PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling
banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar
2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarakat tidak menaruh perhatian
yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit
genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit
sangat umum seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala akhir yang
ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan
tepat (WHO,2017).
Hemoglobin (Hb) terbentuk dari heme dan globin yang terdiri dari 4 rabtal
polipeptida (α β γ δ) atau biasa yang disebut tentramen. Orang dewasa normal
membentuk Hb A (Adult A) kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh
Hemoglobin. Sisanya terdiri dari Hb A2 yang kadarnya tidak lebih dari 2%.
Sedangkan HbF (foetus) setelah lahir senantiasa kadar menurun dan pada usia
6 bulan ke atas mencapai kadar seperti pada orang dewasa, yaitu tidak lebih
dari 4% pada keadaan normal. Tentramenglobin. Hb A1 terdiri atas rantal
polipeptida : 2 rantai α dan 2 rantai β, sedangkan polipeptida Hb A2 terdiri dari
2 rantai α dan 2 rantai δ (delta). Pada HbF terdiri atas 2 rantai α dan 2 rantai γ
(Capellini et al., 2014).
Genetik paling umum dari talasemia melibatkan gangguan produksi rantai
β (talasemia β). Gen ini prevelen pada golongan etnis dari aerah sekeliling laut
Tengah terutama Itali, Yunani dan juga di temukan di India dan Asia Tenggara.
3%-8% orang Amerika keturunan Italia,Yunani dan 0,5% kulit hitam Amerika
membawa gen talasem. Insidens talasemia pada orang-orang yang bukan
berasal dari laut tengah sangat rendah tetapi kasus tipikal ditemukan pada
berbagai golongan ras. Banyak kasus dapat diklasifikasikan sebagai talisemia
mayor atau minor yang umumnya berkaitan dengan genotip homozigoot dan
heterozigot (Gunawan, 2013).
Sampai hari ini, talasemia merupakan penyakit yang belum bisa
disembuhkan 100 persen. Penyakit ini ditandai dengan anemia atau kekurangan
darah berat akibat kerusakan sel darah merah. Padahal sel darah merah
berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Dengan kekurangan oksigen
maka seluruh organ tubuh tidak bekerja baik (WHO,2016)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita dengan
Thalasemia dengan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajamen
kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan khusus
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita dengan
Thalasemia yang terdiri dari ;Melakukan pengkajian
a.Menginterpretasikan data dasar
b. Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
c.Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
d. Mengembangkan rencana intervensi
e.Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
f. Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
A. Konsep Dasar Manajemen pada Anak dengan Thalasemia
I. Pengkajian
Tanggal/Waktu Pengkajian :
Tanggal/Waktu MRS :
Nama Pengkaji :
Tempat Pengkajian :
A). Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal Lahir : Pada penderita thalasemia mayor yang
gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat
sejak anak berumur kurang dari 1 tahun,
sedangkan pada thalasemia minor
biasanya anak akan dibawa ke RS setelah
usia 4 tahun.(Nursalam, 2013)
Jenis Kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Orangtua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah/Ibu :
Pendidikan Ayah/Ibu :
Pekerjaan Ayah/Ibu :
Agama :
Suku/Bangsa :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. ) Keluhan Utama
Contoh : Keluhan utama yang dialami anak saat datang
memeriksakan diri pada pengkajian didapatkan anak terlihat
lemah, pucat, tak ada nafsu makan, warna urin anak pekat, ada
pembesaran pada abdomen karena pembesaran limpa dan hati,
kulit anak berwarna kuning dan keabu - abuan.(Ngastiyah,
2013)
2.) Riwayat Perjalanan Penyakit dan Upaya Untuk Mengatasi
(Pada riwayat perjalanan penyakit, disusun cerita yang
kronologis, terinci dan jelas pada dokumentasi SOAP
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
sampai ia dibawa berobat)
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1. ) Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Riwayat Antenatal : Selama masa kehamilan,
hendaknya perlu dikaji secara
mendalam adanya faktor resiko
talasemia. Apabila diduga ada
faktor resiko, maka ibu perlu
diberitahukan resiko yang
mungkin sering dialami oleh anak
setelah lahir.(Wong, 2009)
- Riwayat Intranatal :
- Riwayat Postnatal :
- Riwayat Imunisasi :
- Riwayat Alergi :
- Riwayat Penyakit yang pernah diderita :
- Riwayat operasi/pembedahan :
- Riwayat Tumbuh Kembang :
- Riwayat Pertumbuhan
Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik
anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya
keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak
ada pertumbuhan rambut pubis dan ketiak, kecerdasan
anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis
thalasemia minor, sering terlihat pertumbuhan dan
perkembangan anak normal. (Moorhead, Sue, dkk.
2013.)
- Riwayat Perkembangan
Pada thalasemia mayor, kecerdasan anak juga
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia
minor, sering terlihat perkembangan anak normal.
(Moorhead, Sue, dkk. 2013)
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi
Inspeksi :
Kulit : Pada Kasus Thalasemia, Warna kulit pucat
kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi
darah warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi.Hal
ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam
jaringan kulit (hemosiderosis) (Ngastiyah, 2013)
Kepala :
Wajah : Tidak terlihat adanya tulang pangkal hidung, dan tulang
pipi tampak menonjol, dahi lebar (facies cooley).
(Wong, 2009)
Mata : Pada kasus thalasemia Mata dan konjungtiva pucat dan
kekuningan. (Wong, 2009)
Telinga :
Hidung :
Mulit :Pada kasus thalasemia Mulut dan bibir terlihat
Kehitaman.(Wong 2009)
Leher :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonates, pemeriksaan reflex yang dilakukan antara lain :
Refleks moro :
Refleks tonoc neck :
Refleks rooting :
Refleks sucking :
Refleks graps :
Refleks babinski :
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Dilakukan pemeriksaan Elektroforesis hemoglobin untuk
menegakkan diagnosis Thalasemia (Nursalam, 2013)
Hasil hapusan darah tepi didapatkan gambaran
anisositosis, hiprokomi, poikilotosis, sel target
(fragmentosit dan banyak sel normoblas). (Ngastiyah,
2013)
Pemeriksaan USG:
Pemeriksaan Diagnostik Lainnya:
Foto Rontgen tulang kepala : gambaran hair on end,
korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak
lurus pada korteks. Foto tulang pipih dan ujung tulang
panjang: perluasan sumsum tulang sehingga trabekula
tampak jelas.(Margan Speer, Kathleen. 2007)
5. Data Rekam Medis
Tindakan dan terapi yang telah didapat sebelum bertemu dengan
pengkaji
V. INTERVENSI
1. Lakukan observasi TTV
Rasional:Deteksi dini adanya komplikasi
2. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam melakukan tindakan
Rasional:Antisipasi kerjasama dalam asuhan kebidanan
3. Berikan makanan peroral yang cukup gizi, tetapi tidak boleh diberikan
makanan yang mengandung besi seperti; hati atau sayuran seperti
kangkung, bayem atau makanan lain yang mengandung besi.
Rasional: Pada kasus Thalasemia memberikan makanan peroral dapat
memperbaiki kondisi tubuh dan menghindari kelebihan zat besi.
(Ngastiyah, 2013)
4. Melakukan transfusi ulang
Rasional:Dapat mencegah komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki
anemia tersebut hanya dengan memberikan transfusi darah dan
pemberian transfusi harus diberikan berulang-ulang. (Ngastiyah, 2013)
5. Melakukan transfusi setiap ada tanda-tanda seperti anak lemas dan
nafsu makan berkurang
Rasional:Kesehatan anak akan tetap terjaga dengan melakukan transfusi
darah (Ngastiyah, 2013)
6. Sebaiknya Semua kebutuhan pasien harus di tolong
Rasional: Pada thalasemia mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan sebagai akibat penyakitnya yang berat dan lama karena
anemia di derita sepanjang umurnya. Anak sangat lemah, tak bergairah,
bahkan berbicara saja jarang. (Nursalam, 2013)
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Instansi Pelayanan
Diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi secara objektif
tentang pasien anak dengan Thalasemia Mayor dan Anemia Sedang
sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada
pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi pada
perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Pembaca Lain
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan ataupun
referensi dalam melakukan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
4. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami lebih jauh engenai
penyakit yang di derita olehnya, dan dapat meningkatkan kesadaran
dalam perawatan dirinya secara khusus sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan penyembuhan.
Daftar Pustaka
Guyton, A. C., Dkk 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC,