Anda di halaman 1dari 18

A.

Hakikat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang


menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.Pembelajaran terpadu
didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai konsep dan
gagasan, sikap, nilai serta ketrampilan, baik antar mata pelajaran ataupun dalam satu
pelajaran.

Penerapan pembelajaran tematik, bisa dilakukan mulai dari sekedar pembelajaran


yang berfariasi dari proses pembelajaran biasa yang konsentrik pada satu topik pada
satu pelajaran. untuk menghilangkan kejenuhan proses belajar siswa, hingga
penerapan yang dilakukan secara seksama dengan mempertimbangkan landasan teori
tertentu dan di rencanakan secara serius.

Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis


pembelajaran terpadu.Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

John Dewey mengungkapkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan


untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan tentang pengetahuan
berdasarkan pada interaksi dan pengalaman kehidupannya.

Sedangkan menurut Raka Joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu


sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individu maupun kelompok
aktif dalam mencari dan konsep keilmuan.

Maka pada umumnya pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang


menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan
pengalaman kehidapan nyata sehari-hari.
B. Karakteristik Pembelajaran Tematik di SD
Pembelajaran tematik di SD memiliki beberapa karakteristik khusus yang
membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain. Beberapa ahli telah
merumuskan beberapa karakteristik pendekatan pembelajaran tematik yang
menunjukkan perbedaan tersebut. Menurut Tim Puskur (2006) (dalam BPSDMPK,
2012: 9), pendekatan pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1). Pembelajaran berpusat pada siswa.
Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa,
karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun
kelompok. Siswa diharapkan dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainsya sesuai dengan
perkembangannya.

2). Memberikan pengalaman langsung kepada anak.


Pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung dalam
pembelajaran yang mengaitkan antar konsep dan prinsip yang dipelajari dari beberapa
mapel. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan
peristiwa yang dialami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan
informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
3). Pemisahan mapel tidak kelihatan atau antar mapel menyatu.
Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian
suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mapel sekaligus, tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi yang utuh.
4). Menyajikan konsep dari berbagai mapel dalam suatu proses pembelajaran
sehingga bermakna.
Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang
akan membentuk semacam jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga
berdampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Hasil nyata akan didapat dari
segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang
dipelajari. Hal ini diharapkan akan berdampak pada kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.

5). Bersifat Fleksibel.


Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan
siswa berada. Teknik penilaian dapat dilakukan dengan tes maupun non tes meliputi
observasi, unjuk kerja dan penilaian produkf. Hasil pembelajaran dapat berkembang
sesuai minat dan kebutuhan anak.Pada pembelajaran tematik dikembangkan
pendekatan PAKEM (pembelajaran yang aktif kreatif efektif dan menyenangkan)
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan melihat bakat,
minat, dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan anak termotivasi untuk belajar
terus menerus.

C. Landasan Pembelajaran Tematik

1. Landasan Filosofis

Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan implementasi dari kurikulum yang


berlaku. Pada saat mempertimbangkan pelaksanaan pembelajaran ini didasari pada
landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan yuridis.

Menurut Sukayati (2004:4), landasan filosofis dari implementasi pembelajaran


tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2)
konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses
pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah
kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman peserta
didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik(direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan
adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.

2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta
didikdan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta didikagar
tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang


mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Dalam UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap peserta
didikpada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

D. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Integratif Terpadu


Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik menurut Triatno  (2009)
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam  pembelajaran
tematik. Artinya tema-tema saling tumpang tindih dan ada keterkaitan
menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam
penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan :
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak matapelajaran.
b. Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji
harus  memberikan bekal siswa untuk belajar selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
d. Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan masyarakat (atas relevansi).
2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu


menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus
mampu  menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran.
3. Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Dalam
melaksanakan pembelajaran tematik, diperlukan beberapa langkah-langkah
positif, yaitu :
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self
evaluation/self assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya;
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan
yang akan dicapai
4. Prinsip Reaksi
Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak
mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal inui dan guru
hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-
hal yang dicapai.

E. Menentukan Tema
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Sedangkan tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.
Yang menjadi permasalahan pokok kemudian adalah bagaimana menentukan tema
yang tepat sehingga dapat mengikat semua mata pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik.
Dalam memadukan atau mengikat pelajaran-pelajaran menjadi satu tema perlu
diperhatikan syarat-syaratnya :
 Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
 Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
 Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri
 Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu harus diajarkan baik
melalui tema lain maupun berdiri sendiri
 Kegiatan ini ditekankan kepada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
serta penanaman nilai-nilai moral
 Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat

Jika syarat-syarat tersebut telah diketahui, maka penentuan tema biasa dimulai
dengan tahapan persiapan terlebih dahulu berupa :
 Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dalam Tema
 Penetapan Jaringan Tema
 Penyusunan Silabus
 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

F. Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi-kompetensi dasar dan indikator dari
berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai
berikut.
1.      Mempelajari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-
masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari
beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan. Setelah itu melakukan penetapan
tema pemersatu.
Contoh format pemetaan cara pertama adalah menjabarkan Kompetensi inti dan
Kompetensi dasar ke dalam indikator, melakukan kegiatan penjabaran kompetensi inti
dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indicator. Menetapkan
terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi
kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.
(Trianto. Pembelajaran Tematik. Hlm 324)
Dalam penentuan tema, dapat ditentukan sendiri oleh guru dan/atau bersama
siswa. Dengan demikian, untuk menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa
prinsip yaitu:
a)      Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa;
b)      Memulai dari yang termudah menuju yang sulit;
c)      Dari sederhana menuju ke yang kompleks;
d)     Dari yang konkret menuju ke yang abstrak;
e)      Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada siswa;
f)       Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk
minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

G. Menetapkan Jaring Tema KD/Indikator


Setelah melakukan pemetaan, dapat dibuat jaringan tema, yaitu
menghubungkan kompetensi dengan tema pemersatu, dan mengembangkan indikator
pencapaianya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema
tersebut, akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap
mata pelajaran.
Buatlah jaringan tema yaitu menhubungkan kompetensi dasar dan indikator
dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat jaringan antar
tematersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari
setiap mata pelajan. Jaringan tema ini dapat di kembangakan sesuai dengan alokasi
waktu setiap tema.
Lonning mengungkapkan bahwa untuk merancang pembelajaran terpadu model
webbed hendaknya memperhatikan langkha-langkah berikut:
         a)         Menentukan atau memilih tema sentral
         b)         Mengindentifikasi konsep-konsep yang akan dibahas
         c)         Memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai
         d)         Menyusun jadwal kegiantan secara sistematis
Menetapkan tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik
lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakatnya (Kovalik, 1994).
Diharapkan siswa mengenal dan mencintai masyarakatnya sehingga tidak terisolasi
dari kehidupan asalnya.
H. Pengertian Silabus
Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum.Produk
pengembangan kurikulum ini memuat pokok-pokok pikiran yang memberikan rambu-
rambu dalam menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni
kompetensi yang hendak dikuasai oleh peserta didik, fasilitas yang digunakan peserta
didik untuk menguasai kompetensi, dan untuk mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi oleh peserta didik.
Manfaat Silabus
Silabus sebagai rancangan progam memiliki beberapa manfaat penting bagi
semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan. Dalam sebuah silabus terdapat
hal-hal penting seperti Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pokok-pokok
materi termasuk pengalaman belajar dan alat penilaian yang dapat dijadikan acuan
beserta alokasi waktu untuk setiap kompetensi yang harus dicapai.
Komponen Silabus
Di samping itu, diperlukan identifikasi ketersediaan sumber belajar sebagai
pendukung pencapaian kompetensi. Berikut ini merupakan komponen pokok dari
silabus yang sering digunakan:
         1.         Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai,
meliputi:
a.       Standar Kompetensi (SK)
b.      Kompetensi Dasar (KD)
c.       IndikatorMateri Pembelajaran
         2.         Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat
pokok-pokok kegiatan dalam pembelajaran.
         3.         Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi,
mencakup:
a.       Teknik Penilaian
1)      Jenis Penilaian
2)      Bentuk Penilaian
b.      Instrumen Penilaian
         4.         Komponen pendukung, terdiri dari:
a.       Alokasi Waktu
b.      Sumber Belajar
Mekanisme pengembangan silabus dapat ditunjukkan dengan bagan di bawah ini :
KD
1)      Analisis SI/SKL/SK-KD
2)      Materi Pokok/Pembelajaran
3)      Kegiatan Pembelajaran
4)      Alokasi Waktu
5)      Sumber Belajar
6)      Penilaian

I. RPP Pembelajaran Tematik


RPP tematik adalah rencana pembelajaran tematik terpadu yang dikembangkan
secara rinci dari suatu tema dengan tahapan sebagai berikut:

1.      Mengkaji Silabus Tematik


Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu
dalam pelaksanaan kurikulum SD. Komponen silabus mencakup: kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Silabus berfungsi sebagai rujukan bagi guru dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada Kurikulum 2013, silabus
tematik telah disiapkan oleh pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar
penyusunan RPP. Guru memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tema/subtema yang akan dilaksanakan pada satu pertemuan atau lebih. Kegiatan yang
dipilih harus mencakup kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar proses
(Kemdikbud, 2013:12-13). Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap
silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, diri sendiri dan
terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD
tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam
pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan
rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi/ mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP,
dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran yang
membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi
perumusan indikator KD dan penilaiannya.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatkan para pengembang silabus, yakni:
a.   Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatandalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
b.    Relevan, maksudnya menyangkut cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan
urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, social, emosional, dan spiritual peserta didik.
c.    Sistematis, yakni komponen-komponen silabus saling berhubungansecara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d.   Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
e.    Memadai, maksudnya cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f.    Aktual dan kontekstual, yakni cakupan indikator , materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatkan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g.   Fleksibel, maksudnya keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah dan tuntutan
masyarakat.
h.   Menyeluruh, maksudnya komponen mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai


berikut:
1)      Mengkaji SK dan KD
a.       Keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran
b.      Keterkaitan SK dan KD antar mata pelajaran
2)      Mengidentifikasi Tema/Subtema
Mengidentifikasi tema/subtema yang mengacu pada materi pokok/pembelajaran
yang menunjang pencapaian kompetensi dasar denga mempertimbangkan:
a.       Potensi peserta didik
b.      Relevansi dengan karakteristik daerah
c.      Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta
didik.
d.      Kebermanfaatan bagi peserta didik
e.       Struktur keilmuan
f.       Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pelajaran
g.      Relevansi kebutuhan peserta didik
h.      Alokasi waktu

2.      Mengidentifikasi Materi Pembelajaran


Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan
mempertimbangkan: (a) potensi peserta didik; (b) relevansi denga karakteristik
daerah; (c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual
peserta didik; (d) kebermanfaatan bagi peserta didik; (e) struktur keilmuan; (f)
aktualisasi, kedalaman, dan keluasaan materi pembelajaran; (g) relevansi dengan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (h) alokasi waktu. Kegiatan
mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan dengan mengkaji buku guru dan
buku siswa untuk SD.
a.       Mengkaji Buku Guru SD
Buku guru SD berisi tentang:
1)      Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI)
2)      Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1 dan 2 serta KD 3 dan 4.
3)      Ruang lingkup pembelajaran untuk satu subtema yang terdiri dari 6 pembelajaran
dalam 1 minggu (untuk kelas I).
4)      Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran.
5)      Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan pembelajaran yang mencakup:
a)      Nama kegiatan;
b)      Tujuan pembelajaran;
c)      Media dan alat pembelajaran;
d)     Langkah-langkah kegiatan; dan
e)      Penilaian.
6)     Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan kegiatan refleksi untuk
melakukan kegiatan remedial dan pengayaan

b.      Mengkaji Buku Siswa SD


Buku Seri Pembelajaran Tematik Terpadu untuk siswa disusun mengacu pada
kurikulum berbasis kompetensi. Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis
aktivitas. Di dalamnya memuat urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-
kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku ini mengarahkan yang harus dilakukan
siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi tertentu, bukan buku yang materinya
dibaca, diisi, atau dihapal.
Buku siswa merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan
memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Buku siswa dilengkapi
dengan penjelasan lebih rinci tentang isi dan penggunaan sebagaimana dituangkan
dalam Buku Guru.
Kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa lebih merupakan contoh kegiatan
yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi tertentu. Guru diharapkan mampu mengembangkan ide-ide kreatif lebih
lanjut dengan memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan yang ditawarkan di dalam
Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri. Buku guru dengan
cakupan isi tersebut di atas, sangat membantu dan membimbing guru dalam
menyusun RPP. Beberapa catatan yang berkaitan dengan buku guru, buku siswa, dan
sistematika RPP sebagai berikut.
1)      Sistematika RPP berbeda dengan sistematika urutan pada buku guru dan buku
siswa.
2)      Metode pembelajaran belum disajikan secara eksplisit dalam buku guru.
3)      Cakupan materi sangat luas berbasis aktivitas.
4)      Kegiatan pembelajaran belum terinci, pendahuluan, inti, dan penutup.
5)      Pendekatan scientific belum terlihat secara nyata

3.      Menentukan Tujuan Pembelajaran


Guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang
mengarah pada pencapaian kompetensi – kompetensi yang telah ditentukan dalam
kurikulum yang diberlakukan. Melalui tujuan yang jelas, capaian proses pembelajaran
kelak dapat diukur, guna mentukan tingkat efektivitas dan efesiensi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru bersama peserta didik.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), bahwa kelulusan peserta didik
ditentukan dari kualifikasi peserta didik dalam menguasai 3 komponen atau tujuan
yang meliputi:

a. Tujuan Kognitif (Pengetahuan)


Tujuan – tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek
berfikir/intelektual. Contoh: Siswa dapat melakukan operasi bilangan puluhan. 6
tingkatan dalam tujuan kognitif ini ialah:
1)      Pengetahuan
2)      Pemahaman
3)      Penerapan/aplikasi
4)      Analisis
5)      Sintesis
6)      Evaluasi

b. Tujuan Psikomotorik (Keterampilan)


Yaitu tujuan – tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek keterampilan motorik
atau gerak dari peserta didik. Contoh siswa menampilkan gerakan senam. Tujuan
psikomotorik terbagi atas 7 kategori, yaitu :
1)      Persepsi
2)      Kesiapan
3)      Respon terbimbing
4)      Mekanisme
5)      Respon yang kompleks
6)      Adaptasi
7)      Originasi

c. Tujuan Afektif (Sikap)


Yaitu tujuan – tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan
minat dari perilaku siswa. Contoh siswa menghargai hasil kerajinan temannya. Ada 5
kategori dalam tujuan afektif, yaitu:
1)      Penerimaan
2)      Pemberian respons
3)      Penghargaan
4)      Pengorganisasian
5)      Karakteristik

Indikasi pencapaian kompetensi atau kemampuan sesuai dengan tujuan dan


tuntutan kurikulum yang berlaku yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku
peserta didik yang dapat diukur sampai mana peserta didik telah menguasainya.
4.      Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, da sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.   Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pada pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b.   Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru,
agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti dalam silabus.
c.    Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah
guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi
kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup.

Pengembangan kegiatan pembelajaran terbagi atas 3 subkomponen yaitu:


a.       Subkomponen pendahuluan
Merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mempersiapkan
siswa agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dalam sikap
baru.
b.      Subkomponen Penyajian
Merupakan inti kegiatan pembelajaran. Terdiri atas 3 kegiatan, yaitu:
1)      Uraian (Penjelasan tentang materi/konsep, prinsip atau prosedur yang akan
dipelajari siswa
2)      Pemberian Contoh
3)      Latihan
c.       Subkomponen Penutup
Terdiri atas 2 langkah kegiatan, yaitu:
1)      Tes formatif (untuk mengukur kemajuan siswa)
2)      Tindak lanjut

5.      Penjabaran Jenis Penilaian


Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Kegiatan penilaian ini bertujuan:

a. Mengetahui tingkat kompetensi peserta didik


b. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
c. Mendiagnosi kesulitas belajar peserta didik
d. Mengetahui hasil pembelajaran
e. Mengetahui pencapaian kurikulum
f. Mendorong peserta didik belajar
g. Mendorong guru melakukan pembelajaran yang lebih baik
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian.
a.       Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KI1-KII, KI-3
dan KI-4.
b.      Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c.       Sistem yang direncakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta
didik.
d.      Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta
didik yang telah memenuhi ketuntasan.
e.       Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya
teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.

6.      Menentukan Alokasi Waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap KD/KI didasarkan pada jumlah minggu
efektif sesuai kalender pendidikan dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah KD. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan
disesuaikan oleh guru dengan menganalisa buku guru, buku siswa, kalender
pendidikan dan jadwa. Guna menentukan alokasi belajar yang efektif.

7.      Menentukan Media dan Sumber Belajar

a. Media Pembelajaran
Merupakan alat yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informs agar lebih
mudah dipahami dan diterima oleh siswa. Selain itu, media pembelajaran juga
berperan untuk:
1)      Memperbesar benda yang kecil dan tidak tampak
2)      Menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari siswa
3)      Meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa.

b. Sumber belajar
Merupakan rujukan, objek dan/ atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar dirancang untuk membantu proses
belajar mengajar dan dimanfaatkan guna member kemudahan kepada seseorang
dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada disekeliling kita. Jenis –
jenis sumber belajar ada beberapa macam, yaitu:
1)      Sumber belajar cetak, yaitu buku, majalah, Koran, poster dll
2)      Sumber belajar noncetak, yaitu: film, slide video dll
3)      Sumber belajar berbentuk fasilitas, yaitu: perpustakaan, ruang belajar, lapangan
olahraga dll
4)      Sumber belajar berupa kegiatan, yaitu: wawancara, kerja kelompok, observasi dll
5)      Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat, yaitu: taman, terminal, pasar,
museum dll.

J. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di SD

Keberhasilan penerapan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh perencanaan


pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan
siswa. Menurut Rusman (2015) alur atau langkah dalam mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi enam tahap, yaitu:
1). Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
2). Mempelajari kompetensi dasar dan indicator dari muatan mata pelajaran yang akan
dipadukan
3). Memilih dan menetapkan tema/topic pemersatu
4). Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu
5). Menyusun silabus pembelajaran tematik
6). Penyusunan rncana pelaksanaan pembelajaran tematik

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
meliputi:
1). Tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
penentuan tema, membuat jarring-jaring tema, pengembangan silabus dan penyusunan
pelaksanaan pembelajaran
2) Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik yang mencakup penggunaan berbagai
model dan tehnik pembelajaran, penentuan dan penggunaan media
3) Tahap penilaian, dalam pembelajaran tematik penilaian dilakukan dengan mengkaji
ketercapaian kompetensi dasar dan indicator pada tiap-tiap mata pelajaran yang
terdapat pada tema tersebut, jadi tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah
terpisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar dan indicator pada mata pelajaran

Melalui pembelajaran tematik dalam mata pelajaran sains, peserta didik dapat
memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan
demikian peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang
dipelajari secara menyeluruh (holistic), bermakna, otentik, dan aktif. Cara
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat mempengaruhi
kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik

Anda mungkin juga menyukai