5091 11891 1 SM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No.

126

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PANGAN


HARAPAN (PPH) DI KABUPATEN BANDUNG

Syaeful Argandi 1), Lucyana Trimo 2), Trisna Insan Noor2)

Mahasiswa Program Magister Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 1)


Staf Pengajar Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2)

e-mail: syaefulargandi@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu cara mengetahui kemandirian pangan melalui kualitas keragaman konsumsi
pangan yang diukur dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang selanjutnya
disingkat menjadi PPH. PPH dapat digunakan sebagai ukuran keseimbangan gizi dan
keanekaragaman pangan yang dikonsumsi oleh penduduk di suatu wilayah. Skor PPH
maksimal, yaitu 100 menunjukkan situasi konsumsi pangan yang beragam dan baik
komposisi serta mutu gizinya (Baliwati, 2011). Pada prakteknya capaian indikator
kualitas dan kuantitas pangan di Kabupaten Bandung belum tercapai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui besaran keluarga, tingkat pendidikan, dan tingkat
pendapatan terhadap PPH di Kabupaten Bandung. Metode dasar penelitian ini adalah
metode eksplanasi (Eksplanatory Research). Penentuan Kecamatan Paseh dan
Pasirjambu dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu ditentukan kecamatan tertinggi
dan terendah PPHnya. Selanjutnya ukuran responden dengan menggunakan teknik
Slovin. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi PPH di Kabupaten Bandung
menggunakan teknik analisis regresi berganda dan pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran keluarga,
tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap PPH
Kabupaten Bandung. Artinya semakin tinggi besaran keluarga, tingkat pendidikan dan
tingkat pendapatan maka semakin tinggi pula PPH di Kabupaten Bandung.

Kata kunci: besaran keluarga, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, Pola Pangan
Harapan

ABSTRACT

One way to know food self-sufficiency through the quality of food consumption
diversity as measured by Food Harvest Scale (PPH) scores, hereinafter
abbreviated as PPH. PPH can be used as a measure of nutritional balance and
food diversity consumed by residents in a region. The maximum PPH score, 100
indicates the diverse food consumption situation and both the composition and
quality of nutrition (Baliwati, 2011). In practice, the achievement of food quality
and quantity indicator in Bandung Regency has not been achieved. This study
aims to determine the size of family, education level, and income level of PPH in
Bandung regency. The basic method of this research is the explanatory method
(Eksplanatory Research). The determination of Paseh and Pasirjambu sub-
districts was conducted by purposive sampling, which is determined by the highest
and lowest kecamatan PPH. Furthermore the size of respondents using Slovin
techniques. To know the factors that influence the PPH in Bandung regency using
multiple regression analysis technique and the test is done by using SPSS 20
program. The result of the research shows that the family size, education level
and income level have positive influence on PPH Kabupaten Bandung. This
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

127

means that the higher the size of the family, the level of education and income
level then the higher the PPH in Bandung regency.
Keywords: family size, education level, income level, Food Pattern of Hope
(PPH)

I. PENDAHULUAN Barat termasuk Kabupaten Bandung.


Jawa Barat berdasarkan Perda Provinsi Jawa Barat sebagai
pertimbangannya bahwa dalam pedoman bagi Pemerintah Daerah
rangka mewujudkan ketahanan dan Pemerintah Kabupaten/Kota
pangan melalui ketersediaan, akses dalam memberikan pelayanan dan
dan keamanan pangan di Jawa Barat, insentif kepada masyarakat untuk
perlu ditetapkan Peraturan Daerah mewujudkan kemandirian pangan
Provinsi Jawa Barat tentang daerah; dan pedoman bagi
Kemandirian Pangan Daerah. Perda masyarakat untuk berperan dalam
Provinsi Jawa Barat menetapkan mewujudkan kemandirian pangan
Peraturan Daerah Tentang daerah termasuk bagi Kabupaten
Kemandirian Pangan Daerah No 4 Bandung.
Tahun 2012. Perda mengikat Konsumsi pangan merupakan
individu maupun lembaga yang output pembangunan ketahanan
berada dalam ruang lingkup pangan di suatu wilayah. Oleh karena
kebijakan tersebut agar dicapai itu, penganekaragaman konsumsi
pemecahan masalah dalam pangan merupakan isu penting yang
mewujudkan kemandirian pangan. harus ditingkatkan upaya
Kebijakan sebagai tata kelola dan pencapaiannya. Azadbakht dkk
wujud intervensi terhadap (2005) menegaskan bahwa variasi
masyarakat dalam rangka makanan akan menentukan tingkat
mewujudkan kemandirian pangan di kulitas kecukupan gizi. Variasi
Jawa Barat. makanan merupakan konsep penting
Implikasi dari adanya Perda dalam promosi kesehatan. Indikator
Provinsi Jawa Barat tentang yang digunakan untuk mengetahui
Kemandirian Pangan adalah kuantitas konsumsi pangan adalah
keharusan mendorong kemandirian Angka Kecukupan Energi (AKE).
pangan bagi Pemerintah Kabupaten Bandung sebagai
Kabupaten/Kota di seluruh Jawa daerah otonom memiliki kewajiban
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

128

dalam menyelenggarakan urusan ditujukan untuk mengatasi masalah


ketahanan pangan, salah satunya seperti lemahnya peningkatan dan
yaitu upaya pencapaian PPH sesuai pengembangan kinerja organisasi,
dengan harapan. Tingkat konsumsi pengembangan ketahanan pangan
pangan penduduk Kabupaten yang terhambat alih fungsi lahan,
Bandung pada tahun 2014 masih harga maupun teknologi pertanian,
berada di bawah standar pelayanan serta belum optimalnya penyuluhan
minimal bidang ketahanan pangan. pertanian, peternakan, perikanan dan
Berdasarkan data Susenas Tahun kehutanan.
2011 yang diolah, penduduk Kebijakan Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung baru pada tahun 2016 adalah
mengonsumsi energi sebesar 98.5% Pengembangan Ketahanan Pangan,
dari AKE atau setara dengan 2.070 Revitalisasi Penyuluhan Pertanian,
kkal/kapita/hari. Menurut Peraturan Peternakan, Perikanan dan
Menteri Kesehatan RI No.75 tahun Kehutanan, Peningkatan dan
2013 Tentang Angka Kecukupan pengembangan kinerja organisasi.
Gizi yang dianjurkan adalah 2150 Fokus utama kebijakan adalah
kkal/kapita/hari dan 57 gram. pemantapan distribusi pangan dan
Mengacu pada ketentutan maka percepatan penganekaragaman
angka 98.5% dinilai masih kurang pangan sesuai dengan karakteristik
seperti dinyatakan dalam data daerah di samping peningkatan
Kementerian Kesehatan RI tahun kesejahteraan masyarakat petani
2016 kategori Kurang: adalah melalui upaya pemberdayaan
70≤100% AKE. Proporsi asupan kelompok pelaku usaha dan pelaku
masih bersumber pada karbohidrat utama pada bidang agribisnis
sebesar 58%. Keragaman asupan khususnya komoditas unggulan.
pangan masih rendah di Kabupaten Langkah strategis, yang ditempuh
Bandung. antara lain meningkatkan
Pemerintah Kabupaten kesejahteraan pelaku usaha di bidang
Bandung berupaya untuk pertanian, perikanan dan kehutanan.
mengoptimalkan upaya menuju Permasalahan dalam PPH di
kemandirian pangan. Kebijakan Kabupaten Bandung pada tahun 2016
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

129
antara lain: 1)Masih tingginya pangan seperti disampaikan bahwa
konsumsi padi-padian terutama beras terdapat hubungan yang kompleks
dan rendahnya konsumsi pangan antara perubahan iklim dan
hewani, umbi-umbian, serta sayur pertanian. Lutz dan Schachinger
dan buah; 2)Pemanfaatan sumber- (2013) mengemukakan bahwa tata
sumber pangan lokal seperti umbi, kelola makanan secara lokal
jagung, dan sagu pun masih rendah. merupakan aspek penting dalam
Faktor lain yang berpengaruh pengelolaan pangan. Jaringan
terhadap PPH antara lain tingkat makanan lokal yang inovatif
pendidikan, tingkat pendapatan, berfungsi untuk menginduksi
besaran keluarga, budaya, atau gaya perubahan sosio-ekologis di tingkat
hidup terutama masyarakat yang lokal dan mendorong transformasi
berada di daerah perkotaan atau yang lebih luas tentang pangan.
pinggiran kota (Retnaningsih, 2007). Persoalan inovasi jaringan dalam tata
Faktor-faktor yang kelola pangan di tingkat lokal masih
mempengaruhi konsumsi pangan menjadi masalah seperti di
adalah jenis, jumlah produksi, dan Kabupaten Bandung.
ketersediaan pangan (Harper et al. Bastian dan Coveney (2011)
1988). Selain itu, konsumsi pangan dalam penelitiannya tentang
penduduk juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah lokal dalam
faktor ekonomi, sosial, pendidikan, mengembangkan ketahanan pangan
gaya hidup, pengetahuan, menjelaskan bahwa pengetahuan
aksesibilitas, dan sebagainya. lokal memiliki peran penting untuk
Bahkan, faktor prestise dari pangan mendorong efektivitas dalam
kadang kala menjadi sangat kebijakan pangan. Ditegaskan
menonjol sebagai faktor penentu mengenai fungsi kebijakan dalam
daya terima pangan (Martianto dan pangan adalah: “ (i) policy to create
Ariani, 2004). supportive environments; (ii) policy
Hasil penelitian yang dilakukan to strengthen community action; (iii)
oleh Duram dan Oberholtzer (2010) policy to support individual food
bahwa letak geografis termasuk security; and (iv) policy to improve
perubahan cuaca mempengaruhi coordination and capacity for food
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

130
security”. Lang dan Barling (2013) Bandung baik internal maupun
mengemukakan isu nutrisi dan eksternal. Pada akhirnya, kajian ini
sustainability dalam makanan diharapkan dapat digunakan sebagai
menjadi isu penting guna acuan untuk rekomendasi
menghasilkan kebijakan yang dapat perencanaan konsumsi pangan
memecahkan masalah-masalah penduduk yang berujung pada
pangan. perwujudan ketahanan pangan di
Penelitian tentang PPH terbatas Kabupaten Bandung.
pada aspek-aspek kebijakan,
distribusi, penyediaan pangan atau
membahas mengenai faktor yang II. METODE PENELITIAN
mempengaruhi konsumsi secara Penelitian ini dilakukan di
parsial. Penelitian yang menelaah Kabupaten Bandung. Desain yang
tentang bagaimana PPH secara digunakan untuk penelitian ini adalah
menyeluruh baik di level kebijakan, desain kuantitatif, dan teknik
maupun di level konsumen masih penelitian yang digunakan adalah
terbatas. Telaah menyeluruh akan metode eksplanasi (Eksplanatory
menghasilkan sudut pandang yang Research) yaitu apabila peneliti
lebih luas tentang pokok persoalan menjelaskan hubungan atau
belum tercapainya PPH. Realitas pengaruh kausal antara variabel-
mengenai persoalan belum variabel melalui pengujian hipotesis
terpenuhinya PPH merupakan maka dinamakan penelitian
fenomena masalah yang berkaitan penjelasan (Singarimbun, 2003).
dengan ketahanan pangan wilayah Data primer diperoleh dengan
dan pada akhirnya terkait dengan melakukan survey langsung di
indeks pembangunan manusia. Oleh lapangan. Sumber data diperoleh
karena itu penelitian menyeluruh dengan menggunakan teknik
perlu dilakukan. purposive sampling. Purposive
Berdasarkan uraian di atas, sampling adalah teknik pengambilan
perlu dilakukan memperbaiki sampel sumber data dengan
masalah yang berkaitan dengan pertimbangan tertentu, misalnya
kurangnya PPH di Kabupaten memilih kecamatan yang memiliki
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

131
PPH tertinggi dan terendah tingkat pendidikan dan tingkat
(Sugiyono, 2012). Reponden yang pendapatan dan pola pangan harapan.
dipilih berjumlah 100 Kepala Selanjutnya, untuk mengetahui
Keluarga (KK) yang dihitung faktor yang mempengaruhi PPH
ukurannya berdasarkan teknik Kabupaten Bandung maka dianalisis
Slovin. Hal itu dilakukan untuk dengan menggunakan teknik analisis
membantu penulis dalam regresiberganda, pengujian tersebut
menggambarkan besaran keluarga, dilakukan dangan menggunakan
SPSS 20.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan terhadap PPH maka dapat
Berdasarkan hasil uji analisis dihasilkan uji regresi berganda pada
berganda pengaruh besaran keluarga, Tabel 1.
tingkat pendapatan, dan tingkat

Tabel 1
Analisis Regresi B erganda

Coef f icients a
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta

1 (Constant) -.44 .14 -3.09 .003


Besaran Keluarga .32 .07 .270 4.15 .000
Tingkat P endidikan .66 .07 .598 8.75 .000
Tingkat P endapatan .35 .13 .166 2.53 .013
a. Dependent Variable: P ola P angan Harapan

Sumber: olah data spss

Pengaruh Besaran Keluarga (X1 ) terhadap PPH pada Kecamatan Paseh


PPH
dan Kecamatan Pasirjambu
Hasil olah data menunjukkan
Kabupaten Bandung. Hal tersebut
bahwa besaran keluarga berpengaruh
sesuai dengan nilai t hitung sebesar
positif terhadap PPH pada
4,15. Nilai tersebut harus lebih besar
Kecamatan Paseh dan Kecamatan
dari t Tabel, dimana distribusi t
Pasirjambu Kabupaten Bandung.
dicari pada  = 5% dengan dk (100-
Hasil olah data tersebut berdasarkan
nilai signifikan besaran keluarga 3-1) = 96, maka diperoleh t Tabel
sebesar 1,98. Oleh karena nilai t
sebesar 0,00<0,05 yang artinya
besaran keluarga berpengaruh positif hitung > t Tabel (4,15>1,98) maka
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

132

Ho ditolak, artinya secara parsial dikarenakan sebab-sebab seperti


terdapat pengaruh yang signifikan adanya pembagian atau distribusi
antara besaran keluarga berpengaruh makanan yang tidak merata pada
terhadap PPH pada Kecamatan Paseh anggota keluarga sehingga
dan Kecamatan Pasirjambu mempengaruhi konsumsi makanan,
Kabupaten Bandung. status gizi, dan skor PPH keluarga.
Undang-Undang Republik PPH mencerminkan susunan
Indonesia no.21 tahun 1994 tentang konsumsi pangan anjuran untuk
Penyelenggaraan Pembangunan hidup sehat, aktif, dan produktif.
Keluarga Sejahtera pada pasal 6 yang Berdasarkan skor pangan dari
dikutip oleh Retno Puji Rahayu sembilan bahan pangan.
(2006), menyebutkan bahwa dalam Ketersediaan pangan sepanjang
mencapai suatu peningkatan status waktu dalam jumlah yang cukup dan
gizi keluarga salah satunya dapat harga terjangkau sangat menentukan
dilakukan dengan pengembangan tingkat konsumsi pangan ditingkat
kualitas keluarga melalui rumah tangga. Selanjutnya pola
penyelenggaraan Keluarga konsumsi pangan rumah tangga akan
Berencana (KB) yang mengatur berpengaruh pada konsumsi pangan
tentang jarak jumlah anggota (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu,
keluarga. sangat penting untuk menjaga
Hasil ini tidak sejalan dengan komposisi pangan masyarakat sesuai
teori Soetjingsih (1995) bahwa dengan anjuran hidup sehat dan
dengan keluarga kecil secara produktif. Sehingga dengan
ekonomi lebih menguntungkan mengupayakan PPH yang baik
sehingga diharapkan kesejahteraan diharapkan dapat terwujud ketahanan
keluarga lebih terjamin dan pangan di Indonesia. Dalam
kebutuhan akan pangan juga akan aplikasinya PPH dikenal dengan pola
lebih terpenuhi daripada keluarga konsumsi pangan yang Beragam,
dengan jumlah yang besar. Bergizi Seimbang dan Aman atau
Kesejahteraan ini dapat dilihat dari dikenal dengan istilah menu B2SA.
semakin idealnya skor PPH. Dengan terpenuhinya kebutuhan
Ketidaksesuaian tersebut energi dari berbagai kelompok
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

133

pangan sesuai dengan PPH maka artinya tingkat pendidikan terhadap


secara implisit kebutuhan zat gizi terhadap PPH pada Kecamatan Paseh
lainnya juga terpenuhi. Oleh karena dan Kecamatan Pasirjambu
itu skor PPH mencerminkan mutu Kabupaten Bandung berpengaruh
gizi konsumsi pangan dan tingkat positif. Hal tersebut sesuai dengan
keragaman konsumsi pangan. nilai t hitung sebesar 8,75. Nilai
Maka jelaslah penelitian ini tersebut harus lebih besar dari t
menunjukkan bahwa pengaruh Tabel, dimana distribusi t dicari pada
besaran keluarga terhadap PPH pada  = 5% dengan dk (100-3-1) = 96,
Kecamatan Paseh dan Kecamatan maka diperoleh t Tabel sebesar 1,98.
Pasirjambu Kabupaten Bandung, jadi Oleh karena nilai t Hitung > t Tabel
semakin tinggi besaran keluarga, (8,75>1,98) maka Ho ditolak, artinya
semakin baik pula PPH Keluarga secara parsial terdapat pengaruh yang
pada Kecamatan Paseh dan signifikan antara tingkat pendidikan
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten terhadap PPH pada Kecamatan Paseh
Bandung, begitu pula sebaliknya dan Kecamatan Pasirjambu
semakin rendah besaran keluarga Kabupaten Bandung.
maka PPH Keluarga pada Kecamatan Hasil ini sejalan dengan teori
Paseh dan Kecamatan Pasirjambu Soegeng Santoso (1999), bahwa
Kabupaten Bandung juga akan tingkat pendidikan memungkinkan
rendah. seseorang memilih dan
mempertahankan pola makan
Pengaruh Tingkat Pendidikan (X2 ) berdasarkan prinsip ilmu sehingga
terhadap PPH
Berdasarkan hasil analisis yang skor PPH juga baik. Perlu

dilakukan menunjukkan bahwa ditambahkan bahwa harus


diperhatikan aplikasi praktis atau
pengaruh tingkat pendidikan
terhadap PPH pada Kecamatan Paseh pelaksanaan dengan pengertian
makanan yang kuat gizi, biaya bahan
dan Kecamatan Pasirjambu
Kabupaten Bandung berpengaruh makanan dan pengolahan serta sikap,

positif. Hasil analisis tersebut kepercayaan, faktor kebudayaan dan


emosi yang ada pada seseorang
berdasarkan nilai signifikan tingkat
pendidikan sebesar 0,002<0,05 yang berkaitan dengan makanan Semakin
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

134

banyak pengetahuan semakin dan Kecamatan Pasirjambu


diperhitungkan jenis dan kwantum Kabupaten Bandung juga akan
makanan yang dipilih untuk rendah.
dikonsumsinya. Awam yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan gizi Pengaruh Tingkat Pendapatan
(X3 ) terhadap PPH
akan memilih makanan yang paling
Hasil penelitian berdasarkan
menarik panca indera dan tidak
nilai signifikan sebesar 0,013<0,05
mengadakan pilihan berdasarkan
yang artinya tingkat pendapatan
nilai gizi makanan. Sebaliknya
berpengaruh positif terhadap PPH
mereka yang semakin banyak
pada Kecamatan Paseh dan
pengetahuan gizi lebih banyak
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten
menggunakan pertimbangan rasional
Bandung. Hal tersebut sesuai dengan
dan pengetahuan tentang nilai gizi
nilai t hitung sebesar 2,53. Nilai
makanan tersebut. Jika pengetahuan
tersebut harus lebih besar dari t
baik, status gizi keluarga akan
Tabel, dimana distribusi t dicari pada
meningkat karena pola konsumsi dan
 = 5% dengan dk (100-3-1) = 96,
keragaman pangan sudah terpenuhi
maka diperoleh t Tabel sebesar 1,98.
(Achmad Djaeni S, 2000).
Oleh karena nilai t hitung > t Tabel
Maka jelaslah penelitian ini
(2,53>1,98) maka Ho ditolak, artinya
menunjukkan bahwa pengaruh
secara parsial terdapat pengaruh yang
tingkat pendidikan terhadap PPH
signifikan antara tingkat pendapatan
pada Kecamatan Paseh dan
terhadap PPH pada Kecamatan Paseh
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten
dan Kecamatan Pasirjambu
Bandung, jadi semakin tinggi tingkat
Kabupaten Bandung.
pendidikan pada Kecamatan Paseh
Pendapatan merupakan imbalan
dan Kecamatan Pasirjambu
yang diterima oleh seorang dari
Kabupaten Bandung, semakin baik
pekerjaan yang dilakukannya untuk
pula PPH pada Kecamatan Paseh dan
mencari nafkah. Pendapatan
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten
umumnya diterima dalam bentuk
Bandung, begitu pula sebaliknya
uang. Pendapatan adalah sumber
semakin rendah tingkat pendidikan
daya material yang sangat penting
maka PPH pada Kecamatan Paseh
bagi masyarakat, karena dengan
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

135

pendapatan itulah seseorang bisa dengan skor PPH tinggi sebanyak 8


membiayai konsumsinya. Jumlah keluarga (23,5%). Keluarga yang
pendapatan akan menggambarkan tingkat pendapatan tinggi dengan
besarnya daya beli dari seseorang. skor PPH kurang sebanyak 23
Daya beli akan menggambarkan (34,8%) dan dengan skor PPH tinggi
banyaknya produk dan jasa yang bisa sebanyak 43 (65,1%). Hal ini dapat
dibeli dan dikonsumsi oleh seseorang terjadi karena pada suatu keluarga
dan seluruh angota keluarganya. tidak semua dari pendapatan yang
Pendapatan dan penerimaan diperoleh di pakai untuk konsumsi
menurut Biro Pusat Satatistik makanan, contohnya pada keluarga
dibedakan sebagai berikut yang melebihkan anggaran untuk
1)Pendapatan faktor yang pendidikan anak-anaknya daripada
didistribusikan, yang dibagi lagi untuk makanan yang dikonsumsi
menurut sumbernya menjadi: sehingga status gizi anggota keluarga
a)Penghasilan gaji dan upah; menjadi kurang.
b)Penghasilan dari usaha sendiri dan Berbagai upaya perbaikan gizi
pekerjaan bebas; c)Penghasilan dari biasanya berorientasi pada tingkat
pemilikan harta; 2)Transfer yang pendapatan keluarga. Semakin
bersifat redistributif, terutama terjadi meningkatnya pendapatan, maka
dari transfer pendapatan yang tidak kecukupan makanan dapat terpenuhi.
mengikat dan biasanya bukan Dengan demikian tingkat pendapatan
merupakan imbalan atas penyerahan keluarga memiliki faktor utama
barang, jasa atau harta milik. dalam pemilihan bahan makanan
Hasil penelitian menunjukkan yang berkualitas. Besar kecilnya
ada hubungan antara tingkat pendapatan rumah tangga juga tidak
pendapatan terhadap PPH pada lepas dari pekerjaan dari orang tua
Kecamatan Paseh dan Kecamatan serta tingkat pendidikan (Soekirman,
Pasirjambu Kabupaten Bandung. 1991). Dengan demikian jika tingkat
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan perkapitanya tinggi maka
keluarga dengan tingkat pendapatan skor PPH tentu akan tinggi, ini sesuai
rendah memiliki skor PPH kurang dengan pendapat dari Djiteng
sebanyak 26 keluarga (76,4%) dan Roedjito (1989), bahwa besar
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

136

kecilnya pendapatan keluarga dan tingkat pendidikan berpengaruh


berpengaruh terhadap pola konsumsi positif terhadap PPH pada
dan status gizi individu, maka Kecamatan Paseh dan Kecamatan
apabila suatu keluarga Pasirjambu Kabupaten Bandung.
berpenghasilan tinggi maka mereka Artinya jika porsi besaran keluarga,
mampu membeli pangan bergizi. tingkat pendidikan dan tingkat
Selain itu, Tingkat pendapatan pendapatan meningkat maka PPH
keluarga dapat digunakan untuk dua pada Kecamatan Paseh dan
tujuan yaitu konsumsi dan tabungan. Kecamatan Pasirjambu Kabupaten
Besar kecilnya pendapatan yang Bandung juga akan meningkat.
diterima seseorang akan Keterbatasan pendapatan
mempengaruhi pola konsumsi. rumah tangga merupakan salah satu
Maka jelaslah penelitian ini penghambat dalam mewujudkan
menunjukkan bahwa pengaruh ketahanan pangan rumah tangga.
tingkat pendapatan terhadap PPH Oleh karena itu dalam rangka
pada Kecamatan Paseh dan mewujudkan ketahanan pangan
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten rumah tangga perlu dilakukan upaya
Bandung, jadi semakin tinggi tingkat peningkatan pendapatan rumah
pendapatan pada Kecamatan Paseh tangga.
dan Kecamatan Pasirjambu Selain itu, guna meningkatkan
Kabupaten Bandung, semakin baik PPH di Kabupaten Bandung tingkat
pula PPH pada Kecamatan Paseh dan pendidikan di Kabupaten Bandung
Kecamatan Pasirjambu Kabupaten harus diperhatikan agar pengetahuan
Bandung, begitu pula sebaliknya masyarakat di daerah tersebut
semakin rendah tingkat pendapatan mengalami kenaikan yang signifikan
maka PPH pada Kecamatan Paseh tentang pentingnya pangan bagi
dan Kecamatan Pasirjambu kehidupan mereka.
Kabupaten Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Analia, Dewi. 2009. Analisis
IV. SIMPULAN DAN SARAN Diversifikasi Konsumsi Pangan
Rumahtangga di Sumatera Barat
Hasil penelitian menunjukkan
Menuju Pola Pangan Harapan.
besaran keluarga, tingkat pendapatan Program Pascasarjana
Universitas Andalas
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

137

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Departemen Kesehatan. 1996.


Penelitian, Suatu Pendekatan Panduan 13 Pesan Dasar Gizi
Praktik. Rieneka Cipta, Jakarta. Seimbang. Ditjen Pembinaan
Badan Ketahanan Pangan. 2011. Kesehatan Masyarakat,
Direktori Pengembangan Direktorat Bina Gizi Masyarakat,
Konsumsi Pangan. Jakarta: Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan. Dewan Ketahanan Pangan. 2006.
Baliwati, Yayuk Farida. 2007. Kebijakan Umum Ketahanan
Analisis Ketersediaan Pangan Pangan 2005-2009. Dewan
Wilayah Berdasarkan Neraca Ketahanan Pangan, Jakarta.
Bahan Makanan (NBM) dan Pola Dewan Ketahanan Pangan. 2011.
Pangan Harapan. Kerjasama Kebijakan Umum Ketahanan
Bagian Bina Ketahanan Pangan Pangan 2010-2014. Dewan
Biro Bina Produksi Setda Ketahanan Pangan, Jakarta.
Provinsi Jawa Barat dengan Tim Firman Noer TA. 2002. Strategi
Bagian Kebijakan Pangan Pengembangan Agribisnis Sapi
Departemen gizi Mayarakat Potong di Kawasan Sentra
FEMA IPB, Bogor. Produksi Koto Hilalang
Baliwati, Yayuk Farida. 2011. Materi Kabupaten Agam Propinsi
Pelatihan Kebijakan Strategis Sumatera Barat. Program Studi
Ketahanan Pangan Wilayah Magister Manajemen Agribisnis
Berdasaarkan Ketersediaan Program Pascasarjana IPB
Pangan Wilayah. Diperbanyak Frankenberger, TR. 1992. Indicators
oleh MWA Consultant, Bogor and Data Collection Methods for
Bastian.,A dan Coveney.,J (2011) Assessing Household Food
Local evidenced-based policy Security di dalam: Maxwell S,
options to improve foodsecurity Frankenberger TR. Household
in South Australia: the use of Food Security: Concepts,
local knowledgein policy Indocators, Measurements, A
development. Public Health Technical Review. UNICEF-
Nutrition: 15(8), 1497–1502 IFAD
Basuki, H (2006). Penelitian Hardinsyah dan Drajat Martianto.
Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu 1992. Gizi Terapan. PAU Pangan
Kemanusiaan Dan Budaya. dan Gizi IPB, Bogor
Jakarta Hardinsyah, Dodik B., Retnaningsih,
Caraher M., dan Coveney.,J (2004) Herawati, Retno W. 2002.
Public health nutrition and food Analisis Kebutuhan Konsumsi
policy. Public Health Nutrition: Pangan. Pusat Studi Kebijakan
7(5), 591–59 pangan dan Gizi IPB dan Pusat
Chamberlain.,K (2004) Food and Pengembangan Konsumsi
Health:Expanding the Agendafor Pangan Badan Bimas Ketahanan
Health Psychology. JOURNAL Pangan, Departemen Pertanian
OF HEALTH PSYCHOLOGY Hardinsyah, Drajat Martianto. 1989.
9(4 ) 471-781 Menaksir Kecukupan Energi dan
David, Fred R. 2006. Manajemen Protein serta Penilaian Mutu Gizi
Strategis Edisi 10. Penerbit Konsumsi Pangan. Wirasari,
Salemba Empat, Jakarta. Jakarta.
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

138
Hardinsyah, Yayuk FB, Martianto Perdagangan, Vol. 5 No. 2. pp
D., Handewi SR, Agus W., dan 148-163
Subiyakto. 2001. Pengembangan Lutz.,J dan Schachinger.,J (2013)
Konsumsi Pangan dengan Do Local Food Networks Foster
Pendekatan Pola Pangan Socio-EcologicalTransitions
Harapan. Pusat Studi Kebijakan towards Food
Pangan dan gizi IPB, Lembaga Sovereignty?Learning from Real
Penelitian IPB dan Pusat Place Experiences.
Pengembangan Ketersediaan Sustainability5, 4778-4796;
pangan Departemen Pertanian Maarif, M.S. dan Hendri T. 2003.
Harper, I. J. , B. J. Draton & J. A. Teknik-teknik Kuantitatif Untuk
Driskel. 1988. Pangan, Gizi dan Manajemen. PT.Grasindo,
Pertanian (Suhardjo, Jakarta
penerjemah). Universitas Mahfi, Tabrani. 2009. Analisis
Indonesia Press, Jakarta. Situasi Pangan dan Gizi untuk
Hikam, AS (2014) Menyongsong Perumusan Kebijakan
2014-2019. memeperkuat Operasional Ketahanan Pangan
Indonesia dalam Dunia yang dan Gizi Kabupaten Lampung
berubah. Jakarta cv. rumah buku Barat. Sekolah Pascasarjana IPB,
Hutabarat, J dan M. Huseini. 2006. Bogor.
Operasionalisasi Strategi. PT Mahmuri. 2005. Analisis Situasi dan
Elex Media Komputindo, Jakarta Kebijakan Ketahanan Pangan di
Kahraman, Cengiz, Nihan Etin Kabpaten administrasi Kepulauan
Demirel, Tufan Demirel. 2007. Seribu. Tesis. Program Studi
Prioritization of e-Government Magister Manajemen Agribisnis
Strategies using a SWOT-AHP Sekolah Pascasarjana Institut
Analysis: The Case of Turkey. Pertanian Bogor, Bogor
European Journal of Information Mahmuri. 2005. Analisis Situasi dan
Systems 16.3 (Jul 2007): 284-298 Kebijakan Ketahanan Pangan di
Khomsan, Ali. 2002. Pangan dan Kabupaten Administrasi
Gizi dalam Dimensi Kepulauan Seribu. Program Studi
Kesejahteraan. Jurusan GMSK Magister Manajemen Agribisnis
Fakultas Pertanian IPB, Bogor. IPB
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Marimin dan Maghfiroh, Nurul.
Praktis Riset Komunikasi. 2010. Aplikasi Teknik
Kencana Prenada Media Group, Pengambilan Keputusan dalam
Malang. Manajemen Rantai Pasok. IPB
Lang.,T dan Barling.,D (2013) Press, Bogor
Conference on ‘Future food and Martianto, Drajat dan Ariani. 2004.
health’Symposium I: Analisis Konsumsi Pangan
Sustainability and food security. Rumahtangga. Prosiding
Proceedings of the Nutrition Widyakarya Nasional pangan dan
Society (2013), 72, 1–12 Gizi VIII. 17-19 Mei 2004. LIPI,
Lubis dan Arianti (2011) Dampak Jakarta
Liberalisasi WTO Martianto, Drajat, Yayuk Farida
TerhadapKetahanan pangan beras Baliwati, Dahrulsyah, dan
dan gula. Buletin Ilmiah Litbang Handewi. 2007. Laporan Akhir
koordinasi Kebijakan Solusi
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

139
Sistemik Masalah Ketahanan Development. Advance online
Pangan dalam Upaya Perumusan publication.
Kebijakan Pengembangan http://dx.doi.org/10.5304/jafscd.2
Penganekaragaman Pangan; 012.024.007
Kementerian Koordinator Bidang Stewart.,D dkk (2014) Beyond
Perekonomian Republik nutrition and agriculture policy:
Indonesia, Jakarta. collaborating for a food policy.
Pearce II, J.A. dan R.B. Robinson, British Journal of Nutrition
2003. Strategic Management, (2014), 112, S65–S74
Formulation, Implementation, Rochman, Nurul Taufiq, E. Gumbira
and Control. Eight Edition. Irwin Sa’id, Arief Daryanto, Nunung
Mc Graw-Hall. Nuryartono. 2011. Analysis of
Peraturan Kepala Badan Ketahanan Indonesian Agroindustry
Pangan. 2011. Peraturan Kepala Competitiveness in
BKP No Nanotechnology Development
006/Kpts/OT.140./K/01/2011. Perspective Using SWOT-AHP
Program Ketahanan Pangan Method. International Journal of
Tahun 2011. Business and Management 6.8
Peraturan Menteri Pertanian. 2010. (Aug 2011): 235-244
Peraturan Menteri Pertanian No Saaty, Thomas L. 1991. Pengambilan
65/Permentan/OT.140/12/2010. Keputusan Bagi Para Pemimpin.
Petunjuk Teknis Standar PT Pustaka Binaman Pressindo,
Pelayanan Minimal Bidang Jakarta
Ketahanan Pangan Provinsi dan Singarimbun, Masri. 1983. Metode
Kabupaten/Kota Penelitian Survei. CV Rasma
Permadi, B. 1992. AHP. Pusat Antar Agung, Jakarta.
Universitas-Studi Ekonomi, Sukari. 2009. Strategi
Universitas Indonesia. Pengembangan Kebijakan dan
Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis Program Ketahanan Pangan
SWOT Teknik Membedah Kasus Kabupaten Administrasi
Bisnis. PT Gramedia Pustaka Kepulauan Seribu. Program Studi
Utama, Jakarta. Magister Manajemen Agribisnis
Ratan Lal dkk. .2003. Food Security IPB
and Environmental Quality in the Suryadi, Kadarsah dan Ali
Developing World.London Lewis Ramdhani. 1998. Sistem
Publishers. Pendukung Keputusan: Suatu
Saeri, M (2011) Teori Hubungan Wacana Struktural Idealisasi dan
Republik Indonesia. Undang- Implementasi Konsep
undang No 7 Tahun 1996 tentang Pengambilan Keputusan. PT
Pangan. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Salvatore.,D ( 2009) ekonomi Umar, Husein. 2008. Strategic
manajerial dalam perekonomian Management in Action. PT.
global . Jakarta. Airlangga Gramedia Pustaka Utama,
Scherb dkk (2012) Exploring food Jakarta.
system policy: A survey of food Wheelen, Thomas L dan J. David
policy councilsin the United Hunger. 2010. Strategic
States. Journal of Agriculture, Management and Business Policy
Food Systems, and Community
Jurnal Agribisnis Terpadu, Desember 2018 Vol. 11 No. 2

140

Twelfth Edition. Prentice Hall,


New Jersey.
Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi VIII. 2004. Ketahanan
Pangan dan Gizi di Era Otonomi
Daerah dan Globalisasi. LIPI,
Jakarta.
Vaitkeviciute R., dkk (2014) The
relationship between food
literacy and dietary intake
inadolescents: a systematic
review. Public Health Nutrition:
18(4),649–658

Anda mungkin juga menyukai