Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERANAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN


HAKI

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HAKI

OLEH :
HERMAN CHANDRA SETIAWAN
11307418011

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM KUALA KAPUAS


YAYASAN CAHAYA BANGSA
KABUPATEN KAPUAS
KALIMANTAN TENGAH
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan

sehingga makalah ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah

pengetahuan rekan-rekan pada khususnya dan para pembaca umumnya yang

merupakan salah satu bagian dari pada ilmu hukum di Indonesia khususnya hukum

positif.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa

dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami

meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan.

Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun

dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Kuala Kapuas, 29 Desember 2019

Penulis ,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual atau disingkat “HKI” adalah hak yang timbul atas hasil

olah pikir otak manusia yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna

untuk manusia. Secara umum dapat dikatakan bahwa obyek yang diatur dalam HKI

adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

Oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa hak-hak tersebut digolongkan ke dalam

hak-hak atas barang-barang yang tak berwujudatau intangible. Analoginya adalah jika

ide-ide tersebut keluar dari fikiran manusia dan menjelma dalam suatu ciptaan

kesusasteraan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, maka menjadi benda berwujud

(tangible) dan dapat menjadi sumberkeuntungan.Digolongkannya hak-hak tersebut ke

dalam hukum harta kebendaan adalah karena hak-hak tersebut memililki sifat-

sifathak-hak kebendaan dan dapat dimiliki secaraabsolut(hak mutlak). Ciri utamanya

adalah hak-hak tersebut dapat dijual, dilisensikan, diwariskan dan lain-lain layaknya

hak kebendaan lainnya. Intinya, hak-haktersebut dapat dipindahtangankan

kepemiilikannya berdasarkan alasan sah yang yang dibenarkan oleh peraturan

perundang-undangan. Dari sinilah ciri khas HKI sebagai hak privat(private rights).

Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya

intelektualnya atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan Negara kepada individu

pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain dimaksudkan
sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang

untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI

tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar.

Di samping itu, sistem HKI juga menuntutdiadakannya sistem dokumentasi yang baik

atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya

teknologi atau hasil karya lainnya yang sama dapat dihindarkan/dicegah. Dengan

dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat

memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau

mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi

lagi.

B. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi penelitian penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan

batasan terhadap Peranan Pemerintah Dalam Pelaksanaan pendaftaran HAKI

C. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang akan dibahas

mengenai Peranan Pemerintah Dalam Pelaksanaan pendaftaran HAKI


BAB II

PEMBAHASAN

Kanwar dan Everson (2003) dalam penelitiannya di 32 negara antara tahun 1981-

1990, menyatakan bahwa perlindungan HKI memiliki dampak yang sangat

signifikan terhadap investasi di bidang riset dan pengembangan. Menurut penelitian

ini, perlindungan HKI yang sangat kuat akan memacu inovasi dan kemajuan

teknologi suatu negara.

Pertumbuhan Ekonomi suatu negara sangat berkaitan erat dengan perlindungan

HKInya. Semakin terbuka sistem perekonomian suatu negara, maka perlindungan

HKI akan memainkan peranannya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara

tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Gould dan Gruben (1996), dalam

penelitiannnya di 95 negara maju dan berkembang dari tahun 1960-1988, ditemukan

data bahwa semakin kuat perlindungan HKI di suatu negara, maka akan memberikan

dampak yang sangat signifikan terhadap perekonomian pada negara-negara yang

menerapkan sistem perekonomian yang terbuka

Secara konvensional HKI dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Hak cipta (copyright);

2. Hak Kekayaan Industri (industrial property rights), yang mencakup :

a. Paten (patent)

b. Desain Industri (industrial design)

c. Merek (trademark)
d. Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair

competition)

e. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of integrated circuit)

f. Rahasia Dagang (trade secret).

Sistem Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak privat (private rights) dan hal ini

diatur dalam Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

atau Persetujuan TRIPs yang menyatakan “recognizing that intellectual property

rights are private rights”.

Indonesia telah melakukan berbagai upaya dan langkah penyempurnaan terhadap

pengaturan di bidang HKI. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan

pengaturan HKI sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan yang terdapat

dalam Persetujuan TRIPs/WTO.

Di bidang peraturan perundang-undangan, sampai dengan akhir Maret 2003

Indonesia telah menyelesaikan seluruh perundang-undangan pokok di bidang HKI,

yaitu :

1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (yang menggantikan

Undang-undang Nomor 12 tahun 1997 tentang Perubahan Undang-undang

Nomor 6 tahun 1981 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1987).


2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (yang menggantikan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 6 tahun 1989 tentang Paten).

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (yang menggantikan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek).

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu; dan

7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman.Secara khusus, UU HKI telah mengamanatkan dalam pasalnya untuk

mengatur ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian lisensi dengan Peraturan

Pemerintah, akan tetapi sampai sekarang PP dimaksud belum disyahkan.

Dalam kaitannya dengan perjanjian lisensi, pemerintah telah menyusun

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Lisensi, sekalipun telah lama

dibuat akan tetapi sampai saat ini RPP tersebut belum disyahkan. Adanya

kenyataan tersebut membawa konsekuensi pada kurangnya pengaturan secara

formal mengenai Perjanjian Lisensi terutama akan digunakan melengkapi

perundang-undangan yang terkait untuk melindungi para pihak dalam perjanjian

lisensi.
Adanya ketentuan mengenai perjanjian lisensi ini sangat penting dalam upaya

pengaturan secara detail dikarenakan dalam pelaksanaannya perjanjian lisensi

sendiri merupakan suatu perjanjian yang wajib di daftarkan sehingga banyak

kasus mengenai lisensi di pengadilan dan sampai saat ini belum ada aturannya

kemudian hukum perjanjianlah yang menyelesaikannya.Perjanjian lisensi karena

melibatkan pihak lokal sebagai licensee/penerima lisensi dan pihak

licensor/pemberi lisensi dan terjadi dalam kerangka internasional maka potensi

terjadi permasalahan yang menyangkut keseimbangan tawar (bargaining

position) para pihak atau perjanjian itu sendiri. Bahkan negara pun mempunyai

peran dalam penyelenggaraan perjanjian lisensi yang tidak bertentangan dengan

mengancam penyelenggaraan negara dan bertentangan dengan ketentuan

perundang-undangan. Peran ini tidak hanya sebatas seperti yang di uraikan di

atas akan tetapi sampai pada tahap bahwa perjanjian lisensi itu akan dapat

membawa rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.Memang

merupakan kerja yang berat, oleh karena itu diperlukan segala sinergi dan upaya

dari pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian terutama negara untuk

mewujudkan penyelenggaraan perjanjian lisensi yang dapat memberikan

perlindungan terhadap para pihak dan terutama terhadap prospek pengembangan

di dalam negara Indonesia yang sedang membangun.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki peranan yang sangat penting dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, maka peran

pemerintah untuk memperkuat perlindungan HKI di dalam negeri harus terus

ditingkatkan, agar dengan semakin kuatnya perlindungan HKI, akan membawa efek

terhadap kemajuan riset teknologi serta tumbuhnya usaha-usaha baru di dalam negeri,

yang akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia berbasiskan pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

 https://ambadar.co.id/news/dampak-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual-hki-

terhadap-pertumbuhan-ekonomi-di-kawasan-asean3/

 http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?

mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=4

2850

 https://news.detik.com/berita/d-4135431/bagaimana-cara-pemerintah-lindungi-

kekayaan-intelektual-

nusantarahttps://media.neliti.com/media/publications/53169-ID-lisensi-hak-

kekayaan-intelektual-hki-dal.pdf

 https://repository.maranatha.edu/23734/1/1387019_Abstract_TOC.pdf

 https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/view/529

Anda mungkin juga menyukai