Anda di halaman 1dari 52

Deteksi Dini, Tata Laksana, dan Stabilisasi Rujukan

Pneumonia dan Tuberkulosis

Dr. Diah Asri Wulandari, Sp.A(K)

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB
Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI - September 2020
PNEUMONIA
Kematian pada Anak Balita di Dunia
Pneumonia: “The Forgotten Killer”
5.9 juta
kematian balita di 2015

Pneumonia Pembunuh Utama Anak Balita


Pneumonia Pneumonia
(post-neonatal), (neonatal), 3%
13%

Laporan Subdit ISPA tahun 2017:


insiden pneumonia di Indonesia sebesar
20.54/1000 balita

The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A Progress Renewed. Progress Report 2015. UNICEF. September 2015.
http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22, 2016
Etiologi Pneumonia berdasarkan Usia
Usia Etiologi
Neonatus Streptokokus grup B, Escherichia coli, bakteri batang Gram negatif,
(<3 minggu) Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza tipe b,*
nontypeable)
3 minggu-3 Respiratory syncytial virus (RSV), Virus lain (rhinovirus, parainfluenza virus,
bulan influenza virus, human metapneumovirus (HMPV), adenovirus)
S. pneumoniae, H. influenza (tipe b,* nontypeable); jika pasien tidak
panas pertimbangkan Chlamydia trachomatis
4 bulan-4 Respiratory syncytial virus (RSV), Virus lain (rhinovirus, parainfluenza virus,
tahun influenza virus, HMPV, adenovirus),
S. pneumoniae, H. influenza (tipe b,* nontypeable); Mycoplasma
pneumoniae, Streptokokus grup A
≥5 tahun M. pneumoniae, S. pneumoniae, Chlamydophila pneumoniae, H. influenza
(tipe b,* nontypeable), influenza virus, adenovirus, virus lain, Legionella
pneumophila

*: H. influenza tipe b jarang pada anak yang sudah mendapat imunisasi


Sumber: Kelly MS, Sandora TJ. Community-acquired pneumonia. Nelson textbook of Pediatcs. 2019.
Faktor risiko
Bayi
Penyakit paru/bawaan
Prematuritas/BBLR

Tidak diimunisasi F. Risiko Tidak mendapat


ASI

Malnutrisi Polusi udara

Kerapatan penduduk
Diagnosis-Anamnesis

Pneumonia = Infeksi saluran Pernapasan Akut Bawah


• Respiratorik
Batuk, takipnea, merintih, pernafasan cuping hidung,
retraksi dinding dada (subkostal dan interkostal), sianosis,
dan crackles
• Non-respiratorik
Panas badan, lesu, anorexia, gangguan kesadaran, dapat
disertai gejala gastrointestinal: muntah, mencret.

Kelly MS, Sandora TJ. Community-acquired pneumonia. Community-aquired pneumonia. Nelson textbook of Pediatcs. 2019.
Diagnosis- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum dan tanda vital (laju napas dihitung
dalam 1 menit, suhu, nadi)
 Lakukan pemeriksaan saturasi oksigen
 Pemeriksaan Kepala: hidung, rongga mulut, tonsil,
faring, telinga
Nafas cepat/tachypnea berdasarkan
usia (kali/menit):

< 2 bulan ≥ 60
2 - <12 bulan ≥ 50
1 - < 5 tahun ≥ 40

Mulholland K. Pneumonia in children 2016; WHO 2013; tatalaksana pneumonia di fasyankes 2017
Diagnosis-Pemeriksaan Fisik
 Desaturasi: saturasi oksigen <92% dengan pulse oximetry
 Pemeriksaan dada: Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
 Suara napas tambahan seperti crackles
 Adakah suara napas tambahan lain? Adakah tanda bahaya?
 Pemeriksaan lain sesuai kondisi pasien (kelainan yang menyertai)
 Tarikan dinding dada ke dalam (TDDK)

Tarikan Dinding Dada/retraksi


Mulholland K. Pneumonia in children 2016; WHO 2013; tatalaksana pneumonia di fasyankes 2017
Klasifikasi Pneumonia WHO

WHO 2014
PENDEKATAN DIAGNOSIS PNEUMONIA
BALITA 2018
Klasifikasi BATUK dan/atau KESUKARAN BERNAPAS
Anak usia 2-59 bulan

Gejala Klasifikasi
• Ada tanda bahaya Pneumonia berat
•TDDK atau atau
Saturasi O2 <90% Penyakit sangat berat
Napas cepat Pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada
ke dalam Batuk bukan pneumonia
Tidak ada napascepat
Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018
PENDEKATAN DIAGNOSIS PNEUMONIA BALITA 2018
Tanyakan keluhan utama:
Apakah anak menderita batuk dan/atau kesukaran bernapas ?

JIKA YA LIHAT DAN DENGAR:


TANYAKAN: • Hitung napas dalam 1 menit.
Berapa lama? • Perhatikan adakah tarikan dinding Anak
dada bagian bawah kedalam harus
tenang
(TDDK)?
• Dengar adanya stridor/wheezing?

Klasifikasikan BATUK dan/atau KESUKARAN BERNAPAS


Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018.
PENDEKATAN DIAGNOSIS PNEUMONIA BALITA 2018

PNEUMONIA BERAT

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


(TDDK)
Dan/atau

Saturasi Oksigen perifer <90% (pulse oxymeter)


Beri dosis pertama antibiotik (injeksi atau oral)
Beri Oksigen per nasal 1-2 Liter/menit
Obati stridor/wheezing bila memungkinkan
Rujuk segera

Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018


PENDEKATAN DIAGNOSIS PNEUMONIA
BALITA 2018

PNEUMONIA

Napas Cepat
60 x/menit atau lebih pada anak usia <2 bulan
50 x/menit atau lebih pada anak usia 2-11 bulan
40 x/menit atau lebih pada anak usia 12-59 bulan

Rawat jalan
Amoxicillin per oral 80 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018


PENDEKATAN DIAGNOSIS PNEUMONIA
BALITA 2018

BATUK BUKAN PNEUMONIA

Tidak ada tanda bahaya


Tidak ada tanda pneumonia/pneumonia berat

Obat simtomatis
Sesuai penyebab batuk

Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018


Klasifikasi dan tindakan bayi <2 bulan batuk dan/atau kesukaran
bernapas

Ada salah satu tanda


bahaya:
Napas cepat ≥ 60x/mnt
Napas lambat ≤ Pra rujukan:
30x/mnt Merah muda: • Berikan Oksigen (0,5 l/menit
TDDK PENYAKIT SANGAT pd usia <2 bln)
Kurang mau minum BERAT • Berikan cairan intravena
Demam • Berikan 1 dosis antibiotik
Kejang • Berikan penurun panas
Kesadaran menurun • Cegah gula darah tdk turun
Stridor • Jaga anak tetap hangat
Wheezing • RUJUK SEGERA
Tangan dan kaki dingin
Tanda gizi buruk

Kementerian Kesehatan RI. Tatalaksana Pneumonia Balita di FKTP 2018


Kriteria Rawat Inap
Pada Bayi: Pada Anak:
• Saturasi oksigen <92%, • Saturasi oksigen ≤92%,
sianosis sianosis
• Frekuensi napas ≥60 x/menit • Frekuensi napas ≥50 x/menit
• Distres pernapasan ditandai • Distres pernapasan ditandai
dengan TDDK, apnea dengan TDDK
intermiten, atau grunting
• Grunting
• Tanda bahaya: seperti tidak
• Tanda bahaya
mau minum/menetek
• Terdapat tanda dehidrasi
• Keluarga tidak bisa merawat
di rumah • Keluarga tidak bisa merawat
di rumah
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboraturium
 Lekosit, CRP, dan procalsitonin dapat meningkat pada
bakterial pneumonia
 Pemeriksaan sputum sulit dikerjakan pada anak dan tidak
menggambarkan bakteri penyebab pneumonia
 Kultur darah dilakukan pada pasien yang dirawat, adanya
komplikasi, atau tidak berespon terhadap terapi
 Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan
dilakukan analisis cairan pleura
Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan foto dada tidak
direkomendasikan secara rutin,
dilakukan pada pneumonia berat
yang dirawat atau komplikasi
• Pemeriksaan foto dada follow up
hanya dilakukan bila ada kecurigaan
terjadinya komplikasi, gejala yang
menetap atau memburuk, atau tidak
respons terhadap antibiotik
• Pemeriksaan foto dada tidak dapat
mengidentifikasi agen penyebab
Tata laksana umum
 Beri Oksigen bila saturasi oksigen <92% (udara kamar), O2: 0,5-4
L/min nasal prong/kanul; 5-6 L/m sungkup
 Monitor saturasi oksigen dengan pulse oksimetri tiap 4 jam
 Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan
diet melaui OGT/NGT
Bila kontra indikasi pemberian diet secara enteral → parenteral
 Fisioterapi dada tidak direkomendasikan untuk anak pneumonia
 Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga
kenyamanan pasien (paracetamol 10-15 mg/kgbb/dosis tiap 6
jam bila perlu)
 Nebulisasi β2 agonis pada anak dengan komorbid asma
Pemberian Antibiotik
 Amoksisilin dosis 80 mg/kgBB/hari : 2 dosis pada pasien rawat jalan (3-5 hr)
 Penyebab M. pneumoniae beri makrolid
 Antibiotik IV pada pasien rawat inap atau pneumonia berat
 Ampisilin: 50 mg/kgBB/dosis tiap 6 jam dan
 Gentamisin: 7.5 mg/kg IM/IV tiap 24 jam
 Evaluasi antibiotik dilakukan 48-72 jam
 Bila tidak berespon, atau pasien imunocompromais/kondisi yang sangat berat:
 Ceftriaxon dosis 80 mg/kgBB/hari tiap 24 jam IV
 Cefotaksim 150 mg/kgBB/hari tiap 8 jam IV
 Kecurigaan S. aureus: Cloxacillin/Oxacillin dosis 200 mg/kgBB/hari tiap 6 jam IV
 Antibiotik dapat diberikan 7-10 hari
 Antibiotik oral diberikan bila perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena

WHO 2014
Kriteria pulang
• Gejala dan tanda pneumonia menghilang
• Asupan per oral adekuat
• Pemberian antibiotik dapat diteruskan di
rumah (per oral)
• Keluarga mengerti pemberian terapi di rumah
dan rencana kontrol
• Kondisi rumah memungkinkan untuk
perawatan lanjutan di rumah
Pendekatan untuk
Mengontrol Pneumonia

WHO GAPP 2009


STOP Pneumonia

• S ………..aSi eksklusif 6 bulan,


tambahkan MPASI hingga 2 tahun
• T.………..Tuntaskan imunisasi
• O.……….Obati anak jika sakit ke Faskester
terdekat
• P.……….Pastikan kecukupan gizi anak
TUBERKULOSIS

24
Diagnosis - Anamnesis
Gejala umum TBC
• Berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun dalam 2 bulan terakhir
• Demam ≥2 minggu (etiologi demam kronik yang lain perlu disingkirkan
dahulu)
• Batuk ≥2 minggu tidak membaik dengan pengobatan
• Pembesaran kelenjar getah bening superfisial terutama di daerah leher
Keluhan spesifik tergantung organ yang terkena
Diagnosis-Pemeriksaan Fisik
• Umumnya TBC paru: pemeriksaan fisik normal
• Status gizi: gizi kurang/gizi buruk, lihat grafik
antropometri
Kelainan TBC ekstra paru:
• TBC vertebra: gibbus, kifosis, paraparesis/paraplegia
• TBC sendi: jalan pincang, nyeri pada pangkal paha
atau lutut.
• Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) multipel,
diameter >1 cm, tidak nyeri tekan, dan konfluens
• Meningitis TBC: gangguan kesadaran, kaku kuduk dan
tanda rangsang meningeal lain
• Skrofuloderma: Ulkus kulit dengan skin bridge
biasanya terjadi di daerah leher, aksila, atau inguinal.
Anak dengan satu atau lebih gejala TBC:

Batuk >2 mgg


Deman >2 mgg

Alur Diagnosis TBC Anak


BB turun atau tidak naik dalam 2 bl sebelumnya
Malaise >2 mgg
Gejala-gejala tersebut menetap atau walau sudah diberikan terapi yang adekuat

Pemeriksaan

Mikroskopis/tes cepat dahak

Positif Negatif Tidak diperiksa

Ada akses foto rontgen toraks dan/atau uji Tidak ada akses foto ronthen toraks dan uji
tuberkulin*) tuberkulin

Sistem skoring

Skor >6 Skor <6

Uji tuberkulin (+) Uji tuberkulin (*) dan


dan/atau ada kontak tidak ada kontak TBC
TBC paru** paru**

TBC anak
terkonfirmasi Ada kontak TBC Tidak Ada/tidak
bakteriologis TBC Anak klinis paru** jelas kontak TBC
paru**

Terapi OAT*** Observasi gejala selama 2 mgg, bila persisten  rujuk untuk
evaluasi
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB:
 Batuk ≥ 2 minggu
 Demam ≥ 2 minggu
ALUR DIAGNOSIS TB
 BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
ANAK 2016 (1)  Malaise ≥ 2 minggu
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi
yang adekuat

Pemeriksaan mikroskopis/
tes cepat molekuler (TCM) TB

Positif Negatif Spesimen tidak dapat diambil

Ada akses foto rontgen Tidak ada akses foto


TB anak toraks dan/atau uji rontgen toraks dan uji
terkonfirmasi tuberkulin*) tuberkulin
bakteriologis

Terapi OAT
ALUR DIAGNOSIS TB Ada akses foto rontgen Tidak ada akses foto
ANAK 2016 (2) toraks dan/atau uji rontgen toraks dan uji
tuberkulin tuberkulin

Skoring sistem

Skor ≥6 Skor <6

Uji tuberkulin Uji tuberkulin DAN


ATAU kontak TB paru
kontak TB paru dewasa (-)
dewasa (+)
Observasi gejala
selama 2 minggu,

TB anak klinis
Menetap Menghilang
Terapi OAT
Bukan TB
ALUR DIAGNOSIS TB Ada akses foto rontgen Tidak ada akses foto
ANAK 2016 (3) toraks dan/atau uji rontgen toraks dan uji
tuberkulin*) tuberkulin

Berkontak dengan Tidak ada/ tidak jelas


pasien TB paru berkontak dengan
dewasa pasien TB paru
dewasa

Observasi gejala
selama 2 minggu

Menetap Menghilang

TB anak klinis
Bukan TB
Terapi OAT
Skoring TBC Anak
0 1 2 3
Kontak Tidak jelas - Laporan BTA (+)
ortu, BTA
(-)
PPD negatif - - positif
Berat badan - BB/U < 80% BB/U < -
60%
Demam - > 2 minggu - -
Batuk - >3 minggu - -
Pembesaran - multipel , >1cm, nyeri (-) - -
KGB
Sendi - bengkak - -
Rontgen dada normal sugestive - -

Total score: ≥ 6
Diagnosis – Pemeriksaan Radiologi
• Foto toraks antero-posterior (AP), dapat
dilakukan lateral kanan bila dibutuhkan.
Gambaran radiologis yang sugestif TBC
di antaranya:
• Pembesaran kelenjar hilus,
• Konsolidasi,
• Milier,
• Kavitas,
• Efusi pleura,
• Atelektasis,
• Kalsifikasi
Diagnosis – Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin
– Penyuntikan 0,1 ml larutan
tuberkulin/PPD secara intra
kutan di volar lengan bawah
2.5 inci dari lipat siku.
Pembacaan 48-72 jam setelah
penyuntikan dengan mengukur
diameter transfersal indurasi
dalam mm
– Positif: Indurasi ≥10 mm,
(imunokompeten)
Positif: indurasi ≥5 mm
(imunokompromais)
– Uji tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi
TBC dan kemungkinan sakit
TBC pada anak.
Cara mendapatkan spesimen TBC

TBC PARU
• Berdahak langsung
• Bilas lambung
• Induksi sputum
 aman untuk anak semua umur
Diagnosis - Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mikrobiologik:
• Basil tahan asam/BTA dengan pewarnaan ZN
• Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM): yang
dapat mengonfirmasi kuman M. tuberculosis +
sensitifitas terhadap Rifampisin
• Biakan Mycobacterium tuberculosis + DST
• Hasil BTA atau biakan negatif tidak
menyingkirkan diagnosis TBC
Pemeriksaan patologi dari biopsi kelenjar, kulit, atau
jaringan lain yang dicurigai TBC
 Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah,
serologis, tidak direkomendasikan dalam
diagnostik TBC.
Konsep sakit dan infeksi pada TBC

Terpapar Infeksi (LTBI) Sakit TB

•Gejala (-) •Gejala (-) •Gejala (+)


•PPD (-) •PPD (+) •PPD (+/-)
•Rontgen (-) •Rontgen (-) •Rontgen (+/-)
•BTA /kultur (-) •BTA /kultur (-) •BTA /kultur (+/-)
Klasifikasi TBC
Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana

- - - -

+ - - Profilaksis primer

+ + - Profilaksis sekunder

+ + + Terapi OAT
PRINSIP TERAPI TB

• OAT diberikan dalam kombinasi


obat, tidak boleh monoterapi
• Pengobatan setiap hari secara
teratur
• Lama pengobatan minimal 6 bulan
• Pemberian gizi adekuat
• Cari dan terapi penyakit penyerta
(termasuk HIV)
PENGOBATAN TB PARU ANAK

• Terapi OAT diberikan dalam waktu 6 bulan


• Fase intensif minimal 3 macam obat [RHZ] selama 2 bulan
• Fase lanjutan minimal 2 macam obat [RH] selama 4 bulan
• Obat diberikan setiap hari (bukan 2-3 kali seminggu)
Rekomendasi OAT pada Anak
Rejimen OAT
Diagnosis TB
Fase intensif Fase lanjutan
BTA (-)
2 RHZ 4 RH
TB kelenjar/pleura
Penyakit paru yang luas
BTA (+)
HIV (+) 2 RHZE 4 RH
Bentuk berat TB ekstra paru
(selain meningitis TB dan
osteoartikular TB)
Menigitis TB, osteoartrikular TB,
2HRZE 10 RH
TB milier
MDR TB Individual rejimen
Dosis OAT Rekomendasi
WHO dan ESO
Obat anti TB Dosis dosis Efek samping obat
(mg/kgBB) maks (mg)
Isoniazid 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer
(INH)
Rifampisin 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia, cairan
tubuh berwarna oranye kemerahan

Pirazinamid 35 (30-40) - hepatitis, artralgia, gastrointestinal


etambutol 20 (15-25) - Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau
Pengobatan TBC Anak
 Bayi <5 kg pemberian OAT secara terpisah (bukan KDT)
 Dosis obat menyesuaikan kenaikan BB
 Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal
 OAT KDT diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah atau digerus)
 Obat dapat ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
 Obat ditelan saat perut kosong, atau 1 jam sebelum makan
 Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh
melebihi 10 mg/kgBB/hari
 Apabila harus menggunakan OAT lepas dalam bentuk puyer, maka
obat tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer
 Piridoksin 510 mg/kgBB/hari pada pasien malnutrisi berat dan HIV
KOMBINASI DOSIS TETAP (KDT)
• Kombinasi dosis tetap (KDT) atau fixed dose combination (FDC)
anak dibuat dengan komposisi:
Fase intensif (2 bulan pertama): rifampisin, INH, dan
pirazinamid, masing-masing 75 mg/50 mg/150 mg
Fase lanjutan (4 bulan berikutnya): rifampisin dan INH
masing-masing 75 mg dan 50 mg

Keuntungan:
•Terapi mudah
•Cegah monoterapi
•Kepatuhan minum obat lebih baik
•Penyediaan logistik sederhana
KDT anak berdasarkan BB (baru)

BW <5kg dosis individual


BW >30kg 6 FDC anak tablet, atau FDC tablet dewasa
Pemantauan pengobatan TB Anak
• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase
intensif, dan sekali sebulan pada fase lanjutan
• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan (gejala dan
BB), kepatuhan, toleransi, dan kemungkinan adanya efek samping
obat
• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus
dilakukan pada akhir bulan ke-2
• Foto rontgen tidak rutin dilakukan dan PPD ulang tidak dilakukan

• Pada pasien TB anak yang tidak berespon terhadap OAT,


evaluasi apakah anak manderita TB atau TB
resisten obat
Tatalaksana efek samping obat
• Efek samping obat TB lebih jarang terjadi pada anak
• Pemberian etambutol jarang menimbulkan efek samping bila
diberikan dengan rentang dosis yang direkomendasi.
• Efek samping utama adalah hepatotoksisitas (isoniazid, rifampisin
atau pirazinamid)  namun tidak memerlukan pemeriksaan kadar
enzim hati secara rutin, kecuali bila ada gejala gangguan hati
• OAT Stop bila:
– SGPT ≥3x normal dengan gejala, atau
– SGPT ≥5x normal tanpa gejala, atau
– bilirubin total >1.5 mg/dL
–SGPT ↑ dengan nilai berapapun di atas normal sebelum terapi
disertai ikterus, anoreksia, nausea, muntah
• OAT diberikan kembali bertahap bila SGPT ≤2x normal dan gejala (-)
Kecurigaan TBC RO
• Riwayat pengobatan TBC 6–12 bulan sebelumnya
• Kontak erat dengan pasien TBC-RO (bisa kontak
serumah, di sekolah, di tempat penitipan anak, dsb.)
• Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TBC,
gagal pengobatan TBC, atau tidak patuh dalam
pengobatan TBC
• Tidak menunjukkan perbaikan (hasil pemeriksaan
dahak dan atau kultur yang masih positif, gejala tidak
membaik atau tidak ada penambahan berat badan)
setelah pengabatan dengan OAT lini pertama selama
2–3 bulan
Investigasi Kontak (IK) dan
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
Pasien TB
dewasa
Cari kasus baru

Cari sumber
penularan
Pasien TB
anak

Kelompok risiko tinggi memerlukan medikamentosa profilaksis.


– Profilaksis primer: mencegah tertular/infeksi pada anak riwayat
kontak erat dengan pasien TBC dewasa BTA positif
– Profilaksis sekunder: mencegah terjadinya sakit TBC pada anak
yang telah terinfeksi TBC tapi belum sakit TBC.
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
TPT pada HIV (+) TPT pada HIV (-)
Usia <12 bulan: kontak erat TBC (+), Usia <5 tahun kontak dengan pasien TBC
tidak sakit TBC berdasarkan evaluasi paru terkonfirmasi bakteriologi, tidak
klinis/pedoman nasional sakit TBC berdasarkan evaluasi
klinis/pedoman nasional walaupun
pemeriksaan untuk latent tuberculosis
infection infection (LTBI) tidak tersedia
Usia ≥12 bulan: tidak sakit TBC Anak usia ≥5 tahun dan remaja kontak
berdasarkan evaluasi klinis/pedoman dengan pasien TBC paru terkonfirmasi
nasional sebagai bagian dari bakteriologi, tidak sakit TB berdasarkan
tatalaksana pencegahan HIV pada evaluasi klinis/pedoman nasional dapat
daerah dengan kejadian TBC tinggi, diberikan TPT dan LTBI
tanpa melihat adanya kontak TBC
Semua anak terinfeksi HIV yang telah Kontak dengan pasien TBC-RO, TPT
menyelesaikan pengobatan TBC dipertimbangkan berdasarkan penilaian
risiko individual
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT)
• Rekomendari TPT
– 6 (9) bulan INH setiap hari [6(9)H]
– 3 bulan Rifapentin + INH seminggu sekali (3HP 12 dosis)
– 3 bulan INH + Rifampisin setiap hari (3HR)
– 1 bulan Rifapentin + INH setiap hari (1HP)
– 4 bulan Rifampisin setiap hari (4R)
• Dosis berdasarkan berat badan
– INH: 10 mg/kgBB/hari
– Rifampisin: 15 mg/kgBB/hari
– Saat ini Rifapentin belum tersedia di Indonesia
• Bila selama TPT timbul gejala TBC, evaluasi adanya sakit TBC, dan
bila terbukti sakit TBC maka TPT distop dan mulai pengobatan TBC
Pencatatan dan pelaporan
• Pencatatan dan Pelaporan di fasilitas kesehatan:
• Kartu Pengobatan Pasien TBC (TB.01)
• Kartu Identitas Pasien TBC (TB.02)
• Register pasien TBC (TB.03 Faskes)
• Formulir hasil pemeriksaan bakteriologis TBC (TB.05)
• Daftar terduga pasien TBC (TB.06)
• Formulir Rujukan/ Pindah Pasien TBC (TB 09)
• Formulir Hasil akhir Pengobatan Pasien TBC Pindah (TB 10)
• Kartu Pengobatan Pencegahan dengan INH (TB.01 PP INH)
• Formulir Pelacakan Kontak Anak (TB.15)
• Register Kontak Tuberkulosis (TB.16)

Anda mungkin juga menyukai