TR Partisipasi Politik - Meutia Anggraini
TR Partisipasi Politik - Meutia Anggraini
PARTISIPASI POLITIK
Partisipasi berasal dari bahasa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang
artinya mengambil, sehingga partisipasi dapat dikatakan sebagai “mengambil bagian”. Politik
berasal dari kata Yunani, yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian, arti itu
berkembang terus menerus hingga kata politik dapat menunjukkan aspek-aspek kekuasaan
dengan unsur-unsur, seperti negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan
pembagian atau alokasi dalam kehidupan politik.
Maka, partisipasi politik ialah keterlibatan warga negara dalam segala bentuk
kebijakan, baik dari pembuatan keputusan sampai pada penilaian serta pelaksanaan
keputusan. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan
sosial dengan direct action, dan sebagainya.
|1
Partisipasi Politik
Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik memfokuskan diri pada partai politik
sebagai pelaku utama, tetapi dengan berkembangnya demokrasi banyak muncul kelompok
masyarakat yang juga ingin memengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan
umum. Kelompok ini lahir dimasa post industrial dan dinamakan gerakan sosial baru (new
social movement). Kelompok-kelompok ini kecewa dengan kinerja partai politik dan
cenderung untuk memusatkan perhatian pada satu masalah tertentu (single issue) saja dengan
harapan akan lebih efektif memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui direct action.
Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin
sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. Pada mulanya di Eropa hanya elite masyarakat saja yang
diwakili di dalam perwakilan. Di Amerika, perempuan baru mempunyai hak suara setelah
adanya Amandemen ke-19 pada tahun 1920. Tetapi perlahan-lahan keinginan untuk
berpartisipasi menjangkau semua sektor masyarakat baik laki-laki ataupun perempuan dan
mereka menuntut hak untuk bersuara.
|2
Partisipasi Politik
Di samping mereka yang ikut serta dalam satu atau lebih bentuk partisipasi, ada warga
masyarakat yang sama sekali tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik yang disebut apati
(apathy). Mereka tidak ikut pemilihan disebabkan oleh berbagai alasan, seperti karena sikap
acuh tak acuh dan tidak tertarik pada oknum yang akan dipilih, kurang paham mengenai
masalah politik, tidak meyakini bahwa usahanya dapat memengaruhi kebijakan pemerintah
akan berhasil, karena sedang berada ditempat lain, dan lain sebagainya. Namun, menurut
McClosky sikap apati ini dapat diartikan sebagai hal positif karena memberi leksibilitas
kepada sistem politik, dibanding dengan masyarakat yang mengalami partisipasi berlebih-
lebihan dan di mana warganya terlalu ‘aktif’, sehingga menjurus ke pertikaian, fragmentasi,
dan instabilitas sebagai manifestasi ketidakpuasan.
Partisipasi politik di negara demokrasi dapat dilihat dari dua piramida yang berbeda.
Piramida I, menurut Milbrath dan Goel masyarakat Amerika dapat dibagikan dalam tiga
kategori: a). Pemain (Gladiators) yang merupakan orang yang sangat aktif dalam dunia
politik; b). Penonton (Spectators) yang merupakan orang yang aktif dalam memakai hak
pilihnya; dan c). Apatis (Apathetics) yang merupakan orang yang tidak aktif dan tidak
menggunakan hak pilihnya. Piramida II, David F Roth dan Frank L. Wilson berpandangan
bahwa masyarakat terbagi dalam empat kategori: a). Aktivis (Activists), termasuk
pembunuhan politik, pembajakan politik dan teroris; b). Partisipan (Perticipants), yaitu prang
yang bekerja untuk kampanye, anggota pasrtai secara aktif, ataupun orang yang bertindak
secara politis; c). Penonton (Onlookers), seperti pemilih, terlibat diskusi politik; dan d).
Apolitis (Apoliticals).
|3
Partisipasi Politik
melalui partisipasi politik. Di beberapa negara berkembang, partisipasi bersifat otonom,
artinya lahir dari diri mereka sendiri, masih terbatas. Berkaitan dengan gejala itu, jika hal itu
terjadi di negara-negara maju sering kali dianggap sebagai tanda adanya kepuasan terhadap
pengelolaan kehidupan politik.
Partisipasi politik ini dianggap penting dalam negara demokrasi, sebab keputusan
politik yang diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat dan untuk tidak dilanggarnya hak-hak setiap warga negara dalam setiap kebijakan
pemerintah.
Kedua buku ini ditulis oleh penulis hebat dan dikenal akan karya-karyanya. Ibu
Miriam budiardjo tidak hanya dikenal sebagai ilmuwan politik paling senior di Indonesia,
tetapi beliau juga dikenal sebagai pejuang politik yang aktif sejak masa revolusi. Kedua buku
ini ditulis agar dapat dibaca dan dipahami oleh public mengenai Partisipasi Politik. Kedua
buku ini sangat relevan dengan judul yang telah ditetapkan dan disertai oleh bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami.
Buku yang tulis oleh Josep membahas berbagai hal terkait partisipasi politik,
terkhusus di Indonesia sendiri. Buku ini berisikan tiga materi bab pembahasan, dimana
ketiganya membahas khusus mengenai partisipasi politik. Pembahasan diawali dengan
pendahuluan yang sudah menjurus pada situasi partisipasi politik pada tahun belakangan ini,
bab dua yang menjelaskan konsep partisipasi politik serta problem di dalamnya, dan pada bab
terakhir dipaparkan materi terkait partisipasi politik di Indonesia. Buku ini kaya akan
pemaparan politik terkait materi pasrtisipasi politik yang disertai dengan keadaan tahun
belakangan ini sebab buku ini diterbitkan pada tiga tahun terakhir dekade ini.
Buku karya Miriam Budiardjo kaya akan materi terkait dasar-dasar ilmu politik yang
digagas tidak hanya melalui akademik melainkan juga pengalaman empiric beliau. Pada salah
|4
Partisipasi Politik
satu babnya, beliau memaparkan materi terkait partisipasi politik yang terdiri dari defenisi,
partisipasi politik di negara demokrasi, otoriter, berkembang, dan menjelaskan beberapa
kelompok kepentingan.
Kesimpulan
Kedua buku ini memiliki relevansi yang sangat berkaitan terkait partisipasi politik.
Adapaun inti defenisi partisipasi politik dari kedua buku ini ialah adanya keterlibatan warga
negara dalam proses politik yang dapat memberikan efek politik. Partisipasi politik
merupakan hal yang sangat diperlukan sebab dengan berpartisipasi dalam politik kita dapat
mempengaruhi atau bahkan dapat mengubah suatu kebijakan pemerintah.
Referensi:
|5
Partisipasi Politik