Anda di halaman 1dari 2

Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Wabah Covid-19

Oleh: Ahmad Diky Wijaya

Dipenghujung tahun 2019, dunia dihebohkan dengan munculnya virus yang berasal
dari kota Wuhan, China yaitu Virus Corona. Dari awal kemunculannya hingga saat ini, virus
ini telah memakan banyak korban jiwa. Hampir seluruh negara di belahan dunia terjangkit
virus berbahaya ini. Mengutip data dari Worldmeters.com, hingga saat ini ketika tulisan ini
ditulis (30/92020) total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 33,9 juta kasus. Dan
untuk di Indonesia sendiri, data dari covid19.go.id total kasus positif hingga saat ini mencapai
287.008 kasus.

Pasca penetapan Covid-19 sebagai pandemic hingga saat ini, pemerintah membuat
beberapa kebijakan untuk menangani pandemic Covid-19 ini. Kebijakan tersebut seperti
berdiam diri di rumah (Stay at Home), menjaga jarak sosial (Social Distancing), menjaga
jarak fisik (Physical Distancing), menggunakan masker, mencuci tangan, bekerja dan belajar
di rumah, hingga kebijakan yang terakhir ini adalah kebijakan hidup pola baru (New Normal
Life) . Dengan dibuatnya kebijakan tersebut, harapannya adalah seluruh masyarakat
mematuhi kebijakan tersebut guna memutus rantai penyebaran virus Corona.

Kebijakan pemerintah tersebut tentu sangat bertentangan dengan kebiasaan hidup


masyarakat seperti dilarangnya beraktivitas diluar rumah di masa pandemic. Penerapan
kebijakan untuk selalu menjaga jarak, berdiam diri di rumah, pada akhirnya akan merubah
secara total kebiasaan, tradisi, pola perilaku, dari sebelum adanya pandemic Covid-19. Tetapi
kebijakan tersebut dibuat semata-mata hanya agar pandemic ini cepat berlalu dan dapat
melakukan aktivitas secara normal.

Selain kebijakan untuk mencegah penularan virus Corona, pemerintah juga


mengimplementasikan beberapa kebijakan dalam melindungi masyarakat dari kesejahteraan
yang rendah. Pemerintah telah menyapkan anggaran sebesar 110 Triliun rupiah untuk
program sembako, program keluarga harapan, kartu prakerja, subsidi listrik, intensif
perumahan, dan program untuk pensejahteraan lainnya.

Di masa pandemic seperti saat ini, bantuan sosial dan perlindungan sosial dari
pemerintah sangat begitu dibutuhkan karena hal tersebut bisa menjadi penyambung hidup
jutaan masyarakat yang terkena dampak pandemic ini. Contohnya seperti para buruh
bangunan, nelayan, tukang ojek, buruh pabrik, supir, petani, peternak, pedagang, karyawan,
dan lain-lain. Tetapi sayangnya terdapat pengelolaan data bantuan sosial yang buruk. Fakta
di lapangan dengan buruknya pengelolaan bantan sosial membuat kegaduhan di kalangan
masyarakat.

Buruknya pengelolaan bantuan sosial bagi masyarakat tersebut seperti di Bogor, Jawa
Barat, puluhan warga perumahan yang dapat dikatakan orang yang mampu malah menerima
bantuan. Hal ini dinilai salah sasaran dalam penyaluran bantuan yang seharusnya masyarakat
kurang mampu yang mendapat bantuan tetapi faktanya masyarakat yang dirasa mampu malah
mendapat bantuan. Sangat disayangkan jika dana bantuan tidak tepat sasaran, bahkan tidak
sampai kepada mereka yaitu masyarakat yang membutuhkan.

Harapannya adalah pemerintah harus lebih fokus lagi dalam menangai wabah virus
Corona ini khususnya pada pengelolaan bantuan sosial agar seluruh masyarakat yang
membutuhkan atau yang terkena dampaknya bisa sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai