Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Kimia PH Asam 

Basa
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Asam dan basa
sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum
yang berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa
digunakan dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa
saling menetralkan. Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam
sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka
mengandung asam asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak
kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya
adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan
emas dan perak. Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral.

Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH nya.
pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai pH
lebih besar dari 7. Sedangkan larutan netral mempunyai ph = 7.

Mempelajari cara menentukan pH dan sifat larutan sangat penting untuk mengetahui
apakah larutan itu bersifat asam ataupun basa. Biasanya cara yang digunakan untuk
menentukan sifat dan pH larutan adalah dengan menggunakan indikator. Indikator
tersebut antara lain kertas lakmus, larutan fenolftalein, brom timol biru, metil merah,
serta metil orange.

Ada beberapa cara yang lazim digunakan para ilmuwan dan manusia dalam mengukur
pH suatu larutan, diantaranya adalah dengan menggunakan indikator universal atau
kertas indikator pH, menggunakan pH meter, menggunakan kertas lakmus ataupun
melalui perhitungan dengan mengetahui konsentrasi suatu larutan tersebut.

 Tujuan
 Untuk mengetahui sifat asam dan basa dari suatu larutan
 Untuk menentukan tingkat pH suatu larutan
 Untuk mengetahui berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengukur pH
suatu larutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Asam dan Basa
Pada tahun 1884, Svante Arrhenius (1859-1897) seorang ilmuwan Swedia yang
memenangkan hadiah nobel atas karyanya di bidang ionisasi, memperkenalkan
pemikiran tentang senyawa yang terpisah atau terurai menjadi bagian ion-ion dalam
larutan. Dia menjelaskan bagaimana kekuatan asam dalam larutan aqua (air)
tergantung pada konsentrai ion-ion hidrogen di dalamnya. (Petrucci.1987)
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+,
sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–. Jadi pembawa sifat
asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH–. Asam Arrhenius
dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.
HxZ ⎯⎯→ xH  + Z
+ x-

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,
sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion
sisa asam.
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai
berikut.

M(OH)x ⎯⎯→ M  + xOH


x+ –

Jumlah ion OH– yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
(Yasin. 2010)

 Tetapan Kesetimbangan Air


Persamaan ionisasi air dapat ditulis sebagai:

H O(l) ←⎯⎯⎯⎯→ H (aq) + OH (aq)


2
+ –

Harga tetapan air adalah K[H O]= [H ] [OH ] 2


+ –

 Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil


dibandingkan dengan konsentrasi H2O mula-mula, sehingga konsentrasi H2O
dapat dianggap tetap, maka harga K[H2O] juga tetap, yang disebut tetapan
kesetimbangan air atau ditulis Kw.
 Jadi, Kw= [H ] [OH ] + –

 Pada suhu 25 °C, Kw-nya adalah 1,0 × 10–14.


 Harga Kw ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang suhunya tidak
terlalu menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu dapat dianggap tetap.
 Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel berikut.
(Maulana. 2013)

 Pengukuran Derajat Keasaman (pH)


Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910,
seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan
yang sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan
ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:

pH= -log [H ]
+

Analog dengan diatas, maka :

pOH= -log [OH ] –

sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah:

Kw= [H ] [OH ]
+ –

pKw= pH + pOH

pada suhu 25 C, pKw= pH + pOH=14


0

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:

7. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.


8. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
9. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.
Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka makin
besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH, dan karena bilangan dasar logaritma adalah
10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion H+
sebesar 10n. (Keenan. 1984)

Jadi dapat disimpulkan bahwa makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH dan
Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH = 2.

Menentukan sifat suatu larutan juga dapat menggunakan beberapa cara lain seperti
menggunakan indikator. Indikator adalah suatu zat kimia yang warnanya tergantung
pada keasaman atau kebasaan larutan. Indikator yang biasa digunakan adalah kertas
lakmus. Apabila dicelupkan ke dalam larutan basa, kertas lakmus merah akan berubah
warna menjadi biru, sedangkan kertas lakmus biru akan berwana merah jika dicelupkan
ke dalam larutan asam. Warna lakmus semakin merah tua dengan nilai pH semakin
kecil, sedangkan warna lakmus semakin biru tua dengan nilai pH semakin besar,
meskipun konsentrasi larutannya sama. Hal ini menunjukkan kekuatan asam dan basa
tiap-tiap larutan berbeda.

Cara lainnya adalah dengan menggunakan kertas indikator dan pH meter yang memiliki
ketelitian yang sangat tinggi.

 Asam dan Basa yang ada pada Kehidupan


Senyawa asam banyak kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Semua senyawa asam
mempunyai rasa masam/kecut. Rasa masam/kecut ini desebabkan oleh  adanya
senyawa yang bersifat asam. Buah-buahan memiliki rasa asam berkat adanya senyawa
asam yang dikandungnya. Jeruk mengandung asam sitrat sedangkan anggur
mengandung asam tartrat. Air susu yang basi mengandung asam laktat. Selain itu,
senyawa asam dapat kita temukan juga dalam lambung dan darah. Dalam lambung
terdapat asam klorida yang berperan pada pencernaan makanan serta dalam darah
terdapat asam karbonat dan asam phosfat yang berperan pada pengangkutan makanan.
(Aufar. 2012)

Seperti halnya asam, basa juga banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Para
ibu rumah tangga menggunakan abu gosok untuk mencuci piring. Basa dalam abu
gosok dapat bereaksi dengan kotoran berupa lemak/minyak , sehingga menjadi larut.
Sedangkan, untuk mencuci piring yang sangat  berminyak perlu menggunakan sabun.
Sabun dapat melarutkan lemak dan minyak. Para penderita magh selalu minum obat
berupa magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida. (Aufar. 2012)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kimia dasar dengan materi pembuatan larutan dan standarisasi di
laksanakan pada tanggal 18 November 2014 pukul 11.00 s/d selesai bertempat di
Laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sulatan Ageng
Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan sebagai penunjang kegiatan praktikum adalah, cawan petri, kertas
indikator pH dan pH meter.

Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah larutan HCl 0,5 M, 0,1 M dan 0,05 M serta
larutan NaOH 0,5 M, 0,1 M dan 0,05 M.

 Cara Kerja
Menggunakan kertas indikator pH:

1. Tuangkan larutan dari dalam plastik ke cawan petri


2. Celupkan 1 kertas indikator ke dalam larutan
3. Setelah warna pada kertas berubah, ukur pH larutan dengan membandingkan
warna kertas dengan warna yang ada pada kotak kemasan kertas indikator
Menggunakan pH meter:

1. Masukkan gagang pH meter kedalam plastik larutan


2. Lihat hasil pH larutan pada layar digital
3. Lakukan hal yang sama pada larutan lain dengan konsentrasi yang berbeda
4. Setiap selesai mengukur satu larutan, penunjuk pada gagang pH meter di
semprot dengan air bersih secukupnya dan bersihkan airnya menggunakan tisu.
Hal ini dimaksudkan agar pengukuran pH larutan yang akan diukur tidak
tercampur dengan larutan yang sudah diukur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Konsentrasi Indikator pH pH
No Bahan (M) pH meter teori
1 NaOH 0,05 M 12 13,33 12,7
2 NaOH 0,1 M 13 13,63 13
3 NaOH 0.5 M            13 14 13,7
4 HCl 0,05 M 3 2,04 1,3
5 HCl 0,1 M 2 1,87 1
6 HCl 0,5 1 0,94 0,3
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita membahas tentang derajat keasaman. Dengan
melakukan praktikum ini kita bisa menetukan sifat asam dan basa dari beberapa
larutan dan juga menentukan harga pH dari beberapa konsentrasi larutan. Dalam
praktikum ini untuk mengetahui sifat dan nilai pH dari suatu senyawa digunakan kertas
indikator universal, pH meter dan dihitung secara manual dengan menggunakan data
konsentrasi larutan tersebut (pH teori). Indikator universal ini akan berubah warna
sesuai nilai pH dari larutan yang akan diuji. Nilai dari pH nya dapat dicari dengan
mencocokan pada warna yang tertera pada kemasan indikator universal.
Namun jika mengukur dengan menggunakan pH meter, hasil yang didapat akan lebih
akurat karena hanya dengan menyelupkan penunjuk yang ada pada gagang pH meter,
maka akan muncul nilai pH larutan tersebut pada layar digitalnya. Namun, setelah
mengukur suatu larutan, maka penunjuk pada pH meter harus disemprot dengan air
sebelum digunakan untuk mengukur pH larutan yang lain. Hal ini dimaksudkan agar
sisa-sisa larutan yang masih menempel di penunjuk hilang dan tidak tercampur dengan
larutan lain yang akan diukur pH-nya. Sehingga pengukuran pH larutan selanjutnya
akan lebih akurat.

Sedangkan cara mengukur pH larutan menggunakan teori pH, akan dijabarkan sebagai
berikut:

1. Larutan NaOH 0,05 M


pOH= -log [OH ] –

= -log 5.10-2

= 2-log 5

= 2-0,7

= 1,3

pH= 14-pOH

= 14-1,3
= 12,7

2. Larutan NaOH 0,1 M


pOH= -log [OH ] –

= -log 10 -1

=1

pH= 14-pOH

= 14-1

= 13

3. Larutan NaOH 0,5 M


pOH= -log [OH ] –

= -log 5.10 -1

= 1-log 5

= 1-0,7

= 0,3

pH= 14-pOH

= 14-0,7

= 13,3

4. Larutan HCl 0,05 M


pH= -log [H ] +

= -log 5.10 -2

= 2- log 5

= 2- 0,7

= 1,3
5. Larutan HCl 0,1 M
pH= -log [H ] +

= -log 10 -1

=1

6. Larutan HCl 0,5 M


pH= -log [H ] +

= -log 5.10 -1

= 1-log 5

= 1- 0,7

= 0,3

Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa untuk larutan asam (HCl) semakin kecil
konsentrasi suatu larutan maka pH semakin besar. Sedangkan untuk larutan basa
(NaOH) semakin besar konsentrasi maka pH semakin besar.

Bila kita perhatikan, nilai pH merupakan eksponen negatif dari konsentrasi ion
hidronium. Sebagai contoh, larutan basa kuat dengan konsentrasi ion hidronium 10  M
-11

mempunyai pH 11. Larutan asam kuat dengan pH 1 mempunyai konsentrasi ion


hidronium 10  M. Hal ini dikarenakan asam/basa kuat terionisasi sempurna, maka
-1

konsentrasi ion H  setara dengan konsentrasi asamnya.


+

HCl (aq) + H2O (l)       H3O  (aq) + Cl  (aq)


+ –

0,1 M                           0,1 M

pH= -log [H3O ] = -log 0,1 = 1+

Berdasarkan uraian di atas, karena pH dan konsentrasi ion H  dihubungkan dengan


+

tanda negatif, maka kedua besaran itu berbanding terbalik, artinya makin besar
konsentrasi ion H  (makin asam larutan) maka makin kecil nilai pH, dan sebaliknya.
+

Selanjutnya, karena dasar logaritma adalah 10 maka larutan yang nilai pH-nya berbeda
sebesar n dan mempunyai perbedaan konsentrasi ion H  sebesar 10n. Bila pH
+

berkurang, konsentrasi ion hidronium akan meningkat, dan konsentrasi ion hidroksida
berkurang. Pada setiap unit penurunan pH sama dengan peningkatan faktor 10 untuk
konsentrasi ion hidronium.
Sebagai contoh, larutan dengan pH 4 dan larutan dengan pH 3 keduanya bersifat asam,
karena mempunyai pH kurang dari 7. Larutan dengan pH 3 mempunyai konsentrasi
H3O 10 kali lebih besar dari pada larutan dengan pH 4, sehingga perubahan kecil dalam
+

pH dapat membuat perubahan besar dalam konsentrasi ion hidronium. Bila pH


meningkat di atas 7, konsentrasi ion hidroksida akan meningkat, dan konsentrasi ion
hidronium akan berkurang. Dalam larutan netral, konsentrasi ion hidroksida dan ion
hidronium adalah sama.
Berdasarkan pertanyaan di modul, mengapa pH asam <7 dan pH basa >7, berikut akan
saya jelaskan jawabannya.

Sebenarnya asal mulanya adalah karena umumnya kita menggunakan pelarut air,
sehingga kita harus menghitung dulu berapa H+ dan OH- di air.

Ternyata pada air murni terjadi ionisasi, yaitu dengan reaksi sebagai berikut:
H2O <—–> {H+} + {OH-}

Nilai kesetimbangan pada suhu 25  Celcius adalah tepat 10 , itu yang kita kenal dengan
0 -14

Kw, atau tetapan kesetimbangan air.


K = [H+][OH-]

Karena komposisi H+ dan OH- adalah sama (lihat reaksi), maka kita bisa tahu berapa
molar H+ dan OH- tersebut. Pada air murni, [H+] = 10  dan sekaligus [OH-] = 10
-7 -

artinya pH air murni adalah 7 (ingat! pH = -log H+)


7

Mengingat karena pelarut kita adalah air dan pHnya adalah 7, maka pH 7 itulah yang
digunakan sebagai standar batas antara asam atau basa suatu larutan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka simpulan dari praktikum kali ini
adalah :
1. Larutan yang bersifat asam adalah larutan yang memiliki pH <7 dan larutan yang
bersifat basa adalah larutan yang memiliki pH >7, sedangkan larutan yang
memiliki pH=7 maka disebut larutan netral
2. Larutan HCl bersifat asam dan larutan NaOH bersifat basa
3. untuk larutan asam, semakin kecil konsentrasi suatu larutan maka pH akan
semakin besar
4. untuk larutan basa, semakin besar konsentrasi suatu larutan maka pH akan
semakin besar
5.2 Saran
1. Dalam mengukur suatu pH, pastikan larutan tersbut tidak tercampur dengan
larutan lain yang berbeda konsentrasi dan sifat asam-basanya
2. Tidak tergesa-gesa dalam mengukur pH suatu larutan, agar larutan tersebut
tidak tumpah
3. Pengukuran pH suatu larutan harus dilakukan dengan teliti agar mendapat hasil
yang akurat
DAFTAR PUSTAKA
Aufar, Nursajadid. 2012. Derajat Keasaman
(pH). http://nursajadidotcom.wordpress.com/2012/04/17/derajat-keasaman-nanu/.
22/11/2014. 12.00
Keenan, Charles W. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Maulana, Puri. 2013. Cara Menentukan pH dan pOH
Larutan. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/06/cara-menentukan-
menghitung-ph-dan-poh.html. 22/11/2014. 13.00
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Ratri, Fera Ika. 2012. Materi dan Soal Kimia. Yogyakarta: Planet Ilmu
Yasin, Yamin. 2010. Xpress pro for Senior High School Chemistry. Jakarta: Erlangga
Iklan
REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Bagikan ini:

 Twitter

 Facebook1

 Google


Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori. Tandai permalink.

← Laporan Praktikum Kimia Pembuatan Larutan dan Standarisasi


Pembasmian Tikus Berdasi, Penerapan ATM dan Perbaikan Sosialisasi sebagai Langkah Menuju SDM
yang Berkualitas →
Tinggalkan Balasan
Iklan
REPORT THIS AD

Cari
 
 Arsip
 Januari 2015
 Meta
 Daftar
 Masuk
Mutiara Kasih, Permata Jiwa, Penyejuk Hati
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Tutup dan terima


Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini,
Anda setuju dengan penggunaan mereka. 
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai