Anda di halaman 1dari 9

35

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan data awal dari bagian operasi dan produksi di Perusahaan
Petrochina Jambi, didapatkan jumlah pekerja pada bagian tersebut yaitu sebanyak 32
orang. Sehingga pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel yaitu sebanyak 32
sampel, yang dipilih secara total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
sebanyak 32 orang.

1.1.1 Analisis Univariat

Penelitian ini dilakukan pada pekerja di Perusahaan Petrochina Jambi yang


berjumlah 32 orang. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran
ergonomisitas kursi dan membagikan lembar kuesioner keluhan
muskuloskeletal.

Setelah dilakukan penelitian pada pekerja Perusahaan Petrochina Jambi


diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Ergonomisitas Kursi

Ergonomisitas Frekuensi (f) Presentase (%)


Kursi
Tidak Sesuai 20 62,5
Sesuai 12 37,5
Total 32 100

Berd

35 Universitas Muhammadiyah Palembang


36

Berdasarkan tabel 4.1, diatas distribusi frekuensi ergonomisitas kursi. Dari


32 sampel, didapatkan sampel dengan ergonomisitas kursi tidak sesuai sebanyak
20 orang (62,5%), dan sampel dengan ergonomisitas kursi sesuai adalah
sebanyak 12 orang (37,5%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan Frekuensi (f) Presentase (%)


Muskuloskeletal
Tidak Ada Keluhan 13 40,6
Ada Keluhan 19 59,4
Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.2, mengenai distribusi frekuensi keluhan


muskuloskeletal, didapatkan sebanyak 13 orang (40,6%) tidak ada keluhan
muskuloskeletal, dan sebanyak 19 orang (59,4%) memiliki keluhan
muskuloskeletal.

Tabel 4.3. Frekuensi Tubuh yang Mengalami Keluhan Muskuloskeletal

5 Lokasi Tubuh Frekuensi


Dengan Keluhan
Muskuloskeletal
Pinggang 22
Pantat 21
Paha Kiri 19
Betis Kanan 18
Betis Kiri 15

4.1.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.4. Hubungan Ergonomisitas Kursi dengan Keluhan Muskuloskeletal


pada Pekerja di Perusahaan Petrochina Jambi tahun 2020

Universitas Muhammadiyah Palembang


37

Ergonomisitas Keluhan Muskuloskeletal P Value


Kursi
Ada Keluhan Tidak Ada Total
Keluhan
f f f
Tidak Sesuai 16 4 20
Sesuai 3 9 12 0,004
Total 19 13 32

Berdasarkan tabel 4.4, hasil analisis dari 32 orang pekerja, didapatkan hasil
pekerja dengan ergonomisitas kursi yang tidak sesuai mengalami keluhan
muskuloskeletal sebanyak 16 orang (80%), ergonomisitas yang tidak sesuai
tidak mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 4 orang (20%),
ergonomisitas yang sesuai mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 3
orang (25%), dan ergonomisitas sesuai tidak mengalami keluhan
muskuloskeletal sebanyak 9 orang (75%).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil uji chi square memiliki nilai
expected <5 sehingga digunakan uji alternatif yaitu uji fisher’s exact dan
diperoleh hasil p-value 0,004 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara ergonomisitas kursi dengan keluhan muskuloskeletal pada
pekerja di Perusahaan Petrochina Jambi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Ergonomisitas Kursi

Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan hasil dari 32 orang pekerja


diketahui bahwa ergonomisitas kursi yang tidak sesuai sebanyak 20 orang
(62,5%), dan ergonomisitas kursi yang sesuai sebanyak 12 orang (37,5%). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa mayoritas kursi di Perusahaan Petrochina Jambi
adalah tidak sesuai dengan antropometri pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 32 orang pekerja
didapatkan bahwa ergonomisitas kursi yang tidak sesuai sebanyak 62,5%.

Universitas Muhammadiyah Palembang


38

terdapat 18 orang dengan kedalaman landasan duduk >95% panjang poplitea -


bokong, sebanyak 2 orang dengan kedalaman landasan duduk <88% panjang
poplitea - bokong, sedangkan ergonomisitas yang sesuai dengan antropometri
yaitu kedalaman landasan duduk 88% - 95% panjang poplitea - bokong
sebanyak 12 orang.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 18 pekerja memiliki
kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar dibandingkan dengan panjang
poplitea-bokong. Terdapat 2 orang yang memiliki kedalaman landasan tempat
duduk lebih kecil dibandingkan panjang poplitea-bokong, sehingga bagian
depan terlalu kedepan sehingga pekerja akan memajukan posisi duduknya yang
dapat menyebabkan pekerja bekerja pada posisi yang tidak nyaman sehingga
terjadinya keluhan muskuloskeletal akibat ergonomisitas tidak sesuai dengan
antropometri pekerja.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Bridger (2003) yang mengatakan
bahwa bagian kedalaman kursi harus benar-benar diperhatikan ketika membuat
sebuah kursi. Data untuk menentukan bagian kursi ini adalah data antropometri
bagian buttock-popliteal length.
Menurut teori dari Tarwaka (2010) yang mengatakan bahwa ukuran kursi
yang sesuai dengan antropometri yaitu jika kursi memiliki kedalaman landasan
duduk dengan presentase antara 88% sampai dengan 95% dari panjang poplitea
- bokong pekerja.
Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan sesuai dengan hasil penelitian
terdahulu, seperti penelitian Legiran (2015), dari 114 responden terdapat 76
orang yang memiliki ukuran kedalaman landasan duduk >95 dari panjang
poplitea-bokong, kedalaman landasan duduk sesuai dengan panjang poplitea-
bokong terdapat 36 (31,6%), dan kedalaman landasan duduk <88% dari panjang
poplitea-bokong terdapat 2 (1,8%).
Selanjutnya hasil penelitian dari Tansy D (2017), dari 162 responden
diketahui bahwa ergonomisitas kursi yang tidak sesuai sebanyak 87% dan yang
sesuai dengan kedalaman landasan duduk dan panjang poplitea-bokong
sebanyak 13%.

Universitas Muhammadiyah Palembang


39

Hasil penelitian Nurjannah S (2012) hasil pengukuran panjang kursi adalah


31 cm dan untuk panjang buttock-popliteal yaitu 40 cm. Dengan demikian
panjang kursi lebih pendek dari panjang tungkai atas (31cm<40cm), maka
panjang kursi dikatakan tidak ergonomis.
Berdasarkan hasil penelitian Wulandari D (2011) hasil pengukuran panjang
kursi persentil 95 adalah 27 cm dan untuk panjang buttock-popliteal
menggunakan persentil 95 yaitu 37 cm. Dengan demikian panjang kursi lebih
pendek dari panjang tungkai atas (27cm<37cm), maka panjang kursi dikatakan
tidak ergonomis.

4.2.1.2 Keluhan Muskuloskeletal


Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan hasil bahwa dari 32 pekerja di bagian
operasi dan produksi di Perusahaan Petrochina Jambi, pekerja yang mengalami
keluhan muskuloskeletal sebanyak 19 orang (59,4%), dan pekerja yang tidak
mengalami keluhan muskuloskeletal sebanyak 13 orang (40,6%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari 32 orang pekerja
diketahui bahwa 5 lokasi keluhan muskuloskeletal terbanyak secara berturut-
turut terdapat pada pinggang sebanyak 22 pekerja, hal ini dikarenakan lebar
kedalaman landasan duduk yang lebih besar dibandingkan panjang poplitea-
bokong, dan terdapat 2 pekerja dengan kedalaman landasan duduk lebih kecil
dibanding panjang poplitea-bokong. Selanjutnya bagian pantat sebanyak 21
pekerja, lalu bagian paha kiri yaitu 19 pekerja, lalu pada bagian betis kanan
yaitu sebanyak 18 pekerja, dan terakhir pada bagian betis kiri sebanyak 15
pekerja. Kelima lokasi tersebut yang paling banyak mengalami keluhan
muskuloskeleal karena merupakan bagian tubuh yang paling berhubungan
dengan ketidaksesuaian ergonomisitas panjang poplitea-bokong dengan
kedalaman landasan duduk, merupakan bagian tubuh yang berada pada posisi
tidak nyaman mengakibatkan bagian tubuh tersebut tertekan dalam jangka
waktu yang lama sehingga terjadinya keluhan muskuloskeletal.
Menurut teori Tarwaka (2010) yang mengatakan lokasi otot-otot yang
sering mengalami keluhan muskuloskeletal adalah bagian leher, bahu, lengan,
tangan, pinggang, jari, punggung, dan otot-otot bagian bawah tubuh lainnya.

Universitas Muhammadiyah Palembang


40

Diantara keluhan otot skeletal tersebut adalah Low Back Pain (LBP) yang
banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang.
Sesuai dengan teori Tarwaka (2010) sakit pinggang terjadi karena kesalahan
ergonomisitas kursi dan lamanya waktu duduk. Saat bekerja tubuh berada dalam
posisi yang sama untuk waktu yang lama terutama pekerja dalam bidang
manufaktur. Jika kondisi tidak nyaman terjadi, maka tubuh akan tertekan dan
berakibat timbulnya sakit pinggang atau pegal-pegal.
Pada penelitian Wulandari D (2011) bagian otot-otot skeletal yang
persentasenya 80% adalah bagian pantat dan pinggul, disebabkan karena lebar
alas kursi yang terlalu sempit. Peringkat kedua sebesar 70 % sampai 76,7%
adalah pada bagian punggung, pinggang, paha kiri dan paha kanan. Keluhan
tersebut timbul karena panjang dan lebar kursi kerja lebih pendek dari
antropometri subjek penelitian.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Gayo I (2010) menunjukkan
keluhan tertinggi pada pekerja terdapat pada bagian punggung dan pinggang,
dan keluhan tertinggi kedua terdapat pada bagian leher atas. Keluhan pada
pinggang serta anggota tubuh bagian atas disebabkan karena adanya pekerjaan
posisi janggal yang dilakukan berulang-ulang, mengangkat beban yang berat
serta postur tubuh tidak dapat menyesuaikan dengan posisi objek yang
dikerjakan, sehingga tidak terlalu memperhatikan posisi kerja ergonomis.
Berdasarkan hasil penelitian Djaali NA (2019) hasil menggunakan
instrumen Nordic Body Map (NBM) didapatkan bahwa karyawan mengalami
keluhan pada bagian pinggang 12.43%, leher bagian atas sebanyak 10.36%, dan
leher bagian bawah sebanyak 9.84%.
Penelitian lainnya oleh Zar (2011) diketahui 72,9% responden mengeluhkan
muskuloskeletal. Keluhan terbanyak dirasakan oleh responden pada bagian
pantat dan punggung (56,07%), pinggang (51,40%), dan keluhan pada leher
(50,48%).

4.2.2 Analisis Bivariat


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara ergonomisitas kursi dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja di

Universitas Muhammadiyah Palembang


41

Perusahaan Petrochina Jambi. Hal ini dibuktikan melalui uji fisher’s exact
dengan nilai p=0,004 (p<0,05) sehingga H0 ditolak dan HA diterima.
Sejalan dengan hasil penelitian Dinar A (2018) terdapat hubungan
signifikan antara ergonomisitas kursi yang digunakan saat bekerja dengan
keluhan muskuloskeletal yaitu panjang kursi dan bokong-poplitea (p =0,04).
Berdasarkan penelitian Mahmud N (2010), terdapat hubungan signifikan
antara ergonomisitas dengan kejadian keluhan muskuloskeletal dimana
menunjukkan hasil p=0,0001.
Dan berdasarkan hasil penelitian Djaali A (2019) berdasarkan uji statistik
dengan menggunakan uji Chi-square terdapat hubungan antara faktor
ergonomisitas dengan keluhan MSDs dengan p value sebesar 0.004. Hal ini
membuktikan bahwa pada penelitian ini, ergonomisitas kursi sangat
mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal.
Sesuai dengan teori Manuaba (2000), pada kerja otot statis, pembuluh darah
tertekan oleh pertambahan tekanan dalam otot akibat kontraksi sehingga
menyebabkan peredaran darah dalam otot terganggu. Kerja otot dinamis berlaku
sebagai suatu pompa bagi peredaran darah. Kontraksi disertai pemompaan darah
ke luar otot sedangkan relaksasi memberikan kesempatan bagi darah untuk
masuk ke dalam otot. Dengan demikian peredaran darah meningkat dan otot
menerima darah 10 sampai 20 kali keadaan kerja otot statis. Otot memerlukan
energi ketika berkontraksi. Energi berasal dari pemecahan molekul ATP
(Adenosin trifosfat) menjadi ADP (Adenosin difosfat) yang berada di dalam
otot. Jika kontraksi terus berlangsung, energi diambil dari senyawa glukosa yang
terdapat dalam otot karena peredaran darah yang menyalurkan oksigen, bahan
makanan dan sisa metabolisme terhambat. Glukosa akan mengalami glikolisis
menjadi asam piruvat dan ATP yang akan digunakan untuk kontraksi otot. Asam
piruvat dalam sel otot dapat diubah menjadi asam laktat. Timbunan asam laktat
dalam otot dapat menyebabkan rasa pegal atau kelelahan. Jika otot terus
-menerus dirangsang untuk melakukan kontraksi, maka dapat menyebabkan
kejang otot.
Menurut teori Daryono (2016) keluhan muskuloskeletal disebabkan oleh
kontraksi otot yang mengakibatkan peningkatan tekanan dalam otot sehingga

Universitas Muhammadiyah Palembang


42

terjadi obstruksi aliran darah dalam pembuluh darah. Berkurangnya aliran darah
berpotensi menyebabkan terjadinya kontraksi statis. Pengerahan tenaga otot
yang tinggi dapat memungkinkan terjadinya pemecahan pada internal sel otot.
Selain itu, akumulasi dari ion kalsium dapat menyebabkan kerusakan sel
Kontraksi statis yang berlangsung lama dapat memicu terjadinya proses
patologis yang menyebabkan keluhan nyeri.
Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi berguna untuk mendapatkan
sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Tempat duduk harus dibuat agar
memberikan relaksasi pada otot-otot yang dipakai untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah dan sensibilitas bagian-bagian tubuh.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Bridger (2003) yang mengatakan
bahwa bagian kedalaman kursi harus benar-benar diperhatikan ketika membuat
sebuah kursi. Data untuk menentukan bagian kursi ini adalah data antropometri
bagian buttock-popliteal length. Jika kedalaman kursi terlalu pendek, akan
mengakibatkan tekanan pada bagian bawah paha pengguna dan menyebabkan
rasa sakit.
Berdasarkan teori dari Panero, dkk (2003) mengatakan kedalaman landasan
tempat duduk tidak boleh terlalu besar, karena bagian depan terlalu kedepan
akan memajukan posisi duduknya dan menyebabkan bagian punggung tidak
dapat bersandar.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Penelitian kali ini memiliki keterbatasan yaitu masih banyaknya faktor lain
yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal sebagai variabel bebas pada
penelitian ini seperti usia, beban kerja, kebiasaan olahraga, maupun posisi kerja,
namun variabel bebas yang digunakan hanya berdasarkan ergonomisitas kursi
pekerja, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dapat
melakukan penelitian dengan menggunakan variabel bebas lainnya. Dalam
penelitian ini juga hanya menggunakan satu skala ukur yaitu kedalaman
landasan duduk, tanpa mengukur ketinggian kursi.

Universitas Muhammadiyah Palembang


Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai