Anda di halaman 1dari 7

Upaya Pencegahan Covid-19 di Indonesia

(Amelia, Avellino, Bu Melinda)


1) Pendahuluan
Pandemi adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya
beberapa benua atau di seluruh dunia. Menurut WHO, pandemi dinyatakan ketika
penyakit baru menyebar di seluruh dunia melampaui batas. Terdapat banyak contoh
pandemi yang pernah terjadi di dunia, seperti wabah Ebola di Afrika Barat yang terjadi
pada tahun 2014 – 2016. Pada 31 Desember 2019, telah terjadi wabah penyakit yang
berasal dari Wuhan, Cina. Wabah penyakit ini disebabkan oleh jenis Coronavirus jenis
baru yaitu Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Tidak membutuhkan waktu yang
lama, virus ini memakan banyak korban di Cina dan menyebar ke seluruh dunia. Menurut
Detiknews, Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Covid-19 pada awal Maret
ketika ada dua orang Indonesia terjangkit virus ini. Ada empat skenario utama penyebab
munculnya wabah penyakit menurut tim dari WHO ini antara lain kontak langsung
dengan kelelawar, menular dari spesies perantara, penularan lewat makanan beku, dan
kebocoran virus dari laboratorium.
Virus Covid-19 ini tentu sangat berbahaya bagi manusia dikarenakan penyebaran
atau penularan yang begitu mudah dan cepat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa virus
yang berbahaya ini, berdampak besar bagi dunia. WHO telah menetapkan Covid-19
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Meskipun
demikian, data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa tingkat kematian
akibat Coronavirus disease (COVID-19) ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
tiga virus lain yang pernah mewabahi dunia, yakni Middle Eest Respiratory Syndrome
(MERS), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), dan Ebola Virus Disease (EVD).
Semenjak penyebaran virus berbahaya ini, banyak negara yang memberlakukan
lockdown untuk meminimalisir angka penyebaran dan kematian warga negara.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, pada bulan September
angka penyebaran Covid-19 mencapai 248.852 jiwa sedangkan pasien yang sembuh
mencapai 180.797 jiwa dan pasien yang meninggal mencapai 9.677 jiwa. Pada bulan
Oktober, angka penyebaran Covid-19 mencapai 340.622 jiwa, pasien yang sembuh
mencapai 263.296 dan pasien yang meninggal mencapai 12.027 jiwa. Pada bulan
November, angka penyebaran Covid-19 mencapai 437.716 jiwa, pasien yang sembuh
mencapai 368.298 dan pasien yang meninggal mencapai 14.614 jiwa. Pada bulan
Desember, angka penyebaran Covid-19 mencapai 743.198 jiwa, pasien yang sembuh
mencapai 611.097 jiwa dan pasien yang meninggal 22.138 jiwa. Pada bulan Januari,
angka penyebaran Covid-19 mencapai 1.024.298 jiwa, pasien yang sembuh mencapai
831.330 jiwa dan pasien yang meninggal mencapai 28.855 jiwa. Pada bulan Februari,
angka penyebaran Covid-19 mencapai 1.334.634 jiwa, pasien yang sembuh mencapai
1.142.703 jiwa dan pasien yang meninggal mencapai 36.166 jiwa. Pada bulan Maret,
angka penyebaran Covid-19 mencapai 1.459.151 jiwa, pasien yang sembuh mencapai
1.327.121 jiwa dan pasien yang meninggal mencapai 40.364 jiwa.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Indonesia tersebut, ternyata
Indonesia masih memiliki angka penyebaran Covid-19 yang cukup tinggi. Pemerintah
Indonesia sudah menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai
masker dan menjaga jarak untuk menekan penularan virus berbahaya ini. Meskipun
pemerintah telah menetapkan protokol kesehatan, grafik kematian akibat virus Covid-19
ternyata masih terus meningkat. Maka daripada itu, selain protokol kesehatan, pemerintah
Indonesia sudah melakukan kegiatan vaksinasi secara bertahap di seluruh Indonesia.
Melalui vaksinasi ini diharapkan Indonesia dapat menekan tingkat kematian akibat virus
Covid-19.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, artikel ini bertujuan untuk
menemukan cara pencegahan Covid-19 yang paling efektif diantaranya adalah
pembuatan washtafel dan proses vaksinasi. Adapun manfaat dari pembuatan artikel ini
adalah sebagai sarana dalam menyampaikan informasi mengenai bahayanya Covid-19
dan memaparkan data penyebaran Covid-19 selama enam bulan terakhir.
Berdasarkan pemaparan data dan masalah di atas, adapun rumusan masalah dalam
pembuatan artikel ini adalah : (1) Bagaimanakah desain washtafel yang efektif untuk
digunakan sebagai salah satu pencegahan Covid-19?, (2) Bagaimana proses vaksinasi
terhadap tingkat usia di Indonesia?, (3) Bagaimana pengaruh vaksinasi terhadap
penanganan Covid-19 di Indonesia?
2) Kajian Pustaka

2.1 Hakikat Covid-19

2.1.1 Ciri-Ciri dan Penyebab Covid-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu
biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Seperti yang
dilansir dari data WHO, Covid-19 merupakan virus jenis baru Coronavirus. Menurut laporan dari
Associated Press (studi gabungan WHO dan Cina), terdapat beberapa penyebab awal munculnya
Covid-19. Daftar penyebab teratas adalah virus corona berasal dari kelelawar yang menular ke
tubuh manusia melalui spesies perantara. Sesuai dengan hasil penelitian, ditemukan virus yang
snagat mirip di trenggiling, yang merupakan jenis mamalia. Selain itu, peneliti mencatat bahwa
cerpelai dan kucing rentang terhadap virus Covid-19 sehingga mereka juga bisa menjadi spesies
perantara. Daftar penyebab kedua adalah penyebaran melalui makanan beku yang dijual di pasar
Huanan. Pasar Huanan adalah pasar yang terdapat di negara Cina dimana pasar ini menjual
berbagai hewan yang telah dibekukan. Kecurigaan terhadap pasar Huanan sebagai penyebab
awal munculnya Covid-19 dikarenakan pada tahun 2002 terdapat wabah SARS yang berasal dari
pasar Huanan tersebut. Daftar penyebab yang terakhir adalah kebocoran virus dari laboratorium
Wuhan. Sebab, diketahui bahwa laboratorium ini telah mempelajari virus corona di penangkaran.
Meskipun demikian, Ben Embarek mengatakan bahwa kemungkinan penyebab virus dari
laboratorium tersebut sangatlah kecil.

Menurut Yuliana pada jurnal “Wellness and Healthy Magazine”, Coronavirus merupakan virus
RNA strain tunggal positif, berkapsul, dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Struktur seperti kubus dengan protein S yang terdapat di
permukaan virus. Protein S merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S berperan dalam penempelan dan masuknya virus
kedalam sel inang. Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
dinonaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56˚C selama 30
menit , eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non ionic, formalin, oxidizing agent, dan
kloroform.

2.1.2 Fase Perkembangan Covid-19 dalam Tubuh Manusia

Pada jurnal “Wellness and Healthy Magazine” yang ditulis oleh Yuliana, Coronavirus hanya bisa
memperbanyak diri di dalam sel inang. Protein S sebagai perantara dalam penempelan dan
proses masuknya virus ke dalam sel inang. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies
inangnya serta penentu tropisnya. Pada studi, protein S tersebut berikatan dengan reseptor di sel inang
yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan
nasal, nasofaring, paru-paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, Otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk, selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Setelah itu, replikasi
dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks. Tahap
selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus. Setelah
terjadi transmisi, virus masuk ke
saluran napas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas (melakukan
siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran tubuh.
Ketika seseorang terinfeksi virus Covid-19, pasien memiliki empat tahap dari masa inkubasi
sampai kepada masa pemulihan. Masa inkubasi adalah waktu dari terpapar virus sampai muncul
gejala. Dengan demikian, orang yang telah terinfeksi virus corona tidak langsung menunjukkan
gejala penyakitnya pada saat itu juga. WHO menyatakan bahwa masa inkubasi virus Covid-19
biasanya terjadi hingga 14 hari atau dua minggu dengan gejala penyakit yang berbeda-beda.
Menurut jurnal kesehatan, pada masa inkubasi awal, pasien tidak menunjukkan gejala-gejala.
Pada masa berlangsungnya gejala, pasien akan menunjukkan gejala, seperti demam, batuk kering,
sesak napas, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, dan pilek. Untuk itulah pasien disarankan
melakukan social distancing. Pada masa berkembangnya gejala, pasien dengan gejala infeksi yang parah,
gejala sesak napas sering dialami selama 7-10 hari. Rata-rata dari mereka yang mengalami gejala ini,
akan diarahkan untuk perawatan intensif pada hari ke-10. Menurut WHO, pasien membutuhkan waktu
dua hingga enam minggu untuk pulih dari COVID-19. Masa pemulihan ini bergantung pada tingkat
keparahan penyakit dan juga pengobatannya.

2.1.3 Cara Penularan Covid-19

Menurut WHO, virus Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang lain disekitarnya
melalui sekresi dari air liur maupun sekresi dari saluran pernapasan ketika sedang batuk, bersin ataupun
berbicara. Percikan-percikan droplet ini dapat jatuh ke orang lain karena adanya kontak fisik dengan
orang yang terinfeksi dan sentuhan dengan barang yang telah terkontaminasi oleh virus Covid-19.
Manusia dapat terinfeksi virus Covid-19 ketika memiliki jarak yang dekat (< 1 meter) dari orang yang
terinfeksi ataupun pada saat berkontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Menurut studi baru dari
WHO, covid-19 tidak lagi hanya ditularkan lewat droplet atau titik air berisi virus dari batuk dan bersin,
tetapi sekarang virus tersebut dari hasil penelitian bisa bertahan di udara sampai 8 jam sesudah keluar
dari tubuh penderita saat bersin atau batuk, tidak lagi membutuhkan medium cairan untuk bertahan.
Virus ini bertahan lebih lama di ruangan tertutup karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik. Menurut
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, mereka mengatakan bahwa memegang
benda atau permukaan bukanlah cara penularan virus corona baru SARS-CoV-2 yang utama.
Namun, tetap ada kemungkinan virus corona menyebar melalu benda yang terkontaminasi.
Misalnya dengan cara, pada saat orang tak sengaja menyentuh permukaan yang terkontaminasi
kemudian mengusap mulut, hidung atau mata. Perilaku yang seperti ini bisa berisiko tertular
Covid-19.

2.1.3 Pencegahan dengan Protokol Pemerintah 3M

Ditengah pandemi ini, pemerintah mengehimbau masyarakat untuk menerapkan protokol


kesehatan sebagai upaya dalam mengurnagi tingkat penyebaran virus Covid-19, yaitu memakai
masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, memakai masker sangat penting sebagai upaya mencegah terjadinya penularan Covid-
19, terutama ketika berada di kerumunan atau berdekatan seperti di pasar, stasiun, transportasi
umum, dan tempat-tempat umum lainnya. Masker dapat melindungi kita dari percikan-percikan
droplet yang menyebar di udara dan yang keluar pada saat berbicara, batuk, bersin ataupun
mengehal napas. Adapun jenis masker yang efektif melindungi kita dari virus Covid-19 terbagi
menjadi tiga, yaitu masker N95 (yang dipakai petugas kesehatan dalam merawat pasien yang
terinfeksi virus Covid-19), masker bedah (yang dipakai tenaga medis ketika praktek bedah) dan
masker kain. Masker kain yang digunakan oleh masyarakat tidak boleh sembarangan dengan
kain tipis seperti masker scuba dan buff. Menurut dr. Yuri, masker kain harus memiliki
setidaknya dua lapis agar dapat menyerap cairan dari mulut kita. Gunakan masker kain selama
maksimal tiga jam dan setelah itu ganti dengan masker kain yang bersih.

Selain memakai masker, menjaga jarak merupakan tindakan yang dapat melindungi kita dari
penularan virus Covid-19. Menurut berita Healthline, sebuah penelitian Amerika Serikat
mencatat bahwa orang yang menerapkan jaga jarak secara ketat saat beraktivitasi di luar rumah
hanya memiliki 10 persen kemungkinan tertular virus Covid-19. Menurut aturan dari WHO,
masyarakat dianjurkan menjaga jarak 2 meter antar-manusia. Menjaga jarak dan menghindari
kontak fisik dengan orang lain dilakukan untuk meminimalisir penularan tanpa disadari.

Protokol kesehatan yang terakhir adalah mencuci tangan. Mengutip dari berita Kompas, virus
Covid-19 menyebar ketika lendir atau cairan virus masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung
atau tenggorokan. Penularan Covid-19 tidak langsung paling banyak terjadi. Penularan tersebut
melalui benda sekitar yang telah terkontaminasi oleh virus Covid-19. Ketika kita menyentuh
benda tersebut dan langsung menyentuh mata, hidung atau tenggorokan tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu maka virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan kepada masyarakat untuk tetap
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
3) Hasil dan Pembahasan

Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit. Vaksin mengandung bakteri, racun atau virus penyebab penyakit yang telah
dilemahkan atau sudah dimatikan. Tujuan vaksinasi adalah untuk menstimulasi sistem kekebalan
tubuh kita sehingga bisa memproduksi antibodi yang paling efektif sebelum kita terpapar patogen. Cara
kerja vaksin ini adalah antigen disuntik di bagian lengan atas, saat vaksin masuk ke tubuh maka
tubuh akan mendeteksinya sebagai ancaman infeksi, tubuh akan memproduksi antibodi untuk
melawan antigen tersebut, dan pada akhirnya tubuh akan mengingat antigen tersebut sehingga
ketika ada virus penyebab penyakit yang masuk tubuh akan dapat melawan.
Sistem pertahanan tubuh terbagi menjadi dua, yaitu nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan
tubuh nonspesifik terbagi menjadi dua, yaitu eksternal dan internal. Contoh dari pertahanan
tubuh nonspesifik eksternal adalah kulit dan selaput lendir yang ada di paru-paru, saluran
pencernaan, telinga, kelopak mata dan hidung. Jika antigen berhasil menembus pertahanan tubuh
yang pertama, maka antigen akan berhadapan dengan pertahanan tubuh nonspesifik internal yang
terdiri dari sel darah putih (neutrofil, monosit, dan eosinofil), sel pembunuh alami dan
peradangan. Sel pembunuh alami bertugas untuk membunuh sel yang terinfeksi tanpa harus
melakukan aktivasi. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap antigen yang masuk seperti
demam, bisul, adanya pembengkakan, dan gatal-gatal. Jika antigen masih bisa menembus sistem
pertahanan tubuh nonspesifik eksternal maupun internal, antigen akan berhadapan dengan sistem
pertahanan tubuh spesifik yaitu limfosit B dan T. Limfosit B diproduksi di sumsum tulang
belakang dan ketika sudah matang, limfosit tersebut akan menyebar ke seluruh tubuh. Apabila
antigen menempel pada reseptor limfosit B maka limfosit B akan memproduksi antibodi untuk
menyerang antigen tersebut. Limfosit T diproduksi di sumsum tulang belakang dan dimatangkan
di kelenjar timus. Limfosit T terbagi menjadi 3 jenis, yaitu limfosit T sitotoksik (menghancurkan
sel yang terinfeksi antigen), limfosit T pembantu (membantu limfosit mengenal antigen), dan
limfosit T memori (mengingat antigen yang pernah menyerang tubuh).

Untuk menekan angka kematian akibat virus Covid-19 di Indonesia, maka pemerintah Indonesia
telah melaksanakan penyuntikkan vaksin bagi masyarakat. Pada tanggal 13 Januari, vaksin
Sinovac pertama kali disuntikkan kepada presiden Joko Widodo, pejabat negara,tokoh agama,
dan beberapa perwakilan dari masyarakat. Setelah diberikan perizinan peredaran dari BPOM,
maka vaksin Sinovac ini secara serentak dikirimkan ke 34 provinsi di Indonesia. Terdapat empat
tahapan dalam pemberian vaksin ini, yaitu pendaftaran dan verifikasi data, pengecekan kondisi
fisik calon penerima vaksin, melakukan penyuntikkan vaksin, dan pencatatan serta observasi
kesehatan selama 30 menit.

Pemberian vaksin yang dilakukan pemerintah masih mengutamakan untuk masyarakat yang
berumur 18 tahun ke atas. Menurut seorang penulis studi dan ahli biologi komputasi, Daniel
Larremore, usia adalah estimasi paling kuat dari kerentanan seseorang terkena penyakit. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan imun orang dewasa maupun lanjut usia dengan anak-anak.
Semakin bertambahnya usia, manusia akan mengalami proses penuaan pada sistem kekebalan
tubuh, beberapa sel imun akan kehilangan fungsinya. Jika presentasi antigen oleh makrofag menjadi
lemah karena usia tua, maka aktivasi sel T juga akan berkurang, artinya lebih sedikit bantuan untuk sel B
dan respons antibodi yang lebih rendah. Menurut Sharif yang dikutip dalam berita BBC, manusia
memiliki jumlah sel T dan B yang terbatas sehingga seiring waktu sel-sel tersebut akan habis. Pemberian
vaksin bagi orang dewasa dan lanjut usia juga dilakukan karena walaupun memori kekebalan lebih baik
untuk penyakit yang pernah menjangkiti mereka tetapi virus Covid-19 merupakan penyakit yang baru
muncul sehingga tidak ada memori kekebalan tubuh untuk virus tersebut.

Bagi kelompok anak-anak yang berusia 17 tahun kebawah, pemberian vaksin tetap dilakukan tetapi
tidak dalam jangka waktu yang dekat. Hal ini dikarenakan sistem imun tubuh anak-anak dalam masa
pertumbuhan, masih berfungsi dengan baik. Dalam pemberitaan berita Kompas, para peneliti akan
menggunakan 300 sukarelawan anak untuk menguji keefektifan vaksin Oxford/AstraZeneca Covid-19
pada anak-anak berusia antara 6 hingga 17 tahun. Sembari menunggu hasil uji klinis vaksin bagi anak-
anak, orangtua dianjurkan untuk tetap melindungi anak-anak dari paparan virus Covid-19 dengan
menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti prosedur imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai