Anda di halaman 1dari 12

DI

OLEH :

KELOMPOK: 4

DEWI SARTIKA (20010125)


AULIA ZULFA (20010104)
ASRAYANI (20010120)
IRZA MISRA (20010129)
DEVINA MAULIZA (20010117)
TURSINA AKMALIA (20010122)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah


memberikan taufiq dan hidayah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
sebanyak-banyaknya kepada Dosen pembimbing atas bimbingan kepada penulis,
sehingga tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak terdapat


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa akan
datang.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa membantu segala usaha kita. Amin.

Sigli, Januari 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari
tentang kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke
keadaan normal.
Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan,
dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan
akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan
normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan
suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan
ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi,
yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap
tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi
setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %,
infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi
setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia
neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %,
trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
a. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan
pertama sangat  di butuhkan.
b. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil
dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
c. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak
anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
d. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk
meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (NKKBS).
e. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
f. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan
kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan
kesehatan modern.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence
based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai
dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan
asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu
dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian perinatal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang Dimaksud dengan Evidence Based?
2. Bagaimana yang Dimaksud dengan Asuhan Postnatal Care?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Evidence Based
3. Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikutEvidence adalah Bukti atau
fakta dan Based  adalah Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan
bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka
untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk
pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan
sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi
tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu
dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat
pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu
dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus
berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif
serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan
pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek,
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai
asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut
metodologi ilmiah yang sistematis.
4. Manfaat Evidence Base
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan
bukti ilmiah
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam
memberikan asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan
klien mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Postnatal Care
1. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28
setelah persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan
kepada ibu dan bayi sedang di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini adanya
kompiliasi dan penyulit pada masa postnatal.
2. Konsep dasar masa nifas
a. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
b. Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
c. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
d. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
(F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

·         Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai


dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas.
a. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
b. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
c. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
d. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
e. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
f. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
g. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
h. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam
peranannya sebagai orang tua.

4. Tahapan Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali
dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu –
minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

5. Perubahan fisik masa nifas


a. Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim 
(involusi)
b. Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
c. Kelelahan karena proses melahirkan.
d. Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
e. Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
f. Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
g. Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
h. Perubahan psikis masa nifas
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke 2 (Fase Taking In)
2) Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold
(hari ke 3 – 10)
3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut
Fase Letting Go.   (hari ke 10-akhir masa nifas)
6. Pengeluaran lochea terdiri dari :
a. Lochea rubra : hari ke  1 – 2.
Terdiri dari  darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium
b. Lochea sanguinolenta  : hari ke 3 – 7

Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

c. Lochea serosa : hari ke 7 – 14.

Berwarna kekuningan.

d. Lochea alba  : hari ke 14 – selesai nifas

Hanya merupakan cairan putih lochea yang  berbau busuk dan


terinfeksi disebut lochea purulent.

7. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:


a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
8. Kunjungan masa nifas terdiri dari :
a. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
b. Kunjungan II :  6 hari setelah persalinan, tujuannya :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –
tanda penyakit
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan  pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari
c. Kunjungan III  : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :  sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

d. Kunjungan IV  : 6 minggu setelah persalinan.


Tujuannya :

1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.


2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
9. Perkembangan Evidence Base dalam praktik Kebidanan postnatal care :

Kebiasaan Keterangan
Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak
menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan
tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya
penggunaan gurita akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusio rahim
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama
setelah kelahiran. Ini merupakan waktu yang tepat
untuk melakukan kontak  kulit ke kulit untuk
mempererat bonding attachment serta
keberhasilan pemberian ASI

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami
sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha
yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence
based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai
dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan
asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu
dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian perinatal.

B. Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam
upaya penurunan AKI dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC :
Jakarta.

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi,


Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai