Kasus 3 Askep Keluarga Dewasa
Kasus 3 Askep Keluarga Dewasa
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom
Disusun oleh:
Arkianti Putri 1710711019
Afifah Arum Meylany 1710711023
Ganis Eka Madani 1710711024
Anisa Nurhazyima 1710711025
Valery Oktavia 1710711051
Hemi Afifah 1710711054
TUTOR D
A. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (GOLD,
2009).
Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah yang
digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang.
Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan
mengalami kesulitan dalam bernapas.PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua
penyakit pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.
Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang
menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran
udara berlebihan.
Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru
yang terjadi secara bertahap.
B. Prevalensi PPOK
World Health Organization (WHO) mendata sebanyak tiga juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2016, dan juga menyatakan bahwa pada dua
belas negara di Asia Tenggara ditemukan prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30
tahun ke atas dengan rata-rata sebesar 6,3%. Hongkong dan Singapura memiliki
angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.
C. Etiologi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) adalah kerusakan jalan nafas atau kerusakan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat disebabkan oleh .
Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK, termasuk
perokok pasif. World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun
2005, 5.4 juta orang meninggal akibat konsumsi rokok. Kematian akibat rokok
diperkirakan akan meningkat hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun
2010.
Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan
elastase yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru
pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK
muncul.
Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum
diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga tinggi,
merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada negara dengan
penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara merupakan penyebabnya.
Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah polusi dalam
ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia dan debu pada lingkungan kerja, serta
infeksi saluran nafas bagian bawah yang berulang pada usia anak.
Infeksi saluran napas bawah berulang
Virus/bakteri
D. Tanda gejala
1) Pursed - lips breathing
2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
3) Penggunaan otot bantu napas
4) Hipertropi otot bantu napas
5) Pelebaran sela iga
6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan
edema tungkai.
7) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
8) Ekspirasi memanjang
9) Bunyi jantung terdengar jauh.
E. Komplikasi
PPOK bisa menyebabkan banyak komplikasi, antara lain:
• Gagal napas kronik
• Gagal napas akut pada gagal napas kronik
• infeksi berulang
• Kor pulmonale.
A. Pengertian HIV
Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak
akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada
tahap ini,kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.
B. Prevalensi
C. Etiologi
HIV dapat ditransmisikan melalui darah dan produk darah. Terutama pada
individu pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara
bersama dalam satu kelompok tanpa mengindahkan asas sterilisasi. Dapat juga
individu yang menerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes
penapisan HIV. Namun saat ini hal tersebut jarang terjadi dengan semakin
meningkatnya perhatian dan semakin baiknya penapisan terhadap darah yang
akan ditransfusikan. Diperkirakan bahwa 90 sampai 100% orang yang mendapat
transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Transfusi darah
lengkap (whole blood), sel darah merah (packed red blood), trombosit, leukosit
dan plasma semuanya berpotensi menularkan HIV.
HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya sewaktu hamil,
sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu
(ASI).Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-
20%, dan saat pemberian ASI 10-20%.Namun diperkirakan penularan dari ibu ke
janin atau bayi terutama terjadi pada masa perinatal. Hal ini didasarkan saat
identifikasi infeksi oleh teknik kultur atau Polymerase Chain Reaction(PCR) pada
bayi setelah lahir (negatifsaat lahir dan positif beberapa bulan kemudian). Virus
dapat ditemukan di dalam ASI sehingga ASI merupakan perantara penularan HIV
dari ibu kepada bayi
4) Pascanatal
Bila mungkin pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi harus dihindari
D. Klasifikasi
E. Tanda gejala HIV
HIV tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda. Virus tersebut perlahan
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai
kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit, terutama infeksi.
Infeksi HIV umumnya dapat memakan waktu sekitar 2 sampai 15 tahun
sampai benar-benar menampakkan gejala khas. Pada tahap awal, gejala HIV biasanya
baru mulai muncul paling lambat 1 sampai 2 bulan setelah virus masuk ke dalam
tubuh. Bahkan menurut US Department of Health and Human Services, gejala awal
HIV sudah dapat mungkin terlihat sedini dua minggu pasca-paparan.
Gejala HIV di awal mula masa inkubasi virus umumnya terlihat mirip seperti
gejala flu umum, yang meliputi:
Demam (biasanya lebih tinggi dari demam biasa; bahkan mungkin disertai
dengan sensasi meriang yang hebat.
Sakit kepala
Kelelahan terus menerus
Pembengkakan kelenjar getah bening
Sakit tenggorokan
Ruam pada kulit
Nyeri pada otot dan sendi
Luka pada mulut
Luka pada organ intim
Sering berkeringat di malam hari
Diare
Namun, tidak semua orang pasti akan menunjukkan gejala HIV di awal masa
penyakitnya. Ada beberapa orang yang justru tidak menunjukkan gejala sama sekali
semenjak awal meski ternyata terinfeksi HIV. Itu sebabnya setiap orang yang berisiko
tinggi tertular wajib menjalani tes HIV.
F. Komplikasi
Salah satu bahaya serius yang mengintai orang HIV dan AIDS (ODHA)
adalah macam-macam infeksi yang dinamakan dengan infeksi oportunistik.
Disebut oportunistik karena berbagai macam mikroba penyebab infeksi
(termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus lainnya) muncul mengambil kesempatan
selagi daya tahan tubuh sedang lemah-lemahnya.
Pasalnya dalam keadaan normal, kuman penyebab penyakit akan dapat mudah
dilawan oleh sistem imun. Namun karena jumlah sel CD4 sudah sangat minim, tubuh
akan kesulitan memberantas infeksinya. Pada beberapa kasus, infeksi oportunistik
dapat mulai terjadi ketika jumlah sel CD4 berada di kisaran sekitar 500.
Komplikasi HIV/AIDS ini tidak dapat dilawan dengan mudah sehingga makin
menurunkan kondisi kesehatan penderita dengan cepat.
Berikut adalah beberapa jenis infeksi yang rentan menyerang orang dengan
HIV dan AIDS:
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi
paling sering menyerang paru. Pada orang sehat, kuman TB dapat saja berada di
dalam tubuh namun tidak menyebabkan penyakit. Namun, berbeda pada
penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki sistem kekebalan tubuh
rendah.
Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB, mereka berisiko sepuluh kali
untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita HIV/AIDS yang memiliki
sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Terlebih lagi, terlepas dari jumlah sel
CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti sudah pada tahap HIV/AIDS. Di
dunia, TB merupakan penyebab utama kematian penderita HIV.
3. Pneumocystis Pneumonia
Pneumocystis Pneumonia (PCP) adalah infeksi serius yang menyebabkan
peradangan dan akumulasi cairan di paru-paru. Penyebab PCP adalah infeksi
jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui udara. Jamur ini sangat umum
dan biasanya orang akan berhasil melawan infeksi ini pada usia 3 atau 4 tahun.
Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan infeksi ini.
Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit
serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan
jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.
4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang
memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10
orang memiliki virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun.
Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama
jika jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata,
hidung, atau mulut setelah kontak dengan air liur, sperma, cairan vagina, darah,
urine, dan air susu ibu penderita. Penderita dapat mengalami infeksi mata serius
yang disebut retinitis dan berujung pada kebutaan.
6. Lipodistrofi
Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam
membuat, menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga
setengah penderita HIV mengalami lipodistrofi. Angka kejadian makin
meningkat akibat penggunaan obat HIV, yaitu ART (antiretroviral therapy).
Lipodistrofi pada penderita HIV lebih mungkin terjadi pada penderita HIV yang
parah dan sudah lama.
Pada pria, lebih sering terjadi kehilangan lemak (lipoartrofi) terutama pada
tangan dan kaki, wajah, dan bokong. Pada wanita, lebih sering terjadi
penumpukan lemak (lipohipertofi) khususnya pada perut, dada, serta belakang
leher dan bahu. Penderita juga dapat mengalami pertumbuhan lemak (tumor
jinak) seperti lipoma.
7. Demensia
Penyakit HIV juga sering berhubungan dengan penurunan fungsi mental dan
keahlian motorik, terutama jika virus sudah menyerang sistem saraf. Akibatnya,
terjadi kerusakan otak dan menyebabkan HIV-associated neurocognitive
disorders (HAND). Terdapat tiga kelas dari HAND, yakni:
a. Asymptomatic neurocognitive impairment, ketika pada pemeriksaan
terlihat adanya penurunan kemampuan mental namun tidak
memengaruhi kehidupan sehari-hari.
b. Mild neurocognitive disorder, ketika sudah memengaruhi kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
c. HIV-associated dementia, ketika sudah sangat membatasi kemampuan
seseorang untuk hidup secara normal. Pada tahap akhir, penderita
dapat mengalami kejang, psikosis, dan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan kemampuan buang air kecil dan besar.
8. Kanker
Penderita HIV/AIDS juga rentan menjadi kanker, terutama kanker Non-
Hodgkin’s lymphoma (NHL) dan Kaposi’s sarkoma (KS). NHL adalah kanker sel
darah putih limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar getah bening. Sehingga sel
kanker mudah menyebar ke organ lain seperti hati, tulang, otak, perut, dan
lainnya. Pasien HIV yang memiliki jumlah CD4 tinggi dan belum menjadi AIDS
juga dapat menderita kanker NHL.
KS adalah kanker dengan pembuluh darah kecil baru tumbuh di bawah kulit
dan dalam membran mulut, hidung, mata dan anus. Kanker ini dapat menyebar
hingga ke paru-paru, hati, perut, usus, dan kelenjar getah bening. Pria memiliki
risiko delapan kali lebih besar untuk terkena kanker KS.
A. Pengertian
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-
sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali),
menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi
organ tubuh (Akmal, dkk., 2010: 187). Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan
penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel
tersebut menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis) (Sunaryati, 2011: 12).
Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang
cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat (Maharani, 2009: 12).
B. Etiologi
Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan
lingkungan (Akmal, dkk., 2010: 80). Harmanto dalam Sunaryati (2011: 16)
menyebutkan bahwa, faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang tua
secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk.
Faktor eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya mengonsumsi
makanan dengan bahan karsinogen, makanan berlemak, minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan radioaktif;
infeksi menahun/ perangsangan/ iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara;
obat yang mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan (Sunaryati 2011:
16).Faktor penyebab kanker menurut penulis berupa faktor dari dalam diri individu
dan faktor dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri individu berupa faktor
keturunan dan kelainan hormon tubuh. Faktor dari luar berasal dari faktor lingkungan.
C. Komplikasi
1. Metastasis
Penyebaran sel kanker atau dalam medis disebut metastasis adalah hal yang
paling ditakutkan dari penyakit kanker. Sel kanker yang dapat menginvasi
jaringan di sekitarnya, sewaktu-waktu dapat masuk ke aliran darah atau
saluran limfe dan terbawa jauh ke jaringan atau organ tubuh lain.
2. Nyeri
Kanker bisa menyebabkan nyeri otot, nyeri kepala, nyeri tulang, atau nyeri
yang tidak diketahui dari mana asalnya. Rasa nyeri biasanya berkaitan erat
dengan letak tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
3. Infeksi
Kanker pada bagian tubuh yang tidak steril dari bakteri, seperti usus besar,
payudara, atau leher rahim (serviks), dapat menyebabkan komplikasi berupa
infeksi.
D. Prevalensi
Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79
per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk.Riset ini juga
menemukan, prevalensi tertinggi ada di Yogyakarta sebanyak 4.86 per 1000 penduduk,
disusul Sumatera Barat 2.47, dan Gorontalo 2.44.
Data lainnya, Globocan tahun 2018 menunjukkan kejadian penyakit kanker di Indonesia
sebanyak 136.2 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di urutan
kedelapan dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara, dan peringkat ke-23 se-Asia. Angka
kejadian tertinggi pada laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Disusul kanker hati dengan kejadian
sebesar 12,4 per 100.000 penduduk, dan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awalnya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana
keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu
kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras
memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan
berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%.
Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati
40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe
2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90%
pasti membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
C. Komplikasi
1. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal, disebut
nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa
berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,
penderita harus melakukan cuci darah rutin ataupun transplantasi ginjal.
2. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah di
seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi diabetes melitus yang
menyerang jantung dan pembuluh darah meliputi penyakit jantung, stroke,
serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
3. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf di
tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi
ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula
darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf akan
menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya berupa kesemutan, mati rasa,
atau nyeri
D. Prevalensi
ASUHAN KEPERAWATAN
B. DATA TAMBAHAN
Bpk. E, Ibu. B dan An. K memiliki tingkat pendidikan akhir di SMA. Bpk. E
mengatakan tidak bisa berhenti merokok dan tidak tau bahaya dari merokok. Bp E
mengatakan belum mengerti bahaya dari merokok bagi kesehatan. Ibu B mengatakan
tidak tahu cara melakukan perawatan di rumah terhadap masalah perilaku merokok
dalam keluarganya. Bpk. E dan Ibu E mengatakan tidak pernah divaksin kecuali pada
saat lahir, begitu juga anak anaknya hanya mendapat imunisasi campak dan polio. Ibu
B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat. Ibu B mengatakan belum pernah
mendiskusikan kepada Bp.E untuk juga ikut memberikan contoh bagi anak-anaknya.
Ventilasi dirumah Bp.E masih kurang dan pencahayaan didalam rumah juga masih
kurang, pendapatan perbulan yang dihasilkan Bpk. E yaitu Rp.3.400.000 dan masih
belum cukup untuk menghidupi 5 orang dalam 1 keluarga.
Ayah dari Bpk. E memiliki riwayat penyakit hipertensi dan ayah dari Ibu. B
memiliki riwayat penyakit DM. ventilasi dirumah Bpk.E masih kurang dan jarang
dibuka, sinar matahari kurang masuk ke dalam rumah, penerangan dengan listrik, air
dengan menggunakan sanyo. Saat dikaji, halaman rumah dan ruang tamu terlihat agak
kotor juga berdebu. Air bersih tidak berwarna tidak berbau. Lingkungan sekitar rumah
padat dengan rumah tetangga. Bpk. E hanya berinteraksi dengan karyawan di tempat
kerja dan Ibu B juga hanya berbincang dengan pembeli kuenya. Bpk. E tidak terlalu
bisa membaur kepada anak – anaknya, sehingga anak – anaknya sering tidak
mendengar perkataan ayahnya. Keluarga Bpk. E sudah menempati rumah itu selama
10 tahun.
Keluarga Bpk. E memiliki fasilitas seperti televisi, kasur yang nyaman, air
bersih dan memiliki BPJS sebagai asuransi kesehatan. Namun Bpk. E sendiri kurang
dekat dengan anak – anaknya. Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap
anggota keluarga seperti menjalankan sholat 5 waktu, walau sesibuk atau dimanapun
berada harus dijalankan. Nilai-nilai agama yang dianut oleh keluarga selama ini
mengajarkan anak untuk berdoa setiap kali beraktivitas minimal mengucapkan
basmallah.
C. PENGKAJIAN
1) Pengkajian Tahap I
I. Data Umum
a) Nama KK : Bpk. E
Tanggal Lahir : 01 Juni 1975
Pekerjaan : Karyawan di perusahaan tekstil
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Asri, RT 09/ RW07, Ciracas
b) Komposisi Keluarga
c) Genogram
Bpk. E Ibu. B
44 thn 41 thn 39 tahun 39 thn 37 tahun
(45 thn) (42 thn)
d) Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. E termasuk keluarga inti karena terdiri dari
suami, istri (Ibu. B) dan tiga orang anak (An. K, An. H, An. L)
e) Suku Bangsa
Bpk E dan Ibu B sukunya Sunda dan mereka merupakan
penduduk pendatang di Ciracas.
f) Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam.
g) Status Sosial Ekonomi
Bpk E adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan
tekstil didaerah Cikarang, pendapatannya tiap bulan tidak
sekitar Rp 3.400.000,-. Selama ini menurut keluarga
kehidupannya dalam rentang kurang berkecukupan, Ibu B juga
membantu Bp E menjual kue untuk menambah penghasilan
keluarga.
h) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Menurut keluarga, mereka jarang berekreasi karena Tn, E sibuk
dengan pekerjaannya
Denah Rumah
Kamar Tidur 2
Ruang Makan TV
Ruang Tamu
Kamar Tidur 1
Teras
V. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Baik dari Ibu B maupun Bpk. E mereka terlalu sibuk dengan peran
pencari nafkah, sehingga mereka jarang mengobrol dan Bpk. E
juga jarang bertanya masalah anak – anaknya. Anak – anaknya pun
juga enggan bercerita kepada orang tuanya dan cenderung
menyelesaikan masalahnya sendiri, namun jika terdesak baru akan
bercerita pada Ibu B.
2) Fungsi Sosialisasi
Setiap hari Bpk. E jarang berkumpul hanya sekedar untuk ngobrol-
ngobrol dengan istri dan anak-anaknya karena kalau pulang kerja
sudah malam dalam kondisi yang capek, biasanya Bpk. E langsung
tidur atau melanjutkan pekerjaan yang dibawanya dari kantor.
b) Pola Tidur
Bpk. E memiliki waktu tidur yang singkat sekitar 5-6 jam,
karena baru pulang kerja jam 9 dan harus melanjutkan
pekerjaan di rumah. Bpk. E hanya beristirahat lama saat hari
Sabtu dan Mingguu. Ibu B, An. K, An. H, An. L memiliki tidur
yang cukup.
c) Pola Aktivitas
Bpk. E berangkat kerja jam 5 pagi dan pulang jam 9 malam.
Ibu B dan An. K memasak kue dari jam 6 pagi lalu berjualan
dari jam 10 sampai jam 5 sore. An. H berangkat sekolah jam 6
pagi dan pulang jam 3 sore. An. L berangkat sekolah jam 6 pagi
dan pulang jam 1 siang.
d) Pola Eleminasi
Keluarga Bpk. E memiliki pola eleminasi yang baik.
4) Fungsi Reproduksi
Jumlah anak dalam keluarga Bpk. E ada 2 anak perempuan dan 1
anak laki laki. Ibu B menggunakan KB jenis implan.
5) Fungsi Ekonomi
Pendapatan perbulan yang dihasilkan Bpk. E yaitu Rp.3.400.000
dan masih belum cukup untuk menghidupi 5 orang dalam 1
keluarga.
D. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Tn. E mengatakan sudah 2 minggu - Keluarga belum mampu dan
mengalami batuk disertai secret mengetahui atau mengerti penyakit
berwarna jernih. yang diderita suami dan anaknya.
- Tn. E mengatakan sering sesak - Tn. E terlihat batuk dan tampak
dadanya. sesak
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya - an.L terlihat seringkali sesak apabila
merokok 1 hari sebungkus dan terkena debu/asap.
merokok didalam rumah - Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah
- Ny. B mengatakan ketika malam sehat
hari suaminya terlihat panas dingin - Tn. E jarang berolahraga karena
dan tidak nafsu makan pada saat sibuk bekerja
pagi hari - Ventilasi rumah jarang dibuka
- Tn, E mengatakan belum mengerti - Halaman terlihat agak kotor dan
bahaya dari merokok bagi kesehatan
berdebu.
- Ny. B mengatakan tidak tahu cara - Ny. B dalam menangani penyakit
melakukan perawatan di rumah tn..E dan an.L belum tepat karena
terhadap masalah perilaku merokok Ny.B hanya memberikan obat
dalam keluarganya; warung dan inhalasi buatan serta
mengatakan bahwa penyakit yang
- Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah
dialami tn. E dan an.L akan sembuh
sehat
dengan sendirinya.
- Ny. B mengatakan belum pernah
Hasil Pemeriksaan Fisik Tn.E
mendiskusikan kepada Bp.E untuk
- warna bibir merah gelap; gigi
juga ikut memberikan contoh bagi
kekuning-kuningan; konjungtiva
anak-anaknya;
anemis;
- Tn.E mengatakan tidak bisa berhenti
- TTV :
merokok
- SUHU :38 derajat Celcius
- Ny. B mengatakan An. L lahir usia 8 - HR : 90x/menit
bulan, alergi terhadap debu/asap - RR : 15x/menit
- Rr : 22x/menit
- Td : 120/80 mmhg
- Bb/tb: 47kg/152cm
- Suhu : 37C
- HR: 75x/menit
- Rr : 22x/menit
- Td : 120/80 mmhg
- Bb/tb: 47kg/152cm
- Suhu : 37C
- HR: 75x/menit
- Rr : 22x/menit
- Td : 120/80 mmhg
- Bb/tb: 47kg/152cm
BB/TB: 42/155
HR : 90x/menit
RR : 15x/menit
E. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Tn. E mengatakan sudah 2 minggu pada keluarga Tn. E khususnya Tn. E
mengalami batuk disertai secret berwarna b.d ketidakmampuan keluarga mengenal
jernih. masalah
- Tn. E mengatakan sering sesak dadanya.
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya merokok
1 hari sebungkus dan merokok didalam rumah
- Ny. B mengatakan ketika malam hari
suaminya terlihat panas dingin dan tidak nafsu
makan pada saat pagi hari
- Tn, E mengatakan belum mengerti bahaya
dari merokok bagi kesehatan
DO:
- Keluarga belum mampu mengetahui dan
mengerti penyakit yang diderita suami dan
anaknya. Berdasarkan data di kasus Tn. E
menderita penyakit batuk sudah 2 minggu
keringet dingin di malam hari dan disertai
demam , tidak nafsu makan tapi dianggap
sakit biasa.
Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. E:
- warna bibir merah gelap; gigi kekuning-
kuningan; konjungtiva anemis;
- TTV :
- SUHU :38 derajat Celcius
- HR : 90x/menit
- RR : 15x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- BB/TB ; 55/170
- Penumpukan sekret;
nyeri dada;
auskultasi ronchi
pergerakan dinding dada
2. DS: Ketidakefektifan Pola Napas pada
- Ny. B mengatakan An. L lahir usia 8 bulan, keluarga Tn. E khususnya An. L b.d
alergi terhadap debu/asap Kemampuan keluarga dalam
- An. L mengatakan sering merasa sesak mengambil keputusan
ketika berada didalam rumah saat
menghirup asap rokok dari bapaknya.
- Ny.B mengatakan setiap anaknya merasa
sesak ia memberikan inhalasi buatan berupa
minyak kayu putih dicampur dengan air
hangat
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya
merokok 1 hari sebungkus dan merokok di
dalam rumah
DO:
- Ny. B dalam menangani penyakit dan an.L
belum tepat karena Ny.B hanya memberikan
obat warung dan inhalasi buatan serta
mengatakan bahwa penyakit yang dialami
an.L akan sembuh dengan sendirinya.
Pemeriksaan fisik An. L:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak sering kali batuk
- Adanya pergerakan dinding dada
- Konjungtiva anemis;
TTV An. L:
- BB/TB: 42/155
- Suhu : 37 derajat celcius
- HR : 90x/menit
- RR : 15x/menit
3. DS: Ketidakefektifan Pemeliharaan
- Tn. E mengatakan belum mengerti bahaya kesehatan pada keluarga Tn. E
dari merokok bagi kesehatan khususnya keluarga Tn. E b.d
- Ny.B mengatakan tidak tahu cara ketidakmampuan keluarga mengenal
melakukan perawatan di rumah terhadap masalah
masalah perilaku merokok dalam
keluarganya;
- Ny.B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat
- Ny.B mengatakan belum pernah
mendiskusikan kepada Tn. E untuk juga ikut
memberikan contoh bagi anak-anaknya;
- Tn. E mengatakan tidak bisa berhenti
merokok
- Ny.B mengatakan Tn.E jarang berolahraga
karena sibuk bekerja.
- Tn.E mengatakan baik baik saja karena
menganggap penyakitnya biasa saja dan
dapat sembuh dengan sendirinya.
-
DO:
- Keluarga belum mampu dan mengetahui
atau mengerti penyakit yang diderita suami
dan anaknya.
- Tn. E terlihat batuk
- an.L terlihat seringkali sesak apabila terkena
debu/asap.
- Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat
- Tn. E jarang berolahraga karena sibuk
bekerja
- Ventilasi rumah jarang dibuka , halaman
terlihat agak kotor dan berdebu.
Level 3, Hasil :
Status Pernafasan:
0410 Kepatenan Jalan Nafas
(558)
- Batuk berkurang dari
041019 skala 2 (Berat)
menjadi skala 4
(Ringan)
- Frekuensi pernafasan
041004 normal dari skala 2
(RR = 15x/mnt)
menjadi skala 4 (RR
= 18x/mnt)
- Irama pernafasan
041005 normal dari skala 2
menjadi skala 4
- Kedalaman inspirasi
041017 normal dari skala 2
(adanya tarikan
dada) menjadi skala
4 (tarikan dada tidak
terlihat)
- Kemampuan
041012 mengeluarkan sekret
meningkat dari skala
2 menjadi skala 4
- Suara nafas
041007 tambahan tidak
terdengar dari skala
2 menjadi skala 4
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas T :
Kontrol Risiko dan
Keamanan
Hasil yang
menggambarkan status
keamanan individu dan
tindakan untuk
menghindari,
membatasi, atau
mengontrol ancaman
kesehatan yang telah
terindikasi
Level 3, Hasil :
Kontrol Resiko:
1906 Penggunaan
Tembakau (263)
- Menggunakan
dukungan personal
190612 untuk mencegah
penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
- Memanfaatkan
dukungan kelompok
190613 untuk mencegah
penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
- Mencegah situasi
yang mendukung
190625 penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
Kontrol Risiko: Proses
Infeksi (267)
1924 Mempertahankan
lingkungan yang bersih
192411 skala 2 (Jarang
menunjukkan) menjadi
skala 5 (konsisten
menunjukkan)
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan
Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Penyakit Paru
3103 Obstruksi Kronis (306)
- Menggunakan
pelayanan kesehatan
310335 yang sesuai dengan
kebutuhan
meningkat dari skala
2 menjadi skala 5
- Menggunakan
pelayanan kesehatan
310322 yang sesuai dengan
kebutuhan
meningkat dari skala
2 menjadi skala 5
2. DS: 00032 Domain 4 : Keluarga mampu Level 1, Domain 2 :
Ny. B mengatakan An. Aktivitas/Istirahat mengenal masalah Fisiologis: Kompleks
L lahir usia 8 bulan, setelah dilakukan
alergi terhadap Kelas 4 : kunjungan rumah 3× Level 2, Kelas K :
debu/asap Respons Manajemen Pernafasan
An. L mengatakan Kardiovaskular/Pulmo Level 1, Domain 4 :
sering merasa sesak nal Pengetahuan & Level 3, Hasil :
ketika berada didalam Perilaku 3210 Manajemen Asma (155)
rumah saat menghirup Diagnosa - Mengkaji pemahaman
asap rokok dari Keperawatan : Level 2, Kelas FF : keluarga mengenai
bapaknya. Ketidakefektifan Pola Manajemen Kesehatan penyakit dan
Ny.B mengatakan Nafas pada An. L manajemennya
setiap anaknya merasa Keluarga Bpk. E Level 3, Hasil : - Menjelaskan pada
sesak ia memberikan Manajemen Diri: keluarga pemicu sesak
inhalasi buatan berupa 0704 Asma (284) dan menghindari
minyak kayu putih - Menggambarkan pemicunya sebisa
dicampur dengan air 070418 faktor penyebab mungkin
hangat (skala 2 menjadi - Menjelaskan kepada
Ny. B mengatakan skala 4) keluarga tanda dan
bahwa suaminya - Mengenali pemicu gejala sebelum terjadi
merokok 1 hari 070419 asma (skala 2 reaksi asma dan
sebungkus dan menjadi skala 4) tindakan yang tepat
merokok di dalam - Menginisiasi (Memposisikan
rumah 070401 tindakan untuk keluarga yang sesak
DO: mencegah pemicu dengan posisi semi
Ny. B dalam pribadi (skala 2 fowler dan tetap
menangani penyakit menjadi skala 4) tenang)
dan an.L belum tepat - Menginisiasi - Mengajarkan pada
karena Ny.B hanya 070402 tindakan untuk keluarga mengenai
memberikan obat mengelola pemicu teknik pengobatan
warung dan inhalasi pribadi (skala 2 yang tepat dan benar
buatan serta menjadi skala 4) (bronkodilator, inhaler
mengatakan bahwa dan penggunannya)
penyakit yang dialami Keluarga mampu - Kolaborasi pemberian
an.L akan sembuh mengambil keputusan obat dengan dokter
dengan sendirinya. setelah dilakukan jika diperlukan
Pemeriksaan fisik An. kunjungan rumah 5× - Mengajarkan teknik
L: relaksasi atau bernafas
Klien tampak lemas Level 1, Domain 4 :
Klien tampak sering Pengetahuan & Intervensi Tambahan
kali batuk Perilaku 1. Beri pengetahuan agar
Adanya pergerakan keluarga menciptakan
dinding dada Level 2, Kelas FF : lingkungan yang sehat
Konjungtiva anemis; Manajemen Kesehatan (hindari debu/asap dan
TTV An. L: jaga lingkungan rumah
BB/TB: 42/155 Level 3, Hasil : agar tetap bersih)
Suhu : 37 derajat Manajemen Diri: 2. Membawa keluarga ke
celcius Asma (284) puskesmas apabila
HR : 90x/menit 0704 - Menyesuaikan sesak bertambah parah
RR : 15x/men kehidupan rutin dan posyandu untuk
070429 untuk memeriksa kesehatan
mengoptimalkan
kesehatan (skala 2
menjadi skala 4)
- Mendapatkan
pengobatan dini
070430 untuk infeksi (skala
2 menjadi skala 4)
- Melaporkan gejala
yang tidak
070415 terkontrol (skala 1
menjadi skala 4)
- Berpartisipasi
dalam aktivitas
070405 sesuai usia (skala 2
menjadi skala 4)
Keluarga mampu
merawat keluarga
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×
Level 1, Domain 2 :
Kesehatan Fisiologis
Level 2, Kelas E :
Jantung Paru
Level 3, Hasil :
Status Pernafasan:
Ventilasi (560)
0403 - Frekuensi pernafasan
normal dari skala 2
040301 (RR = 15x/mnt)
menjadi skala 4 (RR
= 18x/mnt)
- Irama pernafasan
normal dari skala 2
040302 menjadi skala 4
- Kedalaman inspirasi
normal dari skala 2
040303 menjadi skala 4
- Retraksi dinding
dada berkurang dari
040311 skala 2 menjadi
skala 4
- Suara nafas
tambahan tidak
040310 terdengar dari skala
2 menjadi skala 4
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan
Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Asma (284)
0704 Melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat
070403 dari skala 2 menjadi
skala 4
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan
Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Asma (284)
0704 - Mendapatkan
pengobatan dini
070430 untuk infeksi (skala
2 menjadi skala 4)
- Mempertahankan
akses ke
070432 pengobatan (skala 2
menjadi skala 4)
- Melaporkan gejala
yang tidak
070415 terkontrol (skala 2
menjadi skala 4)
- Menyerahkan
pengelolaan asma
070426 akut pada orang
yang relevan (skala
2 menjadi skala 4)
Keluarga mampu
merawat keluarga
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan
Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Menggunakan
1602 perilaku yang
menghindari risiko
160201 (skala 2 menjadi
skala 4)
- Melakukan perilaku
kesehatan secara
rutin (skala 2
160207 menjadi skala 4)
- Keseimbangan
aktifitas dan
istirahat (skala 2
160221 menjadi skala 4)
- Menghindari
penggunaan
tembakau (skala 2
160219 menjadi skala 4)
Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan
Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Memonitor
1602 lingkungan terkait
dengan risiko (skala
160202 2 menjadi skala 4)
- Menghindari
paparan sisa asap
rokok (skala 2
160225 menjadi skala 4)
Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku
Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan
Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Mendapatkan
1602 skrining kesehatan
yang
160213 direkomendasikan
(skala 2 menjadi
skala 4)
- Memperoleh
pemeriksaan rutin
(skala 2 menjadi
160224 skala 4)