Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

'' Seni Rupa pada Masa Pra-Sejarah ''

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Seni Rupa Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Rifanny Anner

Ruwiyat Winnur

Teguh prasetyo

Dosen Pembimbing:

Dra. Jupriani, M.sn

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA


DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isi dengan sebaik-baiknya. Kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah sejarah seni rupa.

Kami berharap sekiranya makalah ini dapat menambah pengetahuan, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu diharapkan untuk memberikan kritik dan saran untuk
kesempurnaan makalah ini.

Padang , 9 september 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAAN..................................................................................................................1
A.    Latar belakang...........................................................................................................................1
B.     Rumusan masalah......................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A.    Bentuk Geometris dan Pola Hias...............................................................................................2
B.     Bentuk Imitasi dan Fantasi Primitif..........................................................................................3
C.     Pengaruh Gaya Asing................................................................................................................3
D. Intangible Seni pra-sejarah indonesia.........................................................................................3

BAB III
KESIMPULAN.........................................................................................................................5
A.    Kesimpulan………....................................................................................................................6
B.     daftar pustaka............................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang mengandalkan indra penglihatan dan
indera peraba. Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari seni, terutama seni rupa. Bahkan sejak zaman
dahulu seni rupa sudah ada di dunia. Seni rupa PraSejarah diketahui dimulai pada 30.000-25.000
tahun yang lalu. Pada saat itu manusia hidup berpindah-pindah dari satu sumber makanan ke
sumber makanan yang lainnya secara berkelompok. Kelompok ini biasa disebut manusia
nomaden, para manusia nomaden ini biasanya menetap sebentar pada suatu tempat. Kondisi alam
pada saat itu masih sangat keras, manusia dipaksa untuk beradaptasi menggunakan
kreativitasnya untuk bertahan hidup. Mereka percaya bahwa alam mempunyai kekuatan tertentu
yaitu kekuatan gaib dan roh leluhur.
Salah satu peninggalan yang paling kuno dari kesenian Indonesia adalah lukisan pada dinding
gua-gua, seperti yang ditemukan di Papua, di Kepulauan Kei dan Seram hingga di Sulawesi Selatan.
Lukisan-lukisan tersebut antara lain berupa cap telapak tangan dan telapak kaki, gambar-gambar
manusia yang sederhana, gambar-gambar binatang seperti babi hutan, cecak, kadal, kura-kura, kerbau,
dan lain sebagainya (https://www.academia.edu/5318612/)
Teori-teori yang dikemukakan dalam mengungkap misteri seni rupa zaman prasejarah ini
didasarkan atas penelitian-penelitian yang kemprehensip. Peranan teknologi komputer dalam hal
pengukuran usia benda-benda temuan sangat membantu peneliti dalam melaksanakan tugansya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa gaya seni pada masa pra-sejarah
2. Apa bentuk dan pola hias
3. Bagaimana penaruh gaya asing
4. Bagaimana Intangible Seni pra-sejarah indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Geometris dan Pola Hias

Gaya tertib bentuk ini didasari oleh pemikiran manusia untuk menyusun dan menertibkan bentuk-
bentuk atau rupa. Gagasan ini mungkin juga berasal dari pengamatan manusia terhadap alam, karena
bentuk-bentuk alam seperti bunga, buah, pohon, dan berbagai jenis-jenisnya yang beragam itu tertib
dalam menyatakan bentunknya dan mengepresikan keindahan. Misalnya pada alam terdapat
perbandingan (proporsi) yang konsisten bentuknya, demikian juga dengan unsur warna dan tekstur.
Bentuk-bentuk "geometrik murni" seperti garis, lingkaran, segitiga dan sebagainya umumnya sulit
ditemukan di alam. Beberapa bentuk geometrik murni seperti lingkaran bentuk bulan, matahari,
cembung atau cekung pada waktu gerhana matahari dapat menarik masyarakat prasejarah untuk
menerapakannya pada benda-benda. Alat-alat wadah seperti jambangan dapat meniru labu atau
tempurung kelapa, bentuk silinder atau tabung ditemukan pada bambu, bentuk atap meniru bentuk
daun pisang. setelah 39 Sejarah Seni Rupa Indonesia Prasejarah sampai Jaman Kemerdekaan bentuk-
bentuk benda ditemukan, maka ada keinginan untuk menggambarkan tertib bentuk itu baik pada
bentuk benda maupun pada bentuk permukaan benda atau alat. Namun pengertian menghias pada
benda mungkin ditemukan secara kebetulan, misalnya dalam hal mengayam, terjadi pola-pola hias
tertentu pada bidang anyaman, pada waktu mencungkil-cungkil kayu terjadi bentuk secara tidak
sengaja. sebab peniruan bentuk alam sebenarnya memerlukan kesadaran yang tinggi terhadap
lingkungan, sedangkan kesadaran seperti itu mungkin belum besar. Goresan-goresan garis di pasir atau
tanah adalah pengalaman pertama yang mempesonakan masyarakat primitif tentang rupa geometrik.
Eksperimen dan penemuan bentuk dan rupa geometrik dapat dilanjutkan kepada benda-benda pakai
seperti jambangan, barang perunggu atau besi dan anyaman.

Beberapa dekorasi geometrik itu menurut Vander Hoop (1949) adalah motifhia anyaman, tumpal,
meander, lingkaran, tangga, titik-titik, garis-garis lurus, pilin, pilin berganda, swastika, huruf S dan
gabungan diantaranya.

B. Bentuk Imitasi dan Fantasi Primitif

Imitasi adalah peniruan sedagkan fantasi adalah khayalan. Konsep imitasi murni seperti pada seni
moderen tidak ditemukan pada masyarakat prasejarah dan primitif Indonesia. Ada beberapa alasan
imitasi itu tidak dilakukan secara sempurna.

1. Keterbatasan alat dan teknik untuk melakukan imitasi (peniruan); hal ini bukan saja ditemukan
pada kriya prasejarah tetapijuga pada kriya moderen misalnya, walaupun pengkriya menyadari
bentuk-bentuk diimiyasi, tetapi tidak mampu sampai kepada imitasi murni seperti yang dicapai
oleh teknik lain misalnya teknik lukis atau gambar.
2. Untuk sampai kepada imitasi murni dibutuhkan kesadaran yang tinggi tentang bentuk-bentuk
alam, tetapi keterbatasan pengetahuan seperti anatomi, proporsi, perspektif, ruang seperti jauh
dan dekat dan sebaginya menyebabkan masyarakat primitif hanya sampai kepada abstraksi
bentuk (sering di dalah artikan dengan stilasi/penggayaan bentuk alam). Abstraksi adalah suatu
cara dimana yang diambil adalah unsur-unsur yang dianggap penting dari bentuk (sari patinya)
dan meninggalkan bagian-bagian lain. Dapat dikatakan seni prasejarah atau primitif terlihat
lebih abstrak dari seni moderen sekalipun. Seni abstrak seperti oleh pelukis picasso (di Eropah)
banyak mengambil contoh dari seni primitif afrika atau timur lainnya.
3. Tujuan dekoratif bersamaan dengan tujuan Naratif (bercerita) dan simbolis. Hal ini dibuktikan
pada beberapa lukisan primitif di Kalimantan dan juga lukisan gua di beberapa tempat di
Indonesia setiap bentuk imitasi seperti gambar binatang, tumbuh-tumbuhan , alam dan manusia
bukanlah demi bentuk yang ditiru itu tetapi cenddrung dipakai sebagai lambang-lambang untuk
menceritakan sesuatu (alam roh, nenek moyang, atau peristiwa magi). Hal ini dapat dipahami
karena belum ada tulisan saat itu.

Beberapa bentuk motif hias prasejarah ini antara lain:

1. Jenis burung seperti ayam, enggang, merak.


2. jenis binatang di darat seperti: kijang, gajah ,harimau, babi, kerbau dan anjing
3. binatang Reptil dan yang hidup di air seperti: cecak, kadal atau biawak, ular/naga, kura-
kura, katak
4. alam benda seperti gunung, matahari, bulan bintang dan sebagainya
bentuk manusia

Tiap masyarakat suku di Indonesia memiliki mitos tersendiri mengenai binatang ini yang erat
hubungannya dengan toteisme (kepercayaanasal-usul nenek moyang) yang sifatnya arkaik
(berhubungan dengan masa lampau), Salah satu contoh interpretasi ini adalah burung enggang dianggap
sebgai lambang kelahiran manusia ke dunia. Pada suku Dayak dan Batak burung ini dianggap lambang
dunia roh, dan dipakai sebagai dekorasi di dinding rumah, pada ujung atap bangunan dan juga di
perahu. Ikon-ikon dan simbol bianatang kerbau lazim ditemukan pada dekorasi atap banguan dan
dekorasi benda lainnya Demikian juga tubuh manusia sudah menjadi daya tarik (pesona) sejak masa
prasejarah. Misalnya wajah, tangan atau alat kelamin. Tulisan ini tidak akan diuraikan makna-makna
dekorasi diatas, karena sudah banyak ditulis dalam buku lain, dan juga untuk menghindarkan
interpretasi yang berlebihan.
C. Pengaruh Gaya Asing

Pengaruh Seni asing yang masuk ke indonesia terutama di kalimantan, terlihat dari gaya seni
masyarakat Dayak. Yaitu pada ragamhias yang terdapat pada bangunan dan peralatan yang
memperlihatkan garis-garis lengkung yang tidak simetris. Gaya seni ini, maasuk pada pemerintahan
Chou di Cina, sehingga gaya eni ini sering juga disebut dengan gaya seni Chou.

D. Intangible Seni pra-sejarah indonesia

(Tangible cultural heritage) maupun warisan budaya tak benda (Intangible cultural heritage).
Keduanya membentuk sinergi yang sangat baik bagi kemajuan suatu bangsa. Bagaimana tidak?
Ketika sebuah bangsa memiliki serba-serbi warisan budaya yang khas dan menjadi daya tarik
tersendiri bagi bangsa asing, maka bangsa tersebut akan mendapatkan citra sebagai bangsa
adiluhung di mata dunia. Tak terkecuali bangsa kita, bangsa Indonesia. (Menyimak Budaya Jawa
Tengah Lewat Koleksi Museum Negeri Jawa Tengah Ronggowarsito.)

Dan masih dapat kita temui peninggalan-peninggalan seni rupa sampai saat ini, salah satu tempat yang
sangat kental mengandung unsur seni rupa Hindu budha yaitu di daerah Bali Dan ternyata seni rupa
Zaman hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga
pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan ajaran Hindu budha serta
Kesenianannya. ( www.academia.edu/27954191)
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jadi gaya seni pada masa pra-sejarah itu terbagi atas tiga macam yakni :
1. Bentuk Geometris dan Pola Hias
2. Bentuk Imitasi dan Fantasi Primitif
3. Pengaruh Gaya Asing

Seni rupa memiliki nilai estetika yang sangat tinggi, selain itu seni rupa juga mengandung arti.
Jika seseorang melihat hasil karya seni rupa yang sangat indah, orang tersebut dapat terhanyut dalam
keindahan hasil karya seni tersebut Tiap masyarakat suku di Indonesiapun memiliki mitos tersendiri
terkait masa pra-sejarah seni rupa.

Dan masi dapat di temui peninggalan-peninggalan seni rupa sampai saat ini, salah satu tempat yang
sangat kental mengandung unsur seni rupa Hindu budha yaitu di daerah Bali Dan ternyata seni rupa
Zaman hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga
pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan ajaran Hindu budha serta
Kesenianannya. ( www.academia.edu/27954191)
DAFTAR PUSTAKA

E.Ramadhan./_TUGAS_AKHIR_SENI_RUPA_PERKEMBANGAN_SEJARAH_SENI_RUPA_2_
DIMENSI https://www.academia.edu/27954191

Rasila Azman, /5318612/A._SENI_RUPA_ZAMAN_PRASEJARAH https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai