Anda di halaman 1dari 16

PEMIKIRAN FILSAFAT AL-KINDI

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam)

Dosen Pengampu:

Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum.

Disusun Oleh:

Alwi Maulana Rachman (11190110000128)

Bagus Dwi Nur Rohman (11190110000094)

Tazkia Aulia (11190110000076)

Umaliah (11190110000096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pemikiran filsafat
Al-Kindi ini dengan baik meskipun masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya.
Terima kasih banyak kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
tugas ini kedapa kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan juga teman-
teman dalam rangka berusaha untuk memperdalam pengetahuan tentang Filsafat Islam.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kamu harapkan kritik dan Saran dari bapak dosen dan teman-teman, sehingga kami
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Kiranya ada kesamaan kata-kata yang kurang berkenan
kami mohon maaf dan kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari
saudara-saudari pembaca sekalian agar bisa lebih baik lagi di masa depan.

Tangerang, 24 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Biografi Al-Kindi...................................................................................................3

B. Pemikiran Al-Kindi tentang Filsafat dan Negara...................................................5

C. Pemikiran AL-Kindi tentang Tuhan dan Alam Semesta........................................7

BAB III PENUTUP 11

A. Simpulan...............................................................................................................11

B. Saran.....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban Islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika
berhasil merumuskan konsep Piagam Madinah. Kemudian dilanjutkan oleh
Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn Khattab, Utsman Ibn Affan, dan Ali
Ibn Abi Thalib) puncaknya adalah ketika Harun ar-Rasyid dan anaknya al-
Makmun dari dinasti Abbasiyah berhasil membangun peradaban ilmu berkat
penerjemahan secara kontinu terhadap pemikiran-pemikiran di luar Islam,
terutama pemikiran filsafat Yunani. Namun sebelum proses terjemahan berbagai
literatur ke dalam bahasa Arab dilakukan, diperbatasan Persia kajian ilmiah
tentang tata bahasa Arab telah dimulai terutama oleh para muallaf, hal ini dapat
dimaklumi untuk memenuhi kebutuhan bahasa para pemeluk Islam baru agar
dapat berinterkasi dengan para penakluk dan penguasa Islam yang memang saat
itu telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Nasionalnya. Kajian tata
bahasa Arab juga menjadi sebuah kenicayaan untuk mempelajari dan memahami
al-Qur’an yang notabenenya berbahasa Arab.
Faktor lain yang sekaligus menjadi faktor utama bagi timbulnya gerakan
pemikiran filsafat dalam Islam adalah membanjirnya proses terjemahan berbagai
literatur ke dalam bahasa Arab. Diantara literatur yang diterjemahkan tersebut
adalah buku-buku India, Iran, dan buku Suriani-Ibrani, terutama sekali
bukubuku Yunani. Pada pusat-pusat kebudayaan seperti Syria, Mesir, Persia,
juga Mesopotamia, pemikiran filsafat Yunani diketemukan oleh kaum
Muslimin. Namun kota Baghdad yang menjadi pusat kekuasaan dinasti
Abbasiyah menjadi jalur utama masuknya filsafat Yunani kedalam Islam, dan
disinilah timbul gerakan penerjemahan buku-buku Yunani kedalam bahasa
Arab.
Berkat adanya usaha-usaha penerjemahan tersebut, umat Islam telah
mampu mewarisi tradisi intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang sangat maju,
yakni Yunani, Persia, dan India. Warisan intelektual tersebut dimanfaatkan

1
dalam membangun suatu kebudayaan ilmu pengetahuan yang lebih maju, seperti
yang kelihatan dalam berbagai bidang ilmu dan mazhab filsafat pemikiran Islam.
Orang yang dipandang sangat berjasa dalam proses penerjemahan
tersebut dan dianggap sebagai filosof Islam pertama adalah Al- Kindi, di mana
ia berhasil mendamaikan warisan-warisan Hellenistis dengan Islam. Ia juga
dikenal sebagai filosof Arab pertama.
Maka disusunlah makalah ini yang berjudul “Pemikiran Filsafat Al-
Kindi” yang akan membahas sedikit tentang sosok al-Kindi beserta hal-hal
penting dalam pemikiran-pemikiran filsafatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi kehidupan Al-Kindi?
2. Apa pendapat Al-Kindi tentang Filsafat dan Negara?
3. Apa pendapat Al-Kindi tentang Tuhan dan Alam Semesta?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui biografi kehidupan Al-Kindi?
2. Mengetahui pemikiran Al-Kindi tentang Filsafat dan Negara?
3. Mengetahui pemikiran Al-Kindi tentang Tuhan dan Alam Semesta?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Kindi
Al-Kindi adalah filsuf yang pertama muncul di Islam. Dalam buku
History of Muslim Philosophy, ia disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”. Ia adalah
keturunan bangsawan Arab dari suku kindah, suku bangsa yang dimasa sebelum
islam bermukim di Arab Selatan. Al- Kindi bin Ishaq atau nama legkapnya Abu
Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi1. Ialah ilmuan dan filosof besar Islam yang
hidup pada masa kekhalifahaan Bani Abbasiyah. Ia lahir pada 809 M dan wafat
pada 873M. Ia masih keturunan suku Kindah, sebuah suku besar di Arab Selatan
pada masa sebelum Islam. Keluarga Al-Kindi adalah keluarga terhormat dengan
status sosial tinggi. Ayahnya pernah menduduki jabatan sebagai gubernur Kufah
pada masa Khalifah Al-Mahdi(775-778M) dan Khalifah Ar-Rasyid(786-809M).2
Al-Kindi memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi
tumbuh dewasa dan meninggal di Baghdad. Di Baghdad, ia terlibat dalam
gerakan penerjemahan dan cukup memiliki harta untuk menggaji banyak orang
guna menerjemahkan atau menyalin naskah-naskah ilmu pengetahuan dan
filsafat dalam rangka mengisi dan melengkapi perpustakaan pribadinya.3 Dunia
mengenal Al-Kindi sebagai penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan. Hal
ini karena karya dan pemikiran Al-Kindi meliputi bidang yang sangat luas dan
beragam. Hampir setiap bidang keilmuan, pasti ada karya Al-Kindi yang
membahas Atau mengulasnya. Pada awalnya, Al-Kindi belajar di Bashrah,
sebuah kota di Iraq yang menjadi pusat pengetahuan dan pergunulan intelektual
dunia, namun demikian ia kemudian menamatkan pendidikannya di Bagdad.
Di kota yang kini menjadi Ibu kota Iraq modern tersebut, Al-Kindi
berkenalan dengan para pangeran Abbasyiah, seperti Al-Ma’mun dan Al-
Mu’tasim. Lalu Al-Kindi diangkat menjadi guru pribadi Ahmad, putra Al-
1
Sirajuddin Zar ,Filsafat Islam (Filosof dan Filsafatnya), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2017,hlm 39.
2
Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, New York : Columbia University Press, 1983,
hlm 66.
3
Juhaya S. Praja ,Pengantar Filsafat Islam (Konsep,Filsuf, dan Ajarannya), Bandung : CV
Pustaka Setia,2009,hlm 50.

3
Makmun yang darinya ia memperoleh dukungan kuat untuk melahirkan karya-
karya besar dibidang ilmu pengetahuan.
Al-Kindi kemudian mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibnu
al-Nadim buku-buku yang ditulisnya (besar dan kecil) berjumlah 241 dalam
falsafat, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik
dan sebagainya.4
Bila menilik pada masa Al-Kindi berinteraksi dengan pemerintahan Al-
Ma’mun, Al-Mu’tasim, tidak heran menurut Harun Nasution, kalau Al-Kindi
menganut aliran Mu’tazilah dan mengedepankan rasio dan filsafat dalam
pemahaman keislamannya. Disamping itu zaman Al-Kindi adalah zaman
penerjemahan buku-buku Yunani yang memberikan pengaruh besar terhadap
pola pikiran Al-Kindi dimana ia turut aktif dalam kegiatan terjemahan.5
Al-Kindi hidup selama pemerintahan Bani Abbasyiah, yaitu Al-Amin
(809- 813M), Al-Ma’mun (813-833M), Al-Mu’tasim (833-842M), Al-Watsiq
(842-847M), dan Al-Mutawakil (847-851M). Selama kurun waktu itu, Al-Kindi
banyak melahirkan karya dibidang filsafat, matematika (geometri), agama,
asrtonomi, logika dan kedokteran. Diantara karya al-Kindi yang turut
meramaikan dunia pengetahuan adalah Risalah fi masail suila anha min ahwal
al-kawakib (jawaban dari pertanyaan-pertanayaan planet), risalah fi mathrah
asy-syu’a (tentang projeksi sinar), dan risalah fi idhah ‘illat ruju’ al-kawakib
(tentang penjelasan sebab gerak ke belakang planet-planet). Dari sekian banyak
ilmu ia sangat menghargai matematika, hal ini disebabkan matematika bagi Al-
Kindi, adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat.
Mukadimah ini sangat penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk
mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika.
Matematika disini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri, dan
astronomi. Tetapi yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini
adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak
akan ada sesuatu apapun6

4
Harun Nasution,Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang,2008,hlm 6.
5
Harun Nasution,Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang,2008,hlm 7.
6
Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004, cet. 1, hlm. 47.

4
B. Pemikiran Al-Kindi tentang Filsafat dan Negara
1. Filsafat
Filsafat adalah mengetahui tentang segala sesuatu yang abadi dan
bersifat menyeluruh, baik esensinya maupun kausa-kausanya. Definisi ini
menitikberatkan pada sudut pandang materinya.7
Menurut al-Kindi, filsafat harus diterima sebagai bagian dari peradaban
Islam. Ia mengaku konsep filsafatnya berasal dari Aristotelianisme dan Neo-
Platonisme, namun dengan kemasan Islam. Al-Kindi terkesan dengan ajaran
Socrates, Plato, Aristoteles dan segenap komentatornya, terutama Alexander
Aphrodisias. Ia mendamaikan Hellenis dengan Islam, dan membangun
pondasi filsafat Islam. Baginya, kebenaran filsafat dan agama tidaklah
bertentangan, karena keduanya datang dari sumber yang sama, yaitu Tuhan.
Karena itu, upaya al-Kindi dengan filsafat yang dikonstruksinya berpretensi
memadukan antara keduanya.8
Al-Kindi menegaskan juga filsafat yang paling tinggi tingkatannya
adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama, kausa dari
suatu kebenaran, yaitu filsafat pertama. Filosof yang sempurna dan sejati
adalah yang memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini
pengetahuan tentang kausa (illat) lebih utama dari pengetahuan akibat
(ma’lul, effact). Orang akan mengetahui tentang realitas secara sempurna jika
mengetahui pula yang menjadi kausanya.
2. Negara
Ciri umum pemikiran politik ketatanegaraan islam pada masa klasik dan
abad pertengahan ditandai dengan pandangan yang bersifat khalifah sentris.
Selain itu mereka menekankan pada ketaatan rakyat terhadap kepala negara
demi menjaga stabilitas politik umat islam sehingga keadaan negara benar-
benar aman dan penegakan syariat islam terlaksana dengan baik. Ia
menyatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai
kecenderungan alami untuk bermasyarakat dan tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa bantuan pihak lain. Sehingga kecenderungan

7
Musa Al-Musawi, Min Al-Kindiila ibnu Ruyd, Maktabah al-Fikri al-Jami,1977 hal.103-104,
dikutip oleh Heris Hermawan,dkk.Filsafat Islam, Rineka Cipta.2011. hal.16-17
8
Amroeni Drajat, Filsafat Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006, hal. 11-12.

5
hidup bermasyarakat ini lahirlah kelompok sosial sehingga muncul kota dan
negara. Oleh karyanya, dalam buku yang ditulisnya ia membagi negara
menjadi dua kelompok, yaitu negara utama (al-Madinah al-Fadhilah) dan
lawan negara utama (Mudaddah al-Madinah al-fadhilah).
Al-Kindi merupakan orang Islam pertama yang mengupayakan
pemaduan atau keselarasan antara filsafat dan agama, atau antara akal dan
wahyu. Menurut al-Kindi antara keduanya, yakni filsafat dan agama tidaklah
bertentangan karena masing-masing darinya adalah ilmu tentang kebenaran,
sedangkan kebenaran hanyalah satu. Ilmu filsafat meliputi ketuhanan,
keesaanNya, serta ajaran tentang cara memperoleh hal-hal yang bermanfaat
dan menjauhi dari hal-hal yang merugikan dan berbahaya. Hal tersebut
selaras dengan konsep yang dibawa oleh para nabi tentang keesaan Allah dan
perbuatan-perbuatan yang diridhaiNya.
Tujuan ungkapan al-Kindi di atas adalah untuk menghalalkan filsafat
bagi umat Islam. Usaha yang ia lakukan cukup menarik dan bijaksana. Ia
memulainya dengan membicarakan kebenaran. Hal itu sesuai dengan konsep
agama bahwa agama mengajarkan manusia tentang kebenaran yang hakiki.
Kemudian usaha berikutnya masuk pada persoalan pokok, yakni filsafat.
Telah dijelaskan bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran yang dibawa
oleh para nabi, yakni kebijaksanaan.Oleh karena itu, sekalipun filsafat datang
dari Yunani, bagi manusia, menurut al-Kindi, wajib mempelajarinya, bahkan
lebih jauh dari itu, yakni wajib mencarinya.
Pemaduan antara filsafat dan agama, menurut al-Kindi didasarkan pada
tiga alasan. Pertama, ilmu agama merupakan bagian dari filsafat. Kedua,
wahyu yang diturunkan pada Nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
Ketiga, menuntut ilmu, baik secara logika atau yang lain, diperintahkan dalam
agama.
Al-Kindi juga menghadapkan argumennya kepada kaum yang tidak
senang terhadap fisafat dan filosof. Jika ada orang yang mengatakan bahwa
filsafat tidak perlu, maka konsekuensinya mereka harus memberikan argumen
yang jelas. Usaha pemberian argumen tersebut merupakan bagian dari
pencarian pengetahuan tentang hakikat.

6
Untuk sampai pada yang dimaksud, secara logika, mereka perlu memiliki
pengetahuan filsafat. Kesimpulannya, bahwa filsafat harus dimiliki dan
dipelajari karena berfilsafat merupakan kebutuhan manusia dan tidak dilarang
dalam agama.

C. Pemikiran AL-Kindi tentang Tuhan dan Alam Semesta


1. Tuhan
Argumen-argumen yang dibawa Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada
argumen-argumen yang ditimbulkan falsafat. Tetapi filsafat dan Al-Qur’an
tidak bertentangan artinya kebenaran yang diberitakan wahyu tidak
bertentangan dengan kebenaran yang dibawa falsafat. Mempelajari falsafat
dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari falsafat dan
umat Islam diwajibkan belajar teologi9
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth). Disinilah terlihat persamaan falsafah dan agama.
Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik begitu
pula dengan tujuan falsafah. Agama disamping wahyu mempergunakan
akal, dan falsafah juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (The
First Truth) bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Falsafah demikian membahas soal
Tuhan sehingga agama menjadi dasar filsafatnya. Intisari Filsafatnya adalah
bahwa falsafah yang paling tinggi ialah falsafah tentang Tuhan.
Pendapat al-Kindi tentang Tuhan terdapat dalam tulisannya yang
berjudul Fia l-Falsafat al-Ula dan Fi Wahdaniyyat Allah wa Tanahi Jir
mal-‘Alam. Tuhan dalam falsafah Al-Kindi tidak mempunyai hakikat dalam
arti aniah atau mahiah. Tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk dalam
benda-benda  yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah pencipta alam. Ia tidak
tersusun dari materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat
dalam bentuk mahiah karena Tuhan tidak merupakan genus atau spesies.
Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan.10

9
Harun Nasution,Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang,2008,hlm 7.
10
Juhaya S. Praja,Pengantar Filsafat Islam (Konsep,Filsuf, dan Ajarannya ,Bandung : CV
Pustaka Setia,2009),hlm 56.

7
Pandangan al-Kindi tentang ketuhanan sangat sesuai dengan ajaran
Islam. Bagi al-Kindi Allah adalah wujud yang sebenarnya. Allah akan
selalu ada dan akan ada selama-lamanya. Allah adalah wujud yang
sempurna, tidak didahului oleh yang lain. Dia tidak berakhir. Sedangkan
wujud yang lain disebabkan adanya Allah.
Menurut al-Kindi, benda-benda yang ada di alam ini mempunyai
dua hakikat: sebagai juz'i (parsial) yang disebut 'aniah. Dan hakikat sebagai
kulli (universal) yang disebut mahiyah, yaitu hakikat yang bersifat
universal dalam bentuk genus dan spesies.
Tujuan akhir dalam filsafat adalah untuk memperoleh pengetahuan
yang meyakinkan tentang Tuhan.Allah dalam filsafat al-Kindi, tidak
mempunyai hakikat dalam arti 'aniah dan mahiah. Allah tidak 'aniah karena
Allah bukan benda yang mempunyai sifat fisik dan tidak pula termasuk
benda-benda di alam ini. Allah tidak tersusun dari materi dan bentuk.Allah
Tidak mahiah karena Allah tidak berupa genus atau spesies. Bagi al-Kindi,
Allah adalah unik. Dia hanya satu dan tidak ada yang setara denganNya.
Dialah yang benar pertama, dan yang benar tunggal. Selain dariNya
semuanya mengandung arti banyak.
Untuk membuktikan adanya Allah, al-Kindi memajukan tiga
argument. Pertama, baharunya alam. Kedua, keanekaragaman dalam
wujud. Ketiga, kerapian alam.
Tentang dalil pertama, yakni baharunya alam, al-Kindi berangkat
dari pertanyaan, "apakah mungkin sesuatu menjadi sebab bagi wujud
dirinya?".Menurut al-Kindi, tidak mungkin, karena alam ini mempunyai
permulaan waktu, dan yang mempunyai permulaan pasti berakhir. Oleh
karena itu, setiap benda ada yang menyebabkan wujudnya dan mustahil
adanya benda tersebut menjadi penyebab wujudnya. Hal ini berarti alam
semesta sifatnya baru, dan diciptakan oleh yang menciptakannya, yakni
Allah.
Tentang dalil kedua, yakni keanekaragaman dalam wujud, al-Kindi
menyatakan bahwa terjadinya keanekaragaman dan keseragaman ini bukan
secara kebetulan, tetapi ada yang menyebabkan atau merancangnya.

8
Sebagai penyebabnya, mustahil jika alam itu sendiri yang
menyebabkannya. Jika alam yang menjadi sebab, maka akan terjadilah
tasalsul (rangkaian) yang tidak akan ada habisnya. Sementara itu, sesuatu
yang tidak berakhir tidak mungkin terjadi pada alam ini. Oleh karena itu,
penyebabnya harus yang berada di luar alam itu sendiri, yakni zat yang
Maha dahulu.Dialah Allah Yang Maha Esa.
Tentang dalil ketiga, yakni kerapian alam, al-Kindi menegaskan
bahwa alam empiris ini tidak mungkin teratur dan terkendali begitu saja
tanpa ada yang mengatur dan mengendalikannya. Pengatur dan
pengendalinya tentu yang berada di luar alam. Ia tidak sama dengan alam.
Zat itu tidak terlihat, tetapi dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda atau
fenomena-fenomena yang ada di alam ini. Zat itu tiada lain adalah Allah
SWT.
2. Pemikiran tentang Alam.
Di dalam risalahnya yang berjudul al-Ibanat 'an al 'illat al-Fa'ilat
al-Qaribat fi kawn wa al-Fasad, pendapat al-Kindi sejalan dengan
Aristoteles bahwa benda di alam ini dapat dikatakan wujud yang aktual
apabila terhimpun empat 'illat, yakni: materi benda, bentuk benda, pembuat
benda, manfaat benda.
Tentang barunya alam, al-Kindi mengemukakan tiga argumen, yakni
gerak, waktu, dan benda. Benda untuk menjadi ada harus ada gerak. Masa
gerak menunjukkan adanya zaman. Adanya gerak tentu mengharuskan
adanya benda. Mustahil jika ada gerak tanpa ada benda. Ketiganya sejalan
dan pasti berakhir.
Pada sisi lain, benda mempunyai tiga dimensi: panjang, lebar, dan
tinggi. Ketiga dimensi tersebut membuktikan bahwa benda tersusun. Dan
setiap yang tersusun tidak dapat dinamakan kadim. Apabila zaman kadim
ditelusuri ke belakang tentu saja tidak akan sampai pada akhirnya, karena ia
tidak mampunyai awal. Begitu pula zaman yang tidak mempunyai awal pada
masa lampau tentu tidak akan sampai pada masa sekarang. Oleh karena itu,
zaman yang sampai pada masa sekarang ini bukan kadim, melainkan baru.

9
Dalam pandangannya tentang alam, al-Kindi menolak secara tegas
terhadap pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa alam semesta ini
tak terbatas atau kadim.
Pendapat al-Kindi tentang barunya alam sama dengan pendapat kaum
theologi muslim dan berbeda dengan pandangan kaum filosof muslim yang
datang sesudahnya yang menyatakan bahwa alam ini kadim. Telah
dijelaskan juga bahwa Alquran hanya menginformasikan bahwa alam
semesta diciptakan oleh Allah SWT. Akan tetapi, Alquran tidak
menginformasikan secara detail tentang proses penciptaannya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Al-Kindi adalah filsuf yang pertama muncul di Islam. Dalam buku History of
Muslim Philosophy, ia disebut sebagai “Ahli Filsafat Arab”. Ia adalah keturunan
bangsawan Arab dari suku kindah, suku bangsa yang dimasa sebelum islam
bermukim di Arab Selatan. Al- Kindi bin Ishaq atau nama legkapnya Abu Yusuf
Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi. Ialah ilmuan dan filosof besar Islam yang hidup pada
masa kekhalifahaan Bani Abbasiyah. Ia lahir pada 809 M dan wafat pada 873M. Ia
masih keturunan suku Kindah, sebuah suku besar di Arab Selatan pada masa
sebelum Islam. Keluarga Al-Kindi adalah keluarga terhormat dengan status sosial
tinggi. Ayahnya pernah menduduki jabatan sebagai gubernur Kufah pada masa
Khalifah Al-Mahdi(775-778M) dan Khalifah Ar-Rasyid(786-809M).
Filsafat. Filsafat adalah mengetahui tentang segala sesuatu yang abadi dan
bersifat menyeluruh, baik esensinya maupun kausa-kausanya. Definisi ini
menitikberatkan pada sudut pandang materinya
Negara. Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai kecenderungan alami
untuk bermasyarakat dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan pihak lain. Sehingga kecenderungan hidup bermasyarakat ini lahirlah
kelompok sosial sehingga muncul kota dan negara.
Tuhan. Menurut Al-Kindi, filsafat ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth). Disinilah terlihat persamaan falsafah dan agama. Tujuan
agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik begitu pula dengan
tujuan falsafah. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan falsafah juga
mempergunakan akal. Yang benar pertama (The First Truth) bagi Al-Kindi ialah
Tuhan. Falsafah demikian membahas soal Tuhan sehingga agama menjadi dasar
filsafatnya. Intisari Filsafatnya adalah bahwa falsafah yang paling tinggi ialah
falsafah tentang Tuhan.
Alam Semesta (creatio ex nihilo). Dalam pandangannya tentang alam, al-Kindi
menolak secara tegas terhadap pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa alam
semesta ini tak terbatas atau qadim. Pendapat al-Kindi tentang barunya alam sama
dengan pendapat kaum theologi muslim dan berbeda dengan pandangan kaum

11
filosof muslim yang datang sesudahnya yang menyatakan bahwa alam ini kadim.
Telah dijelaskan juga bahwa Alquran hanya menginformasikan bahwa alam semesta
diciptakan oleh Allah SWT. Akan tetapi, Alquran tidak menginformasikan secara
detail tentang proses penciptaannya

B. Saran
Dalam upaya menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah berusaha untuk
melengkapi bahan materi. Namun, kami menyadari masih adanya kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Baik dari segi materi maupun dalam penyusunan makalah.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar dapat dijadikan acuan demi perbaikan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, Amroeni. Filsafat Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006.


Fakhry, Majid. A History of Islamic Philosophy. New York: Columbia University Press.
1983.
Hamdi, Ahmad Zainul. Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat
Modern. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2004.

Hermawan. dkk. Filsafat Islam. Rineka Cipta.2011.

Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta : PT Bulan Bintang.
2008.
Praja, Juhaya S. Pengantar Filsafat Islam (Konsep,Filsuf, dan Ajarannya). Bandung :
CV Pustaka Setia. 2009
Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam (Filosof dan Filsafatnya). Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai