NIM : 1805113359
Kelas : Kimia 4B
A. KOMPOSISI TANAH
1) Morfologi tanah
Morfologi tanah yaitu ilmu yang mengamati sifat tanah dalam berbagai lapisan tanah
mengenai kenampakan, ciri-ciri, sifat-sifat tanah dan susunannya pada lapisan tersebut yang
dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan
sifat-sifat fisik dari tanah tersebut.
a. Warna Tanah
Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan
warna umumnya disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi
kandungan bahan organik, maka warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah kandungan
bahan organiknya rendah, warna tanah dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe.
Di daerah yang selalu tergenang air seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe
terdapat dalam keadaan reduksi (Fe2+).
Tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe
terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang
berwarna merah atau Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna kuning coklat. Bila tanah kadang-
kadang basah dan kering maka disamping warna abu-abu didapat pula bercak-bercak karatan
merah atau kuning. Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah
menjadi lebih terang.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir berdiameter 2,00 – 0,20 mm,
debu berdiameter 0,20 – 0,002 mm dan liat berdiameter < 0,002 mm. Partikel berukuran di
atas 2 mm, seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah. Tanah
bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (< 2 mm).
c. Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer
(pasir, debu, liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit
ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan permukaan. Dalam jangka panjang
sistem olah tanah intensif diperkirakan akan mempengaruhi struktur tanah terutama horizon
permukaan. Semakin rendahnya kandungan bahan organik pada olah tanah intensif akan
menyebabkan terjadinya perubahan struktur tanah dari remah menjadi gumpal.
d. Temperatur Tanah
Temperatur tanah berpengaruh terhadap proses pelapukan tanah, penguraian bahan
organik, bahan induk tanah, reaksi kimia. Tanah yang mengandung bahan organik dan
berwarna gelap memiliki itingkat penyerapan yang lebih banyak yaitu ± 80%. Sedangkan
tanah yang banyak mengandung kuarsa menyerap ±30% radiasi surya. Temperatur tanah
dapat berubah-ubah tergantung pada waktu, kedalaman tanah, dan perubahan sumber energi.
Temperatur tanah menentukan reaksi kimia dan aktivitas mikroorganisme yang
dapat merombak senyawa tertentu menjadi hara tersedia, misalnya proses nitrifikasi
(temperatur optimumnya ±30 ̊C) yaitu pada kondisi agak panas.
Koloid Organik
Koloid organik adalah humus. Perbedaan utama dari koloid organik (humus)
dengan koloid anorganik (liat) adalah bahwa koloid organik (humus) terutama tersusun oleh
C, H dan O sedangkan liat terutama tersusun oleh Al, Si dan O. Humus bersifat amorf,
mempunyai KTK yang lebih tinggi daripada mineral liat (lebih tinggi dari montmorilonit),
dan lebih mudah dihancurkan jika dibandingkan dengan liat. Sumber muatan negatif dari
humus terutama adalah gugusan karboksil dan gugusan phenol. Muatan dalam humus adalah
muatan tergantung pH. Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat dalam gugusan karboksil
atau phenol, tetapi iktan tersebut menjadi kurang kekuatannya bila pH menjadi lebih
tinggi. Akibatnya disosiasi H+ meningkat dengan naiknya pH, sehingga muatan negatif dalam
koloid humus yang dihasilkan juga meningkat. Berdasar atas kelarutannya dalam asam dan
alkali, humus diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama, yaitu asam fulvik, asam
humik dan humin.
e. Larutan Tanah
Air di dalam tanah disebut sebagai larutan tanah karena mengandung bahan terlarut
(kation dan ion) serta koloid dari tanah liat dan bahan organik.Larutan tanah menjadi lebih
penting karena kebanyakan reaksi tanah terjadi pada larutan tanah / antarmuka tanah. Air
dalam tanah dapat mempunyai energi dalam bentuk dan jumlah yang berbeda-beda.
Perbedaan kandungan energi air pada lokasi yang berbeda didalam tanah menyebabkan air
mengalir. Ikatan air dalam tanah, serapan, dan pengangkutannya dalam tanaman, dan
kehilangan air keatmosfer adalah proses-proses yang berhubungan dengan perubahan dalam
tingkat energi air tanah. Beberapa energi yang yang terlibat adalah energi potensial, kinetik,
dan listrik.
B. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah merupakan adanya bahan kimia beracun (polutan atau kontaminan)
dengan konsentrasi yang cukup tinggi di dalam tanah.
1) Indikator Pencemaran Tanah
a. Indikator Fisik
Menunjukkan kualitas tanah, antara lain warna tanah, kedalaman lapisan atas tanah,
kepadatan tanah, porositas dan tekstur tanah, endapan pada tanah. Berbagai polutan
tanah dapat mengubah sifat-sifat fisik tanah sehingga menurunkan kualitasnya.
b. Indikator Kimia
Contoh indikator kimia seperti nilai pH, salinitas, kandungan senyawa kimia organik,
fosfor, nitrogen, logam berat, dan radioaktif. Nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi
dan salinitas serta kandungan berbagai senyawa kimia yang terlalu tinggi
mengindikasikan telah terjadi polusi tanah.
c. Indikator Biologi
Cacing tanah merupakan salah satu indikator biologi pada pengukuran tingkat
pencemaran tanah. Keberadaan cacing tanah dapat meningkatkan kandungan nutrisi
pada tanah yang akan menyuburkan tanah, populasi cacing tanah dipengaruhi oleh
kondisi tanah habitatnya seperti kondisi suhu, kelembaban, pH, salinitas, aerasi, dan
tekstur tanah. Polusi tanah akan menyebabkan perubahan kondisi tanah yang dapat
mengakibatkan kematian pada cacing tanah.