Makalah Ilmu Dasar Keperawatan 2
Makalah Ilmu Dasar Keperawatan 2
AGEN INFEKSIUS
Dosen Pengampu :
FAKULTAS KESEHATAN
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya-lah,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah ilmu
dasar keperawatan 2 tentang konsep agen infeksius. Penulisan ini bertujuan untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah. Saya menyadari sepenuhnya
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari segi
penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................................5
BAB 2..........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................7
2.1 Definisi Agen-agen infeksius.............................................................................................7
2.2 Virus.............................................................................................................................8
1.3 Bakteri........................................................................................................................15
2.3 Jamur..........................................................................................................................18
2.4 Parasit.........................................................................................................................21
2.5 Riketsia.......................................................................................................................22
2.6 Clamidia.....................................................................................................................22
2.8 Agen Infeksi Opportunistik........................................................................................23
BAB III......................................................................................................................................24
PENUTUP..................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................24
3.2 Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi
sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda
asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh
bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka jaringan yang cedera
itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat
dramatis disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera.
Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana
Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang
perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang
berhubungan dengan infeksi.
4
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri ?
1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan
masalah sebagai berikut, yaitu:
5
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa
Virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Riketsia, Clamida.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai contoh, pada
satu ujung spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup untuk menimbulkan
penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain,sejuta organisme
atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan penyakit (misal Salmonella
typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan
penyakit.
6
diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit. Setiap ada
gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan membantu terjadinya
prosesinfeksi (Herold, 1994).
2.2 Virus
2.2.1 Sejarah
Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel
tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus
merupakan organisme non-seluler, karenaia tidak memilki kelengkapan seperti
sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang
objek-objek berukuran sangat kecil di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony
Van Leeuwenhoek (1632-1723) perkembangan mikroskop inmendorong berbagai
penemuan dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa
tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:
Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun tembakau.
Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat, hasilnyatanaman
Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri sebelum
disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap tertular. Iamenyimpulkan
7
bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri yang lolossaringan yang
menularkan penyakit.
Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi tidak
pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel itu hanya dapat
hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.
2.2.2 Definisi
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah
parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara umum virus
merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung salah
satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA)
yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam
tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati.
Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA
atau RNA), dapat bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam
sel inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan
dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.
8
Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya.
Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada juga
yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri.
Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm = 1/1000
mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah
1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus
yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus
terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein. Kapsid
terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi:
2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa sifat
keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam nukleat saja yaitu satu
DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam nukleat sering bergabung dengan
protein disebut nukleoprotein. Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage
berisi DNA.
3. Kepala
9
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun oleh
satu unit protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk menempelkan
tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala kapsid. Struktur virus ada 2
macam yaitu virus telanjang dan virus terselubung (bila terdapat selubung luar
(envelope) yang terdiri dari protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat
yang dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi akhiran
virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne & Tournier adl ahli dlm
taksonomi virus, berdasarkan criteria:
10
5 Cara penyebaran alamiah.
6 Gejala2 yang timbul.
7 Ada tidaknya selubung.
8 Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid untuk
virus helikoidal.
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya mempunyai
anggota yang mampu menyerang mns & binatang.
- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified
virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.
11
2.2.7 Peran Virus
12
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh
berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D, E.Karena perkembangan
penyakit kuning merupakan fitur karakteristik penyakit hati.
3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah satu virus
yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan partikelsferis dengan
diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10 mm, sehingga diameter virion
kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal ,
panjangnya kira-kira 11 kilibasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein non
structural, yaitugen C mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode
sintesa protein M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung
(Envelope).
Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan
DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya ratusan, sesuai
daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah penyebab wabah demam
berdarah di Asia Tenggara. Infeksi DD/DBD dapat ditularkan padamanusia melalui
gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu
berkembang biak didalam tubuh hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit,
marmut, tikus, hamster serta serangga khususnya nyamuk).
13
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa insektisida.
Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh nyamuk vektor betina
dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.
4 Virus Polio
1.3 Bakteri
1.3.1 Definisi
14
1 Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari
fagositosis dan desikasi (kekurangan).
2 Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang diperantarai
oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.
3 Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel pejamu
dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel ureter.
Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi antarstatin
sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria gonorrhoeae).
4 Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu
untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela dapat
tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau di
banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema), flagela
terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.
5 Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang
tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan
imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.
6 Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada
kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)
1.3.2 Klasifikasi
15
2 Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.
3 Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri (terminal,
subterminal, atau sentral).
4 Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism anaerob
memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.
5 Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau pertumbahan
intraselular khusus.
6 Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi
salmonela, urease membantu identifikasi Helicobacter.
7 Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan
(misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak
lagi)
8 Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci
dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)
a. Pemeriksaan Mikroskopis
b. Pembiakan Bakteri
16
Medium pembiakan terdiri dari :
2.3 Jamur
2.4.1 Definisi
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki
tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo,
1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding sel spora mengandung
kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat fagotrof, umumnya memiliki
hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak (multinukleat), atau berinti tunggal
(mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding
sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur
terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer
17
dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg daripada
tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda
dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya
(Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari
kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk deuteromycetes, semua jamur
menghasilkan spora seksual yang spesifik. Berikut ini disajikan Tabel 1 untuk
membedakan 5 kelompok jamur.
a. Oomycetes
Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air atau di
dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas hifa yang
tidak bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai saprofit dan ada
juga yang parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan dengan sporangium
untuk yang hidup di darat. Pembiakan seksualnya dengan oospora. Beberapa contoh
dari kelompok ini antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp., Phytophtora sp (Alexopoulus
dan Mimms, 1979).
b. Zygomycetes
18
c. Ascomycetes
Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam kantung
yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya terbentuk spora
yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8 askospora
(Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium perkembangbiakan
yaitu stadium askus atau stadium aseksual.
d. Basidiomycetes
e. Deuteromycetes
Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui siklus
reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna” karena
belum ada spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini berkembang
biak dengan klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga terjadi.
Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).
a. Kelembaban
Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water activity).
Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity). Ketersediaan air
di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya dengan ketersediaan air
19
dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat menyebar ke atas permukaan
yang kering atau muncul di atas permukaan substrat (Carlile dan Watkinson, 1995).
b. Suhu
Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan jamur
untuk tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C sampai
30°C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius spp, dan
Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001) dalam Panji
(2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada kisaran suhu 25°C
sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).
c. Intensitas cahaya
d. pH
Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya pada
kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat bisa
mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap
ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel.
2.4 Parasit
Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan
menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas pertahanan
yang berbeda.
1 Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.
20
2 Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada dalam
host.
3 Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam sel
host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit dapat
menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah terikat
pada antibodi spesifik. Parasit menghambat respon imun dengan berbagai
mekanisme untuk masing-masing parasit.
2.5 Riketsia
Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang sama
dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim yang
penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan glutamat
serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam berbagai
bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam sitoplasma sel.
Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti sel. Riketsia dapat
tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat yang rendah, misalnya dalam
telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia dapat dimatikan dengan cepat
pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-bahan bakterisid.
2.6 Clamidia
Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel dari
peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan Miyagawanellla
atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron, berbentuk sferis,
tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia berkembang melalui
beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius, berbentuk sferis dengan
garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah ribosom. Badanelementer
kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian badan intermedier. Siklus
perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam. Clamidia mempunyai 2 jenis
antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies. Keduanya terdapat di dalam dinding sel.
Antigen spesies tetap dalam dinding sel meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan
21
dengan fluorocarbon atau deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar
patologenitas dan jenis hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah :
22
4 Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster,adenovirus,
virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi.
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur,
parasit, riketsia, dan clamidia.
Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi
menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya terganggu, termasuk
infeksi HIV
3.2 Saran
Demikian sedikit informasi dari kelompok 1. Tentu masih banyak sekali
kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini.
Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan bagi dosen pembimbing kami
dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang sebesar – besarnya perlu kami ucapkan
jika dalam penulisan ini kami banyak melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum).
Jakarta: Sangung Seto.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf
https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf
http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf
25