Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep post partum

1. Definisi Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut

masanifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan

untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post

partum adalahmasa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

reproduksi sampai kembalike keadaan normal sebelum hamil ( Bobak,

2010 ).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

padakehamilan "ukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau

obatobatan(pra!iroharjo, 2000).

Partus di anggap spontan atau normal jika !anita berada dalam masaaterm,

tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi pun"ak kepala dan

persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses

lahirnya bayi padaletak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga

ibu sendiri dan uri, tanpa alatserta tidak melukai ibu dan bayi yang

umumnya berlangsung kurang dari 24 jammelalui jalan lahir.Masa nifas


( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinanselesai

sampai alat alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas

iniyaitu 6 8 minggu.(Rustam Mochtar,1998).

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ

reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu

sekitar 6 minggu ( Farrer. 2001 ). Post Partum dibagi menjadi 3 periode

yaitu : Puerpureum dini, intermedial Puerpureum dan remote

puerpureum (Mochtar 1998). Pada ibu Post Partum mengalami

perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis.

2. Etiologi

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori

menghubungkandengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi

rahim,pengaruh tekanan pada sarafdan nutrisi (Hafifah, 2011)

a. Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone

progesterone danestrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-

otot polos rahim dan akanmenyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila progesteroneturun.

b. Teori placenta menjadi tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan

kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi Rahim


Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik

otot-ototrahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d. Teori iritasi mekanik

Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).

Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan

timbulkontraksi uterus

e. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang

dimasukan dalamkanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus

frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu

pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

Partus dibagi menjadi 4 kala :

1. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat

berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12

jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

2. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan

interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada

pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginanmengejan. kedua


kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga kepala membuka pintu. kepala lahir seluruhnya dan

diikuti oleh putar paksi luar. setelah putar paksi luar berlangsung

kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk

melahirkan bahu belakang. setelahkedua bahu lahir ketiak di ikat

untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air

ketuban.

3. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10

menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.

lepasnya plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi

perdarahan.

4. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,

observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya

perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya

tidak melebihi 400 sampai 500 cc (manuaba, 1989)

faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor

janin, dan faktor persalinan pervagina


a. Factor ibu

1. Paritas

Menurut panduan pusdiknakes 2003, paritas adalah

jumlahkehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di

luar rahim(lebih dari 2' minggu). paritas menunjukkan jumlah

kehamilanterdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan

telah dilahirkan,tanpa mengingat jumlah anaknya ( 7+orn,

2003). Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah

keadaankelahiran atau partus pada primipara robekan

perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada

persalinan berikutnya(sarwono, 2005).

2. Meneran

Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk

meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson

telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar

pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin

mengejang (5honson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat

meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu

(JHPIEGO,2005).
b. Factor Janin

1. Berat badan bayi baru lahir

Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari

4000gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan

meningkatnya resiko trauma persalinanmelalui vagina

seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah

tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu

sepertilaserasi jalan lahir dan robekan pada perineum

(Rayburn, 2001).

2. Presentasi

Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak

hubungan sumbumemanjang janin dengan sumbu

memanjang panggul ibu ( Dorland, 1998).

a) Presentasi muka

Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin

memanjang,sikap extensi sempurna dengan diameter

pada waktu masuk panggul atau diameter

submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya

adalah bagian antara glabella dan dagu,sedang pada

presentasi dahi bagian terendahnya antara glabelladan

bregma (oxorn, 2007)


b) Presentasi dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian

(pertengahan), halini berla!anan dengan presentasi muka

yang ekstensinyasempurna. Bagian terendahnya adalah

daerah diantara margoorbitalis dengan bregma dengan

penunjukknya adalah dahi diameter bagian terendah

adalah diameter verticomentalissebesar 13,5 cm,

merupakan diameter antero posterior kepala janin yang

terpanjang (oxorn, 2003).Presentasi bokong

c) Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan

kelainandalam polaritas. panggul janin merupakan kutub

ba!ah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan

posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi

empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,

presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan

presentasi bokong lutut (oxorn, 2003).

c. Factor persalinan pervaginam

1. Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan

persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi

menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang

dipasang di kepalanya ( mansjoer,2002)


2. Ekstrasi cunam/forsep

Ekstrasi cunam/forsep adalah suatu persalinan buatan,

janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala

janin (mansjoer,2002). Komplikasi yang dapat terjadi

pada ibu karena tindakanekstrasi forsep antara lain

ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum,

syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina

(oxorn, 2003)

3. Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan

dengan jalan melakukan pengurangan volume atau

merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan

tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk

melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (syaifudin,

2002)

4. Persalinan presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang

berlangsung sangat cepat, berlangsung kurang dari

3jam, dapat disebabkan oleha bnormalitas kontraksi

uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan

yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri

pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya


proses persalinan yang sangat kuat (cunningham,

2005).

3. Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna

maupuneksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan

sebelum hamil.Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya

disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting

lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena

pengaruh hormon laktogen darikelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar

mamae.Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh

darah yangada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada serviksialah segera post partum bentuk serviks agak menganga

seperti corong, bentuk inidisebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam

cincin. Peruabahan-perubahan yangterdapat pada endometrium ialah

timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosisditempat implantasi plasenta

pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai

permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi

endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2

sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia


yangmerenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-

angsurkembali seperti sedia kala. (Kusmiyati,2009).


Kehamilan (37-42
PATHWAY minggu)

Tanda-tanda inpartus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi uterus Partus Pelepasan placenta Post partum

Nyeri Tekanan mekanik


Resiko cedera
pada presentasi Nyeri akut
maternal
m
Kelelahan
Trauma jaringan Perdarahan
laserasi post partum
psikologi

Penambahan Resiko infeksi


Resiko tinggi
anggota baru perdarahan post
partum
Tuntutan
anggota baru

Bayi menangis

Gangguan pola tidur

(sumber : kusmiyati,2009)
4. Manifestasi klinis

1. Involusi uterusAdalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan

jalan lahir setelah bayidilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti

sebelum hamil. Setelah plasentalahir, uterus merupakan alat yang

keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasanyeri/mules-mules yang

disebut after pain post partum terjadi pada hari ke 2-3 hari.2.

2. Kontraksi uterus

Intensistas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna

untukmengurangi volume cairan intra uteri. Setelah 1 2 jam post

partum, kontraksimenurun stabil berurutan, kontraksi uterus menjepit

pembuluh darah pada uterisehingga perdarahan setelah plasenta lahir

dapat berhenti.

3. After painTerjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai

hari ke -3. After painmeningkat karena adanya sisa plasenta pada

cavum uteri, dan gumpalan darah(stoll cell) dalam cavum uteri

4. Endometrium

Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada

stratumspunglosum, bagian atas setelah 2 3 hari tampak bahwa lapisan

atas daristratum sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari

lochia.Epitelisasi endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8

minggu endometriumtumbuh kembali.Epitelisasi tempat plasenta + 3


minggu tidak menimbulkan jaringan parut, tetapiendometrium baru,

tumbuh di bawah permukaan dari pinggir luka.

5. OvariumSelama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifa

terjadi pematangansel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi mentruasi,

ibu menyusui mentruasinyaterlambat karena pengaruh hormon

prolactin

6. Lochia

Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa

nifas,sifat lochia alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit

berkembang biak.Jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan

lendir waktu menstruasi, berbau anyir, tetapi tidak busuk.Lochia

dibagi dalam beberapa jenis :

a. Lochia rubra

Pada hari 1 2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa

chorion,liguor amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah

merah.

b. Lochia sanguinolenta

Dikeluarkan hari ke 37 warna merah kecoklatan bercampur

lendir, banyakserum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit

yang mati

c. .Lochia serosa
Dikeluarkan hari ke 7 10, setelah satu minggu berwarna agak

kuning cairdan tidak berdarah lagi.

d. Lochia alba

Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi selaput lendir,

mengandungleukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman

penyakit yang telah mati

7. Serviks dan vaginaBeberapa hari setelah persalinan, osteum externum

dapat dilalui oleh 2 jari dan pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada

akhir minggu pertama hanya dapatdilalui oleh 1 jari saja. Vagina saat

persalinan sangat diregang lambat launmencapai ukuran normal dan

tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum, rugae

mulai nampak kembali.

8. Perubahan pada dinding abdomenHari pertama post partum dinding

perut melipat dan longgar karena diregang begitu lama. Setelah 2 3

minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapatstriae melipat,

dastosis recti abdominalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin

yang terlalu besar atau bayi kembar.

9. Perubahan Sistem kardiovaskuler

Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus

daneksresi cairan extra vasculer.Curah jantung/cardiac output kembali

normal setelah partus.


10. Perubahan sistem urinariaFungsi ginjal normal, dinding kandung

kemih memperlihatkan oedema danhiperemi karena desakan pada

waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedematrigonum,

menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio

urin.Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi

menurun.

11. Perubahan sistem Gastro Intestina;Terjadi gangguan rangsangan BAB

atau konstipasi 2 3 hari post partum.Penyebabnya karena penurunan

tonus pencernaan, enema, kekakuan perineumkarena episiotomi,

laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas

12. Perubahan pada mammaeHari pertama bila mammae ditekan sudah

mengeluarkan colustrum. Hari ketiga produksi ASI sudah mulai dan

jaringan mammae menjadi tegang,membengkak, lebut, hangat

dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler)

13. Laktasi

Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan

kehamilan.Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum

yang dapatdikeluarkan dengan memijat areola mammae.Colustrum

yaitu cairan kuning dengan berat jenis 1.030 1,035 reaksi alkalisdan

mengandung protein dan garam, juga euglobin yang mengandung

antibodi. bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontra

indikasi.
14. TemperaturTemperatur pada post partum dapat mencapai 38 0C dan

normal kembali dalam24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena

hilangnya cairan melalui vaginaataupun keringat, dan infeksi yang

disebabkan terkontaminasinya vagina.

15. NadiUmumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal.

Penurunan iniakibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada

sirkulasi seiring lepasnya

placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah

sebagaimekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal pada

akhir minggu pertama.

16. Tekanan DarahKeadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90

mmHg baik saat kehamilanataupun post partum merupakan tanda-

tanda suatu keadaan yang harusdiperhatikan secara serius.

17. HormonHormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir

tidak ada dalam 24hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga

menurun sedangkan prolaktinmeningkat untuk proses laktasi.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa ujilaboratorium biasa segera dilakukan padaperiode pasca

partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada

hari pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada

melahirkan.
b. Pemeriksaan Urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau

dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim

kelaboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan

sensitivitasterutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca

inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk

menentukan status rubelle dan harus dikaji kebutuhan therapy yang

mungkin (Bobak, 2008).

6. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada !anita selama

periode post partum perdarahan post partum

adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria

perdarahan didasarkan pada satu atau lebihtanda-tanda sebagai berikut :

1. Kehilangan darah lebih dari 500 cc

2. Sistolik atau diastolic tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

3. Hb turun sampai 3 gram F (novak, 1998). Perdarahan post partum

dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini terjadi

24 jam setelah melahirkan. perdarahan lanjut lebihdari 24 jam

setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan

menjadi kasus lainnya, tiga penyebab utama perdarahan antara lain .

b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post

partum. insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8%, ditandai adanya

kenaikan suhu >38 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.

penyebap klasik adalah ; streptococus dan staphylococus aureus dan

organisasi lainnya.

c. Endometritis

Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi

puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran

memilikiresiko tinggi terjadinya endometritis (Eovak, 1999).

d. Mastitis

Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau

pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali

dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan

pertamapost partum(Eovak, 1999).

e. Infeksi saluran kemih

Insiden mencapai 2-4 % wanita postpartum pembedahan meningkatkan

resiko infeksi saluran kemih. organisme terbanyak adalah entamoba

coli dan bakterigram negatif lainnya.

f. Tromboplebitis dan thrombosis semasa hamil dan masa awal post

partum, faktor koagulasi danmeningkatnya status vena menyebapkan

relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis

(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkandari dinding


pembuluh darah) dan thrombosis pembentukan trombus) tromboplebitis

superfisial terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari pertama

post partum.

g. Emboli

Yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil

menyebabkan kematian terbanyak di amerika (Eovak. 1999).

h. Post partum depresi

Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai

bebera paminggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa

takut pada dirinya. Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian

tidak aman, perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.

wanita jugamengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan makan,

dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sexs, kehilanagan

semangat (Eovak, 1999).

B. Konsep Asuhan Keperawatan post partum

1. Pengertian Asuhan Keperawatan

Menurut Carpenito (2009), asuhan keperawatan adalah kegiatan

professional perawat yang dinamis, membutuhkan kreatifitas, dan

berlaku pada berbagai keadaan dan rentang kehidupan manusia. Tahap

dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi


2. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Iyer et

al., 1996). Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh

karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan

respons individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar

praktik keperawatan dari American Nursing Association (ANA)

(Nursalam, 2013 p. 29).

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,

tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa

medis

2) Keluhan utama

Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta tolong

3) Riwayat penyakit sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang menggunakan PQRST

4) Riwayat penyakit dahulu

apakah klien mempunyai riwayat penyakit dahulu


5) Riwayat penyakit keluarga

Peranan keluarga atau keturunan merupakan faktor


penyebab penting yang perlu dikaji yaitu penyakit berat
yang pernah diderita salah satu anggota yang ada
hubungannya dengan operasi misalnya: TBC, DM dan
Hipertensi.
6) Riwayat Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetric pada klien post partum yang

perlu diketahui adalah :

a) Keadaan Haid

Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid,

hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk dapat diketahui

yang keluar darah muda atau darah tua, encer atau

menggumpal, lamanya nyeri haid atau tidak, pada sebelum

atau sesudah haid, berbau atau tidak, dimana untuk

mengetahui gambaran tentang keadaan alat kandungan.

b) Gangguan Reproduksi

Perlu ditanyakan apakah sebelumnya klien mengalami

penyakit pada sistem reproduksi atau tidak.

c) Riwayat KB
Riwayat KB yang digunakan sebelumnya, lama pemakaian,
keluhan pemakaian KB.
7) Riwayat obstetric

Untuk mengetahui riwayat obstetric pada klien post partum


a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan

serta nifas yang lalu, bagaimana keadaan bayi yang

dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya

normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan

dimana tempat melahirkannya, sehingga mendapat

gambaran yang jelas tentang riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas yang lalu.

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang

Ditanyakan kelangsungan dari kehamilan dan persalinan

serta nifas yang sekarang, bagaimana keadaan bayi yang

dilahirkan, apakah cukup bulan atau tidak, kelahirannya

normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan dan

dimana tempat melahirkannya, sehingga mendapat

gambaran yang jelas tentang riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas sekarang.

8) Pola kebiasaan sehari-hari

Menurut Ujiningtyas (2009)

a) Aktifitas istirahat

bisa tampak berenergi, kelelahan, atau mengantuk

b) Sirkulasi
Sirkulasi: nadi biasanya melambat menjadi sekitar 50-70 kali

permenit karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariaso,

dapat lbih rendah sebagai respons terhadap analgesik atau

menigkat pada respons pemberian oksitosin atau hipertensi karena

kehamilan. Terdapat edema pada ekstremitas atas, wajah atau

umum karena kehamilan. Kehilangan darah 400-500 ml pada

persalinan vaginal 600-800 ml pada persalinan seksio caesarea.

c) Integritas ego

Integritas ego: reaksi emosional bervariasi, dapat berubah-ubah.

Ekspresi dapat terlihat takut terhadap kondisi bayi atau ungkapan

minta maaf karena perilaku intrapartum.

d) Eliminasi

Eliminasi: sering terdapat hemoroid yang menonjol. Kandung

kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis. Diuresis dapat terjadi

bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urine.

e) Makanan/cairan

Makanan/ cairan: dapat mengeluh haus, lapar, atau mual

f) Nyeri dan ketidaknyamanan

Nyeri dan ketidaknyamanan: ketidaknyamanan dari berbagai

sumber, nyeri, kandung kemih penuh, trauma jaringan, dam tremor

atau menggigil (Ujiningtyas, 2009).


9) Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Biasanya lemah.
2) Kesadaran
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala
Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan keadaan kulit kepala.
b) Wajah
Apakah ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau
merah, adanya oedema.
c) Mata-telinga-hidung
Pada daerah dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung,
telinga, mulut dan gigi
d) Leher
Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran
vena jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.
e) Dada dan punggung
Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi
intercostae, pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi,
bagaimana irama dan frekuensi pernafasan. Pada jantung dikaji
bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur-mur.
f) Payudara/mamae
Apakah puting menonjol atau tidak, areola menghitam,
kolostrum.
g) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka
operasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya,
bagimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.
h) Genetalia
Adakah pengeluaran lochea, bagaimana warnanya, banyaknya,
bau serta adakah oedem vulva, bagaimana posisi kateter
terpasang dengan baik atau tidak, apakah lancer.
10) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Diagnosa
keperawatan terdiri dari 3 komponen yaitu respon, faktor
berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi, 2012).
Menurut Herman dan Komitsuru (2014), diagnosa keperawatan yang
dapat muncul pada klien dengan post partum normal adalah:
1. Nyeri akut bd. Agen cedera fisik
2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan laserasi
3. Resiko tinggi perdarahan b.d perdarahan post partum.
4. Gangguan pola tidur b.d bayi menangis
11) Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase
pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk
mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu,
meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan
klien. Proses perencanaan keperawatan mekiputi penetapan tujuan
perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat
dan rasional (Hidayat, 2008)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri hilang dan terkontrol dengan kriteria hasil :

1) mampu mengungkapkan nyeri

2) Dapat mengontrol nyeri

3) kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

4) TTV dalam batas normal ; TD : 120/80 mmHg, N : 60-100

x/menit, R : 16-24x/menit, S : 36,5-37ᵒC.

Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital(Tekanan Darah, Nadi, Respirasi,
Suhu)
2) Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif
3) Ajarkan teknik relaksasi distraksi.
4) Kolaborasi dokter pemberian analgetik
Rasional :
1) Mengetahui keadaan umum klien.
2) Mengetahui nyeri yang dirasakan dan menentukan pilihan
pengawasan keefek tifan intervensi.
3) memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan kontrol
dan kemampuan koping mengurangi nyeri.
4) Analgetik dapat mengurangi mediator kimiawi nyeri pada
reseptor nyeri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan laserasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Suhu dan nadi dalam batas normal.
3) Klien mampu mengetahui tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi
2) Kaji tanda-tanda vital
3) Lakukan perawatan luka dalam vulva hygiene
4) Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda
Infeksi
5) Ajarkan pasien untuk mencegah infeksi
6) kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
Rasional :
1) Mengetahui secara dini terjadinya infeksi sehingga dapa
dilakukan pemilihan intervensi secara tepat dan cepat.
2) Mengetahui keadaan umum klien.
3) untuk mencegah terjadinya infeksi.
4) untuk menghindari dari gejala-gejala infeksi
5) untuk mencegah terjadinya infeksi
6) antibiotic dapat menghambat terjadinya infeksi.
3. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan perdarahan post
partum.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah resiko tinggi perdarahan dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda perdarahan
2) Kontraksi uterus baik.
3) Klien tidak pucat
4) Konjungtiva tidak anemis
5) Muka tidak pucat
6) Hb normal (12-16 gr/dL).
7) TTV dalam batas normal tekanan darah 110/70 – 120/80
mmHg, nadi 60-100 kali permenit, pernapasan 16-20 kali
permenit, suhu 36,5-37,5oC.
Intervensi :
1) jelaskan penyebab terjadi perdarahan
2) kaji tingkat perdarahan selama 15-30 menit
3) pantau ttv
4) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik.
Rasional :
1) Pasien paham tentang kondisi yang dialami.
2) Mengantisipasi terjadinya syok.
3) Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
4) Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang
hilang akibat perdarahan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan bayi menangi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien mampu tidur, dengan kriteria hasil :
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
2) Kualitas Pola tidur, dalam batas normal.
3) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4) Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkatidur.
Intervensi
1) Beri posisi yang nyaman
2) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3) ajarkan teknik relaksasi
4) anjurkan klien konsumsi makanan/mi- numan tinggi protein
sebelum tidur (susu).
5) Pendidikan kesehatan tentang manfaat terpenuhinya
kebutuhan istirahat dan tidur
Rasional
1) Posisi yang nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga
menstimulasi untuk tidur.
2) Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
sehingga memper-mudah klien untuk tidur
3) Memberi rasa nyaman pada klien sehingga bisa tidur.
4) Pencernaan protein menghasilkan triptopan yang mempunyai
efek sedatif.
5) Meningkatkan pengetahuan klien dan diharapkan mampu
bekerja sama dengan perawat

12) Impelentasi keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996). Tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2013 p. 127).
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua intervensi keperawatan didokumentasikan kedalam
format yang telah ditetapkan oleh instansi (Nursalam, 2013 p. 127).
Jadi, implementasi adalah tahap pelaksanaan tindakan
keperawatan berupa serangkaian kegiatan berdasarkan perencanaan
atau intervensi yang sudah dibuat sebelumnya untuk mendapatkan
hasil yang optimal, serta mengumpulkan data yang diperoleh setelah
melakukan tindakan baik secara objektif maupun verbal untuk
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
13) Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi
intervensi (Ignatavicius dan Bayne, 1994 dalam Nursalam, 2013 p.
135).
Menurut Griffith dan Christensen (1986), evaluasi sebagai
sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistemik pada
status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam
mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas
asuhan keperawatan (Nursalam, 2013 p. 135).
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
perilaku yang diobservasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat
dicapai secara efektif (Nursalam, 2013 p. 135).
Jadi, evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam
proses keperawatan yakni menilai sejauhmana keberhasilan diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya terhadap klien
dengan meninjau perkembangan kondisi klien apakah sudah sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
intervensi.
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif
yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera, dan evaluasi sumatif yang merupakan
rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada waktu
tertentu. Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP, sebagai berikut :

S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul
masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa
respon pasien.

C. KONSEP NYERI

5. Pengertian nyeri

Pengertian dari nyeri itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat subjektif.

Secara klinis nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh pasien


mengenai sesuatu yang dirasakan sebagai suatu hal yang tidak

menyenangkan atau sangat mengganggu (Andarmoyo, 2013).

Menurut The International Assosiation for the study of pain (IASP),

nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan

atau potensial akan menyebabkan kerusakan jaringan (Setiyohadi,

2010).

6. Klasifikasi nyeri

Menurut Andarmoyo (2013), klasifikasi nyeri dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Berdasarkan durasi

Berdasarkan durasinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut

dan nyeri kronik. Nyeri akut yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan

berlangsung untuk waktu singkat. Nyeri akut berlangsung dari

beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri kronik merupakan nyeri

konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode

waktu. Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi,

dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik dapat

tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering


sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan

respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya.

b) Berdasarkan asal

Nyeri diklasifikasikan berdasarkan asalnya dibedakan menjadi

nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptik merupakan

nyeri yang dapat terjadi karena adanya stimulus yang mengenai

kulit, tulang, sendi, otot dan jaringan akut.Hal ini dapat terjadi pada

nyeri post operatif dan kanker. Nyeri neuropatik merupakan hasil

suatu cedera atau abnormalitas yang didapat pada struktur saraf

perifer maupun sentral. Nyeri ini bertahan lebih lama dan akan

sulit diobati. Pasien akan mengalami nyeri seperti rasa terbakar.

c) Berdasarkan lokasi

Klasifikasi berdasarkan lokasi dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Superficial atau kutaneus

Nyeri superficial merupakan nyeri yang disebabkan stimulus

kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan

terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam.

Contohnya tertusuk jarum dan luka potong kecil dan laserasi.

2) Visceral dalam

Nyeri visual merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulasi

organ-organ internal. Karakteristik nyeri bersifat difus dan


dapat menyebar ke beberapa arah. Pada nyeri ini menimbulkan

rasa tidak menyenangkan, dan berkaitan dengan mual atau

gejala-gejala otonom. Nyeri terasa tajam, tumpul, atau unik

tergantung organ yang terlibat. Contohnya sensasi pukul seperti

angina pictoris dan sensasi terbakar pada ulkus lambung.

3) Nyeri alih

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral

karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.

Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah

dari sumber nyeri dan dapat dengan berbagai karakteristik

Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang

menyebabkan nyeri alih ke rahang dan lengan kiri.

4) Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari tempat

awal cedera ke bagian tubuh bawah atau sepanjang bagian

tubuh. Contohnya nyeri punggung bagian bawah akibat dikus

intravertebral yang rupture disertai nyeri yang meradiasi

sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

7. Respon terhadap nyeri

Menurut Tamsuri (2007), respon nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Respon fisik
Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan

oleh medula spinalis menuju batang otak dan talamus, sistem saraf

otonom terstimulasi, sehngga menimbulkan respon tubuh terhadap

stress. Pada skala nyeri ringan sampai moderat serta pada nyeri

superfisial, tubuh bereaksi membangkitkan “General Adaption

Syndrom” (Reaksi Fight or Flight), dengan merangsang system

simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak dapat

ditoleransi serta nyeri yang berasal dari organ visceral, akan

mengakibatkan stimulasi terhadap saraf parasimpatis.

2) Respon psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap sebagai sesuatu yang “negatif” yang memiliki suasana

hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat terbalik menjadi

rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki

persepsi nyeri sebagai pengalaman yang “postif” akan menerima

nyeri yang dialaminya. Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri

sangat

dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu,

dan juga faktor socsal budaya.

3) Respon perilaku
Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami nyeri

yang bermacam-macam. Perilaku terhadap nyeri menggambarkan

3 fase yaitu:

a) Fase antisipasi merupakan fase yang palin penting karena pada

fase merupakan penentuan untuk fase selanjutnya. Pada fase

ini, merupakan penentuan untuk fase selanjutnya. Pada fase ini,

merupakan fase yang memungkinkan individu yang memahami

nyeri, untuk belajar dan mendapatkan gambaran tentang nyeru

itu sendiri.

b) Fase terjadinya nyeri, banyak perilaku yang dapat diungkapkan

oleh seseorang klien yang mengalami nyeri seperti menangis,

menjerit dan bahkan mungkin berlari-lari. Perilaku klien yang

merespon nyeri ini dapat mempengaruhi oleh kemampuan

tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat ringannya

sensasi nyeri itu sendiri.

c) Fase pasca nyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis,

takut, depresi, serta dapat menjadi menggigil.

8. Alat ukur nyeri

Menurut Andarmoyo (2013), dalam penilaian intensitas nyeri dapat

dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:

a) Deskriptif
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal

Descriptor Scala, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri

tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak

yang sama disepanjang garis. Pendeskrispi ini diringking dari

“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”

dengan cara perawat menunjukkan kepada pasien skala tersebut

dan meminta pasien untuk memilih nyeri terbaru yang ia

rasakan.

b) Numeric

Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales) NRS lebih

digunakan sebagai pengganti alat pende

skripsi kata. Dalam hal ini pasien menilai nyeri dengan

menggunakan skala 1-10, skala paling efektif digunakan saat

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

terapeutik.

c) Visual Analog Scale

Skala analog visual (visual analog scale) VAS adalah suatu

garis lurus atau horizontal sepanjang 10cm, yang mewakili

intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal

pada setiap ujungnya, dengan cara pasien diminta untuk


menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi

pada sepanjang

garis tersebut. Pada ujung kiri biasanya menandakan “tidak

ada” atau “tidak nyeri”, sebabkan ujung kanan biasanya

menandakan “berat” atau “nyeri yang paling buruk” .

9. Penatalaksanaan nyeri

Strategi penatalaksanaan nyeri adalah suatu tindakan untuk

mengurangi nyeri yang terdiri dari farmakologi dan nonfarmakologi.

Manajemen nyeri nonfarmakologi merupakan tindakan menurunkan

respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi (Sulistyo, 2013.

Salah satu penyembuhan nonfarmakologis atau fase rehabilitasi untuk

menurunkan nyeri pada post operasi adalah dengan teknik relaksasi

nafas dalam.

10. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan

a. Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan

membantu mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki intensitas

terhadap nyeri, inu primipara dan multipara kemungkinan akan

merespon secara berbeda terhadap nyeri walupun menghadapi

kondisi yang sama, yaitu persalinan, hal ini disebabkan ibu

multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan

(Andarmoyo, 2013) Pengalam melahirkan sebelum juga dapat


mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang

mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada

persalinan sebelumnya perasaan cemas dan takut pada pengalaman

lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri ( Bobak, 2005).

b. Usia muda cenderung dikaitakan dengan kondisi psikologi yang

masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan hingga nyeri yang

dirasakan menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah

salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri.

Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia terhadap

nyeri, toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan

pemahaman terhadap nyeri (Mander, 2004)

c. Emosi (cemas dan takut)

Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologi dapatmenyebabkan

kontraksi uterusmenjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan

( Sondakh, 2013)

d. Persiapan persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan alkan berlangsung

tanpa nyeri, persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi

perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat

memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat

mengatrasi ketakutannya ( Mander, 2004).


D. KONSEP TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE
1. Pengertian effleurage massage
Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak

tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan

arah sirkular secara berulang (Reeder, 2011 : 676). Teknik ini

bertujuan untuk untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberi

tekanan, dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan

relaksasi fisik dan mental.Effleurage merupakan teknik masase yang

aman, mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak

memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan

sendiri atau dengan bantuan orang lain (Ekowati, dkk. 2011).Tindakan

utama effleuragemassage merupakan aplikasi dari teori Gate Control

yang dapat “menutup gerbang” untuk menghambat perjalanan

rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf pusat.

Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,

lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan

efek relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan

menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan

dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak

lepas dari permukaan kulit. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di

punggung, tujuan utamanya adalah relaksasi.Effleurage merupakan


salah satu metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri selama

persalinan yang terdaftar dalam Summary of Pain Relief Measures

During Labor, dimana pada kala I fase latent (pembukaan 0-3 cm) dan

fase aktif (pembukaan 4-7 cm) aktifitas yang bias dilakukan oleh

pasien persalinan adalah Effleurage (Reeder, 1992).

Gate Control Theory dapat dipakai untuk pengukuran

efektifitas cara ini. Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri

membawa stimulasi nyeri keotak lebih kecil dan perjalanan sensasinya

lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas. Ketika sentuhan

dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi sentuhan berjalan keotak dan

menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan jumlah nyeri dirasakn

dalam otak. Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dangan

latihan pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan

wanita dari nyeri selama kontraksi. Begitu pula adanya massage yang

mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan

endorphin dalam sistem kontrol dasenden. Massage dapat membuat

pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot

(Monsdragon, 2004).

2. Mekanisme kerja effleurage massage dalam menurunkan nyeri

Mekanisme penghambatan nyeri persalinan dengan teknik

Effleurage berdasarkan pada konsep Gate Control Theory.


Berdasarkan teori tersebut stimulasi serabut taktil kulit dapat

menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area lainnya.

Stimulasi serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik

massage, rubbing,usapan, fibrasi dan obat olesan analgesic

(Kozier,1993).

Selama kontraksi, impuls nyeri berjalan terus dari uterus


sepanjang serabut saraf C untuk ditransmisikan ke Substansia
Gelatinosa di Spinal Cord untuk selanjutnya akan disampaikan ke
Cortex Cerebri untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi taktil
dengan teknik Effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim
lewat serabut saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A
Delta akan menutup gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima
pesan nyeri karena sudah diblokir oleh Counter stimulasi dengan
teknik Effleurage sehingga persepsi nyeri berubah, karena serabut
dipermukaan kulit (Cutaneus) sebagian besar adalah serabut saraf yang
berdiameter luas.
Teknik ini juga memfasilitasi distraksi dan menurunkan
transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen sehingga
mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik
relaksasi Effleurage mengurangi ketegangan otot (Cohen, 1991).
Meningkatkan sirkulasi area yang sakit dan mencegah terjadinya
hipoksia (Hellen Varne, 1986)
3. Manfaat effleurage massage
Teknik effleurage artinya menekan degan lembut memijat atau
melutut dengan tangan untuk melancarkan peredara darah. Dengan
teknik memijat dan tenang berirama, bertekanan lembut kearah distal
atau kearah bawah ( cassar, mp.1999). suatu rangsangan pada kulit
abdomen dengan melakukan usapan menggunakan ujung-ujung jari
telapak tangan dengan arah gerakan membentuk pola geraka seperti
kupu-kupu abdomen seiring degan pernafasan abdomen (potter dan
perry 2006). Kedua tekik tersebut bertujuan untuk meingkatkan
sirkulasi darah, member tekanan, menghangatkan otot abdomen dan
meningkatkan relaksasi fisik (jurnal occupational and environment
medicine, 2008)
4. Tehnik effleurage massage
Beberapa pola teknik Effleurage tersedia pemilihan pola
pemijatan tergantung pada keinginan masing-masing pemakai dan
manfaatnya dalam memberikan kenyamanan (Cohen, 1991). Pola
teknik Effleurage yang bias dilakukan mengurangi nyeri persalinan
akibat kontraksi uterus adalah:
b. Menggunakan dua tangan
1) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai
umbilikus dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai
area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa
tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari
permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat
memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah
tepat.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR EFFLEURAGE MASSAGE

JUDUL SOP:
EFFLEURAGE MASSAGE

1 PENGERTIAN Effleurage Massage adalah teknik pijatan yang


dilakukan untuk membantu mempercepat proses
pemulihan nyeri punggung dengan menggunakan
sentuhan tangan pada punggung klien secara
perlahan dan lembut untuk menimbulkan efek
relaksasi.
2 TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah.
2. Menurunkan respon nyeri punggung.
3. Menurunkan ketegangan otot.
3 INDIKASI 1. Klien dengan keluhan kekakuan dan
ketegangan otot di punggung.
2. Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri
pada ibu post partum.
4 KONTRA INDIKASI 1. Luka pada daerah yang akan di massage.
2. Gangguan atau penyakit kulit.
3. Jangan melakukan massage pada daerah
yang mengalami ekimosis atau lebam.
4. Hindari melakukan massage pada daerah
yang mengalami inflamasi.
5. Hindari melakukan massage pada daerah
yang mengalami tromboplebitis
6. Hati-hati saat melakukan massage pada
daerah yang mengalami gangguan sensasi
seperti penurunan sensasi maupun
hiperanastesia (Tappan & Benjamin,
2014).
5 PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan
identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan
kepada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Siapkan peralatan yang diperlukan.
4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang
baik. 5. Atur posisi klien sehingga merasa
aman dan nyaman.
6 PERSIAPAN ALAT 1. Baby oil.
2. Tisu.
3. Handuk mandi yang besar.
4. Handuk kecil.
5. Bantal dan guling kecil serta selimut
7 CARA KERJA PROSEDUR RASIONAL
1. Beri tahu klien 1. Memberi waktu bagi

bahwa tindakan klien untuk

Akan segera mempersiapkan diri.

dimulai. 2. Mengetahui kondisi


umum klien.

2. Periksa vital sign

klien sebelum

memulai 3. Berusaha senyaman

effleurage massage mungkin bagi ibu post

pada punggung. partum

3. Posisikan klien 4. Nafas dalam dapat


dengan posisi
miring ke kiri atau membantu untuk
duduk
mempertahankan
4. Instruksikan klien
untuk menarik kenyamanan klien
nafas dalam
melalui hidung dan agar tetap rileks dan
mengeluarkan
lewat mulut secara dapat mengurangi rasa
perlahan sampai
klien merasa rileks nyeri.

5. Membunuh

mikroorganisme

6. Baby oil merupakan

lubrikan yang baik


5. Cuci tangan
untuk massage.

7. Gerakan mengusap
6. Tuangkan baby oil
pada telapak membantu
tangan kemudian
gosokan kedua merangsang pelepasan
tangan hingga
hangat. endorfin untuk
7. Letakkan kedua
tangan pada mengurangi rasa nyeri
punggung klien,
mulai dengan dan memberi
gerakan mengusap
dan bergerak dari kenyamanan pada
bagian bahu
menuju sacrum klien.
8. Buat gerakan
seperti kupukupu 8. Gerakan sirkuler
dengan
menggunakan secara perlahan pada
telapak tangan dan
melingkar kecil satu titik mampu
dengan
menggunakan ibu memblok impuls nyeri
jari menuruni area
tulang belakang, agar nyeri berkurang
gerakkan secara
perlahan berikan dan gerakan perlahan
penekanan arahkan
penekanan ke agar tidak terjadi
bawah sehingga
tidak mendorong tekanan yang berlebih
klien ke depan.
pada punggung ibu

yang dapat menambah

rasa nyeri

9. Memelihara
9. Bersihkan sisa
minyak pada kebersihan dan
punggung klien
dengan handuk kenyamanan klien
.
10. Rapikan klien ke 10. Mempertahankan
posisi semula.
11. Beri tahu bahwa kenyamanan klien.
tindakan telah
selesai. 11. Menginformasikan
12. Bereskan alat yang
telah digunakan. kepada klien bahwa
13. Cuci tangan
kembali tindakan telah usai.

12. Memelihara

kebersihan lingkungan

yang terapeutik.

13. Membunuh

mikroorganisme
8 EVALUASI 1) Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala nyeri)

2) Beri reinforcement positif pada ibu post partum

3) Kontrak pertemuan selanjutnya

4) Mengakhiri pertemuan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai