Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH :

HIPERTIROIDISME

Disusun Oleh:

Hesti Paramita Wulanningrum

433131490120055

PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang, Jawa Barat 413116,
Indonesia
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROIDISME

A. Definisi

Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid

lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang

digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh

distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid

lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-

40 tahun (Black,2009)

Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.

Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau

hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)

Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling

berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan

dasar penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan

dengan faktor pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium,

hipoglikemia, partus, stress emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis

diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi

tiroid terlalu kuat.

B. Etiologi

Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :


1. Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang operaktif dan

merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai.

Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada

pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana

antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid

stimulating.

2. Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat,

bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule

atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon

tiroid yang berlebihan.

3. Tiroiditis

Dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan

tiroiditis tersembunyi.

a. Tiroiditis subakut

Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan

biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan .

b. Tiroiditis postpartum

Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah

beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini autoimun.

Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum


sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid

benar-benar sembuh.

c. Tiroiditis tersembunyi

Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan

pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga trejadi

pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat

mengakibatkan tiroiditis permanen.

C. Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika dan

tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid

membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak

hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga

jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan

pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih

besar dari pada normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma

menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-

bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid

Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang

mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel,

dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien

hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek

perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,


berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya

sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan

pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme,

kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,

sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid

membesar. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan

metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan

metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh sehingga

pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap

panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan

kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena

membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan

degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan

protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi

pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor

beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan

cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon terhadap

sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad,

sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan

dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan

libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. Bahkan akibat proses

metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme

mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang


mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan

terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,

sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang

takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid

pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi

inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot

ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.

Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua

sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan

lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini

lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.

Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada

normal. Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada

sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody

immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),

yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut

merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah

hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI

meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada

kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya

berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh

TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis


anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan

hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-

sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid

menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf

simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi

panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan

toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan

peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan

berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini

menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga

cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis

dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi

peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih

cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta

respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam

hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan

keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa

mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.

Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita

hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf

yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini

menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali

perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi


yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone

tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan

reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-

otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.


D. WOC HIPERTIROID

Penyakit Graves
(antibody reseptor
Nodul Tiroid
Tiroiditis merangsang aktivitas
Toksik
tiroid

Sekresi hormone
tiroid yang
berlebihan

Hipertiroid

Hipermetabolisme Gerakan kelopak


Aktivitas simpatik
meningkat mata relative
berlebih
lambat terhadap
bola mata

Perubahan
konduksi Infiltrasi limfosit,
Penurunan Ketidak listrik sel mast ke jar.
BB seimbangan jantung Orbital & otot-
energy otot
dengan
kebutuhan Beban kerja
tubuh jantung Eksoftalmus
meningkat

Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan Resiko
Aritmia kekurangan
integritas
Takikardi
jaringan
Kurang
informasi
Resiko
kelelahan penurunan
curah jantung
Kurang
pengetuahan
E. Manifestasi Klinis

1. Sistem kardiovaskuler

Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan

kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,

tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi,

disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.

2. Sistem pernafasan

Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.

3. Sistem perkemihan

Retensi cairan, menurunnya output urin.

4. Sistem gastrointestinal

Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan

berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan

protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal,

hiponatremia, muntah dan kram abdomen.

5. Sistem muskuloskeletal

Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.

6. Sistem integumen

Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak

toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin

terjadi kerontokan rambut.

7. Sistem endokrin

Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.


8. Sistem saraf

Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah,

emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.

9. Sistem reproduksi

Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,

impoten.

10. Eksoftalmus

Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau

keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat

kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini

mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol

keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam

menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi

atau kelainan kornea.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

 Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 –

3,4 SI unit) T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan

terikat, atau total T3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi

sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar

T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara

bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda


yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang

menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar

T3.

 Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154

SI unit) . Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan

T4 serum dengan teknik radioimmunoassay atau peningkatan

kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin :

T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein.

Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan

mengubah kadar T4. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4

ng/dl atau 10 – 31 SI unit) T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)

 TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH.

Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk

memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat

berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.

Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh

menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara

intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH.

Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa

penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan

kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau

keinginan untuk buang air kecil


 Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin

antibodi tinggi (N: titer < 1 : 100)

 Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan

pada penyakit graves

2. Ambilan Iodium Radioaktif

Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan

pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Tes ini mengukur proporsi

dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar

tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan

iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan

memberikan hasil yang dapat diandalkan. Penderita hipertiroidisme

akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai

90% pada sebagian pasien).

3. CT Scan tiroid

Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif

(RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh

kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 %

dari dosis yang diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan

meningkat.

4. USG

Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah

massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan


kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering

disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik.

5. EKG

untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial

fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T

G.Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Umum

Obat antitiroid

Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya:

propil tio urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium

radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau

pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi.

Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-

nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-

obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk

pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar

25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam

waktu 1 tahun.

2. Farmakoterapi

Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:

a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-

mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah

stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup

baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak

serius adalah turunnya produksi sel darah putih

(agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati.

b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)

Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya

dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat

digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid

(thyroiditis).

c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)

Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk

mengatasi gejala-gejala parkinson, seperti gerakan badan yang

kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalam

pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati

tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun

penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid

harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada

pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada

pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali

per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu

propranolol, atenolol, ataupun verapamil.


H.Komplikasi

1. Eksoftalmus

Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini

disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian

belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.

2. Penyakit jantung

Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada

jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa

berakibat fatal (aritmia) dan syok.

3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)

Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,

derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini

merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih

khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis

adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani,

infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,

overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah

dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi

T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan

tubuh. Krisis tiroid (thyroid storm).


DAFTAR PUSTAKA

Dwi Tri Martiana Rahayu, dkk.  Hipertiroid.

http://tiaraaskep.blogspot.com/2008/11/hipertiroid.html. Diakses tanggal

28 November 2014.

Thamrin, Zulkifli Ukki .Hipertiroidisme.

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/hipertiroidisme.html. Diakses

tanggal 28 November 2014.

http://kyfi.wordpress.com/2011/03/16/hipertiroid. Diakses tanggal 28

November 2014

http://endocrinesurgery.ucla.edu/patient_education_adm_hypothyroidism.

html. Diakses tanggal 28 November 2014

Mansjoe , .Arif M, dkk.2001. Kapita selekta kedokteran, Ed. 3, cet. 1 .

Jakarta: Media Aesculaplus

Anda mungkin juga menyukai