Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA DEWASA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen pengampu: Ns. Nourmayansa Vidya Anggraini, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom

Disusun oleh:
Arkianti Putri 1710711019
Afifah Arum Meylany 1710711023
Ganis Eka Madani 1710711024
Anisa Nurhazyima 1710711025
Valery Oktavia 1710711051
Hemi Afifah 1710711054
TUTOR D

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA
2020
KONSEP AGREGAT DEWASA

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DEWASA


Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan sesuai
dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan serta hobi-hobi aktivitas fisik.
Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan
dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan hidup, kebiasaan makan,
dan pemeliharaan kesehatan.
b. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih
meluas atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini tergantung pada
pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu
pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan
berpikir.
c. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman
moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi
perbuatan moral.
d. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik
utama dari masa dewasa.

B. TAHAP PERKEMBANGAN USIA DEWASA


Masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang
ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase, yaitu : masa dewasa muda/dini ( 18-40
tahun ), masa dewasa madya/pertengahan ( 40-65 tahun ), dan masa dewasa
lanjut/lansia (diatas 65 tahun).
a. Masa dewasa muda/dini ( 18-40 tahun )
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat
memikul tanggung jawab terhadap diri sendiri dan mengharapkan hal yang
sama dari orang lain. Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan
sikap realistis dan dewasa, membuat keputusan dan bertanggung jawab atas
keputusan tersebut.
1. Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20a-an.
Semua sistem pada tubuh(seperi kardio vaskuler, pengelihatan,
pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi pada efesiensi puncak.
Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat badan dan massa otot
dapat berubah akikab diet dan olah raga.
2. Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta
perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka harus
membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan,
memulai rumah tangga, dan untuk membesarkan anak. Tanggungjawab
sosial meliputi membentuk hubungan pertemanan yang baru dan
menjelani beberapa kegiatan di masyarakat.
Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa muda, yaitu:
a) Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan unutk
mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori
Freud)
b) Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada
pemikiran Havighurst:
- Memilih pasangan;
- Belajar untuk hidup bersama pasangan;
- Membentuk sebuah keluarga;
- Membesarkan anak;
- Mengatur rumah tangga;
- Memulai suatu pekerjaan;
- Memikul tanggung jawab sebagai warga negara;
- Menemukan kelompok sosial yang cocok.
3. Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi kurang lebih
sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi formal(contoh:
membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama massa dewasa,
egosentrismenya terus berkurang. Mereka mampu memahami dan
menyeimbangkan argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4. Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari pengharapan
dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan moralitas terkait
prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum
masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan prinsip pribadi
mereka.
5. Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa
yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat
filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual
tersebut. Ajaran-ajaran agama yang diperoleh semasa kecil, sekarang
dapat diterima/didefenisikan kembali.

b. Masa dewasa madya/pertengahan (40-65 tahun )


1. Perkembangan Fisik
Pada perkembangan ini, banyak perubahan fisik yang terjadi, antara
lain sebagai berikut:
a) Penampilan
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang,
muncul kerutan pada kulit, jaringan lemak diretribusikan
kembali sehingga menyebabkan deposit lemak di area
abdomen.
b) Sistem muskuloskeletal
Massa otot skeletal berkurang sekitar usia 60-an. Penipisan
diskus interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan sekitar
1 inci. Kehilangan kalsium dari jaringan tulang lebih sering
terjadi pada wanita pasca menstruasi. Otot tetap tetap
bertumbuh sesuai penggunaan.
c) Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebih
tebal
d) Persepsi sensor
Ketajaman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40-
an, khususnya untuk penglihatan dekat (presbiopia). Ketajaman
pendengaran untuk suara frekuensi tinggi juga menurun
(presbikusis), khususnya pada pria. Sensasi perasa juga
berkurang.
e) Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan
f) Sistem pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat
menyebabkan kecenderungan terjadinya konstipasi pada
individu.
g) Sistem perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi
glomelurus menurun.
h) Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Havighurst, individu paruh baya memiliki tugas
perkembangan psikososial sebagai berikut:
a) Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan
tanggung jawab sosial;
b) Membangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup;
c) Membantu anak yang beranjak remaja untuk menjadi individu
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab;
d) Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu
luang;
e) Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu;
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisk di masa paruh
baya;
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak banyak
mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu rekreasi,
memori, persepsi, pembelajaran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
4. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memiliki pengalaman yang luas tentang
pilihan moral personal serta tanggung jawab.
5. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari sejumlah
sudut pandang. Mereka cenderung tidak terlalu fanatik terhadap
keyakinan agam, dan agama seringkali membrikan lebih banyak
kenyamanan pada diri individu di masa ini dibandingkan sebelumnya.
Individu kerap kali bergantung pad akeyakinan spiritual untuk
membantu mereka menghadapi penyakit, kematian, dan tragedi.

c. Masa dewasa lanjut/lansia (diatas 65 tahun)


1. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa inia dalah integritas
ego versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego
memandang kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan
dari keberhasilan yang dicapai di masa lalu. Mereka memandang
kematian sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Sebaliknya,
orang yang putus asa sering kali merasa pilihannya salah dan berharap
dapat mengulang kembali waktu.
Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968, antara lain:
a) Usia 65-75 tahun
- Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik
yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan
yang menurun
- Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan,
dan teman
- Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama
anak-anak yang sudah dewasa
- Menyesuaikan diri dengan waktu luang
- Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang
melambat
b) Usia 75 tahun atau lebih
- Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
- Menjaga kesehatan fisik dan mental
- Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti
jompo
- Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
- Menemukan makna hidup
- Mengurus akan kematiannya kelak
- Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
- Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring
penuaan
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya
usia. Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif.
Selain itu, aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak
melambat. Penurunan intelektual umumnya mnecerminkan proses
penyakit, seperti arterosklerosis.
Pada lansia, proses penarikan informasi dari memori jangka panjang
dapat menjadi lebih lambat. Lansia cenderung melupakan kejadian
yang baru saja berlalu. Dan mereka memerlukan waktu yang lebih
banyak dalam belajar.
3. Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional
perkembangan moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak
menyakiti atau menyusahkan orang lain. Sedangkan pada tingkat
konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial yang berlaku sebagai
respons terhadap harapan orang lain.
4. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru
bagi lansia, yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan
penguatan dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki
keyakinan agama yang kuat dan terus menghadiri pertemuan atau
ibadah keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap
membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang nerkaitan
dengan makna hidup, kesengsaran, atau nasib baik.

C. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA


Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa
awal sebagai berikut:
1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai
menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif
untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki
peran baru sebagai orang tua.
3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru
yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.
4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang
memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu
seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan
kondisi lingkungan serta permasalahan baru.
5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan
memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan
dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.
6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola
hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-
komitmen baru dalam kehidupan.
7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan
kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada
pihak lain.
8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota
kelompok orang dewasa.
9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
10. Masa kreatif, masa dewasa awal merupakan puncak kreativitas.

D. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DEWASA


Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu
orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada
masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-
perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan
berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi
masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan
hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada
keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi,
yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama
keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh
orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus
terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan
berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.
Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu
pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu
sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak
diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada
umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)
Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :
1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual denga lawan
jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi).
Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin akan ditahan
terlebih dahulu.
Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan
rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan,
pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya.
Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
2. Membina kehidupan rumah tangga
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang
baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina,
danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar
dapat mencapai kebahagiaan hidup.
3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan
ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat
dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang
baik.
4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup
tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk
menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan
norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat

KONSEP PENYAKIT PPOK

A. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan perubahan-
perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran nafas bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya (GOLD,
2009).
Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah yang
digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang.
Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan
mengalami kesulitan dalam bernapas.PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua
penyakit pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.
 Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang
menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran
udara berlebihan.
 Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru
yang terjadi secara bertahap.

B. Prevalensi PPOK
World Health Organization (WHO) mendata sebanyak tiga juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2016, dan juga menyatakan bahwa pada dua
belas negara di Asia Tenggara ditemukan prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30
tahun ke atas dengan rata-rata sebesar 6,3%. Hongkong dan Singapura memiliki
angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.

C. Etiologi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) adalah kerusakan jalan nafas atau kerusakan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat disebabkan oleh .
 Merokok
Merokok hingga saat ini masih menjadi penyebab utama dari PPOK, termasuk
perokok pasif. World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun
2005, 5.4 juta orang meninggal akibat konsumsi rokok. Kematian akibat rokok
diperkirakan akan meningkat hingga 8.3 juta kematian pertahun pada tahun
2010.
Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan
elastase yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru
pada pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK
muncul.
 Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum
diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga tinggi,
merokok merupakan penyebab utama PPOK, namun pada negara dengan
penghasilan rendah paparan terhadap polusi udara merupakan penyebabnya.
Faktor risiko yang berasal dari lingkungan antara lain adalah polusi dalam
ruangan, polusi luar ruangan, zat kimia dan debu pada lingkungan kerja, serta
infeksi saluran nafas bagian bawah yang berulang pada usia anak.
 Infeksi saluran napas bawah berulang
 Virus/bakteri

D. Tanda gejala
1) Pursed - lips breathing
2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
3) Penggunaan otot bantu napas
4) Hipertropi otot bantu napas
5) Pelebaran sela iga
6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan, terlihat denyut vena jugularis di leher dan
edema tungkai.
7) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
8) Ekspirasi memanjang
9) Bunyi jantung terdengar jauh.

E. Komplikasi
PPOK bisa menyebabkan banyak komplikasi, antara lain:
• Gagal napas kronik
• Gagal napas akut pada gagal napas kronik
• infeksi berulang
• Kor pulmonale.

KONSEP PENYAKIT HIV

A. Pengertian HIV

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini


menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit.
Sedangkan AIDSadalah singkatan dari Acquired Immunodeficienccy
Syndrome. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat penurunan sistem imun
tubuh yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus(HIV).

Dengan diagnosis HIV dini dan penanganan yang efektif, pengidap HIV tidak
akan berubah menjadi AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada
tahap ini,kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.

B. Prevalensi

Situasi penyebaran HIV/AIDS di Indonesia seperti dilaporkan oleh Ditjen


P2P, Kemenkes RI, tanggal 27 Agustus 2019, menunjukkan jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS yang mendekati angka setengah juta atau 500.000 yaitu 466.859 yang
terdiri atas 349.882 HIV dan 116.977 AIDS.

Sedangkan estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak


640.443. Dengan demikian yang baru terdeteksi sebesar 60,70 persen.

C. Etiologi

HIV/AIDS ditularkan melalui kontak seksual, homoseksual dan heteroseksual;


melalui darah atau produk darah; dan oleh ibu yang terinfeksi kepada
bayinyaintrapartum, secara perinatal atau melalui air susu ibuserta melalui alat suntik
yang terkontaminasi.

1) Penularan melalui kontak seksual

Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisiHIV di berbagai


belahan dunia.Virus ini dapat ditemukan dalam cairan semen, cairan vagina,
cairan serviks.Virusakan terkonsentrasi dalam cairan semen, terutama bila terjadi
peningkatan jumlah limfosit dalam cairan, seperti pada keadaan peradangan
genitalia misalnya uretritis,epididimitis, dan kelainan lain yang berkaitan dengan
penyakit menular seksual.Virus juga dapat ditemukan pada usapan serviks dan
cairan vagina.Transmisi HIV melalui hubungan seksual lewat anus lebih mudah
karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis dan mudah robek,
anus sering terjadi lesi.Pada kontak seks pervaginal, kemungkinan tramsmisi HIV
dari laki-laki ke perempuan lebih besar daripada perempuan ke laki-laki.Hal ini
disebabkan oleh paparan HIV secara berkepanjangan pada mukosa vagina,
serviks, serta endometrium dengan semen terinfeksi.

2) Penggunaan narkoba suntik dan penularan melalui produk darah

HIV dapat ditransmisikan melalui darah dan produk darah. Terutama pada
individu pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara
bersama dalam satu kelompok tanpa mengindahkan asas sterilisasi. Dapat juga
individu yang menerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes
penapisan HIV. Namun saat ini hal tersebut jarang terjadi dengan semakin
meningkatnya perhatian dan semakin baiknya penapisan terhadap darah yang
akan ditransfusikan. Diperkirakan bahwa 90 sampai 100% orang yang mendapat
transfusi darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Transfusi darah
lengkap (whole blood), sel darah merah (packed red blood), trombosit, leukosit
dan plasma semuanya berpotensi menularkan HIV.

3) Penularan dari Ibu ke Janin atau Bayi

HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya sewaktu hamil,
sewaktu persalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air Susu Ibu
(ASI).Angka penularan selama kehamilan sekitar 5-10%, sewaktu persalinan 10-
20%, dan saat pemberian ASI 10-20%.Namun diperkirakan penularan dari ibu ke
janin atau bayi terutama terjadi pada masa perinatal. Hal ini didasarkan saat
identifikasi infeksi oleh teknik kultur atau Polymerase Chain Reaction(PCR) pada
bayi setelah lahir (negatifsaat lahir dan positif beberapa bulan kemudian). Virus
dapat ditemukan di dalam ASI sehingga ASI merupakan perantara penularan HIV
dari ibu kepada bayi

4) Pascanatal

Bila mungkin pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi harus dihindari

5) Cairan tubuh lain


Walaupun HIV pernah ditemukan dalam air liur pada sebagian kecil orang yang
terinfeksi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan
infeksi HIV baik melalui ciuman biasa maupun paparan lain misalnya sewaktu
bekerja bagi petugas kesehatan.Selain itu, air liurdibuktikan mengandung
inhibitor terhadap aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan
tubuh lain misalnya air mata, keringat, dan urine dapat merupakan media
transmisi HIV. Namun cairan tubuh tersebut tetap harus diperlakukan sesuai
tindakan pencegahan melalui kewaspadaan universal.

D. Klasifikasi
E. Tanda gejala HIV
HIV tidak akan langsung merusak organ tubuh Anda. Virus tersebut perlahan
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap sampai
kemudian tubuh Anda menjadi rentan diserang penyakit, terutama infeksi.
Infeksi HIV umumnya dapat memakan waktu sekitar 2 sampai 15 tahun
sampai benar-benar menampakkan gejala khas. Pada tahap awal, gejala HIV biasanya
baru mulai muncul paling lambat 1 sampai 2 bulan setelah virus masuk ke dalam
tubuh. Bahkan menurut US Department of Health and Human Services, gejala awal
HIV sudah dapat mungkin terlihat sedini dua minggu pasca-paparan.
Gejala HIV di awal mula masa inkubasi virus umumnya terlihat mirip seperti
gejala flu umum, yang meliputi:
 Demam (biasanya lebih tinggi dari demam biasa; bahkan mungkin disertai
dengan sensasi meriang yang hebat.
 Sakit kepala
 Kelelahan terus menerus
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Sakit tenggorokan
 Ruam pada kulit
 Nyeri pada otot dan sendi
 Luka pada mulut
 Luka pada organ intim
 Sering berkeringat di malam hari
 Diare

Namun, tidak  semua orang pasti akan menunjukkan gejala HIV di awal masa
penyakitnya. Ada beberapa orang yang justru tidak menunjukkan gejala sama sekali
semenjak awal meski ternyata terinfeksi HIV. Itu sebabnya setiap orang yang berisiko
tinggi tertular wajib menjalani tes HIV.

F. Komplikasi
Salah satu bahaya serius yang mengintai orang HIV dan AIDS (ODHA)
adalah macam-macam infeksi yang dinamakan dengan infeksi oportunistik.
Disebut oportunistik karena berbagai macam mikroba penyebab infeksi
(termasuk bakteri, jamur, parasit, dan virus lainnya) muncul mengambil kesempatan
selagi daya tahan tubuh sedang lemah-lemahnya.
Pasalnya dalam keadaan normal, kuman penyebab penyakit akan dapat mudah
dilawan oleh sistem imun. Namun karena jumlah sel CD4 sudah sangat minim, tubuh
akan kesulitan memberantas infeksinya. Pada beberapa kasus, infeksi oportunistik
dapat mulai terjadi ketika jumlah sel CD4 berada di kisaran sekitar 500.
Komplikasi HIV/AIDS ini tidak dapat dilawan dengan mudah sehingga makin
menurunkan kondisi kesehatan penderita dengan cepat.
Berikut adalah beberapa jenis infeksi yang rentan menyerang orang dengan
HIV dan AIDS:
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang seluruh tubuh, tetapi
paling sering menyerang paru. Pada orang sehat, kuman TB dapat saja berada di
dalam tubuh namun tidak menyebabkan penyakit. Namun, berbeda pada
penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki sistem kekebalan tubuh
rendah.
Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB, mereka berisiko sepuluh kali
untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita HIV/AIDS yang memiliki
sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Terlebih lagi, terlepas dari jumlah sel
CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti sudah pada tahap HIV/AIDS. Di
dunia, TB merupakan penyebab utama kematian penderita HIV.

2. MAC (Mycobacterium Avium Complex)


MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman MAC
sering berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang memiliki kuman
MAC pada tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh Anda kuat, MAC
tidak akan memberikan masalah.
MAC biasanya menyebabkan penyakit infeksi serius ketika HIV/AIDS sudah
mencapai angka CD4 di bawah 50. Infeksi dapat menjadi serius seperti infeksi
darah atau sepsis, hepatitis, dan pneumonia.

3. Pneumocystis Pneumonia
Pneumocystis Pneumonia (PCP) adalah infeksi serius yang menyebabkan
peradangan dan akumulasi cairan di paru-paru. Penyebab PCP adalah infeksi
jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui udara. Jamur ini sangat umum
dan biasanya orang akan berhasil melawan infeksi ini pada usia 3 atau 4 tahun.
Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan infeksi ini.
Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit
serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan
jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.

4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes yang
memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10
orang memiliki virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun.
Pada penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama
jika jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata,
hidung, atau mulut setelah kontak dengan air liur, sperma, cairan vagina, darah,
urine, dan air susu ibu penderita. Penderita dapat mengalami infeksi mata serius
yang disebut retinitis dan berujung pada kebutaan.

5. Infeksi Oportunistik Lainnya


Infeksi oportunistik adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem kekebalan
tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi ini tidak
menimbulkan masalah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Biasanya infeksi oportunistik baru menyerang penderita HIV ketika sudah
menjadi HIV/AIDS atau sel CD4 di bawah 200.
Hampir semua penyakit infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik, seperti
candidiasis, Cryptococcus neoformans, Herpes simplex, Toxoplasmosis, dan
lainnya. Pada wanita, lebih sering terjadi infeksi bakteri pneumonia dan herpes
dan dapat menimbulkan kanker pada sistem reproduksi.

6. Lipodistrofi
Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam
membuat, menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga
setengah penderita HIV mengalami lipodistrofi. Angka kejadian makin
meningkat akibat penggunaan obat HIV, yaitu ART (antiretroviral therapy).
Lipodistrofi pada penderita HIV lebih mungkin terjadi pada penderita HIV yang
parah dan sudah lama.
Pada pria, lebih sering terjadi kehilangan lemak (lipoartrofi) terutama pada
tangan dan kaki, wajah, dan bokong. Pada wanita, lebih sering terjadi
penumpukan lemak (lipohipertofi) khususnya pada perut, dada, serta belakang
leher dan bahu. Penderita juga dapat mengalami pertumbuhan lemak (tumor
jinak) seperti lipoma.
7. Demensia
Penyakit HIV juga sering berhubungan dengan penurunan fungsi mental dan
keahlian motorik, terutama jika virus sudah menyerang sistem saraf. Akibatnya,
terjadi kerusakan otak dan menyebabkan HIV-associated neurocognitive
disorders (HAND). Terdapat tiga kelas dari HAND, yakni:
a. Asymptomatic neurocognitive impairment, ketika pada pemeriksaan
terlihat adanya penurunan kemampuan mental namun tidak
memengaruhi kehidupan sehari-hari.
b. Mild neurocognitive disorder, ketika sudah memengaruhi kemampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
c. HIV-associated dementia, ketika sudah sangat membatasi kemampuan
seseorang untuk hidup secara normal. Pada tahap akhir, penderita
dapat mengalami kejang, psikosis, dan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan kemampuan buang air kecil dan besar.

8. Kanker
Penderita HIV/AIDS juga rentan menjadi kanker, terutama kanker Non-
Hodgkin’s lymphoma (NHL) dan Kaposi’s sarkoma (KS). NHL adalah kanker sel
darah putih limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar getah bening. Sehingga sel
kanker mudah menyebar ke organ lain seperti hati, tulang, otak, perut, dan
lainnya. Pasien HIV yang memiliki jumlah CD4 tinggi dan belum menjadi AIDS
juga dapat menderita kanker NHL.
KS adalah kanker dengan pembuluh darah kecil baru tumbuh di bawah kulit
dan dalam membran mulut, hidung, mata dan anus. Kanker ini dapat menyebar
hingga ke paru-paru, hati, perut, usus, dan kelenjar getah bening. Pria memiliki
risiko delapan kali lebih besar untuk terkena kanker KS.

9. Sindrom Wasting pada AIDS


Sindrom wasting pada AIDS bukanlah suatu penyakit khusus. Sindrom
wasting terjadi pada penderita yang kehilangan bobot tubuhnya sebanyak 10%,
terutama massa otot. Penderita juga mengalami diare minimal selama 1 bulan,
kelemahan yang ekstrem, serta demam yang tidak berhubungan dengan infeksi.
Sindrom ini membuat penderita lebih mudah terkena infeksi oportunistik,
demensia, dan bahkan kematian. Bahkan kehilangan bobot tubuh hanya 5% sudah
meningkatkan risiko sebanyak dua kali lipat.

Terdapat banyak komplikasi dari penyakit HIV/AIDS. Lakukan


pengobatan HIV secara teratur dan sesuai saran dokter, agar terhindar dari
komplikasinya yang berbahaya dan mematikan

KONSEP PENYAKIT KANKER

A. Pengertian
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-
sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali),
menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi
organ tubuh (Akmal, dkk., 2010: 187). Penyakit kanker menurut Sunaryati merupakan
penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel
tersebut menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis) (Sunaryati, 2011: 12).
Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Penyakit kanker adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, berkembang
cepat dan terus membelah diri, hingga menjadi penyakit berat (Maharani, 2009: 12).

B. Etiologi
Penyebab kanker berupa gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan
lingkungan (Akmal, dkk., 2010: 80). Harmanto dalam Sunaryati (2011: 16)
menyebutkan bahwa, faktor penyebab tumbuhnya kanker bersifat internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya yaitu faktor keturunan, baik dari pihak orang tua
secara langsung maupun nenek moyang, daya tahan tubuh yang buruk.
Faktor eksternal seperti pola hidup tidak sehat di antaranya mengonsumsi
makanan dengan bahan karsinogen, makanan berlemak, minuman beralkohol,
kebiasaan merokok, diet salah dalam waktu lama; sinar ultraviolet dan radioaktif;
infeksi menahun/ perangsangan/ iritasi; pencemaran lingkungan atau polusi udara;
obat yang mempengaruhi hormon; berganti-ganti pasangan (Sunaryati 2011:
16).Faktor penyebab kanker menurut penulis berupa faktor dari dalam diri individu
dan faktor dari luar diri individu. Faktor dari dalam diri individu berupa faktor
keturunan dan kelainan hormon tubuh. Faktor dari luar berasal dari faktor lingkungan.

C. Komplikasi
1. Metastasis
Penyebaran sel kanker atau dalam medis disebut metastasis adalah hal yang
paling ditakutkan dari penyakit kanker. Sel kanker yang dapat menginvasi
jaringan di sekitarnya, sewaktu-waktu dapat masuk ke aliran darah atau
saluran limfe dan terbawa jauh ke jaringan atau organ tubuh lain.
2. Nyeri
Kanker bisa menyebabkan nyeri otot, nyeri kepala, nyeri tulang, atau nyeri
yang tidak diketahui dari mana asalnya. Rasa nyeri biasanya berkaitan erat
dengan letak tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
3. Infeksi
Kanker pada bagian tubuh yang tidak steril dari bakteri, seperti usus besar,
payudara, atau leher rahim (serviks), dapat menyebabkan komplikasi berupa
infeksi.

D. Prevalensi
Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79
per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk.Riset ini juga
menemukan, prevalensi tertinggi ada di Yogyakarta sebanyak 4.86 per 1000 penduduk,
disusul Sumatera Barat 2.47, dan Gorontalo 2.44.
Data lainnya, Globocan tahun 2018 menunjukkan kejadian penyakit kanker di Indonesia
sebanyak 136.2 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di urutan
kedelapan dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara, dan peringkat ke-23 se-Asia. Angka
kejadian tertinggi pada laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Disusul kanker hati dengan kejadian
sebesar 12,4 per 100.000 penduduk, dan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk.

KONSEP PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)


A. Pengertian
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).Diabetes mellitus
adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.
Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular
kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan
dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan
penyakit vaskuler perifer.(Brunner and Suddarth, 2002: 109).

B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awalnya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana
keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan
cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu
kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras
memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan
berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas
insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%.
Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati
40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe
2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90%
pasti membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)

C. Komplikasi
1. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)
Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal, disebut
nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa
berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,
penderita harus melakukan cuci darah rutin ataupun transplantasi ginjal.
2. Penyakit kardiovaskular
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah di
seluruh tubuh termasuk pada jantung. Komplikasi diabetes melitus yang
menyerang jantung dan pembuluh darah meliputi penyakit jantung, stroke,
serangan jantung, dan penyempitan arteri (aterosklerosis).
3. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)
Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf di
tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi
ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula
darah, maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf akan
menyebabkan gangguan sensorik, yang gejalanya berupa kesemutan, mati rasa,
atau nyeri

D. Prevalensi
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS KELUARGA DENGAN ANAK USIA DEWASA


Bpk. E (45 thn) beristrikan Ibu. B (42 thn) mereka mempunyai 3 orang anak,
yaitu An. K (24 thn) saat ini belum bekerja dan kegiatan sehari-hari membantu ibunya
untuk membuat kue, An. H (18 thn) siswi kelas 3 SMA Ciracas, dan An. L (11 thn)
siswa kelas 6 SD Rambutan. Mereka tinggal di rumah milik sendiri yang berukuran
cukup luas (sekitar 100m2), beralamat di RT 09 / RW 07 Ciracas, letaknya dipinggir
jalan raya. Bpk. E dan Ibu. B berasal dari suku Sunda & semua anggota keluarganya
beragama Islam. Saat ini Bpk. E bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan tekstil
di daerah Cikarang, Bpk. E setiap hari brangkat ke tempat kerja dengan mengendarai
sepeda motor, brangkat dari rumah sekitar pukul 5 pagi dan pulang sampai ke rumah
sekitar pukul 9 malam.
Pada saat mengendarai sepeda motor biasanya Bpk. E hanya memakai helm.
Ibu. B mengatakan penghasilan suaminya kadang masih belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, untuk membantu suaminya Ibu. B berjualan kue ke
pasar. Ibu. B mengatakan anaknya An. L kadang-kadang masih suka tidur bareng
kedua orang tuanya. Bpk. E dan Ibu. B merupakan teman bermain waktu masa kecil,
waktu remaja mereka habiskan di kota besar, berpacaran, dan akhirnya menikah
karena Ibu. B sudah mengandung 2 bulan. Setiap hari Bpk. E jarang berkumpul
hanya sekedar untuk ngobrol-ngobrol dengan istri dan anak-anaknya karena kalau
pulang kerja sudah malam dalam kondisi yang capek, biasanya Bpk. E langsung tidur
atau melanjutkan pekerjaan yang dibawanya dari kantor.
Kalau anak-anaknya mempunyai masalah lebih sering mereka selesaikan
sendiri atau ngobrol sama ibunya, tetapi kalau belum juga dapat diselesaikan baru Ibu.
B berdiskusi dengan suaminya. Keluarga Bpk. E jarang mengikuti kegiatan di
masyarakat karena tidak ada waktu (sibuk dengan pekerjaannya untuk mencari
nafkah). Ibu. B mengatakan sudah sekitar 2 minggu suaminya batuk-batuk, kadang
disertai demam (kalau demam muncul biasanya Bpk. E di kompres dengan
menggunakan air biasa oleh Ibu. B), dua hari belakangan ini kalau tidur malam hari
suka keluar keringat. Selain itu suaminya juga jadi tidak nafsu makan kadang kalau
pagi-pagi, tidak sempat sarapan. Ibu. B khawatir dengan kondisi suaminya, tetapi
Bpk. E mengatakan tidak apa-apa ini hanya kecapean saja dan belum perlu untuk
berobat ke puskesmas hanya meminum obat INZA untuk menghilangkan pusingnya.
Kalau batuk kadang disertai dengan secret kadang tidak, tapi nafas Bpk. E
sering terlihat sesak. Ibu. B mengatakan suaminya merokok sehari bisa sampai 1
bungkus dan kadang sering merokok di dalam rumah. Ibu. B mengatakan An. L lahir
pada usia kehamilan 8 bulan, alergi terhadap debu/asap. Kalau penyakit anaknya
kambuh biasanya disuruh menghirup air panas yang sudah ditetesi minyak kayu putih
dan biasanya sesaknya berkurang. Pada saat dilakukan kunjungan rumah oleh
perawat, didapatkan data pemeriksan fisik adalah sebagai berikut: Tn. E BB/TB=
55Kg/170cm, RR= 15x/mnit, konjungtiva anemis, kadang terlihat nafasnya sesak
(saat bernafas terlihat tarikan dada), membrane mukosa lembab, pada saat batuk
kadang disertai dengan sputum berwarna jernih, tidak teraba benjolan, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, bunyi jantung normal, bunyi paru-paru ronchi, tidak
teraba masa pada abdomen dan tidak ada nyeri tekan, kedua ekstermitas dapat
digerakkan dengan normal.

B. DATA TAMBAHAN
Bpk. E, Ibu. B dan An. K memiliki tingkat pendidikan akhir di SMA. Bpk. E
mengatakan tidak bisa berhenti merokok dan tidak tau bahaya dari merokok. Bp E
mengatakan belum mengerti bahaya dari merokok bagi kesehatan. Ibu B mengatakan
tidak tahu cara melakukan perawatan di rumah terhadap masalah perilaku merokok
dalam keluarganya. Bpk. E dan Ibu E mengatakan tidak pernah divaksin kecuali pada
saat lahir, begitu juga anak anaknya hanya mendapat imunisasi campak dan polio. Ibu
B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat. Ibu B mengatakan belum pernah
mendiskusikan kepada Bp.E untuk juga ikut memberikan contoh bagi anak-anaknya.
Ventilasi dirumah Bp.E masih kurang dan pencahayaan didalam rumah juga masih
kurang, pendapatan perbulan yang dihasilkan Bpk. E yaitu Rp.3.400.000 dan masih
belum cukup untuk menghidupi 5 orang dalam 1 keluarga.
Ayah dari Bpk. E memiliki riwayat penyakit hipertensi dan ayah dari Ibu. B
memiliki riwayat penyakit DM. ventilasi dirumah Bpk.E masih kurang dan jarang
dibuka, sinar matahari kurang masuk ke dalam rumah, penerangan dengan listrik, air
dengan menggunakan sanyo. Saat dikaji, halaman rumah dan ruang tamu terlihat agak
kotor juga berdebu. Air bersih tidak berwarna tidak berbau. Lingkungan sekitar rumah
padat dengan rumah tetangga. Bpk. E hanya berinteraksi dengan karyawan di tempat
kerja dan Ibu B juga hanya berbincang dengan pembeli kuenya. Bpk. E tidak terlalu
bisa membaur kepada anak – anaknya, sehingga anak – anaknya sering tidak
mendengar perkataan ayahnya. Keluarga Bpk. E sudah menempati rumah itu selama
10 tahun.
Keluarga Bpk. E memiliki fasilitas seperti televisi, kasur yang nyaman, air
bersih dan memiliki BPJS sebagai asuransi kesehatan. Namun Bpk. E sendiri kurang
dekat dengan anak – anaknya. Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap
anggota keluarga seperti menjalankan sholat 5 waktu, walau sesibuk atau dimanapun
berada harus dijalankan. Nilai-nilai agama yang dianut oleh keluarga selama ini
mengajarkan anak untuk berdoa setiap kali beraktivitas minimal mengucapkan
basmallah.

C. PENGKAJIAN
1) Pengkajian Tahap I
I. Data Umum
a) Nama KK : Bpk. E
Tanggal Lahir : 01 Juni 1975
Pekerjaan : Karyawan di perusahaan tekstil
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Asri, RT 09/ RW07, Ciracas

b) Komposisi Keluarga
c) Genogram

68 thn 62 thn 65 tahun


70 tahun

Bpk. E Ibu. B
44 thn 41 thn 39 tahun 39 thn 37 tahun
(45 thn) (42 thn)

An. K An. H An. L


(24 thn) (18 thn) (11 thn)

d) Tipe Keluarga
Keluarga Bpk. E termasuk keluarga inti karena terdiri dari
suami, istri (Ibu. B) dan tiga orang anak (An. K, An. H, An. L)
e) Suku Bangsa
Bpk E dan Ibu B sukunya Sunda dan mereka merupakan
penduduk pendatang di Ciracas.
f) Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam.
g) Status Sosial Ekonomi
Bpk E adalah seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan
tekstil didaerah Cikarang, pendapatannya tiap bulan tidak
sekitar Rp 3.400.000,-. Selama ini menurut keluarga
kehidupannya dalam rentang kurang berkecukupan, Ibu B juga
membantu Bp E menjual kue untuk menambah penghasilan
keluarga.
h) Aktivitas Rekreasi Keluarga
Menurut keluarga, mereka jarang berekreasi karena Tn, E sibuk
dengan pekerjaannya

II. Riwayat dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Bpk E adalah tahap perkembangan
keluarga dengan usia anak dewasa, yaitu : meninggalkan rumah
dengan tugas perkembangan keluarga yaitu menata kembali
sumber dan fasilitas, penataan yang bertanggung jawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak, dan
mendapatkan menantu
2) Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga pada keluarga Bpk. E dan Ibu B
yang belum terpenuhi adalah melepaskan anak pertama untuk
mencari pekerjaan, menjadi panutan yang bertanggung jawab yaitu
membantu perekonomian keluarga kepada adik-adiknya, karena
didalam kasus orang tua yaitu bapak sibuk dengan pekerjaannya
sampai jarang untuk mengobrol dan berkumpul dengan keluarga
3) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Ayah dari Bpk. E memiliki riwayat penyakit hipertensi dan ayah
dari Ibu. B memiliki riwayat penyakit DM
III. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Jenis bangunan rumah Bpk. E yaitu permanen dengan luas tanah
100 m2, ventilasi dirumah Bpk.E masih kurang dan jarang dibuka,
sinar matahari kurang masuk ke dalam rumah, penerangan dengan
listrik, air dengan menggunakan sanyo. Saat dikaji, halaman rumah
dan ruang tamu terlihat agak kotor juga berdebu. Air bersih tidak
berwarna tidak berbau. Lingkungan sekitar rumah padat dengan
rumah tetangga.

Denah Rumah

Kamar Mandi Dapur

Kamar Tidur 2

Ruang Makan TV

Ruang Tamu
Kamar Tidur 1

Teras

2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Di kalangan ibu – ibu sering diadakan pengajian tiap Jumat. Dan
para bapak – bapak se-RW mengadakan kerja bakti setiap 1 bulan
sekali.
3) Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Bpk. E sudah menempati rumah itu selama 10 tahun.
Bpk. E dan Ibu. B merupakan teman bermain waktu masa kecil,
mereka tinggal di Jawa Timur, waktu remaja mereka habiskan di
Jakarta, berpacaran, dan akhirnya menikah karena Ibu. B sudah
mengandung 2 bulan, sebelumnya Bpk. E dan Ibu B mengontrak.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Masyarakat
Bpk. E hanya berinteraksi dengan karyawan di tempat kerja dan
Ibu B juga hanya berbincang dengan pembeli kuenya.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Bpk. E memiliki fasilitas seperti televisi, kasur yang
nyaman, air bersih dan memiliki BPJS sebagai asuransi kesehatan.
Namun Bpk. E sendiri kurang dekat dengan anak – anaknya.

IV. Struktur Keluarga


1) Pola Komunikasi Keluarga
Sifat komunikasi tertutup karena jika ada masalah tidak
dibicarakan bersama-sama seluruh anggota keluarga. Anak
tersebut memilih untuk menyelesaikan sendiri masalahnya dan
kadang menceritakan ke ibunya. anak. Tetapi komunikasi Antara
Bapak E dan Ibu B berjalan dengan baik.
2) Struktur Kekuatan Keluarga
Sumber kekuatan yang utama adalah Bapak E yang menanggung
semua biaya kehidupan keluarga. Sumber kekuatan kedua adalah
Ibu B yang menjadi pencari nafkah tambahan serta merawat ketiga
anak-anak nya dan merawat rumah. Namun Bpk. E tidak terlalu
bisa membaur kepada anak – anaknya, sehingga anak – anaknya
sering tidak mendengar perkataan ayahnya
3) Struktur Peran
Peran formal Bpk. E : suami, ayah, KK, pencari nafkah
Peran informal Bpk. E : pelindung bagi anggota keluarganya
Peran formal Ibu B : istri, ibu, pencari nafkah tambahan
Peran informal Ibu B : tempat anaknya bercerita, mengurus
rumah

Peran formal An. K : anak


Peran informal An. K : membantu pekerjaan ibunya

Peran formal An. H : anak


Peran informal An. H : melindungi adiknya

Peran formal An. L : anak


Peran informal An. L : teman bermain dan bercanda di
keluarga

4) Nilai dan Norma


Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota
keluarga seperti menjalankan sholat 5 waktu, walau sesibuk atau
dimanapun berada harus dijalankan. Nilai-nilai agama yang dianut
oleh keluarga selama ini mengajarkan anak untuk berdoa setiap
kali beraktivitas minimal mengucapkan basmallah.

V. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Baik dari Ibu B maupun Bpk. E mereka terlalu sibuk dengan peran
pencari nafkah, sehingga mereka jarang mengobrol dan Bpk. E
juga jarang bertanya masalah anak – anaknya. Anak – anaknya pun
juga enggan bercerita kepada orang tuanya dan cenderung
menyelesaikan masalahnya sendiri, namun jika terdesak baru akan
bercerita pada Ibu B.
2) Fungsi Sosialisasi
Setiap hari Bpk. E jarang berkumpul hanya sekedar untuk ngobrol-
ngobrol dengan istri dan anak-anaknya karena kalau pulang kerja
sudah malam dalam kondisi yang capek, biasanya Bpk. E langsung
tidur atau melanjutkan pekerjaan yang dibawanya dari kantor.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan


a) Pola Makan
Keluarga Bpk. E makan 3x sehari namun biasa makan bersama
hanya saat pagi hari. Pada saat makan siang hanya An. H dan
An. L yang makan di rumah dengan lauk yang sudah disiapkan
Ibu B. Sedangkan Ibu B dan An.K makan siang di pasar saat
sedang berjualan. Makan malam tidak dilakukan bersama sama
karena Bpk.. E pulang larut malam saat anak – anak sudah
tidur. Ibu B dan anak – anak biasanya akan makan duluan.

b) Pola Tidur
Bpk. E memiliki waktu tidur yang singkat sekitar 5-6 jam,
karena baru pulang kerja jam 9 dan harus melanjutkan
pekerjaan di rumah. Bpk. E hanya beristirahat lama saat hari
Sabtu dan Mingguu. Ibu B, An. K, An. H, An. L memiliki tidur
yang cukup.
c) Pola Aktivitas
Bpk. E berangkat kerja jam 5 pagi dan pulang jam 9 malam.
Ibu B dan An. K memasak kue dari jam 6 pagi lalu berjualan
dari jam 10 sampai jam 5 sore. An. H berangkat sekolah jam 6
pagi dan pulang jam 3 sore. An. L berangkat sekolah jam 6 pagi
dan pulang jam 1 siang.
d) Pola Eleminasi
Keluarga Bpk. E memiliki pola eleminasi yang baik.

4) Fungsi Reproduksi
Jumlah anak dalam keluarga Bpk. E ada 2 anak perempuan dan 1
anak laki laki. Ibu B menggunakan KB jenis implan.
5) Fungsi Ekonomi
Pendapatan perbulan yang dihasilkan Bpk. E yaitu Rp.3.400.000
dan masih belum cukup untuk menghidupi 5 orang dalam 1
keluarga.

VI. Stress dan Koping Keluarga


1) Stressor Jangka Pendek
Bp. E sudah 2 minggu batuk-batuk yang terkadang mengeluarkan
secret berwarna putih jernih disertai dengan demam, nafsu makan
berkurang, keringat dingin pada malam hari. Anak L sering merasa
sesak ketika berada didalam rumah atau sepulang sekolah karena
alergi dengan debu/asap. Hanya Ibu B yang sehat dan mampu
merawat ketiga anak nya serta Bpk E. Keadaan rumah terbengkalai
2) Stressor Jangka Panjang
Ibu B dan Bpk. E memikirkan masalah dana sekolah kedua anak
nya yang akan dibayar dengan apa jika Bpk. E sakit terus menerus
3) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Respon Bpk. E terhadap penyakitnya hanya menganggap hal
tersebut karena kelelahan dan tidak perlu ke puskesmas. Jika
terdapat masalah pada anak-anak pun keluarga jarang menanyakan
dan menyelesaikan masalah itu bersama.
4) Strategi Koping Fungsional
Koping yang dilakukan keluarga Bpk. E untuk menyelesaikan
masalah An. K kurang baik (mendiamkan dan tidak bertanya
kendalanya), begitu pula untuk masalah kesehatan, Bpk. E yang
perannya sabagai pengambil keputusan tidak dapat membuat
keputusan yang tepat (hanya meminum obat warung dan merasa
tidak perlu ke puskesmas)
5) Strategi Adaptasi Disfusional
Keluarga Bpk. E juga kurang beradaptasi dengan tugas
perkembangan An. K yang seharusnya dimotovasi agar mencari
pekerjaan dan bukan hanya membantu Ibu B. Cara keluarga Bpk.
E beradaptasi dengan masalah krang baik, dapat dilihat pada
masalah yang anak – anaknya alami, mereka tidak mendapat solusi
dari ayahnya.

VII. Harapan Keluarga


Bpk. E dan Ibu B berharap Bpk. E cepat sembuh dan kembali fit dalam
bekerja, begitu juga dengan kesembuhan An. L.Ibu B berharap bisa
lebih banyak waktu lagi untuk berbincang dengan seluruh anggota
keluarga.

VIII. Pemeriksaan Fisik


Bp E Ibu B An K An H An L
Tanda Vital BB/TB:
Suhu 38 drjt Celcius 37 drjt BB/TB : BB/TB : 42/155
Nadi 90x/menit celcius 50/160 53/162 37 drjt
RR 15x/menit 75x/menit 38 drjt celcius 38 drjt celcius celcius
TD 130/80 mmHg 22x/menit 80x/menit 82x/menit 90x/menit
BB/TB ; 120/80 mmHg 20x/menit 20x/menit 15x/menit
55/170 47/152 120/80 110/70 -

Kepala Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan, keluhan,
keluhan, keluhan, keluhan,
rambut rambut
rambut hitam rambut hitam rambut hitam
hitam hitam
merata merata merata
merata merata
Mata Konjungtiva
Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva ananemis,
anemis, sklera ananemis, ananemis, ananemis, sklera
tidak ikterik, sklera tidak sklera tidak sklera tidak tidak
tidak ada ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
keluhan ada keluhan ada keluhan ada keluhan tidak ada
keluhan
Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan keluhan
Mulut,Gigi warna bibir
merah gelap;
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gigi Tidak ada
keluhan keluhan keluhan
kekuning- keluhan
kuningan.
Telinga Simetris, Simetris, Simetris,
Simetris, tidak Simetris, tidak
tidak ada tidak ada tidak ada
ada seruma, ada seruma,
seruma, seruma, seruma,
tidak ada tidak ada
tidak ada tidak ada tidak ada
keluhan keluhan
keluhan keluhan keluhan
2) Pengkajian Tahap II
1. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
Keluarga belum mampu dan mengetahui atau mengerti penyakit yang
diderita suami dan anaknya. Berdasarkan data di kasus bpk.E menderita
penyakit batuk sudah 2 minggu keringet dingin di malam hari dan disertai
demam, lalu an.L terlihat seringkali sesak apabila terkena debu/asap.
2. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Ibu.B dalam menangani penyakit bpk.E dan an.L belum tepat karena
ibu.B hanya memberikan obat warung dan inhalasi buatan serta mengatakan
bahwa penyakit yang dialami bpk.E dan an.L akan sembuh dengan
sendirinya
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga sudah cukup merawat anggota keluarga yang sakit ini
dibuktikan bahwa ibu memberikan terapi inhalasi buatan pada an.L dan
mengompres dengan air biasa serta memberikan obat warung pada bpk.E
walaupun hak tersebut tidak baik.
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga bpk.E belum mampu memodifikasi lingkungan hal ini
dibuktikan dengan rumah yang dengan ventilasinya masih kurang dan
pencahayaan juga belum memadai, lingkungan dan lingkungan rumah
terlihat kotor
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan bahwa penyakit yang diderita hanya kecapean
saja jadi tidak perlu dibawa ke rumah sakit ataupun puskesmas .

D. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
- Tn. E mengatakan sudah 2 minggu - Keluarga belum mampu dan
mengalami batuk disertai secret mengetahui atau mengerti penyakit
berwarna jernih. yang diderita suami dan anaknya.
- Tn. E mengatakan sering sesak - Tn. E terlihat batuk dan tampak
dadanya. sesak
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya - an.L terlihat seringkali sesak apabila
merokok 1 hari sebungkus dan terkena debu/asap.
merokok didalam rumah - Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah
- Ny. B mengatakan ketika malam sehat
hari suaminya terlihat panas dingin - Tn. E jarang berolahraga karena
dan tidak nafsu makan pada saat sibuk bekerja
pagi hari - Ventilasi rumah jarang dibuka
- Tn, E mengatakan belum mengerti - Halaman terlihat agak kotor dan
bahaya dari merokok bagi kesehatan
berdebu.
- Ny. B mengatakan tidak tahu cara - Ny. B dalam menangani penyakit
melakukan perawatan di rumah tn..E dan an.L belum tepat karena
terhadap masalah perilaku merokok Ny.B hanya memberikan obat
dalam keluarganya; warung dan inhalasi buatan serta
mengatakan bahwa penyakit yang
- Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah
dialami tn. E dan an.L akan sembuh
sehat
dengan sendirinya.
- Ny. B mengatakan belum pernah
Hasil Pemeriksaan Fisik Tn.E
mendiskusikan kepada Bp.E untuk
- warna bibir merah gelap; gigi
juga ikut memberikan contoh bagi
kekuning-kuningan; konjungtiva
anak-anaknya;
anemis;
- Tn.E mengatakan tidak bisa berhenti
- TTV :
merokok
- SUHU :38 derajat Celcius
- Ny. B mengatakan An. L lahir usia 8 - HR : 90x/menit
bulan, alergi terhadap debu/asap - RR : 15x/menit

- An. L mengatakan sering merasa - TD : 130/80 mmHg

sesak ketika berada didalam rumah - BB/TB ; 55/170

saat menghirup asap rokok dari - Penumpukan sekret;

bapaknya. - nyeri dada;


- auskultasi ronchi
- Ny. B mengatakan setiap anaknya
- Klien tampak lemas
merasa sesak ia memberikan inhalasi
buatan berupa minyak kayu putih - Klien tampak sering kali batuk
dicampur dengan air hangat
- Adanya pergerakan dinding dada
- Ny.B mengatakan Tn. E jarang
- Adanya bunyi wheezing
ngobrol bareng keluarga dan
masyarakat karena sibuk bekerja - Konjungtiva anemis; purshed lips +;
- Ny.B mengatakan Tn.E jarang
- Klien tampak lemas
berolahraga karena sibuk bekerja.
- Ny,B mengatakan khawatir denga Hasil pemeriksaan fisik Ny. B
suaminya tapi suaminya mengatakan - Ttv :
baik baik saja karena menganggap
- Suhu : 37C
penyakitnya biasa saja dan dapat
sembuh dengan sendirinya. - HR: 75x/menit

- Rr : 22x/menit

- Td : 120/80 mmhg

- Bb/tb: 47kg/152cm

Hasil emeriksaan fisik An. K


- Ttv :

- Suhu : 37C

- HR: 75x/menit

- Rr : 22x/menit

- Td : 120/80 mmhg

- Bb/tb: 47kg/152cm

Hasil pemeriksaan fisik Ny. H


- Ttv :

- Suhu : 37C

- HR: 75x/menit

- Rr : 22x/menit

- Td : 120/80 mmhg

- Bb/tb: 47kg/152cm

Hasil emeriksaan fisik An. L


- Klien tampak lemas

- Klien tampak sering kali batuk

- Adanya pergerakan dinding dada

- Konjungtiva anemis; purshed lips +;


- TTV :

BB/TB: 42/155

Suhu : 37 derajat celcius

HR : 90x/menit

RR : 15x/menit 

E. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Tn. E mengatakan sudah 2 minggu pada keluarga Tn. E khususnya Tn. E
mengalami batuk disertai secret berwarna b.d ketidakmampuan keluarga mengenal
jernih. masalah
- Tn. E mengatakan sering sesak dadanya.
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya merokok
1 hari sebungkus dan merokok didalam rumah
- Ny. B mengatakan ketika malam hari
suaminya terlihat panas dingin dan tidak nafsu
makan pada saat pagi hari
- Tn, E mengatakan belum mengerti bahaya
dari merokok bagi kesehatan
DO:
- Keluarga belum mampu mengetahui dan
mengerti penyakit yang diderita suami dan
anaknya. Berdasarkan data di kasus Tn. E
menderita penyakit batuk sudah 2 minggu
keringet dingin di malam hari dan disertai
demam , tidak nafsu makan tapi dianggap
sakit biasa.
Hasil Pemeriksaan Fisik Tn. E:
- warna bibir merah gelap; gigi kekuning-
kuningan; konjungtiva anemis;
- TTV :
- SUHU :38 derajat Celcius
- HR : 90x/menit
- RR : 15x/menit
- TD : 130/80 mmHg
- BB/TB ; 55/170
- Penumpukan sekret;
 nyeri dada;
 auskultasi ronchi
 pergerakan dinding dada
2. DS: Ketidakefektifan Pola Napas pada
- Ny. B mengatakan An. L lahir usia 8 bulan, keluarga Tn. E khususnya An. L b.d
alergi terhadap debu/asap Kemampuan keluarga dalam
- An. L mengatakan sering merasa sesak mengambil keputusan
ketika berada didalam rumah saat
menghirup asap rokok dari bapaknya.
- Ny.B mengatakan setiap anaknya merasa
sesak ia memberikan inhalasi buatan berupa
minyak kayu putih dicampur dengan air
hangat
- Ny. B mengatakan bahwa suaminya
merokok 1 hari sebungkus dan merokok di
dalam rumah
DO:
- Ny. B dalam menangani penyakit dan an.L
belum tepat karena Ny.B hanya memberikan
obat warung dan inhalasi buatan serta
mengatakan bahwa penyakit yang dialami
an.L akan sembuh dengan sendirinya.
Pemeriksaan fisik An. L:
- Klien tampak lemas
- Klien tampak sering kali batuk
- Adanya pergerakan dinding dada
- Konjungtiva anemis;
TTV An. L:
- BB/TB: 42/155
- Suhu : 37 derajat celcius
- HR : 90x/menit
- RR : 15x/menit
3. DS: Ketidakefektifan Pemeliharaan
- Tn. E mengatakan belum mengerti bahaya kesehatan pada keluarga Tn. E
dari merokok bagi kesehatan khususnya keluarga Tn. E b.d
- Ny.B mengatakan tidak tahu cara ketidakmampuan keluarga mengenal
melakukan perawatan di rumah terhadap masalah
masalah perilaku merokok dalam
keluarganya;
- Ny.B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat
- Ny.B mengatakan belum pernah
mendiskusikan kepada Tn. E untuk juga ikut
memberikan contoh bagi anak-anaknya;
- Tn. E mengatakan tidak bisa berhenti
merokok  
- Ny.B mengatakan Tn.E jarang berolahraga
karena sibuk bekerja.
- Tn.E mengatakan baik baik saja karena
menganggap penyakitnya biasa saja dan
dapat sembuh dengan sendirinya.
-
DO:
- Keluarga belum mampu dan mengetahui
atau mengerti penyakit yang diderita suami
dan anaknya.
- Tn. E terlihat batuk
- an.L terlihat seringkali sesak apabila terkena
debu/asap.
- Ny. B tidak mengerti ciri-ciri rumah sehat
- Tn. E jarang berolahraga karena sibuk
bekerja
- Ventilasi rumah jarang dibuka , halaman
terlihat agak kotor dan berdebu.

F. SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. E khususnya Tn.
E b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah: 3/3 x 1 1 Tn. E sudah mengalami
Aktual batuk selama 2 minggu
disertai secret berwarna
jernih dan demam serta
berkeringat dingin di
malam hari.
Kemungkinan Ny. B sebagai istri sudah
masalah dapat memberikan perawatan
diubah: cukup kepada Tn.E obat-obatan
2/3 x 2 4/3
warung yaitu INZA, dan
mengompres dengan air
biasa.
Potensi masalah Masalah sudah ada,
untuk dicegah: tetapi keluarga
2/3 x 1 ½
cukup mengatakan belum perlu
diatasi.
Menonjolnya Ny.B mengatakan batuk
masalah: pada suaminya sudah
Ada masalah lama tetapi Tn. E tidak
namun tidak harus mau dibawa ke
½x1 ½
segera diatasi puskesmas karena ia
hanya menganggap
bahwa itu hanya
kecapekan saja.
JUMLAH 3½

2. Ketidakefektifan Pola Napas pada keluarga Tn. E khususnya An. L b.d


Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah: 3/3 x 1 1 Ny. B mengatakan
Aktual anakanya lahir 8 bulan,
an.L alergi debu/asap.
Ny. B mengatakan
anaknya sering sesak
ketika didalam ruangan
setelah ayahnya
merokok.
Kemungkinan Ny. B dalam merawat
masalah dapat an.L memberikan
diubah: cukup perawatan terapi inhalasi
2/3 x 2 4/3
buatan berupa minyak
kayu putih dicampur
dengan air hangat.
Potensi masalah Masalah sudah ada,
untuk dicegah: tetapi keluarga
2/3 x 1 ½
cukup mengatakan belum perlu
diatasi.
Menonjolnya Ny.B mengatakan batuk
masalah: pada anaknya sudah
Ada masalah ½x1 ½ biasa nanti juga sembuh
namun tidak harus dengan sendirinya.
segera diatasi
JUMLAH 3½

3. Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. E khususnya


keluarga Tn. E b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah: Bp. E mengatakan tidak
3/3 x 1 1
Aktual bias berhenti merokok
Kemungkinan Ny. B sudah merawat Tn.
masalah dapat E dengan memberikan
diubah: cukup kompres air hangat
ketika dan memberikan
2/3 x 2 4/3 obat INZA. Lalu ia juga
sudah merawat anaknya
dengan memberikan
inhalasi buatan ketika
anaknya sesak.
Potensi masalah 2/3 x 1 ½ An.L kemungkinan
untuk dicegah: mendapatkan penyakit
cukup yang sama dengan
ayahya karena factor
ayahnya yang merokok
di dalam ruangan dan
ventilasi serta
pencahayaannya kurang.
Menonjolnya Ny.B mengatakan sesak
masalah: pada anaknya dapat
Masalah tidak diatasi dengan inhalasi
dirasakan baatan. Ny. B juga
0/2 x 1 0
mengatakan ketika
suaminya demam dan
sesak dapat diatasi
dengan obat warung
JUMLAH 2 5/6

G. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. E khususnya Tn.
E b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
2. Ketidakefektifan Pola Napas pada keluarga Tn. E khususnya An. L b.d
Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
3. Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan pada keluarga Tn. E khususnya
keluarga Tn. E b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
H. INTERVENSI KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DEWASA
DIAGNOSA
NOC NIC
DATA KEPERAWATAN
NO.
PENDUKUNG KOD
KODE DIAGNOSA KODE TUJUAN INTERVENSI
E
1. DS: 00031 Domain 11 : Keluarga mampu Level 1, Domain 2 :
Tn. E mengatakan Keamanan/Perlindung mengenal masalah Fisiologis: Kompleks
sudah 2 minggu an setelah dilakukan Perawatan yang
mengalami batuk kunjungan rumah 3× mendukung regulasi
disertai secret Kelas 2 : homeostasis
berwarna jernih. Cedera Fisik Level 1, Domain 4 :
Tn. E mengatakan Pengetahuan & Level 2, Kelas K :
sering sesak dadanya. Diagnosa Perilaku Manajemen Pernafasan
Ny. B mengatakan Keperawatan : Hasil yang Intervensi untuk
bahwa suaminya Ketidakefektifan menggambarkan sikap, meningkatkan kepatenan
merokok 1 hari Bersihan Jalan Nafas pemahaman dan jalan nafas dan pertukaran
sebungkus dan pada Bpk. E Keluarga tindakan yang gas
merokok didalam Bpk. E mendukung kesehatan.
rumah Level 3, Hasil :
Ny. B mengatakan Level 2, Kelas S : 3140 Manajemen Jalan Nafas
ketika malam hari Pengetahuan (186)
suaminya terlihat Kesehatan - Memantau status
panas dingin dan tidak Hasil yang pernafasan
nafsu makan pada saat menggambarkan - Mengajarkan keluarga
pagi hari pemahaman individu posisi yang benar
Tn, E mengatakan dalam menerapkan untuk meringankan
belum mengerti informasi tentang sesak nafas
bahaya dari merokok peningkatan kesehatan, (semifowler : tiduran
bagi kesehatan mempertahankan dengan kepala dan
DO: kesehatan dan badan diangkat 30-
Keluarga belum pemulihan kesehatan. 45˚)
mampu mengetahui - Kolaborasi dengan
dan mengerti penyakit Level 3, Hasil : dokter untuk
yang diderita suami 1848 Pengetahuan: pemberian resep untuk
dan anaknya. Manajemen Penyakit bronkodilator atau
Berdasarkan data di Paru Obstruksi Kronik inhaler
kasus Tn. E menderita (397) - Mengajarkan keluarga
penyakit batuk sudah 184801 - Faktor – faktor cara penggunaan
2 minggu keringet penyebab dan faktor inhaler
dingin di malam hari yang berkontribusi - Mengajarkan keluarga
dan disertai demam , meningkat dari skala untuk melakukan
tidak nafsu makan tapi 1 (tidak ada 3230 batuk efektif
dianggap sakit biasa. pengetahuan) Fisioterapi Dada
Hasil Pemeriksaan menjadi skala 4 - Menjelaskan tujuan
Fisik Tn. E: (pengetahuan dan prosedur
warna bibir merah banyak) fisioterapi dada
gelap; gigi kekuning- 184804 - Tanda dan gejala - Mendemonstrasikan
kuningan; konjungtiva penyakit paru prosedur fisioterapi
anemis; obstruksi kronik dada
TTV : meningkat dari skala - Mengajurkan batuk
SUHU :38 derajat 1 menjadi skala 4 selama dan setelah
Celcius 184802 - Proses penyakit fisioterapi dada
HR : 90x/menit tertentu meningkat
RR : 15x/menit dari skala 1 menjadi Level 1, Domain 4 :
TD : 130/80 mmHg skala 4 Keamanan
BB/TB ; 55/170 184807 - Tanda dan gejala Perawatan yang
Penumpukan sekret; komplikasi mendukung perlindungan
nyeri dada; meningkat dari skala terhadap ancaman
auskultasi ronchi 1 menjadi skala 4
pergerakan dinding 184824 - Strategi untuk Level 2, Kelas V :
dada mengelola penyakit Manajemen Risiko
paru obstruksi kronik Intervensi yang dilakukan
meningkat dari skala untuk menurunkan risiko
1 menjadi skala 4 yang ada secara terus
184825 - Strategi untuk menerus
berhenti merokok
meningkat dari skala 6540 Level 3, Hasil :
1 menjadi skala 4 Kontrol Infeksi
- Mengajarkan keluarga
Keluarga mampu bagaimana
mengambil keputusan menghindari infeksi
setelah dilakukan (pola hidup sehat: cuci
kunjungan rumah 5× tangan, kurangi
merokok, istirahat
Level 1, Domain 4 : yang cukup, makan
Pengetahuan & teratur dengan gizi
Perilaku seimbang, olahraga,
etika batuk)
Level 2, Kelas FF : - Kolaborasi dengan
Manajemen Kesehatan dokter untuk
Hasil yang pemberian resep
menggambarkan antibiotik
tindakan individu untuk - Mengajarkan keluarga
mengelola kondisi akut untuk tetap menjaga
atau kronik lingkungan bersih dan
bebas asap rokok
Level 3, Hasil :
3103 Manajemen Diri: Level 1, Domain 3 :
Penyakit Paru Perilaku
Obstruksi Kronis (306) Perawatan yang
310322 - Mendapatkan mendukung fungsi
pengobatan yang psikososial dan
diharapkan memfasilitasi perubahan
meningkat dari skala gaya hidup
2 (Jarang
Menunjukkan) Level 2, Kelas O :
menjadi skala 5 Terapi Perilaku
(Secara Konsisten Intervensi yang
menunjukkan) memperkuat atau
310304 - Berpartisipasi dalam meningkatkan perilaku
pengambilan yang diharapkan atau
keputusan kesehatan merubah perilaku yang
meningkat dari skala tidak diharapkan
1 (Tidak pernah
menunjukkan) 4490 Level 3, Hasil :
menjadi skala 4 Bantuan Penghentian
(Sering Rokok
menunjukkan) - Menjelaskan manfaat
310327 - Berpartisipasi dalam dari berhenti merokok
aturan berhenti - Menjelaskan isi
merokok meningkat kandungan dalam
dari skala 1 menjadi rokok dan bahayanya
skala 4 merokok

Keluarga mampu Intervensi Tambahan


merawat keluarga 1. Kaji pengetahuan
setelah dilakukan keluarga tentang PPOK
kunjungan rumah 5×
2. Jelaskan kepada
Level 1, Domain 2 : keluarga pengertian,
Kesehatan Fisiologis penyebab, tanda gejala,
Hasil yang etiologi serta tindakan
menggambarkan fungsi yang dilakukan bias
organ salah satu anggota
keluarga terkena PPOK
Level 2, Kelas E : 3. Beri pengetahuan
Jantung Paru keluarga untuk mencari
Hasil yang bantuan pelayanan
menggambarkan kondisi kesehatan seperti
jantung, paru-paru, puskesmas dan
sirkulasi atau status posyandu untuk
jaringan perfusi pengobatan

Level 3, Hasil :
Status Pernafasan:
0410 Kepatenan Jalan Nafas
(558)
- Batuk berkurang dari
041019 skala 2 (Berat)
menjadi skala 4
(Ringan)
- Frekuensi pernafasan
041004 normal dari skala 2
(RR = 15x/mnt)
menjadi skala 4 (RR
= 18x/mnt)
- Irama pernafasan
041005 normal dari skala 2
menjadi skala 4
- Kedalaman inspirasi
041017 normal dari skala 2
(adanya tarikan
dada) menjadi skala
4 (tarikan dada tidak
terlihat)
- Kemampuan
041012 mengeluarkan sekret
meningkat dari skala
2 menjadi skala 4
- Suara nafas
041007 tambahan tidak
terdengar dari skala
2 menjadi skala 4

Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas T :
Kontrol Risiko dan
Keamanan
Hasil yang
menggambarkan status
keamanan individu dan
tindakan untuk
menghindari,
membatasi, atau
mengontrol ancaman
kesehatan yang telah
terindikasi

Level 3, Hasil :
Kontrol Resiko:
1906 Penggunaan
Tembakau (263)
- Menggunakan
dukungan personal
190612 untuk mencegah
penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
- Memanfaatkan
dukungan kelompok
190613 untuk mencegah
penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
- Mencegah situasi
yang mendukung
190625 penggunaan rokok
dari skala 1 menjadi
skala 4
Kontrol Risiko: Proses
Infeksi (267)
1924 Mempertahankan
lingkungan yang bersih
192411 skala 2 (Jarang
menunjukkan) menjadi
skala 5 (konsisten
menunjukkan)

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan

Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Penyakit Paru
3103 Obstruksi Kronis (306)
- Menggunakan
pelayanan kesehatan
310335 yang sesuai dengan
kebutuhan
meningkat dari skala
2 menjadi skala 5
- Menggunakan
pelayanan kesehatan
310322 yang sesuai dengan
kebutuhan
meningkat dari skala
2 menjadi skala 5
2. DS: 00032 Domain 4 : Keluarga mampu Level 1, Domain 2 :
Ny. B mengatakan An. Aktivitas/Istirahat mengenal masalah Fisiologis: Kompleks
L lahir usia 8 bulan, setelah dilakukan
alergi terhadap Kelas 4 : kunjungan rumah 3× Level 2, Kelas K :
debu/asap Respons Manajemen Pernafasan
An. L mengatakan Kardiovaskular/Pulmo Level 1, Domain 4 :
sering merasa sesak nal Pengetahuan & Level 3, Hasil :
ketika berada didalam Perilaku 3210 Manajemen Asma (155)
rumah saat menghirup Diagnosa - Mengkaji pemahaman
asap rokok dari Keperawatan : Level 2, Kelas FF : keluarga mengenai
bapaknya. Ketidakefektifan Pola Manajemen Kesehatan penyakit dan
Ny.B mengatakan Nafas pada An. L manajemennya
setiap anaknya merasa Keluarga Bpk. E Level 3, Hasil : - Menjelaskan pada
sesak ia memberikan Manajemen Diri: keluarga pemicu sesak
inhalasi buatan berupa 0704 Asma (284) dan menghindari
minyak kayu putih - Menggambarkan pemicunya sebisa
dicampur dengan air 070418 faktor penyebab mungkin
hangat (skala 2 menjadi - Menjelaskan kepada
Ny. B mengatakan skala 4) keluarga tanda dan
bahwa suaminya - Mengenali pemicu gejala sebelum terjadi
merokok 1 hari 070419 asma (skala 2 reaksi asma dan
sebungkus dan menjadi skala 4) tindakan yang tepat
merokok di dalam - Menginisiasi (Memposisikan
rumah 070401 tindakan untuk keluarga yang sesak
DO: mencegah pemicu dengan posisi semi
Ny. B dalam pribadi (skala 2 fowler dan tetap
menangani penyakit menjadi skala 4) tenang)
dan an.L belum tepat - Menginisiasi - Mengajarkan pada
karena Ny.B hanya 070402 tindakan untuk keluarga mengenai
memberikan obat mengelola pemicu teknik pengobatan
warung dan inhalasi pribadi (skala 2 yang tepat dan benar
buatan serta menjadi skala 4) (bronkodilator, inhaler
mengatakan bahwa dan penggunannya)
penyakit yang dialami Keluarga mampu - Kolaborasi pemberian
an.L akan sembuh mengambil keputusan obat dengan dokter
dengan sendirinya. setelah dilakukan jika diperlukan
Pemeriksaan fisik An. kunjungan rumah 5× - Mengajarkan teknik
L: relaksasi atau bernafas
Klien tampak lemas Level 1, Domain 4 :
Klien tampak sering Pengetahuan & Intervensi Tambahan
kali batuk Perilaku 1. Beri pengetahuan agar
Adanya pergerakan keluarga menciptakan
dinding dada Level 2, Kelas FF : lingkungan yang sehat
Konjungtiva anemis; Manajemen Kesehatan (hindari debu/asap dan
TTV An. L: jaga lingkungan rumah
BB/TB: 42/155 Level 3, Hasil : agar tetap bersih)
Suhu : 37 derajat Manajemen Diri: 2. Membawa keluarga ke
celcius Asma (284) puskesmas apabila
HR : 90x/menit 0704 - Menyesuaikan sesak bertambah parah
RR : 15x/men kehidupan rutin dan posyandu untuk
070429 untuk memeriksa kesehatan
mengoptimalkan
kesehatan (skala 2
menjadi skala 4)
- Mendapatkan
pengobatan dini
070430 untuk infeksi (skala
2 menjadi skala 4)
- Melaporkan gejala
yang tidak
070415 terkontrol (skala 1
menjadi skala 4)
- Berpartisipasi
dalam aktivitas
070405 sesuai usia (skala 2
menjadi skala 4)

Keluarga mampu
merawat keluarga
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×

Level 1, Domain 2 :
Kesehatan Fisiologis
Level 2, Kelas E :
Jantung Paru

Level 3, Hasil :
Status Pernafasan:
Ventilasi (560)
0403 - Frekuensi pernafasan
normal dari skala 2
040301 (RR = 15x/mnt)
menjadi skala 4 (RR
= 18x/mnt)
- Irama pernafasan
normal dari skala 2
040302 menjadi skala 4
- Kedalaman inspirasi
normal dari skala 2
040303 menjadi skala 4
- Retraksi dinding
dada berkurang dari
040311 skala 2 menjadi
skala 4
- Suara nafas
tambahan tidak
040310 terdengar dari skala
2 menjadi skala 4

Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×
Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan

Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Asma (284)
0704 Melakukan modifikasi
lingkungan yang tepat
070403 dari skala 2 menjadi
skala 4

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas FF :
Manajemen Kesehatan

Level 3, Hasil :
Manajemen Diri:
Asma (284)
0704 - Mendapatkan
pengobatan dini
070430 untuk infeksi (skala
2 menjadi skala 4)
- Mempertahankan
akses ke
070432 pengobatan (skala 2
menjadi skala 4)
- Melaporkan gejala
yang tidak
070415 terkontrol (skala 2
menjadi skala 4)
- Menyerahkan
pengelolaan asma
070426 akut pada orang
yang relevan (skala
2 menjadi skala 4)

3. DS: 00099 Domain 1 : Keluarga mampu Level 1, Domain 3 :


Tn. E mengatakan Promosi Kesehatan mengenal masalah Perilaku
belum mengerti setelah dilakukan
bahaya dari merokok Kelas 2 : kunjungan rumah 3× Level 2, Kelas S :
bagi kesehatan Manajemen Kesehatan Pendidikan Pasien
Ny.B mengatakan Level 1, Domain 4 : Intervensi untuk
tidak tahu cara Diagnosa Pengetahuan & memfasilitasi pembelajaran
melakukan perawatan Keperawatan : Perilaku
di rumah terhadap Ketidakefektifan Level 3, Hasil :
masalah perilaku Pemeliharaan Level 2, Kelas S : 5510 Pendidikan Kesehatan
merokok dalam Kesehatan pada Pengetahuan (281)
keluarganya; Keluarga Kesehatan - Mengkaji pengetahuan
Ny.B tidak mengerti Bpk. E kesehatan dan gaya
ciri-ciri rumah sehat Level 3, Hasil : hidup perilaku
Ny.B mengatakan 1823 Pengetahuan: Promosi keluarga saat ini
belum pernah Kesehatan - Membantu keluarga
mendiskusikan kepada 182308 - Perilaku yang untuk memperjelas
Tn. E untuk juga ikut meningkatkan keyakinan dan nilai –
memberikan contoh kesehatan (skala 2 nilai kesehatan
bagi anak-anaknya; menjadi skala 5) - Mendiskusikan
Tn. E mengatakan 182310 - Pemeriksaan manfaat kesehatan
tidak bisa berhenti kesehatan yang - Mengajarkan strategi
merokok   direkomendasikan yang dapat digunakan
Ny.B mengatakan (skala 2 menjadi untuk menolak
Tn.E jarang skala 4) perilaku yang tidak
berolahraga karena 182313 - Pencegahan dan sehat atau beresiko
sibuk bekerja. pengendalian - Diskusi dengan
Tn.E mengatakan baik infeksi (skala 2 keluarga untuk gaya
baik saja karena menjadi skala 4) hidup atau modifikasi
menganggap 182323 - Efek kesehatan perilaku
penyakitnya biasa saja yang merugikan - Rencanakan tindak
dan dapat sembuh dari penggunaan lanjut jangka panjang
dengan sendirinya. tembakau (skala 2 untuk memperkuat
menjadi skala 4) perilaku kesehatan
DO: 1855 Pengetahuan: Gaya 5515 Peningkatan Kesadaran
Keluarga belum Hidup Sehat Kesehatan (330)
mampu dan 185513 - Strategi untuk Sediakan informasi
mengetahui atau menghindari asap kesehatan yang mudah
mengerti penyakit rokok (skala 2 dipahami
yang diderita suami menjadi skala 4) 5518 Pengajaran:
dan anaknya. 185514 - Strategi untuk Prosedur/Perawatan
Tn. E terlihat batuk berhenti merokok (299)
an.L terlihat seringkali (skala 2 menjadi Menganjurkan keluarga
sesak apabila terkena skala 4) untuk berpartisipasi dalam
debu/asap. - Strategi untuk perawatan kesehatan
Ny. B tidak mengerti 185522 5602 Pengajaran: Proses
mencegah penyakit
ciri-ciri rumah sehat Penyakit (300)
(skala 2 menjadi
Tn. E jarang skala 4) - Diskusikan perubahan
berolahraga karena - Faktor personal gaya hidup yang
sibuk bekerja 185519 yang mungkin dilakukan
Ventilasi rumah jarang mempengaruhi untuk mencegah
dibuka , halaman perilaku kesehatan komplikasi atau
terlihat agak kotor dan (skala 2 menjadi mengontrol proses
berdebu. skala 4) sakit
- Mengajarkan keluarga
Keluarga mampu mengenai tanda dan
mengambil keputusan gejala yang perlu
setelah dilakukan dilaporkan kepada
kunjungan rumah 5× petugas kesehatan

Level 1, Domain 4 : Level 1, Domain 5 :


Pengetahuan & Keluarga
Perilaku Perawatan yang
mendukung keluarga
Level 2, Kelas R :
Keyakinan Kesehatan Level 2, Kelas X :
Hasil yang Perawatan Sepanjang
menggambarkan ide dan Hidup
persepsi individu yang Intervensi untuk
mempengaruhi perilaku memfasilitasi fungsi unit
kesehatan keluarga dan meningkatkan
kesehatan serta
Level 3, Hasil : kesejahteraan anggota
Orientasi Kesehatan keluarga sepanjang hidup
1705 (324)
- Merasakan Level 3, Hasil :
pentingnya 7120 Mobilisasi Keluarga (226)
170515 mengintegrasikan - Membantu anggota
perilaku kesehatan keluarga untuk
dalam keyakinan mengidentifikasi
budaya (skala 2 layanan kesehatan dan
menjadi skala 5) sumber daya
- Persepsi bahwa masyarakat yang dapat
kesehatan digunakan untuk
170512 merupakan prioritas meningkatkan status
tinggi dalam kesehatan pasien
membuat pilihan - Menjelaskan kepada
gaya hidup (skala 2 keluarga kebutuhan
menjadi skala 4) untuk melanjutkan ke
Level 1, Domain 4 : perawatan kesehatan
Pengetahuan & profesional
Perilaku - Kolaborasi dengan
Level 2, Kelas Q : keluarga untuk
Perilaku Kesehatan menentukan
Hasil yang pencapaian hasil yang
menggambarkan diharapkan
tindakan individu dalam
meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan.
Level 3, Hasil :
Pertisipasi dalam
Keputusan Perawatan
1606 Kesehatan (327)
- Menunjukkan
pengarahan diri
160602 dalam membuat
keputusan (skala 2
menjadi skala 4)
- Menentukan pilihan
yang diharapkan
terkait dengan hasil
160605 kesehatan
- Mencari pelayanan
perawatan
kesehatan untuk
160611 memenuhi hasil
yang diinginkan
(skala 2 menjadi
skala 5)

Keluarga mampu
merawat keluarga
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan

Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Menggunakan
1602 perilaku yang
menghindari risiko
160201 (skala 2 menjadi
skala 4)
- Melakukan perilaku
kesehatan secara
rutin (skala 2
160207 menjadi skala 4)
- Keseimbangan
aktifitas dan
istirahat (skala 2
160221 menjadi skala 4)
- Menghindari
penggunaan
tembakau (skala 2
160219 menjadi skala 4)

Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan setelah
dilakukan kunjungan 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan

Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Memonitor
1602 lingkungan terkait
dengan risiko (skala
160202 2 menjadi skala 4)
- Menghindari
paparan sisa asap
rokok (skala 2
160225 menjadi skala 4)

Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
setelah dilakukan
kunjungan rumah 5×

Level 1, Domain 4 :
Pengetahuan &
Perilaku

Level 2, Kelas Q :
Perilaku Kesehatan

Level 3, Hasil :
Perilaku Promosi
Kesehatan (484)
- Mendapatkan
1602 skrining kesehatan
yang
160213 direkomendasikan
(skala 2 menjadi
skala 4)
- Memperoleh
pemeriksaan rutin
(skala 2 menjadi
160224 skala 4)

Anda mungkin juga menyukai