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90
tahun, dengan 14 orang khalifah. Adapun urutan khalifah umayyah adalah sebagai
berikut:
a. Muawiyyah I bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679M)
b. Yazid I bin Muawiyyah (60-64H/679-683M)

11
Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.
127.
c. Muawiyyah II bin Yazid (64 H/683M)
d. Marwan I bin Hakam (64-65 H/683-684M)
e. Abdul Malik (65-86H/684-705M)
f. Al Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)
g. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-117M)
h. Umar bin Abdul Aziz. (99-101H/717-719M)
i. Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
j. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-745M)
k. Al-Walid II bin Yazid (125-126H/742-743M)
l. Yazid III bin Al-Walid (126H/743M)
m. Ibrahim bin Al-Walid (126-127H/743-744M)
n. Marwan bin Muhammad (127-132H/744-750M)12
Marwan bin Muhammad adalah penguasa terakhir yang terkenal dengan
julukan marwan al-himar (manusia keledai). Karena kebesarannya yang luar biasa
dan kesanggupannya menahan perasaan. Sebenarnya ia adalah penguasa yang
besar tapi sayang, ia muncul ketika daulat Bani Umayyah sedang merosot.
Dia wafat pada tahun 132 H/750 M terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani
Abbasiyyah.

2. Peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah


Bani Abbasiyah berkuasa mulai tahun 750 M sampai 1258 M, setelah
merebut kekuasaan dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya
kecuali Andalusia. Nama Abbasiyah merujuk kepada keturunan dari paman Nabi
Muhammad SAW yang termuda yaitu Abbas bin Abdul Muthalib, sehingga
mereka juga termasuk kedalam Bani Hasyim. Bani Abbasiyah mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Harun al-Rasyid dan putranya Al-
Makmun. Pada masa Harun al-Rasyid, Baghdad mulai menjadi pusat peradaban
dunua dengan tingkat kemakmuran dan peran internasional yang luar biasa,
sedangkan kemajuan keilmuan di Baghdad mencapai puncaknya pada masa al-

12
Kementerian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Kementerian Agama, 2015) hal.15
Makmun dengan didirikannya Baitul Hikmah sebagai pusat perpustakaan dan
kajian keilmuan.
Khalifah-khalifah Abbasiyah yang terkenal :
 Abu Ja’far Al-Mansur
 Harun al-Rasyid
 Al-Makmun
 Al Muktasim13

3. Peradaban Islam pada masa Turki Usmani


Daulah Usmani berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan,
dibawah pimpinan Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat
ke tempat lain menghindari bangsa Mongol, akhirnya sampai di Asia Kecil di
bawah pimpinan Usman, dan mendirikan daulah baru pada tahun 1300 M. Usman
inilah pendiri daulah Usmaniyah Turki yang didirikan di atas puingpuing
kesultanan Saljuk. Dengan timbulnya daulah Usmaniyah dapatlah Islam kembali
menunjukkan kegagahperkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha
dan kemegahan yang lama sampai abad XX ini. Dari semenanjung Balkan daulah
Usmaniyah melebarkan sayapnya ke sebelah Timur sehingga dalam waktu singkat
seluruh Persia dan Irak, yang dikuasai daulah Shafawiyah yang beraliran Syi’ah,
dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga pada tahun 1516
M/923 H dinasti Usmaniyah memegang kendali Dunia Islam dengan pusat
pemerintahannya di Istanbul.14
Pada abad ke-12, wilayah Konstatinopel ini dikuasai oleh kekhalifahan
Ottoman, yang pada saat penaklukannya dipimpin oleh Muhammad al-Fatih, dan
menurut sejarah pada masa raja inilah masa keemasan Turki Ottoman karena
ditopang oleh rasa keagamaan Islam yang kental. Istanbul kemudian menjadi
ibukota Turki Usmani. Islam adalah agama terbesar di Turki sejak zaman
kesultanan Utsmaniyah menguasai Turki. Pada tahun 1400-an pemeluk Islam di
Turki semakin banyak. Kini sekitar 99,8% penduduk Turki adalah muslim,

13
Kementerian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Kementerian Agama, 2015) hal.58-59
14
Musyifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-1, Hal. 240-241
kebanhyakan muslim di Turki adalah Sunni dengan 70-80%, sisanya adala
Alawiyyin dan Syiah dengan 20-30%. Ada juga pengikut dua belas imam dengan
3%.
Usmani yang dalam catatan sejarah suksesnya sebagai sebuah imperium
yang besar. Tangguh di darat kuat di laut, kekuasaannya berdiri mengangkang di
Bosporus, satu kakinya di Asia dan kaki lainnya di Eropa. Tidak hanya mewaris
tanah dari Timur dan Barat diimbangi dengan pewarisan berbagai pemikiran, dan
gabungan dari berbagai peninggalan lainnya sebagai fakta dalam sejarah Turki
Utsmani. Namun sejak Perang Dunia I, wilayah Turki hanya tersisa sebatas
wilayah Asia Kecil atau Anatolia. Kerajaan Islam sebesar itu runtuh dan akhirnya
menjadi republik Turki pada tahun 1924.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah.Dalam
Islam, periode jahiliyah dianggap sebagai suatu kemundurandalam kehidupan
beragama. Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut berbagai macam
agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Kondisi masyarakat
Mekah sebelum Islam yang tidak menerima agama tauhid serta memiliki
kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka Allah SWT mengutus
Nabi Muhammad SAW untuk mendakwahkan agama Islam.
Islam di Mekah berkembang memiliki tahapan – tahapan yaitu Rasulullah
SAW berdakwah secara sembunyi – sembunyi untuk mencari pendukung setia,
dan Rasulullah SAW berdakwah secara terang – terangan setelah mendapat
pendukung yang cukup. Dalam berdakwah Rasulullah SAW mendapat banyak
rintangan, hambatan, serta ancaman dari kaum Quraisy diantaranya ialah siksaan
fisik, bujukan, serta pemboikotan dimana hal itu sangat mengancam dalam proses
dakwah kaum muslimin. Ditambah lagi, ketika Rasulullah SAW ditinggal oleh
dua orang yang disayanginya.
Pada periode madinah, islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam
yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat banyak turun di madinah. Nabi
Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala Negara dengan
meletakkan dasar-dasar dalam kehidupan masyarakat madinah.
Khulafa ar-Rasyidin atau Khulafa ar-Rasyidun (jamak kepada Khalifatur
Rasyid) berarti wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus. Adapun
maksudnya disini adalah empat Khalifah Shahabat Nabi yaitu Abu Bakar Siddiq,
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Adapun kronologis
khulafaurrasyidin adalah sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai dengan
masa khalifah Ali bin Abi Thalib dengan berbagai macam rentetan peristiwa yang
terjadi pada setiap masanya.

Sehingga dari berbagai macam analisis bisa dikatakan bahwa Islam


berkembang pada masa Khulafaur Rasyidin adalah melalui beberapa aspek
pendekatan yang diantaranya adalah pendekatan da’wah yang meliputi da’wah
dengan lisan (diplomasi) dan juga perbuatan (pertempuran).
Para khalifah Dinasti Umayyah, masa kekuasaan Dinasti Umayah hampir
satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang
pertama adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir
adalah Marwan bin Muhmmad. Masa Kemajuan Dinasti Umayyah, Dinasti
Umayah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah
dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa kekuasaan khulafaur Rasyidin.
Dalam bidang peradaban Dinasti Umayah telah menemukan jalan yang lebih luas
kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan, dengan
bahasa Arab sebagai media utamanya.
Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan
Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-
Abbas paman Nabi Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya
berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H. (750 M.) s. d.
656 H. (1258 M.). Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam
banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang
administrasi, agama, sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah. Kemunduran
Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang sifatnya internal
maupun yang sifatnya eksternal.
Kerajaan Turki Usmani adalah sebuah dinasti Islam yang mewarisi
wilayah kekuasaan yang pernah ditaklukkan oleh dinasti Saljuq dan penguasa
pertamanya adalah Usman bin Erthogrul. Pada masa kepemimpinan Erthogrul
sampai pada masa kepemimpinan Orkhan menjadikan Turki sebagai negara yang
berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran. Semula kerajaan Usmani hanyalah
sebuah kerajaan yang kecil, namun pada akhirnya menjadi sebuah kerajaan yang
besar karena mengadakan ekspansi terhadap wilayah-wilayah yang disekitarnya.
Kehidupan keagamaan dalam kerajaan Turki Usmani adalah sangat
diperhatikan, di mana ia terikat dengan syariat Islam.

G. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Penulis menyadari dalam makalah ini
masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dan kontruktif sangat di harapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya Semoga makalah ini dapat di jadikan
sumber referensi dan bermanfaat bagi pembaca yang budiman, Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Agama, K. (2015). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementerian Agama.


Amin, A. (1975). Fajr al-Islam. Kairo: Maktabah Najdah al-Misriyyah.
Darsono, H. I. (2017). Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Engineer, A. A. (1999). Asal-Usul dan Perkembangan Islam. Yogyakarta: INSIST
bekerjasama dengan PUSTAKA PELAJAR (Anggota IKAPI).
Fadil, S. (2008). Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah. Malang:
UIN Malang Press.
Fu'adi, P. D. (2011). Sejarah Peradaban Islam . Yogyakarta: Teras.
Hitti, P. K. (2010). History of The Arabs, terj. R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ngatmin Abbas Wahid, S. (2014). Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam untuk
Kelas X Madrasah Aliyah Kurikulum 2013, Jilid 1. Solo: Aqila.
Sunanto, M. (2003). Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana.
Suparman, S. d. (2013). Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung: Pustaka
Setia.
http://emhasemarangan.blogspot.com/2010/02/rahasia-sukses-dakwah-rasulullah.html

Anda mungkin juga menyukai