Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RUTIN 1

Nama : Meutia Anggraini


Nim : 3192411008
Kelas : IV PPKn Reg B 2019
Mata Kuliah : Sosiologi Politik
Dosen Pengampu : Windawati Pinem, S.Sos., M.IP.

PARTISIPASI POLITIK

Partisipasi berasal dari bahasa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang
artinya mengambil, sehingga partisipasi dapat dikatakan sebagai “mengambil bagian”. Politik
berasal dari kata Yunani, yaitu polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian, arti itu
berkembang terus menerus hingga kata politik dapat menunjukkan aspek-aspek kekuasaan
dengan unsur-unsur, seperti negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan
pembagian atau alokasi dalam kehidupan politik.

Herbert McClosky berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan


sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa baik secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan
kebijakan umum.

Maka, partisipasi politik ialah keterlibatan warga negara dalam segala bentuk
kebijakan, baik dari pembuatan keputusan sampai pada penilaian serta pelaksanaan
keputusan. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan
pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan
sosial dengan direct action, dan sebagainya.

Dalam partisipasi politik akan menyoal terkait keterlibatan, keikutsertaan dan


memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun tenaga dalam proses politik. Partisipasi
politik berbeda dengan mobilisasi politik. Mobilisasi politik dapat dikatakan dengan
keikutsertaan warga negara dalam proses politik, tidak berarti warga mendukung keputusan
atau kebijakan yang digariskan oleh pemimpinnya.

|1
Partisipasi Politik
Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik memfokuskan diri pada partai politik
sebagai pelaku utama, tetapi dengan berkembangnya demokrasi banyak muncul kelompok
masyarakat yang juga ingin memengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan
umum. Kelompok ini lahir dimasa post industrial dan dinamakan gerakan sosial baru (new
social movement). Kelompok-kelompok ini kecewa dengan kinerja partai politik dan
cenderung untuk memusatkan perhatian pada satu masalah tertentu (single issue) saja dengan
harapan akan lebih efektif memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui direct action.

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bersumber dari paham


kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-
orang yang akan memegang pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan perwujudan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang sah oleh rakyat yang mempunyai efek politik
(political eicacy).

Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin
sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
penyelenggaraan pemerintah. Pada mulanya di Eropa hanya elite masyarakat saja yang
diwakili di dalam perwakilan. Di Amerika, perempuan baru mempunyai hak suara setelah
adanya Amandemen ke-19 pada tahun 1920. Tetapi perlahan-lahan keinginan untuk
berpartisipasi menjangkau semua sektor masyarakat baik laki-laki ataupun perempuan dan
mereka menuntut hak untuk bersuara.

Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi


masyarakat, lebih baik. Hal ini disebabkan karena tingginya tingkat partisipasi menunjukkan
bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan tersebut. Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan
memiliki kadar keabsahan (legitimacy) yang tinggi. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang
rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan
bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan
dikhawatirkan jika berbagai pendapat dalam masyarakat tidak dikemukakan, pimpinan negara
akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat, dan cenderung melayani
kepentingan beberapa kelompok saja. Pada umumnya partisipasi yang rendah dianggap
menunjukkan legitimasi yang rendah pula.

|2
Partisipasi Politik
Di samping mereka yang ikut serta dalam satu atau lebih bentuk partisipasi, ada warga
masyarakat yang sama sekali tidak melibatkan diri dalam kegiatan politik yang disebut apati
(apathy). Mereka tidak ikut pemilihan disebabkan oleh berbagai alasan, seperti karena sikap
acuh tak acuh dan tidak tertarik pada oknum yang akan dipilih, kurang paham mengenai
masalah politik, tidak meyakini bahwa usahanya dapat memengaruhi kebijakan pemerintah
akan berhasil, karena sedang berada ditempat lain, dan lain sebagainya. Namun, menurut
McClosky sikap apati ini dapat diartikan sebagai hal positif karena memberi leksibilitas
kepada sistem politik, dibanding dengan masyarakat yang mengalami partisipasi berlebih-
lebihan dan di mana warganya terlalu ‘aktif’, sehingga menjurus ke pertikaian, fragmentasi,
dan instabilitas sebagai manifestasi ketidakpuasan.

Partisipasi politik di negara demokrasi dapat dilihat dari dua piramida yang berbeda.
Piramida I, menurut Milbrath dan Goel masyarakat Amerika dapat dibagikan dalam tiga
kategori: a). Pemain (Gladiators) yang merupakan orang yang sangat aktif dalam dunia
politik; b). Penonton (Spectators) yang merupakan orang yang aktif dalam memakai hak
pilihnya; dan c). Apatis (Apathetics) yang merupakan orang yang tidak aktif dan tidak
menggunakan hak pilihnya. Piramida II, David F Roth dan Frank L. Wilson berpandangan
bahwa masyarakat terbagi dalam empat kategori: a). Aktivis (Activists), termasuk
pembunuhan politik, pembajakan politik dan teroris; b). Partisipan (Perticipants), yaitu prang
yang bekerja untuk kampanye, anggota pasrtai secara aktif, ataupun orang yang bertindak
secara politis; c). Penonton (Onlookers), seperti pemilih, terlibat diskusi politik; dan d).
Apolitis (Apoliticals).

Di negara-negara otoriter seperti komunis pada masa lampau, partisipasi massa


umumnya diakui kewajarannya, karena secara formal kekuasaan ada di tangan rakyat. Akan
tetapi tujuan utama partisipasi massa dalam masa pendek masyarakat adalah merombak
masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat modern, produktif, kuat, dan berideologi
kuat. Hal ini memerlukan disiplin dan pengarahan ketat dari monopoli partai politik.

Di negara-negara berkembang yang non-komunis menunjukkan pengalaman yang


berbeda-beda dalam partisipasi politik, sebab mereka beranggapan bahwa berhasil-tidaknya
pembangunan banyak bergantung pada partisipasi rakyat. Ikut sertanya masyarakat akan
membantu penanganan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan etnis,
budaya, status sosial dan ekonomi, agama, dan sebagainya. Integrasi nasional, pembentukan
identitas nasional, serta loyalitas kepada negara diharapkan akan ditunjang pertumbuhannya

|3
Partisipasi Politik
melalui partisipasi politik. Di beberapa negara berkembang, partisipasi bersifat otonom,
artinya lahir dari diri mereka sendiri, masih terbatas. Berkaitan dengan gejala itu, jika hal itu
terjadi di negara-negara maju sering kali dianggap sebagai tanda adanya kepuasan terhadap
pengelolaan kehidupan politik.

Keterlibatan politik dapat terjadi dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah


memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mempengaruhi proses pembuatan
kebijakan, alat control masyarakat terhadap pemerintah yang otoriter, membantu
meringankan beban pemerintah, melegitimasi rzim dan kebijakannya.

Partisipasi politik ini dianggap penting dalam negara demokrasi, sebab keputusan
politik yang diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
masyarakat dan untuk tidak dilanggarnya hak-hak setiap warga negara dalam setiap kebijakan
pemerintah.

Pembahasan Utama Isi Buku:

Kedua buku ini ditulis oleh penulis hebat dan dikenal akan karya-karyanya. Ibu
Miriam budiardjo tidak hanya dikenal sebagai ilmuwan politik paling senior di Indonesia,
tetapi beliau juga dikenal sebagai pejuang politik yang aktif sejak masa revolusi. Kedua buku
ini ditulis agar dapat dibaca dan dipahami oleh public mengenai Partisipasi Politik. Kedua
buku ini sangat relevan dengan judul yang telah ditetapkan dan disertai oleh bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami.

Buku yang tulis oleh Josep membahas berbagai hal terkait partisipasi politik,
terkhusus di Indonesia sendiri. Buku ini berisikan tiga materi bab pembahasan, dimana
ketiganya membahas khusus mengenai partisipasi politik. Pembahasan diawali dengan
pendahuluan yang sudah menjurus pada situasi partisipasi politik pada tahun belakangan ini,
bab dua yang menjelaskan konsep partisipasi politik serta problem di dalamnya, dan pada bab
terakhir dipaparkan materi terkait partisipasi politik di Indonesia. Buku ini kaya akan
pemaparan politik terkait materi pasrtisipasi politik yang disertai dengan keadaan tahun
belakangan ini sebab buku ini diterbitkan pada tiga tahun terakhir dekade ini.

Buku karya Miriam Budiardjo kaya akan materi terkait dasar-dasar ilmu politik yang
digagas tidak hanya melalui akademik melainkan juga pengalaman empiric beliau. Pada salah

|4
Partisipasi Politik
satu babnya, beliau memaparkan materi terkait partisipasi politik yang terdiri dari defenisi,
partisipasi politik di negara demokrasi, otoriter, berkembang, dan menjelaskan beberapa
kelompok kepentingan.

Kesimpulan

Kedua buku ini memiliki relevansi yang sangat berkaitan terkait partisipasi politik.
Adapaun inti defenisi partisipasi politik dari kedua buku ini ialah adanya keterlibatan warga
negara dalam proses politik yang dapat memberikan efek politik. Partisipasi politik
merupakan hal yang sangat diperlukan sebab dengan berpartisipasi dalam politik kita dapat
mempengaruhi atau bahkan dapat mengubah suatu kebijakan pemerintah.

Referensi:

Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Josep. 2018. Partisipasi Politik di Indonesia dan Upaya Pengembangannya. Jakarta:


Indocamp

|5
Partisipasi Politik

Anda mungkin juga menyukai