ROCHIATI WIRIAATMADJA
METODE
PENELITIAN
TIN DAKAN
KE LAS
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DAN OOSEN
ISBN 979-962-517-6
~.-
~
••
Sambutan Direktur Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
iv
Kata Pengantar
v
Namun demikian, buku teks ini dapat dimanfaatkan juga
oleh para guru atau dosen yang akan melakukan penelitian,
baik untuk kebutuhan praktis di lapangan, untuk peningkatan
teaching skills mereka, untuk peningkatan jenjang karir atau
bahkan untuk ikut kompetisi PTK yang secara berkala
dilakukan oleh Dikti atau lembaga lainnya di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak akan dapat terbukti naskah ini apabila penulis tidak
dibantu dan didorong untuk mengerjakannya. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya, ter-
utama kepada:
1. Bapak Direktur Program Pascasarjana UPI, Prof. DR.
AsmawiZainul, M.Ed.
2. Bapak Asisten Direktur I PPS UPI, Prof. DR. Djam'an
Sartori, M.Ed.
3. Bapak Ketua Program Studi Pendidikan IPS, Prof. DR.
Helius Sjamsuddin, M.A., dan Sekretaris Prodi IPS, DR.
Bapak DR. Suryana, M.Si..
4. Para reviewer, yaitu Prof. DR. Helius Sjamsuddin, MA.,
Prof. DR. M. Djawad Dahlan, dan Prof. DR. Suwama Al
Muchtar, SH., M. Pd.
5. Para Alumni Program Pendidikan IPS SD dan Program Pro-
gram Pendidikan IPS yang bagian-bagian tesisnya dirujuk
sebagai contoh dan nama-namanya ditulis dalam Daftar
Pustaka.
6. Keluarga penulis, yang dengan sabar mengamati kesibukan
penulis di komputer.
Tidak ada gading yang tiada retak, tulisan ini pun tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan yang sepenuhnya merupa-
kan tanggung jawab penulis, untuk itu penulis mohon maaf
sebesar-besarnya. Mudah-mudahan masih ada kesempatan
untuk meluruskan dan memperbaikinya.
Semoga Allah SWT. memberikan taufik dan hidayah-Nya
kepada kita semua.
Penulis
Vl
Daftar Isi
BAGIAN I
KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS - 1
vii
BAB S Guru atau Dosen sebagai Peneliti - 41
Mengapa Guru Harus Meneliti? - 42
Penelitian dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran - 44
Pegangan Guru sebagai Peneliti - 50
Mengapa Dosen Harus Meneliti? - 50
Makna Penelitian Tindakan Kelas
bagi Dosen dan Mahasiswa - 54
BAGIAN n
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS - 73
viii
Wawancara - 117
Dokumen Sebagai Sum.her Data - 121
Rekaman Foto, Slide, Tape dan Video - 121
Gambaran Umum tentang Pengumpulan Data - 122
Catatan Harian - 123
Berbagai Hal tentang Catatan Lapangan - 125
BAGIANill
KEBERHASILAN TINDAKAN KELAS - 155
lX
BAB 10 Menyusun Laporan Penelitian -198
Menyusun Laporan Penelitian secara Umumnya - 194
Membuat Laporan Penelitian secara Akademik - 198
Menuliskan Laporan Penelitian untuk Jurnal - 211
Penulisan Laporan Penelitian untuk Hibah Penelitian - 212
Glosarium. - 245
Daftar Pustaka - 254
x
BAG/AN/
KONSEP PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 1
Penelitian TindakanKelas
Pengantar
Apa yang disebut penelitian tindakan kelas (PTK)? Apa
sumbangannya bagi perbaikan pendidikan? Pertanyaan-
pertanyaan ini dibahas dalarn bah ini, demikian juga pandangan
mutakhir dari aliran baru dalam filsafat ilmu yang menjadi
pembuka bagi model penelitian mengenai berbagai fenomena
sosial dan kemanusiaan, termasuk pendidikan.
Tujuan
Setelah membaca dan mengkaji bah ini, diharapkan pembaca
termasuk guru/dosen mengetahui dan memahami:
• Penggunaan istilah penelitian tindakan kelas.
• Pengaruh postmodernisme terhadap penelitian tindakan
kelas.
• Tradisi penelitian kualitatif.
• Penjabaran istilah atau definisi Penelitian Tindakan Kelas
• Beberapa contoh Penelitian Tindakan Kelas
3
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
4
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PengaruhAliran Postmodernisme
Tidak dapat dipungkiri, bahwa para peneliti kualitatif banyak
yang terpengaruh oleh aliran pascamodern (postmodernism),
yang menghendaki pendekatan inkuiri yang menolak upaya-
upaya ilmiah dari kemapanan penelitian profesional yang
cenderung berstruktur kekuasaan (Gall, Gall, dan Borg,
2003:476).Penelitian demikian disebut juga sebagai penelitian
pascapositifistik, untuk membedakannya dengan penelitian
yang memakai alur pikir hipotetik-deduktif-verifikatif.
Isu mengenai postmodernisme sudah duapuluh tahun lebih
menjadi perdebatan kontroversial di kalangan cendekiawan,ter-
utama di Barat. Adapun yang dimaksud dengan aliran pasca-
modern atau postmodernism atau postmodernisme ialah
merujuk pada gerakan estetik yang berkembang pada tahun
1980-an di kalangan berbagai disiplin ilmu seperti arsitektur,
sastra, seni, sosiologi, mode/fashion, dan teknologi (http: I I
www.colorado.edu/Englishlfilages/pomo.html). Pada waktu itu,
di kalangan cendekiawan Perancis terbit karya Jean-Francois
Lyotard yang berjudul Postmodern Condition (1979),yang isinya
mengkritik landasan keilmuan yang holistik, dasar-dasar dari
kenyataan kebenaran secara metafisik, dan terhadap teori-teori
besar (grand narratives/grand theories) yang dijadikan ukuran
pembenaran kenyataan tersebut (http: I I www. press.jhu.edu I
hopkins-guide-to literary-theory Ipostmodernism. html)
Secara sederhana, gerakan ini menunjuk kepada aliran
berpikir yang berkembang sesudah periode modernisme. Agar
lebih jelas, dalam konteks sejarah, aliran modernisme sendiri
berkembang pada zaman Pencerahan atau pada abad ke-18
(kurang lebih tahun 1750), dan dilandasi di bidang keilmuan
dengan rasio, atau rasionalitas sebagai bentuk tertinggi dalam
fungsi mental yang ditandai dengan objektivitas. Pengetahuan
yang dicapai melalui sains menghasilkan kebenaran universal
mengenai dunia, dan kebenaran yang dicapai melalui sains
akan membawa peningkatan dan kemajuan kepada kemanusia-
an. Akal atau rasio atau reason menentukan kebenaran, dan
selanjutnya apa yang baik dan benar (legal dan ethical). Maka
sains, yang bersifat objektif dan netral berfungsi sebagai
paradigma dari setiap bentuk pengetahuan yang berguna bagi
masyarakat.
5
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
6
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
8
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 1
Tnictlsli Penelltlan.
M;"'e~t1 __ ....;,
.._:
9
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
10
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
11
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
12
METODE PENELITIAN TINDAKAM KELAS
13
l'ENELITIAN TINOAKAN KELAS
14
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
15
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
16
METOOE PENEL!TIAN TINDAKAN KELAS
17
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Rangkuman
Dalam bah ini dibahas tentang penelitian kelas, penelitian
emansipatoris tindakan, penelitian tindakan kelas atau class-
room action research. Dijelaskan juga tentang pengaruh aliran
postmodernisme, yang berpandangan bahwa pengetahuan
adalah wacana yang menggambarkan citra yang berguna bagi
budaya tertentu, dan dikernbangkan dengan bahasa dan
sumber-sumber yang penuh makna dalarn budaya tersebut.
Ketidakcocokan/gugatan terhadap penelitian positivistik yang
mempunyai kecenderungan deterministik, mereduksi, secara
prosedural mengesampingkan responden, dan kurang memper-
hatikan emic.
Tradisi penelitian kualitatif dalarn bentuk paradigmatik
mengembangkan dan menghasilkan batang tubuh pengetahuan
(body of knowledge) kebudayaan dan kernanusiaan, yang
kenyataan bersifat subjektif dan majemuk, berbobot nilai dan
bias, berproses induktif dan memunculkan desain (emerged de-
sign) yang derajat keterpercayaannya dapat diverifikasi.
Beberapa definisi Penelitian Tindakan Kelas, antara lain
dari Rapoport, Kemmis dan Ebbutt, serta contoh-contoh
Penelitian Tindakan Kelas dalam bentuk sinopsis tesis patut
disimak. Dijelaskan pula makna refleksi diri dan kegiatan
refleksi, waktu guru selalu memikirkan kebutuhan perbaikan
dalam kinerjanya, dan kegunaan perubahan yang menuju
perbaikan dengan menelaah manfaat dan dampaknya bagi
peserta didik.
18
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
19
PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Gall, Meredith D., Gall, Joyce P., and Borg, Walter R. 2003.
Educational Research. 7th Ed. Boston: Allyn & Bacon. Pp.
578-597.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University Press. Pp. 39-54.
Lincoln, Yvonna S. and Guba, Egon G. 1985. Naturalistic In-
quiry. Beverly Hills: Sage Puhl. pp. 14-30
Mathison, Sandra. 1994. "Critical Reflection on Classroom Prac-
20
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Tes is
Iman, Hasan. 2004. Integrasi Conflict Resolution dalam Pem-
belajaran Sejarah Sebagai Sarana Pengembangan Kesa-
daran Sejarah Siswa. Bandung: PPS UPI. Bab III, Bab IV.
Roharyati, Eroh. 2003. Penerapan Model Pembelajaran terpadu
(Model Webbed) Dalam Pembelajaran JPS Sekolah Dasar
dengan Tema Transportasi Dalam Kehidupan. Bandung:
PPS UPI. Bab III, Bab IV.
Ruskandi, Kanda. 2001. Upaya Peninghatan Kualitas Pembela-
jaran JPS di Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Coopera-
tive Learning. Bandung: PPS UPI. Bab Ill, Bab IV.
21
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 2
Kerangka Filsafah
Penelitian Tindakan Kelas
Pengantar
Di dalam bah ini dikaji hal-hal mengenai sejarah Penelitian
Tindakan Kelas, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas yang
emancipating dan liberating, beberapa ukuran tentang kebena-
ran, dan pedoman etik bagi para peneliti.
Tujuan
Setelah membaca dan mempelajari bah ini, diharapkan pem-
baca terutama guru/dosen mengetahui dan memahami:
• Sejarah tumbuhnya model penelitian tindakan kelas.
• Makna Penelitian Tindakan Kelas yang menyetarakan dan
membebaskan peneliti guru/dosen.
• Makna kebenaran dalam penelitian.
• Kode etik yang harus dipegang peneliti dalam tugasnya.
23
KERANOKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
24
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
25
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
26
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
27
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINOAKAN KELAS
28
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
29
KERANOKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
30
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
31
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
32
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
33
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
34
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
35
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Rangkuman
Bab ini menjelaskan kerangka filosofisPenelitian Tindakan Kelas,
antara lain bahwa Penelitian Ti.ndakan Kelas itu membebaskan
(liberating) dan menyetarakan (emancipating) sifatnya bagi
peneliti guru/dosen. Hal ini dijelaskan dengan konsep kritik diri
atau monitor diri sehingga guru mau meningkatkan kemam-
puannya. Kritik diri juga dibangun oleh refleksi, yang banyak
dilakukan dalam Penelitian Ti.ndakan Kelas, antara lain untuk
memperkecilkesenjangan antara idealismesebagai guru yang baik
dengan tampilan sehari-hari agar guru bekerja lebih profesional.
Profesionalitas guru/dosen dibahas dalam kaitannya dengan
Penelitian Tindakan Kelas, seperti yang dituntut oleh extended
professionalism.
Apa yang disebut kebenaran dalam penelitian dibahas
dalam bah ini melalui tradisi kualitatif. Selanjutnya guru/dosen
yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas harus memahami
pedoman etik sebelum melangkah ke lapangan.
36
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
37
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
38
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
39
KERANGKA FILSAFAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University Press. Pp. 29-40.
Hendrawan, Jajang Hendar. Dan Halimah, Lili. 2004. Profesi
Guru dan Pengembangannya. Makalah dipresentasikan
dalam Kelas Seminar Pendidikan IPS. Hlm. 1-24.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University. Appendix, Pp. 221-
223.
Kemmis, Stephen. 1993. "Action Research and Social Move-
ment: A Challenge for Policy Research" dalam Supriadi,
Dedi. 1998. Educational Research in Practice. Bandung:
Graduate School of Education, IKIP. Sebaiknya dibaca
seluruh artikel.
Lincoln, Yvonna S. dan Guba, Egon G. 1985. Naturalistic In-
quiry. Beverly Hills: Sage Puhl. Pp.1-20.
Stenhouse, Lawrence. 1984. An Introduction to Curriculum Re-
search and Development. London: Heinemann. Pp. 142-165.
40
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 3
Guru atau Dosen sebagai Peneliti
Pengantar
Mengapa guru dan dosen perlu meneliti, dan peran guru dan
dosen sebagai peneliti dibahas dalam bah ini dengan didukung
oleh contoh-contohpenelitian yang dilakukan oleh guru dengan
para siswanya dan dosen beserta para mahasiswanya, di Indo-
nesia dan di luar negeri.
Tujuan
Setelah menelaah bah ini cliharapkan pembaca, terutama guru
dan dosen, mengetahui dan memahami betapa pentingnya
menyimak alasan-alasan yang melatarbelakangi keharusan
melakukan penelitian, antara lain:
• Pentingnya menghubungkan teori dengan praktek pen-
didikan sehari-hari.
• Menanamkan rasa percaya diri dan kemandirian.
• Perlunya guru/doscn rneningkatkan professional skills-nya.
• Belajar dari pengalaman guru/dosen lain yang melakukan
penelitian.
41
GURU ATAU OOSEN SEBAGAI PEHELITI
42
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
43
GURU ATAU DOSEN SEBAGAI PENELITI
45
GURU ATAU DOSEN SEBAGAI PENELITI
46
METODE PENELITIAN TIN DAKAN KE LAS
47
GURU ATAU DOSEN SEBAGAI PENELITI
49
GURU ATAU OOSEN SEBAGAI PENELITI
50
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
51
GURU ATAU DOSEN SEBAGAI PENELITI
52
METODE PENELITIAN TIN DAKAN KE LAS
55
GURU ATAU DOSEN SEBAOAI PENELITI
Rangkuman
Kecuali menjelaskan mengapa guru/dosen harus meneliti, Bab
ini juga mengelaborasi makna Penelitian Tindakan Kelas bagi
mereka yang akan meningkatkan kualitas professional judge-
ment, mampu menanamkan rasa percaya diri dan kemandirian
para guru/dosen.
56
METODE PENELITIAN TIN DAKAN KELAS
57
GURU ATAU DOSEN SEBAGAI PENELITI
58
METODE PENELITIAN TIN DAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Hollingsworth, Sandra and Sackett, Hugh. Ed. 1994. Teacher
Research and Educational Reform. Chic ago: University of
Chicago Press. Pp. 142-162.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University Press. Pp. 1-41.
Stenhouse, Lawrence. 1984. An Introduction to Curriculum Re-
search and Development. London: Heinemann. Pp. 142-165,
166-180.
Zuber-Skerritt, Ortrun. 1996. New Directions in Action Re-
search. London: The Falmer Press. Pp. 21-55.
59
GURU ATAU DOSEN SEBAOAI PENELITI
Tes is
Wendra, I Nyoman. 2005. Pendekatan Inkuiri dalam Pem-
belajaran Sejarah Nasional Indonesia I sebagai Upaya
untuk Meningkatkan Proses Belajar-Mengajar dan Prestasi
Akademik mahasiswa. Bandung: PPS UPI. Bab III-IV
Jurnal
Brieschke, Patricia. 1997. Qualitative Studies in Education. Vol.
10., No. 1., Pp 85-99.
60
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 4
Model-Model
Penelitian TindakanKelas
Pengantar
Di dalam bah ini akan ditampilkan beberapa model Penelitian
Tindakan Kelas sebagai bahan visualisasi tentang langkah-
langkah yang dilakukan dalam prosedur penelitian.
Tujuan
Setelah membaca dan mempelajari bah ini diharapkan pem-
baca, khususnya guru dan dosen yang akan melakukan
penelitian.
• Mendapat gambaran mengenai prosedur penelitian.
• Mengetahui langkah-langkah yang akan diambil.
• Mendapat kesempatan untuk mempersiapkan hal-hal yang
perlu dilakukan.
• Mempelajari persamaan dan perbedaan antara model-model
yang dicontohkan.
• Mengambil keputusan untuk memilih satu model yang
sesuai untuk penelitian yang akan dilakukan pembaca, guru
atau dosen.
61
MODEL-MODEL PENELITIAN TINOAKAN KELAS
BAGAN 2
Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis
GAGASAN AWAL
l
RECONNAISSANCE
l
Rencana Umum
Langkah 1
Langkah2
Langkah dst.
/
lmplementasi
Langkah 1
Perbaikan
.....__ Evaluasi _,
-- Rencana
Langkah 1
Langkah2
lmplementasi
Langkah2
Penjelasan
Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus
kegiatan. Bagan yang melukiskan kegiatan ini pada siklus
dasar kegiatan yang terdiri dari mengidentifikasi gagasan
umum, melakukan reconnaissance, menyusun rencana umum,
mengembangkan langkah tindakan yang pertama, mengim-
plementasikan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan
62
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
63
MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 3
Revisi Model Lewin Menurut Elliott
Pelaluanaan Langkab/
--·· Ti.ndakan 1
Revisi Perencanaao
Reocana Baru
Langkahfl'indakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkahfl'indakan 3 PelakBBoaan
Langkahfl'indakan
Selanjutnya
Revisi Perencanaan
Rencana Baru
Langkah/Tindakan 1
Langkahfl'indakan 2
Langkahfl'indakan 3
Pelakaanaan
Langkahfl'indakan
Selanjutnya
64
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penjelasan
Apa yang dimaksud dengan identifiksi masalah, pada hakikat-
nya ialah pemyataan yang menghubungkan gagasan atau idea
dengan tindakan. Berikut contoh-contohnya:
• Peserta didik merasa tidak puas dengan metode penilaian
yang dipakai guru. Bagaimana kalau kita berkolaborasi
untuk meningkatkan asesmen siswa?
• Peserta didik banyak membuang waktu percuma di kelas.
Bagaimana cara kita membawa siswa lebih banyak meng-
gunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas
mereka?
• Orangtua peserta didik bersedia untuk membantu sekolah
dengan melakukan supervisi PR (pekerjaan rumah) mereka.
Bagaimana caranya agar bantuan orangtua murid bekerja
lebih produktif? (Elliott, 1991:72).
65
MODEL·MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN4
ModelSpiral dari Kemmis dan Taggart (1988)
Penjelasan
Secara mendetail Kemmis dan
Taggart (Hopkins, 1993:48)menjelas-
kan tahap-tahap penelitian tindakan
PLAN
yang dilakukannya. Permasalahan
penelitian difokuskan kepada stra-
tegi bertanya kepada siswa dalam
pembelajaran sains. Keputusan ini
timbul dari pengamatan tahap awal
yang menunjukkan bahwa siswa
belajar sains dengan cara menghafal
dan bukan dalarn proses ink.uiri. Da-
lam diskusi dipikirkan cara untuk
mendorongink.uiri siswa, apakah de-
ngan mengubah kurikulum, atau me-
ngubah cara bertanya kepada siswa?
Akhimya diputuskan untuk menyu-
sun strategi bertanya. Maka diran-
canglah strategi bertanya untuk
mendorong siswa untuk menjawab
pertanyaannya sendiri. Semua ke-
giatan ini dilakukan pada tahap
perencanaan (plan).
66
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 5
Model Ebbutt (Hopkins, 1993:52)
'7' :
I
Revisi
Perencanaan
' --
r · .... •···················:
:3:::.
.
: : .____________,.~ . ·_·_·_·_-_-_·_-_·_-_-_-_-_·_-_._.r_·_·_-_·_·_-_-_-_·_-_-_-_-_-_-_-_-_·
I Pelllksanaan
j .. Tlndakan 2, Dst. _[
\ Po,lak:.~r.aan Tindakan 1
RIIWll Poruncanaan
. . r Pelaksan4tln Tlndakan 2
Dmt
.;
;
: Alau
Alau ······'
Alau
, ! ,
t . ~~~~~~-~~-~ . ]
67
MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Penjelasan
Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian.
Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang dilanjutkan
dengan reconnaissance. Bagian ini, Ebbutt berpendapat
berbeda dengan penafsiran Elliott mengenai reconnaissance-
nya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan
penemuan fakta saja (fact finding only). Padahal. menurutnya,
reconnaissance mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi,
menyelidiki kesempatan, mengases kemungkinan dan kendala,
atau dengan singkat mencakup keseluruhan analisis.
Menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk memahami proses
penelitian tindakan ialah dengan memikirkannya sebagai suatu
seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus
mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan
di antara siklus. Deskripsi ini mungkin tidak begitu rapih di-
bandingkan dengan membayangkan proses itu sebagai spiral,
atau dengan bagan representasi. Bagaimana pun menurut
Ebbutt proses penelitian tindakan pendidikan yang ideal ada-
lah seperti yang digambarkannya di atas (Hopkins, 1993:50-51).
68
BAGAN 6
Model McKernan (dengan modifikasi dari Hopkins, 1993:53)
C Keputu...,oon.-- __ _, Keputuaan
z
-t
z
0
:,,.
Evalunsi Ascamen Kcbutuhan Evaluturi Atiosmon Kebutuhnn
"":,,.z
lmplementnsi HipotesislGagn&Dn lmplementoai Hipotosia/Gaga&Dn
""
m
r
:,,.
(/1
Tl T2
MOOEL-MODEL PEHELITIAN TINDAKAN KELAS
Penjelasan
McKeman (1991) lebih menekankan model penelitian dengan
"proses waktu", dalam arti bahwa dalam penelitian tindakan
yang penting janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam
soal waktu. Hal ini mencakup menentukan fokus permasala-
han, penyelesaian masalah yang rasional, dan kepemilikan
penelitian yang demokratis.
Rangkuman
Dalam bah ini ditampilkan beberapa model Penelitian Tinda-
kan kelas, di antaranya model Lewin yang ditafsirkan oleh
Kemmis (1980), model Elliott sebagai revisi dari model Lewin
(1991),model Kemmis dan Taggart (1988),model Ebbutt (1993),
dan model McKernan (1991). Dengan visualisasi bagan dari
model-modelini anda dapat mengkaji langkah-langkah kegia-
tan penelitian dalam berbagai variasi. Anda dapat melihat
perbedaan dan persamaannya. Lebih banyak persamaan dari-
pada perbedaannya, terutama dalam konsep-konsep siklus dan
spiral penelitian, walaupun yang ditampilkan adalah alur
penelitian.
Bacaan Lanjutan
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia, PA: Open University Press. Pp. 69-74.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia, PA Open University Press. Pp. 47-56.
Gall, Meredith D., Gall, Joyce P. and Borg, Walter R. 2003.
Educational Research. Boston: Allyn & Bacon. Pp.585-588.
Zuber-Skerritt, Ortrun. 1992. Action Research in Higher Educa-
tion. London: Kogan Page Ltd. Pp. 12-14.
71
BAGIANII
PELAKSANAAN PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pengantar
Bagian pertama dari buku ini membahas mengenai berbagai
informasi untuk mengenal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Diharapkan pembaca, terutama guru dan dosen, semakin
tertarik untuk lebih mengetahui tentang berbagai kemampuan
meneliti agar segera memiliki keterampilan Penelitian
Tindakan Kelas untuk dapat mulai melakukan penelitian di
kelas atau ruang kuliah dalam upaya meningkatkan kinerja
sebagai pendidik.
Ada baiknya sebelum melanjutkan ke bagian yang mem-
bahas tentang berbagai kegiatan Penelitian Tindakan Kelas,
pembaca menyegarkan kembali pikiran tentang hal-hal me-
ngapa sebaiknya segera memiliki kemampuan dan keteram-
pilan meneliti. Guru pada umumnya tidak merasa akrab
dengan teori, bahkan merasa jengah terhadapnya. Penelitian-
penelitian yang dilakukan mengenai guru dan kelasnya selama
ini bertujuan untuk menguji atau membuktikan teori, dan
mereka hanya berperan sebagai objek penelitian tersebut. Para
dosen mungkin tidak asing dengan teori, akan tetapi dalam
Penelitian Tindakan Kelas fungsi teori berbeda dengan fungsi
teori dalam penelitian yang biasa dilakukan, yang pada
umumnya bermuara kepada tradisi positifistik. Untuk lebih
jelasnya berikut ini eksplanasi kaitan antara Penelitian
Tindakan Kelas dengan pengetahuan atau teori:
Pertama-tama, perlu diingatkan kembali bahwa tujuan
dasar Penelitian Tindakan Kelas adalah memperbaiki praktek
pembelajaran guru di kelas atau dosen di ruang perkuliahan,
dan bukan untuk menghasilkan pengetahuan atau teori.
Penggunaan atau utilisasi pengetahuan, dan apabila pada saat
berlangsung proses ternyata menghasilkan pengetahuan, maka
keduanya tetap dikondisikan dan ditujukan kepada sasaran
dasar Penelitian Tindakan Kelas tadi (Elliott, 1991: 49). Hal ini
disebabkan karena yang didahulukan adalah meningkatkan
kualitas intrinsik pembelajaran, jadi apabila sebagai produk
dari upaya perbaikan itu berbentuk meningkatnya kemampuan
intelektual peserta didik, hal tersebut memang sudah ter-
masuk yang direncanakan. Manifestasi dari kualitas pembela-
jaran yang dapat disebut sebagai proses pendidikan atau educa-
tional process adalah basil pendidikan atau educational out-
75
PELAKSANAAN PENELITIAN TINOAKAN KELAS
76
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
77
PELAKSANAAN PENELITIAN TINOAKAN KELAS
78
METODE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
BAB 5
Menentukan Permasalahandan Fokus
Penelitian
Tujuan
Setelah mempelajari bagian ini guru atau dosen diharapkan
akanmampu:
• Memahami apa yang dimaksud dengan fokus permasalahan.
• Mengidentifikasipermasalahan yang dihadapi di kelas.
• Melakukan analisis masalah.
• Membentuk kerangka pemikiran atau paradigma dan
membuat bagannya.
• Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis kerja
atau guideline hypothesis.
Fokus Permasalahan
Apabila guru atau doscn berdiri di kelas atau di ruang
perkuliahan dan sedang sibuk menyajikan bahan pembelajaran
kepada peserta didik, kemudian merasakan ada sesuatu yang
kurang, sesuatu yang tidak seharusnya, atau sesuatu yang
mengganjal pada proses belajar mengajar tersebut, maka guru
atau dosen sedang menghadapi persoalan dalam pembelajaran.
79
MENENTUKAN PERMASALAHAN DAN FOKUS PENELITIAN
80
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
82
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Menganalisis PermasalahanPenelitian
Seperti telah dibahas terdahulu, Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kola-
boratif dan partisipatif. Artinya guru atau dosen tidak
melakukan penelitian ini sendiri, ada kemungkinan mereka
berkolaborasi atau bekerja sama dibantu oleh rekan sejawat
sesama guru/dosen, mungkin juga oleh kawan dosen LPTK yang
dikenal itu, atau mungkin juga bersama-sama Kepala Sekolah
atau bahkan Dekan yang ingin mengetahui bagaimana Peneli-
tian Tindakan Kelas dilaksanakan. Secara partisipatif bersama-
sarna mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah
demi langkah.
83
MENENTUKAN PERMASALAHAN DAN FOKUS PENELITIAN
BAGAN7
...
Asurn~I -Pertanyaan Tentang ' -··
Pene11u,n~ Kuallt@\~-' ..
•... . . ·- . ,: ..l. -· .
85
00
CTl
BAGAN 8 !iC
Paradigma Konseptual untuk Perbaikan Sekolah (Multi Situs) m
z
m
z
-t
c
Faktor-Faktor Yang Keputuean Adopei Siklus Transformasi H11Bil
Berpengaruh
Konteks internal
"'z
>
Konteks ekstomal:
Demografi
~
• KeputUBanuntuk
mongadopsi
Penyajian lnovasi
· Ponyajian inovasi
· Derajat
Institusional ,,
m
ll
- Mnsyaraknt Upaya-Upaya yang menghnsilkan ;a
- Diknas lnovasi terdahulu Perubahan !I:
Keuntungan dan >
ll
CII
Kerugion
o~ >
- aturan, norma
• Individual dan
lnetitusional
...
Bantuan: · cara kerja · Rencano >
• Perubahan dalam - lnovasi Spesifik :J:
· (Eksternol & Internal) · praktek di kolas lmplementasi dan muta inovasi
· di uekolah, persepsi dan >
· Orientasi praktek • diantieipasi dan z
· lntervanei · relaei, interakei tidak diantisipasi
c
!i >
Pengguna:
· Asumei-Asumei
• Motif-Motif
• Keyakinan · Dukungan
l l
• Perubahan aturan
1l
z
.,,
0
Program lnovasi:
terhadap
lmplementasi
norma, praktek,
dan hubungan Dampaknya: "'
c
CII
· Asumsi-Asumsi • Positif chm Negutif
- Karakteristik
organieaei
· diantieipaei dan ,,
tidak diantisipasi m
z
m
Waktu : Satu kali Waktu : 2 . n kali Sampai berhaeil
...
-t
(dengan modifikasi, Miles dan Huberman, 1984:32)
:,,.
z
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 9
PengembanganKemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam PIPS/
Sejarah Melalui Pembelajaran Isu-Isu
Kontroversial
Tujuon Siawo
Pembelojoran Berpikir Kritia
············•
Metode,
....--- .... •
Media, :
Pendekatan Sumber :
Pembelojo1'1111
PJPSISejaroh ····························
Pembel4jlll'IUI lau·lau
Km,tnm,ni t-----4.
PIPS/Sejanh
Menyusun Hipotesis
Hipotesis lazim digunakan dalam penelitian-penelitian yang
bertradisi kuantitatif dengan pola pikir deduktif-verifikatif.
Pada kajian-kajian kualitatif, lebih banyak diajukan pertanyaan
penelitian dari pada menyusun hipotetis (Creswell: 1994:70).
Creswell menyarankan untuk mengajukan pertanyaan peneliti-
an dalam bentuk pertanyaan besar atau yang disebutnya a
grand tour question atau dapat juga disebut a guiding hypoth-
esis , dan pertanyaan kecil atau khusus yang disebutnya sub-
question. Di lain pihak, para pakar penelitian kualitatif ada
juga yang menggunakan hipotesis, seperti Elliott (1991:30)
dengan istilah hipotesis diagnostik (diagnostic hypotheses)
untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis permasalahan yang
timbul pada waktu proses inkuiri/penelitian sedang berlang-
s ung; atau hipotesis praktis (practical hypotheses) untuk
mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan bagaimana
pemecahannya. Lincoln dan Guba (1985:38) dalam penelitian
inkuiri naturalistiknya menggunakan hipotesis kerja atau
working hypotheses untuk dijadikan pegangan dalam langkah-
langkah penelitian. Hopkins (1993:69) cenderung mensejajar-
kan pertanyaan penelitian dengan hipotesis.
87
MENENTUKAN PERMASALAHAN DAN FOKUS PENELITIAN
f.
I,.
·I ·:
88
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
89
MENENTUKAN PERMASALAHAN OAN FOKUS PENELITIAN
90
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Rangkuman
Pemahaman mengapa sebaiknya guru atau dosen segera
melakukan penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan
Kelas, antara lain untuk memperbaiki praktek pembelajaran di
kelas/ruang kuliah, yang akan meningkatkan juga kualitas
belajar siswa atau mahasiswa karena hasil dari educational
process adalah educational outcomes.
Mulailah dengan gagasan umum dari permasalahan yang
dihadapi di kelas/ruang kuliah, untuk kemudian ditajamkan
dalam fokus permasalahan. Setelah mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan dengan mitra peneliti, lanjutkan
dengan membangun kerangka pemikiran atau paradigma
beserta bagannya.
Langkah berikutnya ialah merumuskan pertanyaan-per-
tanyaan penelitian yang disebut juga sebagai hipotesis kerja
atau guideline hypothesis.
91
MENENTUKAN PERMASALAHAN DAN FOKUS PENELITIAN
92
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
93
MENENTUKAN PERMASALAHAN DAN FOKUS PENELITIAN
Bacaan Lanjutan
Creswell, John W. 1994. Research Design. Qualitative & Quan-
titative Approaches. Thousand Oaks: Sage Puhl. pp.4-15.
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University Press. pp. 72-74.
Gall, Meredith, D., Gall, Joyce P., and Borg, Walter R. 2003.
Educational Research. Boston: Allyn & Bacon. Pp. 459-460.
Kuhn, Thomas S. 1973. The Structure of Scientific Revolutions.
Chicago:The University of Chicago Press. pp. 23, 43-51.
Lincoln & Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Puhl. pp.36-46.
94
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB&
Prosedur Pengumpulan Data
Tujuan
Setelah mempelajari bah ini diharapkan guru/dosen yang akan
meneliti akan mampu:
• Memilih mitra untuk penelitian.
• Membuat perencanaan penelitian.
• Menyusun hipotesis kerja.
• Melaksanakan tahap/siklus 1 penelitian.
• Melakukan observasi.
• Membuat catatan lapangan (field notes).
• Melakukan diskusi dan refleksi pasca pelaksanaan siklus 1.
• Merencanakan pelaksanaan tahaplsiklus 2, dan seterusnya.
96
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
98
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 11
Orientasl Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Diskusi
100
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
103
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
104
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
105
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
BAGAN 12
Pertemuan
Perencanaan
107
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
108
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
109
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
BAGAN 13
Guru "Santi, cobalah buka halaman 49, berikan jawaban pads pertanyaan nomor 1 !"
Santi "Perang Ounia II terjadi di antaranya karena konflik yang tldak terselesaikan
pads Perang Ounia I".
Guru : "Baiklah, itu satu jawaban. Anto; cobalah berikan Jawaban lsinnya!"
110
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 14
1) Presentasl
2) Mengajar Tak Langsung (indirect teaching)
3) Mengajar Langsung (direct teaching)
4) Suara
5) Strategi bertanya
6) Masukan Balik (feedback)
7) Pokok Bahasan
8) Ekspektasi
BAGAN 15
1) Penampilan gururteacher appearance·
2) apersepsi/"entry behaviour"
3) materi bahasan
4) "teacher centered "vs "student centerecf'
5) kelas yang konduslf
6) teknik bertanya
7) pemberian ganjaran (reward)
Observasi Terfokus
Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada
upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar
siswa dengan memberikan respons kepada pertanyaan guru,
maka sebaiknya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang
memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya. Sering-
kali juga guru mengalami kesulitan dalam memberikan pujian
(reward) ataupun hukuman (punishment) kepada siswa, dan
guru seringkali tidak mengetahui bagaimana cara melaku-
kannya mengingat ada kaitannya dengan adat istiadat atau
budaya siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda.
Langkah berikut dalam bentuk format teknik bertanya mung-
kin akan memberikan bantuan (Hopkins, dengan modifikasi,
1993:96-97):
BAGAN 16
A. Bentuk Pertanyaan
1) Akademik: Faktual. Jawaban yang dlcari spesifik, benar,
Akademik: opini, singkat
2) Non akademik:Pertanyaan pribadi, prosedur, disiplin
B. Bentuk Jawaban
1) Untuk pertanyaan pemikiran, siswa membuat kesimpulan atau elaborasi
2) Untuk pertanyaan faktual, siswa mengingat kembali (hafalan)
3) Untuk pertanyaan pilihan, siswa menjawab ya, atau tidak
C. Seleksi siswa
1 ) Sebut nama siswa sebelum bertanya
2) Meminta sukarelawan
3) Meminta bukan-sukarelawan (sesudah pertanyaan diajukan)
D. Berhenti sejenak
1 ) Berhenti sejenak sebelum memberi pertanyaan
2) Lupa berhenti sejenak
3) Guru menyebut nama siswa sebelum bertanya
E cera bertanya
1) Pertanyaan diajukan sebagal stimulasi atau tantangan
2) Pertanyaan diajukan secara faktual/ biasa saja
3) Pertanyaan bersifat tes atau ancaman
BAGAN 17
BAGAN 18
!GURU!
00 O® 00 O©
O@ ®O O® 00
00 00 00 ®O
O® ®O ®O 00
00 00 O® 00
00 00 00
Keterangan:
X : Ditunjuk Guru
0 : Siswa Angkat Tangan dan Ditunjuk Guru
113
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Observasi Terstruktur
Sekarang mungkin anda ingin tahu dan memahami bagaimana
observasi terstruktur dilakukan. Sebenarnya cukup sederhana.
Apabila para mitra peneliti sudah menyetujui kriteria yang
diamati, maka selanjutnya Anda tinggal menghitung (mentally)
saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang
sedang diteliti itu ditampilkan.
Berikut ini contoh bagaimana pengamatan terstruktur
dihitung (Hopkins, 1993: 103)
BAGAN 19
Pertanyaan: Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban
Sukarela: Tldak Bonar: Salah: Tldak
Sukarela: Mengenal
Sasaran:
1. v v
2. v v
3. v v
4. v v
5. v v
6. v v
7. v v
8. v v
9. v v
10. v v
Jumlah 6 4 6 3 1
Observasi Sistematik
Tentu para peneliti dapat saja merancang bentuk pengamatan
beserta kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusi-
kannya untuk mencapai persetujuan bersama. Kemungkinan
dalam membicarakan pengamatan sistematik ada yang me-
ngusulkan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan
dapat situasi-situasi tertentu oleh guru, dilengkapi dengan
ilustrasi detail dalam skala interaksi dari FIAC (Flanders In-
teraction Analysis Categories). Pengamatan dengan meng-
gunakan skala biasa disebut pengamatan kelas secara sistema-
tik (Hopkins, 1993:106).
Akan tetapi perlu dipikirkan, bahwa dengan menggunakan
skala, para peneliti akan mengambil pikiran-pikiran orang lain
yang menyusun skala tersebut, sedangkan pegangan pokok
dalam penelitian ini adalah bahwa observer akan melakukan
suatu pengamatan terhadap tindakan guru untuk mencoba
sesuatu dalam pembelajarannya dalam upaya meningkatkan
kualitas yang sudah direncanakan dan dipikirkan bersama,
dalam hubungan kemitraan guru-peneliti yang relevan dengan
tindakan guru tersebut.
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah bahwa pengamatan
dengan menggunakan skala ini akan sangat menekankan aspek
penelitian kuantitatif, yang akan mendahulukan perhitungan
jumlah dibandingkan dengan kualitas analisis yang kaya.
Pencatatan jumlah yang mengabstraksikan apa yang se-
benarnya terjadi di kelas, cenderung menghilangkan aspek
manusia secara faktual (dehumanisasi) dan aspek refleksi
dalam penelitian ini. Padahal kekayaan dan kebermaknaan
penelitian kelas justru terletak pada hal-hal tersebut.
Simons (1978, dalam Elliott, 1991) mengemukakan, bahwa
guru cenderung menggunakan daftar pertanyaan atau kuesio-
115
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
116
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Wawancara
Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984) wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan infor-
masi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Menurut-
nya ada tiga macam wawancara, yakni wawancara baku dan
terjadwal, wawancara baku dan tidak terjadwal, serta wa-
wancara tidak baku. Pertanyaaan-pertanyaan yang sama
diajukan dalam urutan yang sama, apabila pertanyaan lanjutan
atau probing diperlukan, maka hal itu juga harus baku.
Wawancara yang tidak terjadwal adalah bentuk lain dari yang
terjadwal, hanya saja urutannya yang berubah tergantung
jawaban yang diberikan oleh informan. Namun demikian,
fleksibilitas dari pewawancara dianjurkan agar wawancara
berlangsung wajar dan responsif. Wawancara yang tidak baku
biasa disebut juga sebagai wawancara pedoman atau interview
guide, yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan umum dan
khusus yang diantisipasi pewawancara secara informal dalam
urutan dan kesempatan yang tersedia (Goetz dan LeCompte:
1984:119).
Sedang menurut Hopkins (1993: 125) wawancara adalah
suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang
diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala
sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah,
orangtua siswa, dll. Mereka disebut informan kunci atau key in-
117
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
119
PROSEDUR PENOUMPULAN DATA
120
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pengamatan/Obsarvasl:
Wawancara:
122
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Dokumen:
Bahan Audio-visual:
Catatan Harian
Banyak manfaatnya guru mempunyai buku harian. lsinya
antara lain adalah catatan pribadi tentang pengamatan,
perasaan, tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis,
dan penjelasan (Kemmisdalam Elliott, 1991:77).Catatan tidak
hanya melaporkan kejadian lugas sehari-hari, melainkan juga
mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya berpartisipasi di
dalam penelitian. Kejadian khusus, percakapan, introspeksi
perasaan, sikap, motivasi, pemahaman waktu bereaksi terha-
dap sesuatu, kondisi, kesemuanya akan membantu merekon-
struksikan apa yang terjadi waktu itu.
Demikian juga halnya dengan siswa, kalau mereka juga
membuat catatan harian. Catatan mereka dapat juga menjadi
sumber informasi tentang apa yang mereka alami dalam
penelitian. Tentu saja catatan harian ini digunakan secara
sukarela, tidak ada paksaan karena sifatnya pribadi. Isi catatan
harian sebaiknya dibacakan dengan disaksikan oleh penulisnya
sendiri. Diskusi untuk membandingkan catatan harian guru
dan siswa sebaiknya diadakan, untuk mendukung suatu
pandangan yang dikemukakan,atau sebagai pembuktian.
Penulisan catatan harian (diaries )hendaknya selalu dengan
menuliskan tanggal kejadian. Demikian juga dengan hal-hal
123
PROSEOUR PENGUMPULAN OATA
Rabu, 6 Maret
"Keruwetan di tempat parkir kendaraan menyebabkan hari
yang indah ini menjadi suram. Seharian aku merasa tergan-
ggu. Aku bertindak tidak sabar terhadap anak-anak, dan hal
itu membuatku tidak bahagia. Bukan kesalahan mereka.
Akan tetapi aku menjadi jengkel, waktu mereka lamban
sekali dalam menangkap maksud yang terkandung dalam
pelajaran bahasa dan tata bahasa. Hal ini menyebabkan aku
tidak sempat mengawasi kelompok-kelompok yang belajar
membaca. Hal ini pun membuatku lebih jengkel lagi.
Tiba-tiba aku merasa ada kekurangan dalam keteram-
pilan dan teknik mengajar. Apalagi Jude (Goetz, Judith P.)
mengomentari tentang kecenderungan tertentu dan cara-
cara aku dalam mengajar. Mungkinkah aku telah membuat
kesalahan? Apa? Tidak ada gunanya terus dipikirkan,
karena akhir tahun, baru akan ada penjelasan. Aku merasa
berada dalam akuarium. ·
Hari ini aku tidak merasa yakin tentang perputaran
bumi. Aku meminta Jude menjelaskan hal itu. la melaku-
kannya dengan tenang dan jelas sekali. Anak-anak tidak
menunjukkan reaksi yang begini atau begitu, tetapi aku
sendiri merasa terkesan dengan cara mengajar yang
berbeda, bagus. Aku sendiri merasa tidak begitu yakin,
(Goets dan LeCompte, 1984:157-158)."
124
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
125
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
BAGAN21
Perhatikan : Catatkan yang penting saja. Thema ditulis dengan HURUF BESAR.
Komentar ditulis dalam tanda kutlp.
1. UJIAN AKHIR: Kepala sekolah melaporkan hasil rapat dinas di kantor DikNas, bahwa
ujian akhir akan dilaksanakan pekan kedua bulan Mei. Agar kegiatan penelitian
diselesaikan sebelum waktu itu.
2. PENELITIAN: Guru lain yang berminat pada penelitian kelas akan didaftarkan pada
rapat guru, dan peneliti akan dikontak. "Akan saya dorong agar sebanyak mungkin
guru daftar!"
3. KUNJUNGAN MUSEUM: Setelah ujian·ujian selesai, sekolah merencanakan akan
melakukan kunjungan ke Museum Geologi di Jalan Diponegoro, Bandung. Dianjurkan
supaya penellti ikut, agar menghayati iklim/suasana sekolah.
4. RENCANA KEGIATAN YAO.: Baru akan diblcarakan dalam rapat guru menjelang
diselenggarakannya ujian. Kemungkinan besar sekolah akan ikut serta dalam gerakan
pembaharuan kurikulum yang berbasis sekolah. Tergantung kepada kesiapan guru,
akan dipikirkan dahulu.
Kunjungan berakhlr pada jam 11.45, dengan janji untuk menghubungi kembali
Kepala Sekolah apabila ada hal-hal tentang penelitian yang harus dibicarakan.
(Sumber dari Miles dan Huberman, 1984: 53, dengan modifikasi)
126
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN22
Apa yang ingin saya ketahui ialah apakah Anda pemah melakukan pembelajaran
PIPS/Geograll dengan menggunakan peta dinding, globe, dan aUas atau membawa
siswa ke ruang terbuka? Silakan Anda Jawab dengan bebas.
1. Bllamana hal itu dilakukan? Apakah Anda bekerja sendiri atau bekerja
same dengan teman sejawat?
2. Bagalmana perasaan Anda waktu memulal?
• Optlmls, ragu·ragu, atau netral saja?
• Cemas karena memulal sesuatu yang baru?
• Cemas akan komentar kawan sejawat?
• Cemas akan reaksl/sambutan slswa?
• Meragukan kemampuan Anda sendiri?
3. Bagaimana kesan Anda sekarang? Apakah upaya Anda itu berhasil?
• Apakah upaya ltu merobah sesuatu, pada Anda, pada slswa?
• Apakah masih sulit untuk memulai sesuatu yang baru?
• Adakah sesuatu yang bermanfaat untuk dilanjulkan?
• Apakah justru tidak ada yang per1u dilanjutkan?
4. Menurut Anda sebelum memulai apa yang sebaiknya dilakukan, apakah:
• Membaca tertebih dahulu
• Konsultasl kepada pakar
• Memperslapkan bahan
• Latlhanltralnlng
• Perencanaan yang baik
5. Komentar Anda tentang hal-hal di atas dengan bebas:
127
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
128
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
BAGAN 28
Rangkuman
Anda sudah dapat mulai dengan penelitian kelas Anda, dan
untuk keperluan pengumpulan data sebaiknya Anda mema-
hami berbagai langkah kegiatan penelitian untuk meraih
kemahiran dan keterampilan seperti:
• Menyusun organisasi penelitian dan peran para pelakunya.
• merencanakan pelaksanaan tindakan siklus pertama.
• melaksanakan tindakan pembelajaran untuk mencobakan
inovasi.
• mengobservasiapa yang sedang berlangsung di kelas.
129
PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
130
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
132
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research De-
sign. California: Sage Puhl. Pp. 115-117; 120-133.
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University. Pp. 75-82.
Goetz, Judith P. and LeCompte, Margaret D. 1984. Ethnogra-
phy and Qualitative Design in Educational Research. New
York: Harcourt Brace Jovanovich Pp.107-163. .
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University. Pp. 57-103.
Lincoln, Yvonna S. and Guba, Egonb. 1985 Naturalistic Inquiry.
Beverly Hills; Sage Puhl. Inc. Pp. 193-194.
133
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 7
Analisis Data Lapangan
135
ANALISIS DATA LAPANOAN
BAGAN24
Strategi Umum Analisis Data Oleh Peneliti Pakar
Strategl Bogdan&Blklen Huberman&Mlles Wolcott
Anallsls (1992) (1994) . (1994)
Sketsa Catal gagasan di Buat catatan pinggir Beri lekanan pada
Gagasan garis pinggir catatan dalam catatan deskripsi informasi
lapangan lapangan lertentu
Display Data Bual bagan, tabel, Bual kontras dan Bual tabel. peta, bagan,
matriks, dan gralik perbandingan angka-angka, perbanding-
an, bandingkan dengan
ukuran baku/ standard
r---------------~-------------
Prosedur yang
sistemalis dari
lkuli prosedur kerja
lapangan di bldang
tradisi inkuiri etnografi
137
ANALISIS DATA LAPANGAN
(Keesokan harinya)
lbu guru memutar film mengenai binatang reptil. Setelah
pemutaran selesai, di papan tulis ibu guru memetakan
taksonomi dunia binatang, dengan maksud menggunakan
binatang reptil sebagai salah satu contoh untuk menerang-
kan keseluruhan kerangka itu. Kelas mulai dengan kegiatan
mengklasifikasi berbagai jenis binatang, kemudian ibu guru
bertanya tentang perbedaan antara reptil dan amfibi. la
menunjukkan persamaan antara anak-anak amfibi kalau
dilihat dari alat pemafasan insangnya dengan ikan. Seorang
siswa bertanya apakah ikan berdarah, dan langsung memicu
pertanyaan siswa lain, "Apa itu kutu?"
Maka kelas pun terlibat dalam situasi yang lucu, karena
kutu menjadi pusat perhatian mereka. Kutu yang terdapat
di antara bulu-bulu anjing mereka yang harus segera
dibersihkan, kutu dalam rambut manusia dan cara bagai-
mana menghilangkannya, kutu yang menjadi penyebab
demam bercak pada manusia dan menyebabkan kematian.
Diskusi ini ditengahi pertanyaan siswa: "Berapa banyak
kaki yang dimiliki kutu?" atau "Mengapa bensin bisa
dipakai membunuh kutu?" atau "Apakah kutu di kepala bisa
masuk ke otak?"
138
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
139
ANALISIS DATA LAPANGAN
140
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN 25
Daftar Kode Huruf dan Angka
Konteks Luar :
KL: Oemografi KL-OEM 3.2.3. 3.3.3.4
Lokal. pegawal sekolah KLLOK-OEM 3.2.3. 3.3. 3.4
Bukan lokal, bukan pe- KLBULOK-OEM 3.2.3.3.3.3.4
gawai sekolah
141
ANALISIS DATA LAPANGAN
Kontaks Dalam :
KD Karakteristik KD·KAR 3.2.2.3.3.3.4
KD: Norma dan Otoritas KO-NORM 3.2.2.3.4.3,3.5
KO: Sejarah lnovasi KD-SEJ 3.2.1.
KD:ProsedurOrganisasl KO-PROS 3.1.1.,3.2.4.,3.3,3.4
KD: lnov~ Organisasl K[).INQR 3.2.2.
Dst.dsl
Dlnamlka dan
Transformasi :
OT: Perubahan lnovasi CJT-IN 3.4.1.,3.4.2,3.4.3
DT: Dampak thd. Organlsasl OT-ORG 3.4.1.,3.4.2,3.4.3
OT: Dampakthd. lklim Org. DT-ORGKUM 3.4.3
DT: Oampak thd. Kelas OT..1(1.S 3.4.2
DT: Dampak thd.Pengguna DT-PGN 3.4.2.,3.4.3
OT: Kendala lmplementasi CJT-KDL 3.4.1
142
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
dapat dibaca oleh siapa pun. Pada waktu itulah sang peneliti
mengalami kembali apa yang telah terjadi di kelas tadi pagi,
dan refleksi terjadi pada situasi yang berkembang pada waktu
itu, seperti misalnya:
• Hubungan yang terjalin dengan siswa/responden.
• Memikirkan kembali terhadap apa yang dikatakan oleh
siswa dan maknanya.
• Keraguan akan kualitas data yang sedang dicatat.
• Terpikirnya hipotesis baru untuk menjelaskan apa yang
sedang terjadi.
• Sebuah catatan untuk melacak lebih jauh sebuah isu pada
kontak berikutnya.
• lmplikasi silang terhadap sesuatu pada data berikutnya.
• Perasaan sendiri mengenai apa yang dibicarakan atau
dikerjakan.
• Penjelasan atau elaborasi mengenai apa yang dibicarakan
atau dikerjakan (Milesdan Huberman, 1984:65).
BAGAN26
CATATAN REFLEKTIF
Ahmad bergurau. ·mungkln Aku dapat bertaku sebagai seorang senior". la menyeringai
seperti kera waktu mengatakan hal ltu. ((guru-guru inf bukan bennaksud merendahkan
siswa, akan tetapi sepertinya lidak bisa menahan diri untuk selalu bergurau seperti itu·
dan mengenal hal ini akan dijelaskan nanti))
Basri menyatakan bahwa secara lidak resmi mereka sudah melakukan analisis tentang
data kehadiran dan berkata, "Aku yakin telah melakukannya dengan efeklir. (yaitu
memakai CARED untuk kccenderungan peningkatan kehadiran). ((bagiku
kedengarannya sangat kabur dan terkesan gampangan)).
--------------------------
143
ANALISIS DATA LAPANGAN
Catatan Pinggir
Pada waktu kegiatan koding berlangsung, dan peneliti sebagai
pengamat melihat dan menyaksikan penampilan pembelajaran
di kelas, maka gagasan dan reaksi terhadap yang dilihat timbul
dengan makna yang baru secara berkelanjutan. Gagasan dan
pikiran baru ini penting artinya, karena mendorong penafsiran
baru, mengarahkan kepada keterhubungan dengan data lain,
dan menuntut pekerjaan untuk menganalisisnya.
Karena konvensi membiasakan kita memberikan tanda atau
simbol kode pada catatan lapangan di garis pinggir sebelah kiri
atau pada margin kiri, maka catatan pinggir dilakukan pada
margin sebelah kanan. Catatan reflektif dan catatan pinggir
berfungsi menambah kebermaknaan dan kejelasan kepada
catatan lapangan atau field notes, di samping menggaris bawahi
hal-hal yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam
kegiatan koding. Berikut ini adalah sebuah contoh tentang
pelaksanaan catatan pinggir:
BAGAN27
Catalan Plngglr
Basri mellhat kepada Chandra, seorang guru magang,
dan memlnta mellhat anak-anak di ruang pertemuan. Kontrol Kelas
DT-KLS Saya bertanya apa yang terjadi, dan ia menjawab
bahwa anak-anak terdengar sudah keluar dari ruang
padahal bel belum berbunyi ...... Disiplin Siswa
KL LOK- Rapatmembicarakan berbagai topik, bermacam-macam
DEM tema. termasuk kecenderungan Mariam yang suka
meyakinkan yang lain bahwa pekerjaan humas itu
Kon.flik Tentang
mudah untuk dikerjakan. dan nasihatnya untuk tidak
Peran.
memberikan tugas itu kepada bukan profesional.
Banyak yang bertanya kepada Mariam, pada akhir rapat. Magang
144
METODE PENELITIAH TINDAKAN KELAS
145
ANALISIS DATA LAPANGAN
BAGAN28
Perbandingan Analisis Lapangan
PTK Becker Glas~r dan Strauss
(Hopkins, 1993:150).
146
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pembuatan Matriks
Membentuk matriks tidaklah sukar, walaupun dalam proses
pengembangannyamembutuhkan waktu. Tidak ada aturan atau
dalil tertentu yang harus diikuti, melainkan suatu kegiatan
kreatif yang sistematis, yang fungsional, yang akan mem-
berikan makna substantif kepada basis data Anda. Berikut ini
ada beberapa aspek pilihan dalam membentuk matriks, (Miles
dan Hubermen, 1984:211-212):
1) Deskriptif, dalam pemahaman apakah tujuannya untuk
memaparkan data yang ada, atau menjelaskan mengapa hal
itu terjadi.
147
ANALISIS DATA LAPANGAN
148
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Pelajaran dimulai dengan menertibkan kelas. guru Guru melakukan entry behaviour
mencek kehadiran siswa. Setelah itu langsung dengan bsik, yaitu dengan meng-
masuk ke topik bahasan mengenai kerajaan- kondisikan siswa untuk siap be/ajar
kerajaan di Indonesia. la merangkum dengan singkat mengenai kerajaan. la juga melakukan
mengenai kondisi politik, ekonomi, sosial dari eksplorasi konsep siswa, dan dengan'
kerajaan-kerajaan. Sebuah pertanyaan diajukar: demikian sekalian melakukan aper-
kepada kelas, untuk mengemukakan perbedaan- sepsi.
perbedaan di antara kerajaan·kerajaan tersebut:
"Coba kalian munculkan perbcdaan-perbedaan
tersebut, boleh dengan contoh !" Kelas sebentar
ribut. karena ada siswa yang datang terlambal
Siswa: "Perbedaan mata pencaharian, Bu" (Kelas Guru mampu mengangkat kondisi
masih saja ribut. dan tidak memperhalikan teman kelas yang ribut sebagai media pem-
siswa sedang berbicara) belajaran. baik dalam memaknai
Guru: "Nah inilah coba. kalau ada yang sedang perbedaan. namun terutama dalam
berbicara tolong dihormati, didcngar. lni sebuah menanamkan nilai dan sikap meng-
contoh. ya. jangan [auh-jauh, kalau ada yang hormali orang lain.
149
ANALISIS DATA LAPANGAN
BAGAN SO
150
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Rangkuman
Kegiatan analisis data lapangan harus dilakukan sejak dini,
pada tahap awal penelitian, bahkan sejak tahap orientasi.
Untuk keperluan itu sebaiknya sudah dipersiapkan sebuah
daftar kode.
Kode dan koding adalah pemberian tanda atau simbol pada
segmen catatan lapangan, untuk menunjukkan adanya situasi
atau kegiatan yang menjadi fokus yang diteliti untuk dianalisis.
Berbagai ragam koding seperti yang deskriptif, inter-
pretatif dan inferensial berguna di dalam memilah-milah data
ke dalam unit analisis untuk selanjutnya dilihat, dibandingkan,
dicari kausalitasnya, dan dianalisis silang.
Kegiatan analisis juga dilakukan dengan melakukan catatan
reflektif,yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan
merupakan basil proses membandingkan, atau mengkaitkan,
atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data
sebelumnya. Catatan reflektif disimpan di margin sebelah kiri
atau dalam kurung.
Catatan pinggir yang merupakan komentar pengamat secara
spontan dalam pengamatan terhadap situasi yang ditampilkan.
Catatan pinggir disimpan di sebelah kanan margin.
Pembuatan matriks diperlukan untuk membantu peneliti
melihat data lebih jelas dan memahaminya secara substantif,
serta membantu untuk menganalisisnya. Ada beragam matriks,
dibuat sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan contoh-contoh.
Analisis data dalam matriks seperti halnya kegiatan analisis,
dilakukan sejak awal. Bagaimana pun, analisis matriks harus
dicek lagi dengan data dalam catatan lapangan, karena perlu
dukungan data "akar rumput".
151
ANALISIS DATA LAPANOAN
152
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research De-
sign. California, CA.: Sage Puhl. Pp.139-165.
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University Press. Pp. 77-87.
Goetz, Judith P. and LeCompte, Margaret D. 1984. Ethnogra-
phy and Qualitative Design in Educational Research. New
York: Harcourt Brace Jovanovich Puhl. Pp. 165-194. ·
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University Press. Pp. 105-123.
Miles, Matthew B.and Huberman, A. Michael.1984. Qualitative
Data Analysis.California, CA.: Sage Puhl. Pp.49-75;79-97.
153
BAG/AN/II
KEBERHASILAN
TINDAKAN KELAS
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 8
Validasi Data
dan Kredibilitas Penelitian
Pengantar
Sebuah penelitian akan mendapat kepercayaan sesama para
pengkaji dan peneliti apabila mengikuti semua langkah dalam
penelitian sesuai dengan prosedur. Salah satu langkah dalam
prosedur untuk mendapatkan derajat keterpercayaan ialah
validasi, yang dalam penelitian kualitatif disukai dengan
istilah verifikasi.
Tujuan
Setelah membaca bah ini diharapkan para pembaca, guru dan
dosen yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas akan
memahami langkah-langkah validasi seperti:
• Makna kredibilitas sebuah penelitian.
• Standard dalam penelitian kualitatif.
• Wacana mengenai validasi dalam penelitian kualitatif.
• Validasi Penelitian Tindakan Kelas menurut Gall, Gall, dan
Borg.
• Pelaksanaan validasi menurut Hopkins.
157
VALIDASI DATA DAN KRfDIBILITAS PfNfLITIAN
158
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
161
VALIOASI DATA DAH KREOIBILITAS PEHELITIAH
162
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
163
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
BAGAN31
Beragam Kajian, Perspektif, dan Istilah mengenai Veri.fikasi
.. ·
Kajlan . Pe!9pektlf lstllah
Goetz & LeCompte Untuk kualitatif yang ekuivalen dan Validitas intemal
(1984) paralel dengan lsu validitas dalam Validitas ekstemal
penelitian survey dan eksperimen Reliabilitas, Objektivitas
(Creswell, 1998:200).
164
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
165
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
166
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
167
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
168
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
169
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
rasi. Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau
tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan. Glaser dan
Strauss (1967:68)mengemukakan bahwa tidak ada tambahan
data baru berarti sudah tercapai kejenuhan, yang disebut
saturasi. Pemeriksaan atau tes yang berulangkali untuk mem-
validasi baik hipotesis atau pun properti dari kategori yang
kasar dengan dites berulangkali dengan data adalah upaya
modifikasi, memperhalus, atau dengan amplifikasi dapat saja
dilakukan. Atau bahkan melakukan usaha falsifikasi (menurut
Popper, 1970) telah dicoba, yaitu dengan mencoba meng-
eliminasi kesalahan atau error pada waktu merumuskan hipo-
tesis kerja, konstruk, atau menyusun kategori, namun demi-
kian pada waktu diuji dalam observasi yang diulang-ulang
tidak menghasilkan penolakan, sanggaban, atau amplifikasi,
maka dalam hal demikian saturasi telah terjadi, dan validasi
terhadap hipotesis, konstruk, dan susunan kategori Anda
sudah dilakukan.
Teknik lain untuk validasi, adalah dengan cara meng-
gunakan pembandingan atau dengan eksplanasi saingan atau
kasus negati]. Anda tidaklah melakukan upaya untuk menyang-
gah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan, melain-
kan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila Anda
tidak berhasil menemukannya, maka hal ini mendukung
kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori dalam
penelitian Anda sencliripada awalnya.
Selanjutnya Anda dapat juga menggunakan audit trail untuk
memvalidasi. Dengan melakukan audit trail, yang bias a
dilakukan untuk mengaudit keuangan, maka dapat diperiksa
kesalahan-kesalahan di dalam metode atau prosedur yang
dipakai peneliti, dan di dalam pengambilan kesimpulan. Audit
trail juga memeriksa catatan-catatan yang clitulis oleh peneliti
atau pengamat mitra penelitian lainnya. Hal ini berguna, apabila
peneliti akan meretrieve informasi atau data yang ada, atau
waktu mempersiapkan laporan. Audit trail dapat dilakukan oleh
kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang sama
seperti Anda sendiri. la dapat saja teman sejawat yang memiliki
kemampuan Penelitian Tindakan Kelas, teman kuliah seang-
katan atau lebih baik lagi kakak angkatan terdahulu yang sudah
berpengalaman melakukan Penelitian Tindakan Kelas
170
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Rangkuman
Dalam bah ini Anda mempelajari berbagai wacana tentang
kreclibilitas dan derajat keterpercayaan penelitian, yaitu dengan
mengkaji dan mengimplementasikan berbagai langkah validasi.
171
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
172
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
173
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
174
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
175
VALIDASI DATA DAN KREDIBILITAS PENELITIAN
Bacaan Lanjutan
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research De-
sign. California: Sage Puhl. Pp. 193-215.
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University. Pp.60-68; 82-83.
Gall, Meredith D., Gall, Joyce P. and Borg, Walter R. 2003.
Educational Research. 7th.Ed. Boston: Allyn & Bacon.
Pp.591-594.
Glaser, Barney G. and Strauss, Anselm L. 1967. The Discovery
of Grounded Theory. Strategies for Qualitative Research.
New York: Aldine Pp. 65-71.
Goetz, Judith P. and LeCompte, Margaret D. 1984. Ethnogra-
phy and Qualitative Design In Educational Research. New
York : Harcourt Brace Jovanovich, Puhl. Pp. 208-226.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University Press. Pp. 152-157.
Lincoln, Yvonna S. and Guba, Egon G. 1985. Naturalistic In-
quiry. Beverly Hills: Sage Puhl Pp. 218-219; 289-303.
Miles, Matthew B. and Huberman, A. Michael. 1984. Qualitative
Data Analysis Beverly Hills: Sage Puhl. Pp. 232-235.
176
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 9
Penafsiran Data
Pengantar
Pada saat-saat akhir penelitian peneliti menghadapi sejumlah
besar data, dan tugas untuk menafsirkan atau membuat
interpretasi dari sekian banyak data membuatnya tidak terlalu
bersemangat, karena biasanya tidak tahu dari mana dimulai-
nya. Beberapa kesulitan dihadapi peneliti waktu menafsirkan
data penelitiannya, antara lain karena faktor-faktor jarak dan
waktu.
Setelah mempelajari bah ini diharapkan pembaca, terutarna
guru dan dosen yang akan meneliti memakai metode penelitian
Penelitian Tindakan Kelas akan mampu:
• Memulai langkah-langkah penafsiran.
• Mengkonsolidasikandata dengan teori.
• Mengaplikasikan teori.
• Membuat sintesis.
• Membuat persamaan, analog, atau metafora.
178
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Mengkonsolidasikan Teori
Pada tahap menganalisis data, kita telah melihat bagaimana
teori yang berkembang secara grounded terbentuk dari
pengumpulan atau koleksi data. Koding dari Lofland, misalnya,
menyusun kategori yang sebaiknya dipakai sebagai alat analisis
dari fenomenakelas yang diobservasidan dikumpulkan datanya.
Dari analisis kategorial inilah munculnya teori grounded.
Apabila kategori yang disusun tidak kompatibel dengan data,
maka kategori dimodifikasiatau tidak dipakai. Dalam penelitian
yang menggunakan orientasi teori secara eksplisit, maka data
yang terkumpul dianalisis berdasarkan kerangka teoritik
tersebut. Alat-alat tersebut menggambarkan juga peng-
gunaannya pada akhir kajian, yakni pada tahap penafsiran.
Karena analisis sudah dilakukan sejak tahap awal pengumpulan
data, berarti penafsiran sudah dimulai sejak awal juga.
Contoh hal ini ditunjukkan oleh penelitian oleh Ginsburg
dan LeCompte (1980) mengenai sosialisasi karir di kalangan
mahasiswa (guru). Teori yang dipakai adalah yang menyatakan
bahwa para calon guru ini menolak identitas profesionalnya
pada pengajaran yang diterima di pendidikan sekolah/universi-
tas, berdasarkan asumsi bahwa apa yang diajarkan akan
langsung diabsorbsi. Teori lain yang dipakai juga mengemuka-
kan bahwa para calon guru adalah negosiator aktif, yang
membentuk masa depan sesuai dengan pengalamannya.
Dengan menggunakan dua kerangka teori yang dikotomik ini,
Ginsburg dan LeCompte mengklasifikasi data para mahasiswa/
guru tentang bagaimana mereka memandang dirinya sebagai
guru. Kedua teori ternyata tidak dapat menjelaskan bagaimana
para calon guru ini mengembangkan perilaku dan sikap
terhadap profesi yang mereka pilih. Maka kemudian Ginsburg
dan LeCompte memodifikasi kerangka teorinya dengan cara
memasukkan kategori-kategori baru yang lebih relevan dengan
data (Goetzdan LeCompte, 1984:200-201).
179
PENAFSIRAN DATA
Mengaplikasikan Teori
Penafsiran data dengan cara mengaplikasikan teori yang
dianut dalam kerangka berpikir dalam penelitian, merupakan
cara lain untuk memaknai koleksi data. Adakalanya koleksi
data itu tidak cocok dengan teori yang dikemukakan, atau
bahkan bertentangan, maka peneliti harus menentukan apakah
kumpulan data atau teknik analisis yang salah, ataukah koleksi
data tersebut justru menunjukkan adanya perubahan atau
pergeseran pada teori yang berkarakter menolak atau memo-
difikasi teori tersebut. Katakanlah, dalam kerangka paradigma
Kuhn (1972),maka kumpulan data yang tidak pas dengan teori
tersebut merupakan anomali, yang apabila terus diamati dan
dikaji dalam proses epistemologis selanjutnya akan meng-
hasilkan krisis dan revolusi untuk menghasilkan paradigma
atau teori baru.
180
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
BAGAN32
'11engolah
Data Blografi Fenomenologl Grounded Etnografi Studl Kasus
181
PENAFSIRAN DATA
182
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Membuat Sintesis
Berlainan dengan mengaplikasikan teori pada kumpulan data,
membuat sintesis dari koleksi data Anda membutuhkan
berbagai sudut pandang dan konteks yang melampaui atau
"transcend" atau pun "beyond" aplikasi teori, sebelum pema-
haman wawasan mengenai kumpulan data tersebut tercapai.
Membuat sintesis memerlukan upaya-upaya interdisipliner dan
juga intradisipliner, peneliti mengintegrasikan data dan
konsep melalui berbagai usaha penelitian, sebagian tampaknya
saling mendukung atau sesuai akan tetapi sebagian lagi
bertentangan satu dengan lainnya. Adakalanya sang peneliti
merasa ragu dan kehilangan kepercayaan waktu melihat basil
sintesis yang demikian, karena menghadapi konfigurasi baru
yang berlawanan dengan pandangan akademik para guru/
dosen/profesor yang membimbingnya, atau dengan institusi
pendidikannya, atau bahkan dengan budaya, atau pun dengan
kearifan lazimnya.
Goetz dan LeCompte (1984) memberikan contoh penelitian
dari Bowles dan Gintis (1976), yang juga dipaparkan dalam
Ballantine (1985), menunjukkan basil sintesis penelitiannya
yang kontroversial, mengenai pendidikan di sekolah-sekolah di
Amerika Serikat yang ternyata melegitimasikan ketidak-
setaraan dalam pencapaian keberhasilan di bidang ekonomi,
bahkan melanggengkannya. Dengan dalih bahwa sistem
pendidikan mendukung bahkan memperkuat dugaan keber-
hasilan di bidang ekonomi tergantung dari kemampuan kognitif
dan keterampilan berdasarkan prinsip meritokratik yang
dicapai di sekolah, maka para keluaran dialokasikan lapangan
pekerjaan sesuai dengan ukuran keberhasilan pendidikan.
183
PENAFSIRAN DATA
185
PENAFSIRAN DATA
BAGAN33
186
METODE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Kesimpulan
Walaupun dalam bentuk pengorganisasian dan tekanan atau
emphasis dalam penyusunan kesimpulan penelitian dapat
bervariasi, namun pada umumnya para peneliti akan berpegang
kepada empat tahap, yaitu menyusun presentase · data yang
berbentuk rangkuman, penafsiran data, integrasi dari temuan
penelitian, dan aplikasi atau makna pentingnya atau signifi-
kansi temuan-temuan dalam penelitian.
Presentasi data dalam bentuk rangkuman biasanya disaji-
kan secara deskriptif, yang mengemukakan atribut-atribut
fenomenayang dikaji. Ada kalanya disajikan juga dalam bentuk
model kategorisasi yang menggambarkan kelompok-kelompok
atribut atau fenomena-fenomenayang ditelaah. Rangkuman ini
ditandai oleh berbagai deskriptor yang kongkrit dan rinci dari
subjek yang diteliti.
Penafsiran data menuntut agar peneliti menjelaskan makna
data sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan
mengapa makna-makna tertentu dari data menjadi lebih penting
atau menonjol artinya. Penafsiran data juga mencakup per-
nyataan-pernyataan yang menjelaskan hubungan kausalitas,
apakah itu prediktif atau tidak. Yang juga perlu diterangkan
adalah bagaimana kategorisasi fenomena saling berhubungan
secara empirik, yang adakalanya ditampilkan dalam bentuk
modeldengan spesifikasi kategori yang hubungannya dijelaskan.
Pada tahap integrasi, para peneliti menjelaskan data dilihat
dari pandangan atau perhatian yang lebih luas, bisa secara
empirik apabila data dibandingkan atau dikontraskan dengan
data dari kajian lain, atau juga bisa secara teoritik apabila data
ditempatkan atau merupakan bagian yang kontekstual dengan
implikasi kebijakan yang normatif. Penelitian pendidikan
menggunakancara-cara tersebut teori yang muncul atau emerged
dari data diuji secara kontekstual dengan teori lain atau teori
alternatif, dan harus cukup kuat untuk menantang atau menolak
teori lain at au alternatif itu. Demikian juga teori yang
diverifikasi data diuji dalam konteks yang lebih luas, yang
adakalanya teori tersebut menunjukkan implikasi empirik dan
aplikasinya dalam kebijakan yang tidak terduga sebelumnya.
Proses berteori inilah yang membimbing peneliti pada
tahap penafsiran dan integrasi data, yang dalam kajian-kajian
187
PENAFSIRAN DATA
188
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Rangkuman
Dalam bah ini Anda akan menyimak beberapa tantangan yang
lazim dihadapi para peneliti, yaitu kejenuhan yang dialami
setelah berbulan-berbulan atau bertahun-tahun melakukan
penelitian. Di samping itu peneliti juga terlibat mendalam di
dalam permasalahan penelitian sehingga membutuhkan jarak
untuk dapat melakukan penafsiran dengan benar. Kecuali itu,
peneliti harus meluaskan penelitiannya bukan sekadar
berbentu.kresume faktual melainkan lebih, atau beyond a mere
rectitation of the facts. Dengan menggunakan alat-alat seperti
konsolidasi dan aplikasi teori, kemudian membuat sintesis, dan
selanjutnya mencari makna melalui analog atau metafora,
peneliti dapat menjelaskan signifikansi penelitiannya untuk
mencapai tujuan penelitian seperti menjelaskan fenomena yang
dikaji secara saintifik, memberikan sumbangan dalam mening-
katkan keterampilan pendidik dan hasil belajar peserta didik,
mendu.kung upaya pembaharuan sekolah, bahkan selanjutnya
memberikan sumbangan kepada perkembangan pengetahuan di
bidang ilmunya.
189
PENAFSIRAN DATA
190
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bacaan Lanjutan
Ballantine, Jeanne H.1985. School and Society. A reader in
Education and Sociology. Palo Alto: Mayfield Puhl. Coy. Pp.
298-304.
Creswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research De-
191
PENAFSIRAN DATA
192
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 10
Menyusun Laporan Penelitian
Pengantar
Setelah berbagai kegiatan penelitian berakhir, selanjutnya
peneliti dituntut untuk menyusun laporan penelitian. Ada
berbagai format laporan yang dapat ditulis oleh peneliti,
berbentuk narasi kronologis, sintesis topik atau konsep, atau
laporan penyelesaian masalah yang disusun menurut masalah,
isu, atau pertanyaan-pertanyaan kunci. Apa pun format
laporan yang dipilih, sebaiknya laporan itu ditulis dengan jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan. Laporan hendaknya dapat
meyakinkan pembaca, bahwa apa yang ditulis menggambarkan
kenyataan yang dikaji, didukung oleh data yang akurat, tuntas,
dan mewakili banyak perspektif, serta menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian.
Menuliskan laporan kualitatif sangat dibantu oleh catatan
lapangan yang kaya, analisis penuh dengan deskripsi yang
dikoding, belum lagi tambahan komentar dari para mitra dan
partisipan yang dapat membantu peneliti memulai tugasnya
menulis laporan, paling sedikit kalimat-kalimat awal atau draf
kasar dari organisasi laporan. Landasan dasar ini selanjutnya
dapat dirubah atau dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
193
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
194
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
197
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
199
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
200
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
201
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
BAGAN34
Literatur digunakan seba- Beberapa bacaan harus di- Digunakan di semua kajian
gai kerangka permasala- persiapkan kualitalif
han di bagian Pendahuluan
Literatur disajikan dalam Pendekalan seperti ini blasa Pendekatan ini digunakan
bagian terpisah sebagai dllakukan dalam penelitian dalam kajian dengan meng-
Kajian Pustaka tradisional dengan pendekatan gunakan teori dan literatur
positifistik yang kuat pada awal kajian,
seperti etnografi. dan kajian
teori kritis
Literatur disajikan pada Pendekatan ini cocok untuk Pendekatan ini dipakai dalam
bagianakhirdari kajian, dan proses induktif dari penelitian semua bentuk kajian kualitatif,
dijadikan basis untuk mem- kualitatlf, literatur tidak me- terutama pada tipe grounded,
bandingkan dan meng- ngarahkan dan membimbing, untuk membandingkan dan
kontraskan hasil temuan tetapl membantu apablla pole mengkontraskan teori yang
pada penelitian kualitatirf atau kategori sudah dilden- dipakal dengan teori-teori lain
tifikasi dalam literatur.
202
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
203
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
204
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
205
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
Siswa 1 ya,Bu.
Guru Baik... Sekolahini tepatnya berada di wilayah
mana?
Siswa 1 ???
Guru Di Jungcang-cang, kan?
Siswa 1 Betul, Bu.
Guru Sekarang kamu, Fadhik, di mana kamu tinggal?
Siswa 2 Di Jalan Sersan Misrul, Bu.
Guru Tepatnya di daerah mana?
Siswa 2 Di sebelah utara gadin, Bu.
Guru Kalau dari Jungcang-cang, ada di sebelah mana?
Siswa 2 Di sebelah utara.
Guru Apa nama daerah itu?
Siswa 2 ???
Guru Gladak Anyar, maksudmu?
Siswa 2 Betul, Bu.
Guru Baiklah. Tadi Faris telah menyebutkan
Jungcang-cang, dan Fadhik menyebut Gladak
Anyar, keduanya nama apa?
Siswa 3 Nama tempat, Bu.
Guru Maksud ibu, desa atau apa?
206
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
207
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
209
MEHYUSUN LAPORAN PENELITIAN
210
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
211
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
212
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Daftar Rujukan
Lampiran.
Rangkuman
Penulisan laporan penelitian kualitatif dapat bervariasi struktur,
bentuk, dan gayanya. Yang penting laporan dibuat dengan
kredibel, menampilkan kenyataan dengan jujur, didukung oleh
data yang kaya, dan mewakili banyak perspektif. Laporan
penelitian yang bersifat umum harus objektif dan impersional
sifatnya, dengan memakai narasi yang realistik. Ada juga laporan
yang berbentuk pengakuan dan menyajikan narasi yang
impresionistik. Keduanya memakai kata ganti orang pertama,
untuk menunjukkan penulisan yang bersifat pribadi.
Laporan yang bersifat akademik harus memperhatikan
kaidah-kaidah akademik yang berlaku secara umum, atau
ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku di lembaga yang
bersangkutan sesuai dengan isi pedoman karya ilmiah institusi
terse but.
Laporan penelitian untuk keperluan menulis artikel di
jurnal penelitian lebih singkat dan ketat, dengan bahasa yang
lugas dan padat (seperti yang tampak pada bagian abstraknya).
Bagi guru dan dosen yang mendapat hibah penelitian ada
lagi bentuk penulisan laporan penelitian, yang bentuknya
seperti laporan akademik yang disederhanakan.
213
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
214
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BacaanPengayaan
Bogdan, Robert C., dan Biklen, Sari Knop. 1982. Qualitative Re-
search for Education. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Pp. 171;
181-182.
Bubandt, Niels Ole. 2000. "Conspiracy Theories, Apocalyptic
Narratives and the Discursive Construction of 'the Violence
in Maluk.u0' dalam Antroplogi Indonesia. No. 63. Th. XXIV.
Hlm.15-32.
215
MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
216
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAB 11
Dampak Penelitian Tindakan Kelas
Terhadap Kinerja Pendidik, Sekolah/
Perguruan Tinggi, dan Pendidikan
Pengantar
Benarkah penelitian mempunyai dampak terhadap guru,
sekolah, atau pendidikan? Kapan penelitian ini diaplikasikan
di dalam kelas, sekolah, atau pendidikan agar berdampak
kemajuan?
Tujuan
Setelah menyimak bah ini diharapkan pembaca akan mema-
hami hal-hal berikut ini.
• Dampak Penelitian Tindakan Kelas terhadap kemajuan
kinerja guru dan dosen.
• Dampak Penelitian Tindakan Kelas terhadap kemajuan
sekolah dan perguruan tinggi.
• Dampak Penelitiun Tindakan Kelas terhadap pendidikan
pada umumnya.
217
DAMPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
218
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
BAGAN 85
Tlpe
Pemrakarsa Tujuan Bentuk Presentasl Data
Penelltlan
Evaluasi Lembaga yang Merencanakan peru- Laporan tertulis
berkepentingan bahan pendidikan
BAGAN86
Dampak terhadap Dampak terhadap Dampak polltlk
Pendldlk Profesl
• Lebih memahami fikiran • Pengembangan staf se- • Meningkatkan kualitas praklik
dan tindakan peserta cara profesional. pembelaj2ran menjadi lebih manu-
didik. • Pengakuan terhadap pe- siawi dan adil.
• Memahami pentingnya ran sebagai pengem- • Partisipasi dalam proses PTK dan
inovasi. bang pengetahuan dan perhatian terhadap berbagai
• Membuka kesempatan sumbangan bagi waca- aspek yang berkaitan atau
untuk mengembangkan na dan teori dalam peneli- merupakan dampak dari penelitian.
. pengetahuan.
Meningkatkan rasa
tian pendidikan.
• Terjalinnya jaringan para
• Dukungan terhadap perubahan
sosial di bidang pendidikan, seperti
percaya diri dan harga praktisi yang melakukan kesempatan dan hasil pendidikan
dlri. PTK untuk mengeratkan untuk semua, termasuk:
• Lebih memahami kesejawatan dan me- • Mendengarkan suara/pendapat
aspek-aspek pendidik· ningkatkan kualitas pro- dalam pendidikan seperti yang
an, sepertihubungan fesl. menampilkan lsu tentang perbeda-
antara gagasan/ teori an gender, kelas soslal. dan
dan praktek. budaya.
(Dlsarikan dari Gall, Gall, dan Borg, 2003: 580-581).
219
DAMPAK PENELITIAN TINOAKAN KELAS
220
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
221
OAMPAK PENELITIAN TINOAKAH KELAS
222
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
223
OAMPAK PENELITIAN TINOAKAN KELAS
224
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
225
DAMPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGANS7
226
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
227
OAMPAK PENELITIAN TINOAKAN KELAS
228
METODE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
229
DAMPAK PfNfLITIAN TINDAKAN KfLAS
230
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
231
OAIIPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
232
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
233
DAMPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
234
METODE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
235
DAMPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
236
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
237
DAMPAK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
238
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BAGAN38
----- ------
Pemahaman Mahasiswa adalah
----------------
Mahasiswa adalah Mahasiswa adalah mitra
Ilg mahasiswa "penerlma· ilmu dan ·magang• dengan peran yg turut menyumbang·
dan belajar menylmpannya mengerti, mantes, dan kan gagasan, dengan
untuk mass depan mengaplikasikan ilmu utk
peran lnteraksl dialogis
keahliannya
bersama dosen dan
mahasiswa lainnya
11.Tekanan Spesialisasi, Speslalisasi, teorllik, Generalisasl dan
padallmu teoritik dan ilmu terapan spesia-lisasi & ilmu
terapan (dim arli
dinamis)
Tekanan pada Meneiltl, mengana· Teknls, lapangan, prak· Generallsasl & teknls
keterampilan llsls. memecahkan tis:Menganallsls, meme- spesifik, menganalisis,
masalah, bertomuni- cahkan masalah, ber-
Memecahkan masalah,
kasi (verbal & tertulis) komunikasl (verbal &
berkomunlkasi (verbal &
tertulis)
tertulis)
Rangkuman
Dampak, kegunaan, manfaat Penelitian Tindakan Kelas
terhadap/bagi pendidik dan lembaga di mana para pendidik itu
bertugas secara umum akan meningkatkan kualifikasi dan
kinerja guru dan dosen.
Apabila Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh
guru/dosen meliputi aspek-aspek kegiatan yang mendukung
240
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
242
METOOE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
BacaanPengayaan
Conrad, Clifton F. dan Haworth, Jennifer Grant. 1995. Revi-
sioning Curriculum in Higher Education. Needham Heights,
MA.: Simon & Schuster, Puhl. Pp. 58-67; 128-150;180-203
Dougherty, Kevin J. dan Hammack, Floyd M. 1990. Education
and Society New York: Harcourt Brace Jovanovich, Puhl.
Pp. 620-641
Elliott, John. 1991. Action Research for Educational Change.
Philadelphia: Open University Press. Pp. 29-42; 118-134.
Hopkins, David. 1993. A Teacher's Guide to Classroom Re-
search. Philadelphia: Open University Press. Pp. 187-215.
243
METOOE PENELITIAN TINOAKAN KELAS
Glosarium
Action Research
Yang dimaksud ialah Classroom Action Research, yang
berarti Penelitian Tindakan Kelas, yakni penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya atau dosen di ruang kuliah-
nya dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Audit trail
Salah satu alat validasi Penelitian Tindakan Kelas, yaitu
meminta bantuan sejawat yang memahami prosedur Peneli-
tian Tindakan Kelas untuk memeriksa apakah Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan sudah memenuhi persya-
ratan prosedur ilmiah yang ditentukan.
Behavior
Perilaku, yang menjadi fokus observasi peneliti untuk
dipahami.
Behaoiorieme
Pandangan dalam teori belajar yang menekankan kemam-
puan kognitif yang menentukan perilaku seseorang dalam
belajar, mengingat, dan berpikir, Skinner (1968) menyebut-
nya "self-management behaviors".
245
GLOSARIUM
246
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
247
GLOSARIUM
Interview
Wawancara salah satu bentuk pengumpulan infonnasi/data
dari para infonnan. Dengan memilih sumber infonnasi atau
"key informant" peneliti dapat memperoleh banyak data
yang diperlukan, dan mendapat petunjuk tentang orang-or-
ang lain yang dapat memberikan keterangan lebih lanjut.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi atau menjelaskan
masalah yang kurang terliput melalui observasi. Wawan-
cara dilakukan antara guru dengan siswa, pengamat dengan
siswa, siswa dengan siswa, dan guru dengan pengamat.
Wawancara berhasil apabila beberapa petunjuk berikut
diperhatikan:
• Bersikap simpatik dan berperhatian, serta menjadi
pendengar yang baik.
• Bersikap netral, terutama terhadap mata pelajaran,
tidak mengemukakan opini pribadi.
• Jangan kaku atau tegang, siswa akan merasakannya, dan
mereka akan merespons yang sama.
• Siswa akan merasa takut kalau jawabannya tidak benar,
atau tidak sesuai dengan pendapat guru. Berilah
dukungan dengan mengatakan, bahwa pendapatnya
penting, dan wawancara itu bukan ujian.
Kategori, Kategorisasi
Lihat Kode dan Kading. Pada waktu kita memberikan kode
pada sejumlah kata-kata dalam catatan lapangan, sebenar-
nya kita juga sedang melakukan kategorisasi.
Key informants
Orang-orang yang diambil informasi atau datanya karena
mereka banyak mengetahui, bersedia berpartisipasi dalam
penelitian sebagai penyedia informaai, atau menghubung-
kan dengan orang-orang yang diperlukan untuk keperluan
terse but.
Kesimpulan
Bagian kegiatan dari analisis data. Semenjak awal pengum-
pulan data, peneliti sudah melakukan analisis data awal
dengan memperhatikan hal-hal seperti makna dari sesuatu,
keteraturan, terbentuknya pola, penjelasan, konfigurasi,
sebab-akibat, dan proposisi. Apabila dirangkum maka
248
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
249
OLOSARIUM
Member check
Salah satu alat validasi data. Peneliti mencek kembali
keterangan atau pendapat informan, apakah ia tetap dengan
keterangan yang diberikan, akan mengubahnya, atau
menyangkal sama sekali. lnformasi yang disangkal oleh
informan tidak berlaku, dan harus dibuang. lnformasi yang
dibenarkan atau didukung merupakan data yang sahib.
Observasi
Salah satu alat pengumpul data terpenting dalam Peneli-
tian Tindakan Kelas adalah pengamatan atau observasi.
Kategorisasi dari fokus observasi dari kegiatan kelas bisa
umum bisa juga spesifik. Observasi umum dari kegiatan
kelas akan mengemukakan tanggapan peneliti yang subjek-
tif sifatnya, sedangkan yang khusus yang meliputi hal-hal
yang sudah disepakati bersama dalam perencanaan, data
yang dihasilkan akan sangat membantu keperluan perkem-
bangan sekolah. Berbagai bentuk observasi, ada observasi
terbuka, observasi terfokus, observasi terstruktur, dan
observasi sistematik.
Paradigm
Paradigma atau pandangan dunia. Posisi atau sikap filosofis
peneliti yang menentukan perangkat keyakinan yang
membimbingdan mengarahkan tindakan.
Bagi sang peneliti menempatkan hakekat dunia, dirinya di
dunia itu, dan hubungan-hubungannya dengan dunia
tersebut (Lincolndan Guba, 1985).
Atau sebuah jaringan yang memasang premis-premis
peneliti dalam aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Participant Observation
Dalam penelitian, peneliti (etnografis) mencari informasi/
data dengan berbagai cara, salah satu di antara cara yang
penting ialah mengobservasi kelompok yang diteliti dengan
berbagi pengalaman budaya melalui partisipasi dengan
kelompokyang diteliti.
Partisipatif
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan secara kolaboratif dan
partisipatif antara peneliti dan mitra peneliti yaitu guru di
250
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
251
GLOSARIUM
252
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
253
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
264
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
255
OAFTAR PUSTAKA
256
DAFTAR PUSTAKA
Riwayat Hidup
Rochiati Wiriaatmadja dilahirkan di Bandung
pada tanggal 25 Agustus 1933. Ia mengalami pen-
didikan tiga zaman, yakni di zaman penjajahan
Belanda belajar pada HIS Pasundan sampai kelas
dua, di zaman Jepang sekolah di Sekolah Rakyat
Gadis Garut karena pecah revolusi. Pada zaman
perjuangan kemerdekaan, yakni pada masa
pascaRenvilledan mengungsi ke Jogjakarta, melanjutkan seko-
lah di SMP II Jalan Setjocliningratan,Jogjakarta, sampai kelas
dua, dan menyelesaikannya sekembalinya mengungsi di SMP
BPI Jalan Wastukencana, Bandung. Selanjutnya masuk di
SMA/BJalan Belitung 8, dan meneruskan studi ke BJ. Sejarah
dan Sarjana Pendidikan Sejarah di IK.IP Bandung. Mendapat
gelar Master of Arts dalam Asian Studies dari University of
California at Berkeley, kemudian menempuh program sand-
wich di SUNY Albany, dan memperoleh gelar doktor Pendidi-
kan JPS dan Fakultas Pascasarjana IK.IPBandung.
Riwayat pekerjaan dimulai dengan diangkat menjadi guru
sejarah pada SGA Negeri I Jalan Citarum, Bandung, kemudian
pada SGAyang disatukan di Jalan Papandayan (sekarang Jalan
Gatot Subroto). Setelah menyelesaikan pendidikan Sl-nya ia
diangkat menjadi dosen pada IKIP Paralel, J alan Wastu-
kencana, dan pada tahun 1971 diintegrasikan ke Jurusan
Pendidikan Sejarah FPIPS IK.IP Bandung. Selesai menempuh
program 83 dikirim ke Amerika Serikat untuk mempersiapkan
pembentukan Program 82 JPS SD pada Program Pascasarjana
IKIP Bandung. Sekembalinya di Indonesia, ia diangkat sebagai
Ketua Program Studi 82 JPS SD, dan setelah program itu selesai
diangkat menjadi Sckretaris Program Studi JPS kemudian
Ketua Program Studi IPS sampai saat ia dipensiunkan.
Sebagai guru besar yang berlatar belakang pendidikan dan
pengalaman mendidik yang bervariasi, maka ia juga mem-
punyai minat terhadap bidang-bidang Sejarah Asia Timur,
Pendidikan JPS, dan Filsafah. Sebagai penulis otobiografi Dewi
Sartika ia mempunyai minat terhadap kajian-kajian perem-
puan, dan karena fokus telaah dalam penulisan disertasinya
maka ia juga menaruh perhatian terhadap kajian-kajian
mengenai nasionalitas dan etnisitas.
258
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
257