1 PB
1 PB
Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Kota Tanjungpinang, Indonesia
DOI: 10.24815/jpsi.v8i2.16709
Abstrak. Technology pedagogycal and content knowledge (TPACK) merupakan kompetensi abad
21 yang harus dikuasai oleh guru. Penelitian tentang TPACK telah banyak dilakukan namun
menghubungkan TPACK dengan media pembelajaran masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kompetensi TPACK guru melalui media pembelajaran Biologi SMA. Penelitian
dilaksanakan pada seluruh SMA Negeri yang ada di Kota Tanjungpinang sebanyak 7 SMA Negeri
dengan sampel sejumlah 22 guru biologi. Prosedur penelitian diawali koordinasi awal dengan pihak
sekolah dan kesepakatan jadwal penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan instrumen dan
pelaksanaan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket terbuka yang
sesuai dengan aspek TPACK terdiri atas technologycal knowledge (TK) dan pedagogycal content
knowledge (PCK). Hasil dari penelitian ini menunjukkan 83% guru biologi telah memanfaatkan
media berbasis teknologi dalam pembelajarannya dan 85% memiliki kemampuan dalam mendesain
media pembelajaran sederhana berbasis teknologi. Media pembelajaran yang dimanfaatkan dan
didesain sebagian besar baru berupa powerpoint. Kompetensi TPACK untuk aspek TK berada pada
kategori sangat baik, begitu juga untuk aspek PCK guru biologi SMA Kota Tanjungpinang juga
berada pada kategori sangat baik. Adapun persentase rata-rata profil awal kompetensi TPACK pada
media pembelajaran guru biologi SMA kota Tanjungpinang sebesar 86,87% berada pada kategori
sangat baik
Kata kunci: guru biologi SMA, media pembelajaran, TK, PCK, kompetensi TPACK
Abstrack. Pedagogycal technology and content knowledge (TPACK) is a 21st century competence
that must be mastered by the teacher. Research on TPACK has been done a lot but connecting
TPACK with learning media is still limited. This study aims to analyze the TPACK of teacher
competency through high school Biology learning media. It was conducted in 7 senior high schools in
Tanjungpinang City with 22 biology teachers as a samples. Procedure started by coordination with the
school and an agreement of tstudy schedule, followed by preparation of instrument and
implementation of the study. Data collection techniques used in the form of an open questionnaire in
accordance with aspects of TPACK consisted of Technological Knowledge (TK) and Pedagogycal
Content Knowledge (PCK). The results of this study indicate 83% of biology teachers have used
technology-based media in their learning and 85% have the ability to design simple technology-based
learning media. The learning media that are utilized and designed are mostly new in the form of
powerpoints. TPACK of biology teachers is in the excellent category for TK, as well as for PCK
category Tanjungpinang city high school biology teacher is in the very good category. The average
percentage of the initial profile of TPACK competence in the learning media of biology teachers in
Tanjungpinang city by 86.87% was in the very good category.
Keywords: High school biology teacher; Learning media; TK; PCK; TPACK competency
PENDAHULUAN
Guru harus memiliki kemampuan untuk memilih media pembelajaran yang bermutu
agar pembelajaran tepat sasaran dan minat belajar siswa dapat ditingkatkan.
Kemampuan guru dalam memilih media yang tepat dan cocok untuk materi pembelajaran
juga akan menentukan pencapaian dari proses pembelajaran. Media pembelajaran yang
bermutu yaitu media yang mampu mendorong siswa memberikan tanggapan, umpan
balik termasuk melakukan praktek pembelajaran dengan benar (Rasyid,
2016). Pernyataan ini dipertegas oleh Astatin (2016) bahwa media pembelajaran
meminimalisir verbalisme yaitu proses pembelajaran siswa hanya diberi pengalaman
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) melalui kata-kata saja, siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar. Siswa tidak hanya mendengarkan guru, tetapi
juga melakukan aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
sehingga siswa mendapatkan pengalaman bermakna dan pemahaman konsep
meningkat serta media membuat peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Media
digunakan untuk mempermudah guru menyampaikan materi dalam proses pembelajaran,
penggunaan media disesuaikan dengan tujuan penggunaan dan informasi yang ingin
disampaikan (Paramita dkk, 2018).
Media pembelajaran berbasis tekhnologi saat ini merupakan kebutuhan yang harus
terpenuhi, bila media pembelajaran yang dimanfaatkan dan dikembangkan guru dalam
pembelajaran tidak mengikuti perkembangan zaman maka ini akan membuat siswa
menjadi bosan. Media pembelajaran berbasis teknologi banyak tersedia di SMA-SMA
Negeri di kota Tanjungpinang bila ada media yang tidak tersedia di sekolah sangat
mudah diperoleh melalui akses internet, hal ini didukung oleh koneksi internet di kota
Tanjungpinang sangat baik tinggal keinginan dan kemauan guru saja. Kenyataan yang
ditemukan dari hasil wawancara dengan guru biologi SMA Negeri Kota Tanjungpinang
masih banyak guru yang belum menggunakan media berbasis teknologi yang bervariasi
dan beragam dalam pembelajaran di kelas disebabkan kurangnya pengetahuan
menghubungkan kompetensi TPACK dengan media pembelajaran. Kompetensi TPACK
mengharuskan guru untuk bisa mengitegrasikan kesemua aspek TPACK ke dalam
pembelajaran. Kompetensi TPACK menekankan pemanfaatan tekhnologi dalam
pembelajaran. Bila guru sudah menguasai kompetensi TPACK pada media pembelajaran
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dan mutu pendidikan bisa lebih
ditingkatkan. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui antara lain (1) pemanfaatan
media pembelajaran oleh guru, (2) media pembelajaran yang didesain atau
dikembangkan guru, dan (3) profil awal kompetensi TPACK guru melalui media
pembelajaran biologi SMA Kota Tanjungpinang.
METODE
3. Belum 1
Rerata skor profil awal TPACK akan dikonversikan dengan interprestasi skor
menurut Riduan (2011) seperti tertuang pada Tabel 2.
61- 80 Baik
41- 60 Cukup
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa 59.09% dari 22 guru biologi SMA Kota
Tanjungpinang menggunakan media powerpoint. Media vidio merupakan media urutan
kedua tertinggi setelah media powerpoint yang dimanfaatkan guru. Media vidio untuk
materi tertentu tersedia di sekolah, sebab ada sekolah mendapat bantuan dari
pemerintah dan ada juga yang membeli media dengan pihak lain. Meskipun demikian
belum semua guru memanfaatkan vidio pembelajaran tersebut. Padahal media vidio
pembelajaran sangat mudah untuk dioperasikan.
Media pembelajaran selanjutnya yang banyak dimanfaatkan guru dalam
pembelajaran adalah media animasi. Media animasi yang digunakan merupakan media
animasi yang diperoleh melalui browsing internet. Beberapa guru yang menggunakan
media animasi menyatakan bahwa dengan media animasi ini materi yang disampaikan
terasa seperti nyata sebab animasi dilengkapi dengan gerakan-gerakan tidak hanya
berupa slide saja sehingga penampilan media animasi menjadi menarik serta dapat
membangkitkan minat dan aktivitas belajar siswa. Kemenarikan media animasi yang
disajikan membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Khususnya aspek visual yang disajikan
dalam media animasi dapat membantu siswa dalam memahami materi menjadi lebih
mudah (Situmorang dkk., 2019).
Media berbasis teknologi yang lain berupa audiovisual jarang dimafaatkan oleh guru
Biologi SMA kota Tanjungpinang hal ini dapat dilihat dari persentase pada Tabel 3. Media
multimedia, e-modul, dan audio sangat jarang digunakan guru sebab media
pembelajaran tersebut selain menggunakan komputer atau laptop dibuat dengan
menggunakan aplikasi yang membutuhkan keterampilan khusus. Pernyataan ini selaras
dengan hasil penelitian Raisa, dkk. (2017) media audio visual tidak sering digunakan
karena terlalu banyak peritah aplikasi yang harus diproses dalam pemakaiannya.
Sebagian besar guru menyatakan faktor usia juga sebagai penyebab keterbatasan
membuat media-media pembelajaran yang memerlukan keahlian khusus. Pernyataan
dari guru di atas didukung oleh hasil penelitian terdahulu Nevrita (2018) tidak semua
guru memiliki kemampuan yang sama dalam menggunakan media pembelajaran,
terutama penggunaan komputer hal ini juga dipengaruhi oleh faktor usia guru.
Kategori kedua dalam penelitian ini adalah pemanfaatan media konvensional dapat
dituang pada Tabel 4.
Gambar 31,82
Model 9,05
Lanscape 4,55
Miniatur 4,55
Lingkungan 4,55
Tabel 4 menjelaskan bahwa sebagian kecil saja guru yang memanfaatkan media
konvensional dalam pembelajarannya. Media konvensional yang banyak digunakan oleh
guru adalah media gambar. Media gambar yang ada juga belum bisa mewakili materi
yang akan di ajarkan, begitu juga dengan media yang lainnya. Media langsung dan media
lingkungan sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh guru. Namun kenyataannya sangat
sedikit guru memanfaatkan media tersebut karena menurut Desriana, dkk (2018) media
berbasis lingkungan membutuhkan banyak waktu yang relatif lama untuk melakukan
berbagai kegiatan. Menurut beberapa guru media konvensional tidak lagi menarik minat
belajar siswa, bila guru membiarkan hal ini terus berlangsung muncul kecemasan guru
tidak dapat dicapainya tujuan pembelajaran. Kategori ketiga adalah pemanfaatan media
laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.
Gambar 54,55
Model 13,64
Awetan 9,09
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar guru belum
memanfaatkan media yang tersedia di Laboratorium. Media terbanyak yang digunakan
sama dengan media konvensional di atas adalah media gambar. Media gambar menjadi
pilihan sebab media tersebut tersedia di laboratorium dan mudah untuk digunakan.
Sedangkan untuk media berupa model tidak semua guru memanfaatkan hal ini karena
tidak semua model tersedia untuk semua materi pembelajaran.
Model-model yang tersedia di laboratorium adalah model DNA, model kancing
genetika, model organ-organ tubuh manusia, model-model sistim pada berbagai hewan.
Keterbatasan dan ketersediaan model di laboratorium juga tidak mampu mewakili
keseluruhan materi yang akan di ajarkan guru menjadi alasan guru tidak menggunakan
model. Begitu juga dengan media awetan baik awetan basah maupun awetan kering
sangat kurang dan tidak terawat dengan baik, untuk mengamati awetan kering
membutuhkan mikroskop. Jumlah mikroskop yang tersedia di labor juga sangat terbatas
sehingga memanfaatkan media awetan menjadi tidak maksimal. Kurangnya perawatan
pada mikroskop dan awetan kering menyebabkan objek atau gambar yang terlihat
kurang jelas.
Untuk kategori keempat adalah media pembelajaran yang di desain/dibuat oleh
guru dapat terlihat pada Tabel 6.
mengembangkan (%)
PPT 59,09
Vidio 2,73
Model 13,64
Gambar 13,64
e modul 9,09
Animasi 4,55
Audio 4,55
Persentase Interprestasi
No Aspek TPCK Indikator
(%) skor
Untuk Indikator pertama secara umum guru sudah menggunakan media berbasis
teknologi walaupun media terbanyak yang digunakan juga powerpoint dengan berbagai
alasan dan pertimbangan sebagaimana telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya.
Namun ada guru yang masih belum secara tepat mendefinisikan media berbasis teknologi
yang menyebutkan bahwa alat bantu (tools) seperti HP, internet, CD dan USB sebagai
media. Pada Indikator kedua sebagian besar guru belum mampu menyatakan alasan
yang lengkap (meliputi: karakteristik materi ajar, tujuan pembelajaran, karakteristik
siswa, ketersediaan sarana prasarana) dalam memilih media. Guru sudah melakukan
pertimbangan hanya saja masih parsial. Pada indikator ketiga sebagian besar guru sudah
mampu mendesain media pembelajaran berupa powerpoint, sebagian kecil saja guru
yang bisa mendesain media pembelajaran yang lain. Malah ada beberapa guru yang
belum pernah mendesain media pembelajaran hanya mengambil media pembelajaran
yang telah ada dan tersedia saja.
Pada Indikator keempat sebagian besar guru dalam pembelajaran hanya
memvariasikan dua media saja selama pembelajaran yaitu powerpoint dengan gambar
atau dengan vidio atau dengan media lain. Di indikator kelima guru sangat
mempertimbangkan kesesuaian media dengan materi. Hal ini tergambar dari beberapa
alasan yang diberikan misalnya guru menggunakan vidio pembelajaran dengan
pertimbangan lebih menarik, jelas dan siswa lebih mudah memahami materi. Sedangkan
guru yang lain menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran dengan
pertimbangan siswa lebih mudah memahami materi karena siswa langsung melihat
objek. Pertimbangan guru menggunakan media animasi karena lebih mudah
menggambarkan proses yang tidak dapat dijelaskan secara kasat mata.
Indikator keenam Sebagian besar guru sudah mendesain dan menggunakan media
sesuai dengan konten materi yang diajarkan seperti gambar, powerpoint, model, hanya
sebagian kecil guru belum pernah mendesain dan menggunakan media sesuai dengan
konten materi yang diajarkan. Pada indikator ketujuh sebagian besar media yang di
laboratorium yang paling banyak digunakan adalah media gambar. Sebagian kecil saja
menggunakan model dan awetan. Di samping itu, ada guru yang tidak pernah
menggunakan media pembelajaran yang tersedia di laboraorium. Selanjutnya, indikator
kedelapan guru telah melakukan evaluasi ke siswa untuk mengetahui kebermanfaatan
dari media pembelajaran yang digunakan seperti berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan berupa hasil belajar siswa memperoleh nilai yang memuaskan, siswa lebih
memahami materi yang diajarkan menggunakan media pembelajaran
Pembahasan hasil penelitian ini dihubungkan dengan indikator-indikator dalam
instrumen terbuka penelitian tergambar jelas pada Tabel 7. Dari hasil penelitian terlihat
media berbasis teknologi terbanyak yang dimanfaatkan dan didesain/dikembangkan guru
dalam pembelajaran adalah media powerpoint. Alasan guru menjadikan powerpoint
sebagai pilihan adalah powerpoint mudah digunakan dan didesain, membantu siswa
memahami materi, efektif dan efisien dalam penggunaan. Hal ini didukung oleh
penyataan Susanti (2014) yang menyatakan keunggulan media powerpoint adalah: (1)
mudah menggunakannya, (2) mudah dan dapat diproduksi oleh guru sendiri, (3) dapat
digunakan secara individu, (4) dapat diulang-ulang sehingga lebih efisien, (5) biaya tidak
mahal, (6) memiliki daya tarik, (7) fleksibel penggunaannya, (8) dapat digunakan
beberapa kali untuk kelas yang sama maupun berbeda. Media audiovisual merupakan
media yang juga dimanfaatkan guru dalam pembelajaran namun persentase guru
memanfaatkannya hanya 13,64% hal ini disebabkan membuat media audio visual sangat
sulit mengingat guru tidak memiliki keahlian khusus dalam membuatnya. Penjelasan
Septianova (2017) bahwa media audio visual memang masih jarang digunakan oleh
tenaga pendidik untuk membantu dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena membuat audio-visual sebagai media pembelajaran tidak semudah membuat
media yang lain seperti power point.
sehingga menurut Desstya (2018), TPACK dapat digunakan sebagai acuan memperbaiki
kualitas pendidikan dan pemerintah dapat menentukan kebijakan untuk mengembangkan
profesionalisme guru. Demikian juga halnya, menurut Lestari (2016) bahwa kemampuan
TPACK dapat ditingkatkan melalui pengalaman belajar yang didapat guru melalui
seminar-seminar yang diadakan oleh pemerintah.
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih pada LP3M UMRAH yang telah memberikan hibah internal ini
sebagai usaha UMRAH untuk meningkatkan penelitian dan pengabdian dosen-dosen di
lingkungan internal UMRAH. Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian dengan
pendanaan hibah internal LP3M UMRAH dengan skema Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi Tahun 2019 dengan nomor kontrak 006/UN53.02/Kontrak-PUPT/I/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, S. 2017. Problema guru dalam pengembangan media pembelajaran. Jurnal Itqan,
8(2):145-167
Akturk, A.O. & Ozturk, H.S. 2019. Teachers TPACK levels and students self-efficacy as
predictors of students academic achievement. International Journal of Research in
Education and Science, 5(1):283-294
Andriani, M.R. & Wahyudi. 2016. Pengembangan media pembelajaran power point
interaktif melalui pendekatan saintifik untuk pembelajaran tematik integratif siswa
kelas 2 SD Negeri Bergas Kidul 03 Kabupaten Semarang. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 6(1):143-157
Astatin, G.R. & Nurcahyo, H. 2016. Pengembangan media pembelajaran biologi berbasis
adobe flash untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pada kurikulum 2013.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2):165-176
Chai, C.S., Koh, J.H.L., & Tsai, C.C. 2013. A review of technological pedagogical content
knowledge. Educational Technology & Society, 16(2):31-51
Desriana, D., Amsal, A., & Husita, D. 2018. Perbandingan hasil belajar siswa
menggunakan media pembelajaran berbasis lingkungan dengan media internet
dalam pembelajaran asam basa di MAN Indrapuri. JIPI (Jurnal IPA dan
Pembelajaran IPA), 2(1):50-55
Halidi, H.M., Husain, S.N., & Saehana, S. 2015. Pengaruh media pembelajaran berbasis
TIK terhadap motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Model Terpadu
Madani Palu. Jurnal Mitra Sains, 3(1):53-60
Malik, S., Rohendi, D., & Widiaty, I. 2018. technological pedagogical content knowledge
(TPACK) with information and communication technology (ICT) integration: a
literature review. Advances in Social Science, Education and Humanities Research,
299:498-503
Nevrita. 2018. The use of learning media by junior high school teachers of science in
Tanjungpinang and Bintan. Jurnal SEEDs, 2(1):1-8
Nofrion, Wijayanto, B., Wilis, R., & Novio, R. 2018. Analisis technological pedagogical and
content knowledge (TPACK) guru geografi di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Jurnal Geografi, 10(2):105-116
Paramita, R., Panjaitan, R.G.P., & Ariyanti, E. 2018. Pengembangan booklet hasil
investigasi tumbuhan obat sebagai media pembelajaran pada materi manfaat
keanekaragaman hayati. JIPI (Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA), 2(2):83-88
Pradilasari, L., Gani, A., & Khaldun, I. 2019. Pengembangan media pembelajaran
berbasis audio visual pada materi koloid untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of
Science Education), 7(1):9-15
Prastya, A. 2016. Strategi pemilihan media pembelajaran bagi seorang guru. Prosiding
Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) VIII tahun 2016, di Balai Sidang Universitas
Terbuka (UTCC) pada tanggal 26 November 2016, ISSN : 2528-1593, h.294-302
Quddus, A., Hamid, T., & Kasli, E. 2017. Perbandingan hasil belajar fisika dengan
menggunakan laboratorium nyata dan laboratorium virtual. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa, 2(1):122-127
Rahmadi, I.F., Hayati, E., & Nursyifa, A. 2020. Comparing pre-service civic education
teachers’ TPACK confidence across course modes: insights for future teacher
education programs. Research in Social Sciences and Technology, 5(2):113-133
Raisa, S., Adlim, & Safitri, R. 2017. Respon peserta didik terhadap pengembangan media
audio-visual. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science
Education), 5(2):80-85
Rasyid, M., Azis, A.A., & Saleh, A.R. 2016. Pengembangan media pembelajaran berbasis
multimedia dalam konsep sistim indera pada siswa kelas XI SMA. Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(2):69-80
Riduan & Sunarto. 2011. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial,
Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta
Rochintaniawati, D., Riandi, R., Kestianty, J., Kindy, N., & Rukayadi, Y. 2019. The
analysis of biology teachers’ technological pedagogical content knowledge
development in lesson study in west Java Indonesia. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 8(2):201-210
Saputra, H., Auwal, T.M.R.A., & Mustika, D. (2017). Pembelajaran inkuiri berbasis virtual
laboratory untuk meningkatkan kemampuan literasi sains mahasiswa calon guru
pendidikan fisika Universitas Samudra. JIPI (Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA),
1(2):143-148
Septianova, B.S.F. & Rusiyanto. 2017. Perbandingan hasil belajar siswa menggunakan
media pembelajaran audio visual dan dengan menggunakan media konvensional.
Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 17(2):62-67
Situmorang, R.P. & Andayani, E.P. 2019. Penggunaan media animasi berbasis
macromedia flash untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep materi
sistem peredaran darah manusia. Assimilation: Indonesian Journal of Biology
Education, 2(1):35-41
Srisawasdi, N. 2012. The role of TPACK in physics classroom: case studies of preservice
physics teachers. Procedia - Social and Behavioral Sciences 46, di Barcelona-Spain
pada tanggal 02-05 February 2012, h.3235 – 3243
Supriadi, Thalib, S.B., & Sidik, D. 2017. The development of e-learning media for audio
video department in vocational high school. InternatIonal Journal of EducatIon and
ApplIed Research, 7(2):14-17
Yuliyanti, E., Hasan, M., & Syukri, M. 2016. Peningkatan keterampilan generik sains dan
penguasaan konsep melalui laboratorium virtual bebasis inkuiri. Jurnal Pendidikan
Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 4(2):76-83