Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Seperti yang
dilansir dari data WHO, Covid-19 merupakan virus jenis baru Coronavirus. Menurut laporan dari
Associated Press (studi gabungan WHO dan Cina), terdapat beberapa penyebab awal munculnya
Covid-19. Daftar penyebab teratas adalah virus corona berasal dari kelelawar yang menular ke
tubuh manusia melalui spesies perantara. Sesuai dengan hasil penelitian, ditemukan virus yang
snagat mirip di trenggiling, yang merupakan jenis mamalia. Selain itu, peneliti mencatat bahwa
cerpelai dan kucing rentang terhadap virus Covid-19 sehingga mereka juga bisa menjadi spesies
perantara. Daftar penyebab kedua adalah penyebaran melalui makanan beku yang dijual di pasar
Huanan. Pasar Huanan adalah pasar yang terdapat di negara Cina dimana pasar ini menjual
berbagai hewan yang telah dibekukan. Kecurigaan terhadap pasar Huanan sebagai penyebab
awal munculnya Covid-19 dikarenakan pada tahun 2002 terdapat wabah SARS yang berasal dari
pasar Huanan tersebut. Daftar penyebab yang terakhir adalah kebocoran virus dari laboratorium
Wuhan. Sebab, diketahui bahwa laboratorium ini telah mempelajari virus corona di penangkaran.
Meskipun demikian, Ben Embarek mengatakan bahwa kemungkinan penyebab virus dari
laboratorium tersebut sangatlah kecil.
Menurut Yuliana pada jurnal “Wellness and Healthy Magazine”, Coronavirus merupakan virus
RNA strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Struktur seperti kubus dengan protein S yang terdapat di
permukaan virus. Protein S merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel inang. Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
dinonaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56˚C selama 30
menit , eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non ionic, formalin, oxidizing agent, dan
kloroform.
Pada jurnal “Wellness and Healthy Magazine” yang ditulis oleh Yuliana, Coronavirus hanya bisa
memperbanyak diri di dalam sel inang. Protein S sebagai perantara dalam penempelan dan
proses masuknya virus ke dalam sel inang. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies
inangnya serta penentu tropisnya. Pada studi, protein S tersebut berikatan dengan reseptor di sel inang
yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru-paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, Otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk, selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Setelah itu, replikasi
dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus. Setelah
terjadi transmisi, virus masuk ke
saluran napas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas (melakukan
siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran tubuh.
Ketika seseorang terinfeksi virus Covid-19, pasien memiliki empat tahap dari masa inkubasi
sampai kepada masa pemulihan. Masa inkubasi adalah waktu dari terpapar virus sampai muncul
gejala. Dengan demikian, orang yang telah terinfeksi virus corona tidak langsung menunjukkan
gejala penyakitnya pada saat itu juga. WHO menyatakan bahwa masa inkubasi virus Covid-19
biasanya terjadi hingga 14 hari atau dua minggu dengan gejala penyakit yang berbeda-beda.
Menurut jurnal kesehatan, pada masa inkubasi awal, pasien tidak menunjukkan gejala-gejala.
Pada masa berlangsungnya gejala, pasien akan menunjukkan gejala, seperti demam, batuk kering,
sesak napas, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, dan pilek. Untuk itulah pasien disarankan
melakukan social distancing. Pada masa berkembangnya gejala, pasien dengan gejala infeksi yang parah,
gejala sesak napas sering dialami selama 7-10 hari. Rata-rata dari mereka yang mengalami gejala ini,
akan diarahkan untuk perawatan intensif pada hari ke-10. Menurut WHO, pasien membutuhkan waktu
dua hingga enam minggu untuk pulih dari COVID-19. Masa pemulihan ini bergantung pada tingkat
keparahan penyakit dan juga pengobatannya.
Menurut WHO, virus Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang lain disekitarnya
melalui sekresi dari air liur maupun sekresi dari saluran pernapasan ketika sedang batuk, bersin ataupun
berbicara. Percikan-percikan droplet ini dapat jatuh ke orang lain karena adanya kontak fisik dengan
orang yang terinfeksi dan sentuhan dengan barang yang telah terkontaminasi oleh virus Covid-19.
Manusia dapat terinfeksi virus Covid-19 ketika memiliki jarak yang dekat (< 1 meter) dari orang yang
terinfeksi ataupun pada saat berkontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Menurut studi baru dari
WHO, covid-19 tidak lagi hanya ditularkan lewat droplet atau titik air berisi virus dari batuk dan bersin,
tetapi sekarang virus tersebut dari hasil penelitian bisa bertahan di udara sampai 8 jam sesudah keluar
dari tubuh penderita saat bersin atau batuk, tidak lagi membutuhkan medium cairan untuk bertahan.
Virus ini bertahan lebih lama di ruangan tertutup karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik. Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, mereka mengatakan bahwa memegang
benda atau permukaan bukanlah cara penularan virus corona baru SARS-CoV-2 yang utama.
Namun, tetap ada kemungkinan virus corona menyebar melalu benda yang terkontaminasi.
Misalnya dengan cara, pada saat orang tak sengaja menyentuh permukaan yang terkontaminasi
kemudian mengusap mulut, hidung atau mata. Perilaku yang seperti ini bisa berisiko tertular
Covid-19.
Selain memakai masker, menjaga jarak merupakan tindakan yang dapat melindungi kita dari
penularan virus Covid-19. Menurut berita Healthline, sebuah penelitian Amerika Serikat
mencatat bahwa orang yang menerapkan jaga jarak secara ketat saat beraktivitasi di luar rumah
hanya memiliki 10 persen kemungkinan tertular virus Covid-19. Menurut aturan dari WHO,
masyarakat dianjurkan menjaga jarak 2 meter antar-manusia. Menjaga jarak dan menghindari
kontak fisik dengan orang lain dilakukan untuk meminimalisir penularan tanpa disadari.
Protokol kesehatan yang terakhir adalah mencuci tangan. Mengutip dari berita Kompas, virus
Covid-19 menyebar ketika lendir atau cairan virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung
atau tenggorokan. Penularan Covid-19 tidak langsung paling banyak terjadi. Penularan tersebut
melalui benda sekitar yang telah terkontaminasi oleh virus Covid-19. Ketika kita menyentuh
benda tersebut dan langsung menyentuh mata, hidung atau tenggorokan tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu maka virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan kepada masyarakat untuk tetap
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
3) Hasil dan Pembahasan
Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit. Vaksin mengandung bakteri, racun atau virus penyebab penyakit yang telah
dilemahkan atau sudah dimatikan. Tujuan vaksinasi adalah untuk menstimulasi sistem kekebalan
tubuh kita sehingga bisa memproduksi antibodi yang paling efektif sebelum kita terpapar patogen. Cara
kerja vaksin ini adalah antigen disuntik di bagian lengan atas, saat vaksin masuk ke tubuh maka
tubuh akan mendeteksinya sebagai ancaman infeksi, tubuh akan memproduksi antibodi untuk
melawan antigen tersebut, dan pada akhirnya tubuh akan mengingat antigen tersebut sehingga
ketika ada virus penyebab penyakit yang masuk tubuh akan dapat melawan.
Sistem pertahanan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan
tubuh nonspesifik terbagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal. Contoh dari pertahanan
tubuh nonspesifik eksternal adalah kulit dan selaput lendir yang ada di paru-paru, saluran
pencernaan, telinga, kelopak mata dan hidung. Jika antigen berhasil menembus pertahanan tubuh
yang pertama, maka antigen akan berhadapan dengan pertahanan tubuh nonspesifik internal yang
terdiri dari sel darah putih (neutrofil, monosit, dan eosinofil), sel pembunuh alami dan
peradangan. Sel pembunuh alami bertugas untuk membunuh sel yang terinfeksi tanpa harus
melakukan aktivasi. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap antigen yang masuk seperti
demam, bisul, adanya pembengkakan, dan gatal-gatal. Jika antigen masih bisa menembus sistem
pertahanan tubuh nonspesifik eksternal maupun internal, antigen akan berhadapan dengan sistem
pertahanan tubuh spesifik yaitu limfosit B dan T. Limfosit B diproduksi di sumsum tulang
belakang dan ketika sudah matang, limfosit tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh. Apabila
antigen menempel pada reseptor limfosit B maka limfosit B akan memproduksi antibodi untuk
menyerang antigen tersebut. Limfosit T diproduksi di sumsum tulang belakang dan dimatangkan
di kelenjar timus. Limfosit T terbagi menjadi 3 jenis, yaitu limfosit T sitotoksik (menghancurkan
sel yang terinfeksi antigen), limfosit T pembantu (membantu limfosit mengenal antigen), dan
limfosit T memori (mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh).
Untuk menekan angka kematian akibat virus Covid-19 di Indonesia, maka pemerintah Indonesia
telah melaksanakan penyuntikkan vaksin bagi masyarakat. Pada tanggal 13 Januari, vaksin
Sinovac pertama kali disuntikkan kepada presiden Joko Widodo, pejabat negara,tokoh agama,
dan beberapa perwakilan dari masyarakat. Setelah diberikan perizinan peredaran dari BPOM,
maka vaksin Sinovac ini secara serentak dikirimkan ke 34 provinsi di Indonesia. Terdapat empat
tahapan dalam pemberian vaksin ini, yaitu pendaftaran dan verifikasi data, pengecekan kondisi
fisik calon penerima vaksin, melakukan penyuntikkan vaksin, dan pencatatan serta observasi
kesehatan selama 30 menit.
Pemberian vaksin yang dilakukan pemerintah masih mengutamakan untuk masyarakat yang
berumur 18 tahun ke atas. Menurut seorang penulis studi dan ahli biologi komputasi, Daniel
Larremore, usia adalah estimasi paling kuat dari kerentanan seseorang terkena penyakit. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan imun orang dewasa maupun lanjut usia dengan anak-anak.
Semakin bertambahnya usia, manusia akan mengalami proses penuaan pada sistem kekebalan
tubuh, beberapa sel imun akan kehilangan fungsinya. Jika presentasi antigen oleh makrofag menjadi
lemah karena usia tua, maka aktivasi sel T juga akan berkurang, artinya lebih sedikit bantuan untuk sel B
dan respons antibodi yang lebih rendah. Menurut Sharif yang dikutip dalam berita BBC, manusia
memiliki jumlah sel T dan B yang terbatas sehingga seiring waktu sel-sel tersebut akan habis. Pemberian
vaksin bagi orang dewasa dan lanjut usia juga dilakukan karena walaupun memori kekebalan lebih baik
untuk penyakit yang pernah menjangkiti mereka tetapi virus Covid-19 merupakan penyakit yang baru
muncul sehingga tidak ada memori kekebalan tubuh untuk virus tersebut.
Bagi kelompok anak-anak yang berusia 17 tahun kebawah, pemberian vaksin tetap dilakukan tetapi
tidak dalam jangka waktu yang dekat. Hal ini dikarenakan sistem imun tubuh anak-anak dalam masa
pertumbuhan, masih berfungsi dengan baik. Dalam pemberitaan berita Kompas, para peneliti akan
menggunakan 300 sukarelawan anak untuk menguji keefektifan vaksin Oxford/AstraZeneca Covid-19
pada anak-anak berusia antara 6 hingga 17 tahun. Sembari menunggu hasil uji klinis vaksin bagi anak-
anak, orangtua dianjurkan untuk tetap melindungi anak-anak dari paparan virus Covid-19 dengan
menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti prosedur imunisasi.