Anda di halaman 1dari 8

Nama : Sarmila Eka Putri

NIM : 1805113359

Kelas : Kimia 4B

Resume Kimia Lingkungan I

KOMPOSISI TANAH DAN PENCEMARAN TANAH

A. KOMPOSISI TANAH
1) Morfologi tanah
Morfologi tanah yaitu ilmu yang mengamati sifat tanah dalam berbagai lapisan tanah
mengenai kenampakan, ciri-ciri, sifat-sifat tanah dan susunannya pada lapisan tersebut yang
dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan
sifat-sifat fisik dari tanah tersebut.
a. Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan
warna umumnya disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi
kandungan bahan organik, maka warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah kandungan
bahan organiknya rendah, warna tanah dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe.
Di daerah yang selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe
terdapat dalam keadaan reduksi (Fe2+).
Tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang
berwarna merah atau Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-
kadang basah dan kering maka disamping warna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan
merah atau kuning. Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah
menjadi lebih terang.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir berdiameter 2,00 – 0,20 mm,
debu berdiameter 0,20 – 0,002 mm dan liat berdiameter < 0,002 mm. Partikel berukuran di
atas 2 mm, seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah. Tanah
bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (< 2 mm).
c. Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer
(pasir, debu, liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit
ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan permukaan. Dalam jangka panjang
sistem olah tanah intensif diperkirakan akan mempengaruhi struktur tanah terutama horizon
permukaan. Semakin rendahnya kandungan bahan organik pada olah tanah intensif akan
menyebabkan terjadinya perubahan struktur tanah dari remah menjadi gumpal.
d. Temperatur Tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses pelapukan tanah, penguraian bahan
organik, bahan induk tanah, reaksi kimia. Tanah yang mengandung bahan organik dan
berwarna gelap memiliki itingkat penyerapan yang lebih banyak yaitu ± 80%. Sedangkan
tanah yang banyak mengandung kuarsa menyerap ±30% radiasi surya. Temperatur tanah
dapat berubah-ubah tergantung pada waktu, kedalaman tanah, dan perubahan sumber energi.
Temperatur tanah menentukan reaksi kimia dan aktivitas mikroorganisme yang
dapat merombak senyawa tertentu menjadi hara tersedia, misalnya proses nitrifikasi
(temperatur optimumnya ±30 ̊C) yaitu pada kondisi agak panas.

2) Sifat Kimia Tanah


a. pH tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam
tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin asam tanah tersebut. Di dalam
tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah asam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,
sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH < 7 disebut
asam dan pH > 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-
9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi asam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan
pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di
daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0
yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang
sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak
mengandung garam Na.
b. Kandungan Makro dalam Tanah
 Kandungan C-organik
Bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi
tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-
Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam
bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen.
 Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 %
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen
dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus dan bahan
organik kasar, pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan
air hujan.
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik.
Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman
menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga
dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
 Fosfor
Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7. Bentuk
fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan
bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama
kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia
(podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi
tinggi.
 Kalium
Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium
dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan
ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk
diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit kalium.
 Kalsium
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap
kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci .
 Belerang
Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO 4.
Di suatu daerah terjadi pencemaran SO 2 d iatmosfer, maka belerang dapat
diadsorpsi oleh daun daun tanaman sebagai sulfur oksida. Kandungan
SO2 yangcukup tinggi di atmosfer dapat mematikan tanaman.

c. Kandungan Mikro dalam Tanah


 Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)
ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan
bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin, pirit, siderit (FeCO 3), gutit
(FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe O3) dan ilmenit (FeTiO3). Besi dapat
juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk
khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat
yang lain. Fungsi Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses
metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2 , reduktase solfat, reduktase
nitrat.
 Mangan (Mn)
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+ . Mangaan terdapat dalam tanah
berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pirolusit (MnO 2),
manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3).
 Seng (Zn)
Zink diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis
mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)2 . Kadar Zn dalam tanah
berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara
20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit
[(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO 3 dan ZnSiO4).
Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan
sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH
tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terutama pada tanah
berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas
batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada
daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
 Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu2+ dan mungkin dapat diserap
dalam bentuk senyawa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen
diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate
acid). Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO 3 dan SiO4 misalnya
kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu 5FeS4), luvigit
(Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe).12SO4S3 )], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit
[Cu2(OH)2 CO3], adirit [(Cu3 (OH)2 (CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
 Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H 2BO3) dan kadarnya
berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat
B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total
boron dalam tanah. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain
turmalin (H2MgNaAl3 (BO)2 Si4O2)O20 yang mengandung 3 - 4% boron. Mineral
tersebut terbentuk dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami
metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7 .
4H2O), kolamit (Ca2B6O . 5H2O), uleksit (NaCaB5O9 . 8H2O) dan aksinat. Boron
diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
 Klor (Cl)
Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering.
Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap
masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral,
sehingga mudah tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air
hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi,
tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman.
d. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid tanah
terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (kolod organik).
 Koloid Anorganik
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat Al-silikat, oksida-oksida Fe dan Al,
mineral-mineral primer. Mineral liat Al-silikat mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya
kaolinit, haolisit, montmorilonit, ilit. Kaolinit dan haolisit banyak ditemukan pada tanah-
tanah merah (coklat) yaitu tanah-tanah yang umumnya berdrainase baik, sedangkan
montmorilonit ditemukan pada tanah-tanah yang mudang mengembang dan mengerut serta
pecah-pecah pada musim kering misalnya tanah vertisol. Ilit ditemukan pada tanah-tanah
berasal dari bahan induk yang banyak mengandung mika dan belum mengalami pelapukan
lanjut. Adanya muatan negatif pada mineral liat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
Kelebihan muatan negatif pada ujung-ujung patahan kristal baik pada Si-tetrahedron maupun
Al-oktahedron, Disosiasi H+ dari gugus OH yang terdapat pada tepi atau ujung kristal,
Substitusi isomorfik. Pada mineral liat Kaolinit masing-masing unit melekat dengan unit lain
dengan kuat (oleh ikatan H) sehingga mineral ini tidak mudah mengembang dan mengerut
bila basah dan kering bergantian. Keadaan ini berbeda dengan mineral liat Montmorilonit
dimana masing-masing unit dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah (oksigen
ke oksigen) sehingga mudah mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Hal ini
karena air (dan kation-kation) dan masuk pada ruang-ruang antar unit tersebut. Dalam proses
pembentukan montmorilonit banyak Al3+ dalam Al-oktahedron yang disubstitusi oleh
Mg2+ sehingga banyak menghasilkan kelebihan muatan negatif. Kecuali itu ruang-ruang antar
unit yang mudah dimasuki air internal surface yang aktif disamping sisi-sisi luar (external
surace) dan ujung-ujung patahan. 

 Koloid Organik
Koloid organik adalah humus. Perbedaan utama dari koloid organik (humus)
dengan koloid anorganik (liat) adalah bahwa koloid organik (humus) terutama tersusun oleh
C, H dan O sedangkan liat terutama tersusun oleh Al, Si dan O. Humus bersifat amorf,
mempunyai KTK yang lebih tinggi daripada mineral liat (lebih tinggi dari montmorilonit),
dan lebih mudah dihancurkan jika dibandingkan dengan liat. Sumber muatan negatif dari
humus terutama adalah gugusan karboksil dan gugusan phenol. Muatan dalam humus adalah
muatan tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat dalam gugusan karboksil
atau phenol, tetapi iktan tersebut menjadi kurang kekuatannya bila pH menjadi lebih
tinggi. Akibatnya disosiasi H+ meningkat dengan naiknya pH, sehingga muatan negatif dalam
koloid humus yang dihasilkan juga meningkat. Berdasar atas kelarutannya dalam asam dan
alkali, humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama, yaitu asam fulvik, asam
humik dan humin.

e. Larutan Tanah
Air di dalam tanah disebut sebagai larutan tanah karena mengandung bahan terlarut
(kation dan ion) serta koloid dari tanah liat dan bahan organik.Larutan tanah menjadi lebih
penting karena kebanyakan reaksi tanah terjadi pada larutan tanah / antarmuka tanah. Air
dalam tanah dapat mempunyai energi dalam bentuk dan jumlah yang berbeda-beda.
Perbedaan kandungan energi air pada lokasi yang berbeda didalam tanah menyebabkan air
mengalir. Ikatan air dalam tanah, serapan, dan pengangkutannya dalam tanaman, dan
kehilangan air keatmosfer adalah proses-proses yang berhubungan dengan perubahan dalam
tingkat energi air tanah. Beberapa energi yang yang terlibat adalah energi potensial, kinetik,
dan listrik.

3) Indikator Tanah yang Baik


Tanah yang baik memiliki tingkat keasaman yang seimbang. pH normal tanah yaitu 6-8
atau pada kondisi terbaik memiliki pH 6,5-7,5. Tanah dengan tingkat pH yang netral
memungkinkan untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang. Adanya
mikrofauna dan mikroflora yang berperan sebagai indikator kesuburan tanah, dimana di
dalam tanah tersebut tersedia berbagai bahan organik yang dibutuhkan mikroorganisme.
Semakin tebal humus maka menandakan tanah tersebut kaya dengan bahan organik dan unsur
hara sehingga tanaman dapat menyerap zat hara tersebut sebagai bahan baku untuk
melakukan proses fotosintesis. Ketersediaan humus juga sebagai tanda bahwa sistem drainase
lahan sekitar yang baik.

B. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah merupakan adanya bahan kimia beracun (polutan atau kontaminan)
dengan konsentrasi yang cukup tinggi di dalam tanah.
1) Indikator Pencemaran Tanah
a. Indikator Fisik
Menunjukkan kualitas tanah, antara lain warna tanah, kedalaman lapisan atas tanah,
kepadatan tanah, porositas dan tekstur tanah, endapan pada tanah. Berbagai polutan
tanah dapat mengubah sifat-sifat fisik tanah sehingga menurunkan kualitasnya.
b. Indikator Kimia
Contoh indikator kimia seperti nilai pH, salinitas, kandungan senyawa kimia organik,
fosfor, nitrogen, logam berat, dan radioaktif. Nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi
dan salinitas serta kandungan berbagai senyawa kimia yang terlalu tinggi
mengindikasikan telah terjadi polusi tanah.
c. Indikator Biologi
Cacing tanah merupakan salah satu indikator biologi pada pengukuran tingkat
pencemaran tanah. Keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan nutrisi
pada tanah yang akan menyuburkan tanah, populasi cacing tanah dipengaruhi oleh
kondisi tanah habitatnya seperti kondisi suhu, kelembaban, pH, salinitas, aerasi, dan
tekstur tanah. Polusi tanah akan menyebabkan perubahan kondisi tanah yang dapat
mengakibatkan kematian pada cacing tanah.

2) Penyebab Pencemaran Tanah


a. Aktivitas pertambangan
Aktivitas pertambangan, seperti proses peleburan dan produksi mineral-mineral dalam
tanah dapat menghasilkan senyawa-senyawa beracun sebagai sampah yang dapat
mengkontaminasi tanah. Beberapa senyawa kimia yang biasanya mencemari tanah adalah
timbal, petroleum, dan sebagainya. Abu arang yang menjadi hasil sampingan dari proses
pemanasan juga dapat mengkontaminasi tanah.
b. Kebocoran pipa pembuangan
Pembuatan pipa pembuangan berfungsi agar senyawa-senyawa kimia tersebut tidak
berceceran dan menimbulkan pencemaran tanah. Namun, dampak pencemaran tanah pada
lingkungan bisa terjadi ketika terdapat kebocoran dari pipa-pipa pembuangan tersebut.
Senyawa-senyawa beracun dan bahkan kuman-kuman yang berbahaya dapat menyusup ke
dalam tanah dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan menyebarkan infeksi atau
penyakit pada manusia.
c. Tumpahnya senyawa kimia
Senyawa kimia yang disimpan atau diangkut terkadang dapat secara tidak sengaja
tertumpah atau bocor. Senyawa-senyawa tersebut dapat mencemari tanah, misalnya,
tertumpahnya minyak saat disalurkan dari pipa, dan sebagainya.
d. Aktivitas pembangunan
Pembangunan dapat menghasilkan berbagai senyawa kimia yang dapat mencemari
lingkungan. Debu atau asap dapat mengkontaminasi tanah dan ikut serta meningkatkan
dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan. Selain debu, senyawa asbestos dari
bangunan-bangunan juga dapat juga dapat mencemari tanah.
e. Penggunaan senyawa kimia dalam pertanian
Senyawa kimia berupa pestisida, pupuk kimia, dan sebagainya digunakan untuk
mencegah hama dan meningkatkan produksi tanaman. Namun, penggunaan senyawa-
senyawa kimia dapat mencemari tanah. Dampak pencemaran tanah dari penggunaan senyawa
kimia mampu meningkatkan risiko mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan ginjal,
kanker, dan sebagainya.
f. Pembuangan limbah
Limbah domestik
Limbah domestik yang bisa menyebabkan pencemaran tanah bisa berasal dari
daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain;
kelembagaan misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa
berupa limbah padat dan cair.
 Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak bisa
diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong
plastik, bekas kaleng minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
 Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah dan bisa membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.
Limbah industri
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari daerah:
pabrik, Manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat dan
cair.
 Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, pengawetan buah,
ikan daging dll.
 Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil dari
proses industri pelapisan logam
Limbah pertanian
Limbah pertanian yang bisa menyebabkan pencemaran tanah merupakan sisa-sisa
pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida
pemberantas hama tanaman, misalnya DDT (Dichloro Diphenyl Trichlorethane).

3) Dampak Pencemaran Tanah


a. Bidang Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal
pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan
siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati.
PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat
beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi
mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas.
b. Bidang Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan
pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme
dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut.
Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang
dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian
bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini
terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang
telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada
konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

4) Penanggulangan Pencemaran Tanah


a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan
on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri
dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di
daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah
dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah/mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Anda mungkin juga menyukai