Anda di halaman 1dari 33

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I yang dibina oleh Ns. Andi Surya Kurniawan, M.Kep

Oleh Kelompok 3:
Alifiya Eka Rahmawati (1914314201030)
Ana khumaidita putri (1914314201031)
Desi Yulita Patrilia A.R (1914314201036)
Eka Puji Lestari (1914314201042)
Husnur Robbani (1914314201046)
Luvi Apriliana Putri (1914314201051)
Yolanda Harvina Putri (1914314201071)
Yidronis
Rikson

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI SI KEPEAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa salawat
serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis membahas mengenai “Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF)”. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa
sumber sebagai referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan internet.
Pembuatan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan, baik materi maupun moral dari pihak-pihak tertentu. Kami ucapkan
terima kasih kepada Allah swt, kedua orangtua yang sudah mendoakan dan
memberi semangat kepada kami, teman-teman kelompok 3 yang sudah bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik, Ns. Andi Surya Kurniawan,
M.Kep sebagai koordinator mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I serta yang
telah memberikan tugas ini agar kami dapat menambah pengetahuan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran pada
masa depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 11 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
2.1 Pengertian DHF....................................................................................
2.2 Etiologi DHF.........................................................................................
2.3 Patosiologi DHF....................................................................................
2.4 Menisfetasi Klinik Virus Dengue ........................................................
2.5 Klarifikasi DHF....................................................................................
2.6 Gejala DHF...........................................................................................
2.7 Pemeriksaan Laboratorium...................................................................
2.8 Pencegahan DHF..................................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut
sebagai penyakit (terutama sering dijumpai) yang disebabkan oleh virus Dengue
dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah. Demam Berdarah
Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan
manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas
penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara
penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia
Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Infeksi virus Dengue telah menjadi
masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Dengue Haemorraghic Fever?
b. Apa etiologi dari Dengue Haemorraghic Fever?
c. Apa patosiologi dari Dengue Haemorraghic Fever?
d. Bagaimana manifestasi klinis Dengue Haemorraghic Fever?
e. Bagaimana klarifikasi Dengue Haemorraghic Fever?
f. Apa saja gejala Dengue Haemorraghic Fever?
g. Bagaimana pemeriksaan laboratorium Dengue Haemorraghic Fever?
h. Bagaimana cara pencegahan Dengue Haemorraghic Fever?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Dapat mengetahui pengertian Dengue Haemorraghic Fever
b. Dapat mengetahui etiologi Dengue Haemorraghic Fever
c. Dapat mengetahui patosiologi Dengue Haemorraghic Fever
d. Dapat mengetahui menifestasi klinis Dengue Haemorraghic Fever
e. Dapat mengetahui klarifikasi Dengue Haemorraghic Fever
f. Dapat mengetahui gejala Dengue Haemorraghic Fever
g. Dapat mengetahui pemeriksaan laboratorium Dengue Haemorraghic Fever
h. Dapat mengetahui cara pencegahan Dengue Haemorraghic Fever
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk
pada dua hari pertama (Soeparman, 1987;16).Dari beberapa pengertian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2.2 Etiologi
a. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang
termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat
berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang
berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney)
maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih.

2.3 Patosiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikin, serotinim, thrombin,
histamin) terjadinya peningkatan suhu. Elain itu viremia menyebabkan pelebaran
pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma
dari intravascular ke intersisial yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia
dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari
antibody melawan virus. (Murwani, 2011).

2.4 Manifestasi Klinis Dengue Hemoragic Fever


a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian
turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri
punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah
terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto,
1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna
bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
(Ngastiyah, 1995 ; 349).
c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
d. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila
syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang
buruk. (soedarto ; 39).

2.5 Klarifikasi Dengue Hemoragic Fever


Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi
menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1. Derajat I
Panas 2-7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif 2.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala-gejala pendarahan spontan
seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena,
perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi
lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah
80 mmHg.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140
mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

2.6 Gejala Dengue Hemoragic Fever


1) Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
2) Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
3) Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, nyeri ulu hati.
4) Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola
mata (retro orbita), hepatomegali, splenomegali.
5) Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan. Gejala klinik lain
yaitu nyeri epigasstrium, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan
kejang-kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).

2.7 Pemeriksaan Laboratorium


1. Rumple Leed
a. Pasang manset pada lengan atas
b. Tentukan sistol dan diastol
c. Tahan tekanan antara sistol dan diastol selama 5 menit
d. Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian
volar lengan dengan luas 2,5 cm x 2,5cm.
2. Hitung Trombosit Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker
a. Hisap darah EDTA dengan pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue
c. Hisap larutan Rees Echer sampai tanda 101
d. Kocok darah dan larutan 3 menit
e. Buang larutan 3-4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
f. Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah-tengah dengan
mikroskop, kalikan 2000.
3. Hitung Leukosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk
a. Hisap darah EDTA dng pipet Leukosit → sampai tanda 0,5
b. Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue
c. Hisap larutan Turk sampai tanda 11
d. Kocok darah dan larutan ± 2-3 menit
e. Buang larutan 3-4 tetes → masukan kedalam kamar hitun
f. Hitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar di sudut
dengan mikroskop, kalikan 50.
4. Hitung Hematokrit Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode
a. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume
tabung
b. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay)
c. Sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm
d. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
e. Nilainya dinyatakan dalam %.
5. Imunoserologi IgM dan IgG
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam
diagnosis infeksi virus dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5,
meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60-90 hari. IgG pada
Infeksi primer terdeteksi mulai hari ke 14, pada infeksi sekunder terdeteksi
mulai hari ke 2.
Prinsip Kerja : Dengue Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara
simultan mendeteksi sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM
terhadap virus dengue. Tes ini juga dapat mendeteksi ke empat serotype
virus dengue karena menggunakan suatu paduan antigen recombinant
dengue envelope proteins Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini
adalah Serum.
Berikut tata cara pengambilan sample : Kumpulkan darah vena
kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti heparin,
EDTA dan sodium citrate), diamkan selama 30 menit hingga darah
membeku dan kemudian lakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000
rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
1. Rumple Leed 70,2 % kasus DBD mempunyai hasil uji Rumple Leed
(+). Hasil (+) menandai Fragilitas Kapiler darah meningkat.
2. Hitung Trombosit Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada
hari ke 3-8 ( < 100.000 / µL). Nilai Normal: 150.000-400.000 / µL.
3. Hitung Leukosit Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga
menurun. Nilai normalnya ialah ( 5000-10000 / µL).
4. Hitung Hematokrit. Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 %
nilai awal, yang umumnya dimulai pada hari ke 3 Demam. Hal ini
diakibatkan oleh kebocoran Plasma. Normalnya : Pria 40-48% Wanita
37 - 43 % Anak anak 33 - 38 %
5. Imunoserologi IgM dan IgG

2.8 Pencegahan Dengue Hemoragic Fever


1. Pencegahan secara mekanik Gerakan 3 M (Menguras tempat-tempat
penampungan air secara teratur sekurang - kurangnya sekali seminggu atau
penaburan bubuk abate ke dalamnya, Menutup rapat tempat penampungan
air, Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air)
2. Pencegahan secara kima Pemberantasan vector
a. Fogging ( penyemprotan ), kegiatan ini dilakukan bila hasil
penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b. Abatisasi Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan
yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan
dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.
3. Pencegahan secara biologi
Pencegahan DBD secara biologis juga cukup efektif, yaitu dengan
menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Masukan beberapa ikan
kecil kedalam bak mandi atau kolam, maka vektor nyamuk pembawa virus
dengue otomatis dapat dikendalikan, sebab ikan akan memakan jentik-
jentik nyamuk.
KASUS
Seorang laki-laki berusia 25 tahun menjalani MRS hari ke-2 diagnosa
DHF dengan keluhan demam, nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul,
kepala pusing. TD 110/70 mmHg, rentang suhu 38°C-39 °C sudah terjadi hampir
2 hari SMRS dan saat ini 38,5°C. Uji torniket positif, petekie (+), mual (+),
muntah (+), BAB terakhir encer. Nilai lab: Ht 55,3%, Hb 20g/dL, LED
50mm/jam, Leukosit 5700/μL. Pasien saat ini merasa lemas dan tidak mampu
melakukan aktivitas fisik.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
 Pasien
o Nama : Tn. A
o Umur : 25 tahun
o Jenis kelamin : Laki-laki
o Pendidikan : SMA
o Pekerjaan : Pegawai swasta
o Status perkawinan : Menikah
o Agama : Hindu
o Suku : Bali
o Alamat : Jl. Imam bonjol. No. 14 Denpasar
o Tanggal masuk : 28 Mei 2017
o Tanggal pengkajian : 30 Mei 2017
o Sumber Informasi : pasien dan keluarga
o Diagnosa masuk : .DHF
 Penanggung
o Nama : Ny. K
o Hubungan dengan pasien: Istri
2. Riwayat keluarga
o Genogram : -
o Keterangan genogram : -
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
o Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): pasien mengeluh demam,
nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul, kepala pusing.
o Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini: saat
masuk rumah sakit pasien mengeluh demam, nyeri pada punggung
dan tulang hilang timbul, kepala pusing. Saat ini pasien merasa lemas
dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik
o Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Apakah sebelum masuk rumah sakit pasien minum obat penurun
panas/parasetamol?
b. Status Kesehatan Masa Lalu
o Apakah sebelumnya pasien sudah pernah menderita DHF?
o Apakah sebelumnya pasien memiliki riwayat alergi obat atau
makanan?
o Apakah pasien memiliki kebiasaan merokok, minum kopi dan
pengguna alkohol?
4. Riwayaan Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga pasien dalam satu rumah yang saat ini mengalami
DHF?
5. Diagnosa Medis dan therapy: DHF
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
o Apakah saat sakit pasien akan minum obat dan pergi ke petugas
kesehatan terdekat?
o Apakah menurut pasien kesehatan itu penting?
b. Nutrisi/ metabolic:
o Setelah masuk rumah sakit pasien mengalami mual (+) dan muntah
(+)
o Menilai apakah pasien mengalami perubahan porsi dan nafsu makan
sebelum dan setelah sakit?
o Menilai bagaimana konsumsi makanan dan cairan pasien setelah
sakit?
c. Pola eliminasi Berdasarkan pengkajian pasien mengalami BAB terakhir
encer
d. Pola aktivitas dan latihan (ADL dan latihan)
o Menilai apakah pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti
perawatan diri, makan, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi, dan
berpindah secara mandiri atau dibantu
o Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
o Menilai frekuensi dan durasi periode istirahat dan tidur pasien
sebelum dan setelah sakit
o Apakah ada masalah yang dirasakan saat tidur?
f. Pola kognitif-perseptual
o Berdasarkan pada kasus, pasien merasa nyeri pada punggung dan
tulang yang hilang timbul
g. Pola persepsi diri/konsep diri
o Menanyakan pada pasien selama sakit apakah ada peruubahan peran,
harga diri, gambaran diri, ideal diri dan identitas diri
h. Pola seksual dan reproduksi
o Apakah selama sakit pasien mengalami perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seksual
i. Pola peran-hubungan
o Apakah terjadi perubahan peran hubungan dalam keluarga dan peran
sosial selama pasien sakit dan dirawat di rumah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
o Menilai apakah pasien mengungkapkan keluhan yang dirasakan baik
pada petugas kesehatan maupun keluarga
k. Pola keyakinan-nilai
o Menilai apakah pasien mampu melakukan persembahyangan selama
sakit atau hanya berdoa di tempat tidur
7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran: Composmentis
TTV TD: 110/70 Nadi : -
Suhu: 38,5°C
RR: tidak dikaji 0
a. Kulit :
o Inspeksi : Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya edema dan lesi
o Palpasi : Menilai ada tidaknya edema, menilai ada tidaknya nyeri
tekan, menilai akral pasien pana, hangat atau dingin
b. Kepala:
o Inspeksi : Melihat keadaan rambut dan kulit kepala, melihat ada
tidaknya lesi
o Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan edema
c. Mata
o Inspeksi : Menilai apakah pandangan kabur atau tidak, menilai warna
konjuctiva dan sklera
o Palpasi : -
d. Telinga
o Inspeksi : Melihat apakah telinga simetris, menilai ada tidaknya lesi
o Palpasi : -
e. Hidung
o Inspeksi : Melihat ada tidaknya lesi, melihat apakah terdapat sekret,
saat anak bernafas terdapat cuping hidung
o Palpasi : -
f. Mulut
o Inspeksi : Melihat warna mukosa mulut dan serta apakah mukosa
mulut lembab atau kering
o Palpasi : -
g. Leher
o Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid pada leher
o Palpasi : Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid atau
kelenjar limfe
h. Dada
o Paru-paru
- Inspeksi : Menilai apakah gerakan dada kanan dan kiri simetris
- Palpasi : Menilai bagaimana retraksi dinding dada
- Auskultasi : Menilai suara nafas klien (suara nafas anak mengi)
o Jantung
- Inspeksi : Menilai apakah iktus kordis terlihat atau tidak
- Palpasi : Menilai tempat terabanya iktus kordis
- Auskultasi : Menilai suara jantung dan menilai apakah ada suara
tambahan
i. Abdomen
- Inspeksi : Melihat keadaan perut dan tidaknya asites
- Palpasi : Menilai ada tidaknya nyeri tekan
- Perkusi : Apakah suara perkusi perut timfani atau tidak
- Auskultasi : Menilai bunyi bising usus
j. Sistem gastrointestinal
- Pasien mengalami mual (+) dan muntah (+)
k. Sistem muskuloskeletal
- Berdasarkan kasus pasien mengeluh nyeri otot dan punggung
hilang timbul
l. Genetalia
- Inspeksi : Melihat kebersihan genitalia
m. Anus dan rektum
- Inspeksi : Melihat keadaan dan kebersihan anus dan rektum
n. Muskuloskeletal
- Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela
o. Neurologi
- Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
Hematokrit: 55,3% (normal: 35-45%)
HB: 20g/dl. (normal 13-16g/dl)
LED: 50 mm/jam
Leukosit : 5700/uL (normal: 5000-10.000/uL)
Plt: 34.000/uL (normal: 150-400)
b. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
Hasil torniket (+)
9. Analisa data
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 30 Mei DS: Pasien Gigitan nyamuk aedes Kekurangan
2017 merasa lemas aegypti volume cairan
dan tidak
mampu Masuknya virus dengue
melakukan dalam tubuh
aktivitas fisik.
DO: Hasil Kontak dengan antibodi
pemeriksaan lab
yang Virus berekasi dengan
menunjukan: antibodi
- Ht: 55,3%
- Hb: 20 g/dl Terbentuknya
- LED : 5700/μL kompleks virus antibodi
- Plt: 34.000 /μL
Aktivasi C3 & C5

Pelepasan C3a & C5a

Peningkatan
permaibilitas

dinding pembuluh
darah

Perembesan plasma
keluar menuju
ekstravaskuler

Kekurangan volume
cairan
2 30 Mei DS : Pasien Virus masuk sirkulasi hipertermi
2017 mengeluh
demam Menempel di sel fagosit
DO : mononuklear
- Suhu tubuh
38,5°C Masuk & menginfeksi
- Kulit pasien sel fagosit
terasa panas saat
disentuh Virus bereplikasi di
dalam sel fagosit

Endothelium
hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter

Prostaglandin berikatan
dengan neuron
prepiotik di
hipotalamus

Peningkatan
thermostatic set poin

Peningkatan suhu >


37,5oC
Hipertemi
3 30 Mei DS : Pasien Virus masuk dan Nausea
2017 mengatakan bereaksi dengan
lemas dan antibodi
merasa mual dan
sudah muntah Gangguan endotel
DO : Pasien
terlihat mual Agregasi trombosit

Mengaktivasi sistem
koagulasi

Pengeluaran ADP
(Adenosin Di Phosphat)
Trombosit melekat satu
sama lain

Trombosit dihancurkan
oleh RES

Kerja hati dan linfa


berlebihan untuk
menghancurkan
trombosit yang rusak

Hepatomegali-
Splenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCl

Mual, muntah

Nausea
4 30 Mei DS: Pasien Peningkatan Nyeri akut
2017 mengatakan permeabilitas dinding
nyeri pada pembuluh darah
punggung dan
tulang hilang Kebocoran plasma
timbul
DO: - Peningkatan hematokrit

Viskositas darah
meningkat

Aliran darah meningkat

Suplai O2 menurun

Penumpukan asam
laktat di sel otot

Nyeri otot dan


punggung

Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme
regulasi ditandai dengan peningkatan hematokrit.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit
panas ketika disentuh
3. Nausea berhubungan dengan adanya iritasi gastrointestinal ditandai
dengan mual
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien
menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul
A. Perencanaan
No Diagnosa Rencana keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Kekurangan Setelah diberikan NIC Label: Fluid Management
volume tindakan Fluid Management 1. Untuk mengetahui
cairan keperawatan 1. Memasang kateter jumlah urine yang
berhubungan selama ... di urine pada pasien dapat dihasilkan
dengan harapkan cairan sesuai indikasi oleh pasien dan
penurunan tubuh pasien 2. Memonitor status terpenuhinya
mekanisme terpenuhi dan hydrasi pasien keseimbangan
regulasi hematokrit menuju seperti keadaan cairan (intake
ditandai rentang normal membrane cairan = output
dengan Dengan kriteria hasil mukosa. cairan)
peningkatan : 3. Memonitor 2. Mukosa yang
hematokrit. NOC Label: tekanan darah kering terutama
Fluid Balance pasien. mukosa bibir dapat
1. Tekanan darah 4. Memonitor hasil menjadi indikasi
pasien dalam lab terutama pasien kekurangan
rentan normal adanya penurunan cairan.
yaitu 120/80 dari hematocrit 3. Memastikan
mmHg. pasien dari 55,3% tekanan darah
2. Turgor kulit dapat turun sampai pasien tidak terlalu
pasien normal. batas normal yaitu rendah di bawah
3. Hematocrit 40 – 48%. normal.
pasien dalam 5. Memberikan terapi 4. Hematocrit pasien
keadaan normal cairan intravena dehidrasi akan
yaitu 40 – 48%. pada pasien sesuai mengalami
kebutuhan. peningkatan, maka
Hydration 6. Memberikan cairan perlu mengetahui
1. Intake cairan melalui oral sesuai jumlah hematocrit.
pasien terpenuhi kebutuhan. 5. Pasien yang
(intake cairan = 7. Memberikan kekurangan cairan
output cairan) makanan atau harus mendapatkan
2. Pasien mampu minuman yang cairan baik oral
menghasilkan mengandung maupun intravena.
urine. banyak air seperti 6. Menambah cairan
3. Bagian buah, juice dan tubuh pasien
membrane minuman berasa. 7. Makanan atau
mukosa tubuh 8. Memonitor pasien minuman yang
tidak kering yang mendapatkan mengandung
(seperti mulut) terapi elektrolit. banyak air
4. Pasien tidak membantu dalam
merasa kehausan penambahan cairan
pada tubuh pasien
8. Agar dapat
menentukkan
tindakan yang
perlu dilakukan
2. Hipertermi Setelah diberikan NIC: Fever Treatment
berhubungan tindakan Fever Treatment 1. Agar mengetahui
dengan keperawatan 1. Memonitor perubahan suhu
penyakit selama ... di temperatur pasien yang dialami
DHF ditandai harapkan suhu tubuh paling sedikit pasien dan jika
dengan kulit pasien menuju setiap 2 jam tidak ada
panas ketika normal 2. Monitor frekuensi perubahan atau ke
disentuh Dengan kriteria hasil pernafasan, nadi arah yang lebih
: dan tekanan darah buruk dapat
NOC: pasien agar tetap diberikan medikasi
Thermoregulation dalam rentang yang sesuai
1. Terjadi normal 2. Untuk mengetahui
penurunan pada 3. Monitor intake dan perubahan yang
suhu kulit pasien output pasien terjadi pada
yaitu saat sesuai dengan pernafasan, nadi
disentuh tidak kebutuhan dan tekanan darah
terasa panas 4. Berikan cairan pasien dan dapat
2. Warna kulit melalui IV dengan diberikan medikasi
pasien kembali ke jumlah sesuai yang sesuai
warna aslinya anjuran 3. Agar terjadi
3. Pasien tidak 5. Berikan obat anti keseimbangan
mengalami piretik dengan antara intake dan
dehidrasi selama dosis sesuai output serta
hipertermi anjuran dokter menghindari
6. Berikan kompres dehidrasi yang
Vital signs hangat pada lipat mungkin terjadi
1. Suhu tubuh stabil paha dan aksila pada pasien
stabil dan menuju pasien 4. Mempertahankan
rentang normal 7. Monitor kebutuhan cairan
yaitu 36,50°C komplikasi terkait pasien sehingga
-37,50°C. demam (kejang, mencegah
2. Frekuensi penurunan terjadinya
pernafasan 16- kesadaran, status dehidrasi
20x/menit, ketidakabnormalan 5. Untuk menurunkan
tekanan darah elektrolit, panas pasien dari
120/80mmHg ketidakseimbangan 38,5°C
dan nadi 60- asam basa) 6. Dengan kompres
100x/menit 8. Fasilitasi konsumsi hangat pembuluh
pasien dalam cairan sesuai darah melebar
rentang normal anjuran dan sehingga pori-pori
kebutuhan pasien kulit terbukan dan
membuat panas
yang terperangkap
dalam tubuh bisa
mnguap keluar
selain itu saat
kompres hangat
membuat
hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga
panas tubuh harus
diturunkan
7. Untuk mengetahui
komplikasi yang
dapat terjadi dan
menentukkan
tindakan yang
harus dilakukan
8. Konsumsi cairan
dapat mencegah
dehidrasi pada
pasien
3. Ausea Setelah diberikan NIC : NIC:
berhubungan tindakan Nausea management Nausea Management
dengan keperawatan 1. Lakukan 1. Mengidentifikasi
adanya iritasi selama ... di pengkajian mual secara lengkap
gastrointestin harapkan mual secara lengkap frekuensi , tingkat,
al ditandai muntah pasien termasuk durasi dan faktor
dengan mual berkurang frekuensi, durasi, penyebab mual
Dengan kriteria hasil tingkat mual, dan 2. Memenuhi
: faktor penyebab kebutuhan nutrisi
NOC : mual. pasien dan
Nausea & Vomiting 2. Evaluasi efek mual mencegah mual
Control terhadap nafsu 3. Mengidentifikasi
1. Pasien dapat makan, aktivitas pengaruh mual
mengetahui dan sehari-hari dan terhadap kualitas
menghindari tidur pasien hidup pasien dan
penyebab mual 3. Berikan istirahat tidur pasien.
2. Meggunakan obat dan tidur yang 4. Mengurangi mual
antiemetik adekuat untuk dengan aksi
mengurangi mual sentralnya pada
Nausea & Vomiting 4. Kolaborasi hipotalamus
Severity pemberian obat 5. Untuk menghindari
1. Frekuensi mual antiemetik: terjadinya mual
pasien berkurang Metoclopramide namun nutrisi tetap
2. Intensitas mual 0,5 mg/berat badan terpenuhi
pasien berkurang sebanyak 3xsehari 6. Untuk menghindari
3. Frekuensi muntah 5. Anjurkan makan dehidrasi
pasien berkurang sedikit tapi sering
4. Intensitas muntah dan dalam keadaan Vomiting
pasien berkurang hangat Management
5. Tidak ada 6. Anjurkan pasien 1. Mengidentifikasi
peningkatan rutin minum air muntah dari warna,
sekresi air liur putih sesuai konsistensi, darah
anjuran dan kekuatan
Nutritional Status : muntah
Food & Fluin Intake Vomiting 2. Mengidentifikasi
1. Pemasukan Management volume muntah
makanan dan 1. Lakukan 3. Untuk mengurangi
minuman secara pengkajian muntah bau tidak sedap
oral kedalam dari warna, dimulut, dan
tubuh terpenuhi konsistensi, ada memudahkan
sesuai dengan tidaknya darah, pasien untuk
indikasi waktu dan makan
2. Terpenuhinya kekuatan 4. Menghilangkan
pemasukan muntahnya. bau tidak sedap
nutrisi lewat 2. Mengukur volume yang bisa
parenteral jika muntah pasien menyebabkan
tidak dapat lewat 3. Mempertahankan muntah berulang
oral kebersihan mulut 5. Untuk membantu
pasien dengan pasien lebih rileks
tetap menggosok 6. Untuk mengurangi
gigi selama sakit mual muntah pada
dan berkumur pasien
setelah muntah
4. Membersikan Nutritonal Monitoring
setelah pasien 1. Menjaga agar tidak
muntah untuk terjadi turgor kulit
menghilangkan dan melakukan
bau dari muntahan mobilitas secara
dengan berkumur mandiri
5. Ajari 2. Mengurangi mual
menggunakan muntah pasien
tehnik non 3. Memenuhi
farmakologi seperti kebutuhan asupan
relaksasi dan kalori dan
mendengarkan makanan pasien
musik untuk 4. Mencegah
pengalih perhatian perubahan selera
terhadap mual makan dan
muntah pasien aktivitas pasien
6. Menganjurkan 5. Memenuhi
menghirup wangi kebutuhan makan
aromateraphy sesuai faktor
untuk menangani penentu pola
muntah. makan
6. Menjaga uji lab
Nutritional pasien dalam
Monitoring keadaan normal
1. Memantau turgor
kulit dan mobilitas
pasien
2. Memantau mual
dan muntah setiap
hari
3. Memantau asupan
kalori dan
makanan pasien
sesuai dengan
anjuran
4. Mengidentifikasi
perubahan selera
makan dan
aktivitas pasien
5. Memantau faktor
penentu pola
makanan seperti
makanan yang
disuka, makanan
dan yang tidak
disuka namun
tidak bertentangan
dengan
penyakitnya
(seperti makanan
pedas, makanan
berlemak)
6. Melakukan
pemantauan uji lab
seperti hematokrit,
hemoglobin,
leukosit, trombosit
dan LED
4 Nyeri akut Setelah diberikan IC: Pain Management
berhubungan tindakan Pain Management 1. Penanganan nyeri
dengan agen keperawatan 1. Lakukan tidak dapat
biological selama ... di pengkajian nyeri disamakan pada
ditandai harapkan nyeri yang secara masing - masing
dengan dirasakan pasien komprehensif individu dan
pasien berkurang termasuk lokasi, kelompok umur
menyatakan Dengan kriteria hasil karakteristik, karena penanganan
nyeri pada : durasi, frekuensi, nyeri yang baik
punggung NOC: kualitas dan faktor memerlukan
dan tulang Pain Control presipitasi. perhatian khusus
hilang timbul 1. Pasien dapat 2. Kaji tipe dan terhadap fisiologi,
menggunakan sumber nyeri untuk anatomi, dan
teknik non menentukan karakteristik
farmakologi intervensi yang farmakologi.
untuk tepat. 2. Penanganan nyeri
menurunkan rasa 3. Observasi reaksi akan lebih tepat
nyeri nonverbal dari sasaran apabila
2. Menggunakan ketidaknyamanan. sumber dari nyeri
obat non- 4. Gunakan teknik telah
analgesik sesuai komunikasi terindentifikasi
anjuran terapeutik untuk dengan jelas.
mengetahui 3. Untuk mengetahui
Pain Level pengalaman nyeri tingkat
1. Pasien dapat klien. ketidaknyamanan
menyampaikan 5. Evaluasi bersama yang dirasakan
nyeri yang klien dan tim oleh pasien
dirasakan. kesehatan lain 4. Komunikasi
2. Durasi nyeri yang tingkat terapeutik yang
dirasakan pasien pengontrolan nyeri terstrukur akan
dapat berkurang. yang dilakukan memperjelas hal
3. Skala nyeri yang 6. Bantu klien untuk yang dikaji,
dirasakan pasien memaksimalkan dilakukan dan
berkurang dukungan dari dievaluasi.
4. Pasien dapat sumber-sumber 5. Untuk mengetahui
mengekpresikan yang klien miliki apakah terjadi
rasa nyerinya seperti keluarga, penurunan rasa
teman dan orang- nyeri yang
orang disekitar dirasakan pasien
klien. atau sebaliknya
7. Kontrol 6. Dengan adanya
lingkungan yang dukungan dari
dapat orang-orang
mempengaruhi terdekat
nyeri seperti suhu diharapkan dapat
ruangan, sedikit tidaknya
pencahayaan, menurunkan rasa
kebisingan, dsb. nyeri yang
8. Kurangi faktor dirasakan pasien
presipitasi nyeri 7. Lingkungan yang
klien (seperti tidak nyaman akan
ketakutan yang memperparah rasa
dirasakan pasien nyeri yang
mengenai dirasakan.
penyakitnya) 8. Agar rasa nyeri
9. Pilih dan lakukan pasien dapat
penanganan nyeri berkurang
baik secara 9. Untuk mengurangi
farmakologi rasa nyeri yang
(analgesik) dan dirasakan pasien
non farmakologi. 10.Agar pasien dapat
10. Ajarkan klien mengaplikasikan
tentang teknik non-
pengendalian nyeri farmakologi dalam
dengan cara non menangani nyeri
farmakologi seperti yang dirasakan.
teknik relaksasi,
distraksi, dsb.
RINGKASAN PEMBAHASAN

Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Jenis Kelamin dan


Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan
pernah menjadi kelompok dengan jumlah kasus demam berdarah tertinggi pada
tahun yang berbeda. Penelitian lain yang serupa juga menyatakan bahwa dalam
kelompok jenis kelamin menyatakan bahwa risiko terkena DBD untuk laki-laki
dan perempuan hampir sama, tidak tergantung jenis kelamin . Penelitian lain
dengan hasil berbeda dilakukan di Banjarmasin menemukan kasus DBD lebih
banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan . Beberapa
perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan salah satunya adalah
faktor mobilitas.
Laki-laki pada dasarnya lebih banyak menghabisakan waktunya di luar
rumah, sehingga risiko untuk tergigit nyamuk semakin besar .

Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Tempat


Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan kasus demam
berdarah dijelaskan pada penelitian yang dilakukan di Surabaya yang
menunjukkam bahwa tingginya incidence rate salah satunya disebabkan oleh
lemahnya program upaya pengendalian DBD . Kota Blitar merupakan daerah
dengan mobilitas penduduk yang padat dengan populasi orang yang
tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa
seseorang yang tinggal di suatu daerah dengan tingkat populasi yang tinggi
memiliki risiko 16 kali tertular DBD . Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
nyamuk akan berkembang biak dalam 8-10 hari dan nyamuk akan menularkan ke
orang lain.
Daerah perkotaan dan perdesaan pinggir kota merupakan tempat yang
padat penduduk sehingga penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih
banyak. Intervensi yang efektif untuk mengatasi sebaran DBD ini adalah dengan
pengendalian vektorya.

Pola Penyakit Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Waktu


Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan kasus demam berdarah
tidak selalu disertai dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini bertentangan dengan
penelitian lain yang dilakukan di Surabaya yang menunjukkan bahwa curah hujan
berkolerasi positif dengan kejadian demam berdarah dengue . Penelitian yang
sama juga menunjukkan bahwa curah hujan ideal berkolerasi positif lemah
terhadap kejadian demam berdarah .
Adanya perbedaan hasil dengan penelitian lain disebabkan oleh beberapa
faktor. Salah satu faktor yang juga berpengaruh terhadap kejadian demam
berdarah adalah faktor lingkungan.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui besar risiko
dari suatu lingkungan terhadap kejadian demam berdarah adalah indikator
entomologi seperti maya index atau Angka Bebas Jentik . Penelitian yang
dilakukan di Kota Semarang tentang kepadatan jentik vektor DBD pada daerah
endemis, sporadis, dan potensial menunjukkan bahwa di daerah sporadik indeks
entomologi justru menunjukkan angka yang tinggi dibandingkan pada daerah
endemis. Maya index pada kategori tinggi sejalan dengan endemisitas DBD .
Peran manusia dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus demam berdarah
adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan melalui kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk , Pemantauan Jentik Berkala , abatisasi, dan peran serta menjadi
Jumantik. Penelitian yang mendukung tentang PSN terhadap kejadian DBD telah
dilakukan di Samarinda pada wilayah Buffer KKP Kelas II Samarinda
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tindakan PSN dengan penyakit DBD .
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa jumantik yang
ada di kota Blitar sebanyak 166 orang dan tersebar di 21 desa/kelurahan. Jumantik
memiliki tugas dalam mengajak masyarakat untuk melakukan PJB, larvasidasi,
dan PSN. Hasil ABJ pada tahun 2015- 2017 belum ada yang memenuhi target
95%. Penelitian di berbagai negara seperti di Thailand, Malaysia, Kamboja,
Vietnam dan Indonesia menunjukkan bahwa melalui upaya pemberdayaan
masyarakat, pembangunan kapasitas, kampanye ataupun gerakan yang semuanya
berbasis masyarakat berhasil menurunkan indikator entomologi yaitu
HI, CI dan BI .
Hasil penelitian lain didapati bahwa tindakan pemberantasan sarang
nyamuk mampu mencegah terhadap penularan DBD. PSN merupakan salah satu
upaya pengendalian vektor agar tidak terjadi penularan DBD. PSN dilaksanakan
oleh seluruh masyarakat untuk memberantas jentik nyamuk yang ada di sekitar
lingkungan rumahnya .
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 terjadi penurunan
ABJ, namun jumlah kasus demam berdarah juga ikut menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi antara 13 – 15 hari, rata- rata 2-8 hari. Penderita biasanya
mengalami:
a. Deman akut atau suhu meningkat tiba – tiba (selama 2 – 7 hari)
b.  Pendarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam pada
umumnya terjadi pada kulit
c.  Keluhan pada saluran pernafasan (batuk, pilek, sakit waktu menelan)
d. Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu makan, diare,
konstipasi)
e.  Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit kepala, nyeri pada
otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal – pegal
pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotopobia, otot – otot
sekitar mata sakit bila di sentuh.
f.   Hepatomegali, splenomegali.
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah
menyusun makalah ini. Semoga makalh ini dapat bermanfaan bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Dogi Girsang. 2014.


https:www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_Demam_Berdarah.
Diunduh Tanggal 25 Oktober 2014

Ching, S., Ramachandran, V., Gew, L.T., Lim, S.M., & et al. (2016)..
Complementary Alternative Medicine Use Among Patients With Dengue
Fever in the Hospital Setting: a Cross-Sectional Study in Malaysia. BMC
Complementary and Alternative Medicine,vol. 16(37), p.2-7.

Dhara, R., Rubeena, A., Shweta, N., Bhavisva, P., & Kinjal, B. (2016). About
Dengue Fever And Carica Papaya, A Leaf Extract Of Papaya Is Use To Treat
Dengue Fever:-A Review. Indo American Journal of Pharmaceutical Research,
vol. 6(8).

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International


Nursing Diagnoses: Definition & Classification, 2015-2017. 10th ed.
Oxford : Wiley Blackwell

Keperawatan Profesional Islami. 2013.


http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/makalah-dhf.html.
diunduh tanggal 24 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai