Anda di halaman 1dari 8

Evaluasi lingkungan untuk fondasi di daerah lapukan breksi vulkanik,

Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria)

EVALUASI LINGKUNGAN UNTUK FONDASI


DI DAERAH LAPUKAN BREKSI VULKANIK,
JATINANGOR, SUMEDANG, JAWA BARAT

Zufialdi Zakaria
Laboratorium Geologi Teknik, Jurusan Geologi, FMIPA, UNPAD

ABSTRACT
Jatinangor consist of volcanic brecia and its weathered. This terrain as development area. This
terrain is require some analysis to it land development, for example is foundation analysis. To anticipate
of negative impact as effect of foundation failure, hence requireded by calculation of bearing capacity.
Also required environmental analysis by Environmental Evaluation by identifying impact and also give
environmental management instruction and also environmental monitoring that started with location of
foundation at appropriate deepness. Monitoring herein can be done to condition of building (house,
bridge, drainage, road, street, etc.).
Keywords: Bearing capacity, environmental evaluation

ABSTRAK
Daerah Jatinangor terdiri atas breksi vulkanik dan lapukannya. Kawasan ini merupakan kawasan
pengembangan wilayah terpadu. Kawasan ini memerlukan berbagai analisis untuk pengembangan
wilayahnya, diantaranya adalah analisis untuk fondasi. Untuk mengantisipasi dampak negatif sebagai
akibat kegagalan fondasi, maka diperlukan perhitungan kapasitas dayadukung. Juga diperlukan analisis
lingkungan juga melalui Evaluasi Lingkungan dengan cara mengidentifikasi dampak serta memberikan
arahan manajemen lingkungan maupun pemantauan lingkungan yang dimulai dengan penempatan
fondasi pada kedalaman yang sesuai. Pemantauan selanjutnya dapat dilakukan terhadap kondisi
bangunan (rumah, jembatan, drainase dll.) dan keruntuhan pada jalan.
Kata kunci: Kapasitas dayadukung, evaluasi lingkungan

PENDAHULUAN hingga menurunkan nilai dayadukung


tanah, maka berkurangnya kualitas
Di kawasan pendidikan Jatinangor kestabilan lahan akan sangat mung-
hadir empat perguruan tinggi. Dengan kin terjadi.
adanya kompleks perguruan tinggi Berdasarkan informasi tersebut
tersebut, maka Jatinangor semakin maka pola tata ruang pengembangan
berkembang sesuai dengan kebutuh- lahan setempat secara optimal akan
an berbagai sarana penunjang bagi terencana sehingga tingkat kesesuai-
kawasan pendidikan. an lahan akan tercapai sesuai dengan
Pengembangan fisik wilayah/lahan kondisi fisik/mekanik tanah pada
memerlukan perencanaan berwawas- lahan bersangkutan. Dari bahasan di
an lingkungan, diantaranya perenca- atas dapat dirumuskan permasalahan
naan terhadap peletakan bangunan- sebagai berikut :
bangunan fasilitas dan sarana penun-  Sampai sejauh mana hubungan
jang lainnya. regresi dan korelasi antara bobot
Kendala yang melibatkan masalah satuan isi tanah (), kohesi (c) dan
tersebut sering terjadi terutama pada sudut-geser dalam tanah () de-
batuan dasar yang melapuk dan ber- ngan kenaikan kadar airtanah di
ubah menjadi tanah berbutir sangat lokasi penelitian?
halus. Fondasi bangunan yang stabil  Sampai sejauhmana hubungan
memerlukan dukungan kekuatan fisik- regresi dan korelasi antara kadar
mekanik tanah yang mantap. airtanah dengan dayadukung
Kehadiran kadar air akibat kena- tanah (qa) untuk fondasi segi-
ikan muka air tanah akan memperle- empat?
mah kondisi fisik/mekanik tanah se-

129
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 129-136

 Sejauh manakah antisipasi dapat nya pada musim hujan, kadar air ta-
dilakukan terhadap dampak ne- nah seringkali meningkat sehingga di
gatif yang dapat ditimbulkan oleh dalam tanah akan meningkatkan te-
kegiatan pengembangan fisik kanan air pori (  ) yang arahnya
wilayah di daerah ini? berlawanan dengan kekuatan ikatan
 Bagaimanakah evaluasi lingkung- antar butir (kohesi). Disamping itu
annya dan arahan pengelolaan jarak antar butir relatif menjadi lebih
lingkungan di sekitar daerah berjauhan sehingga kohesi maupun
tersebut dapat dilakukan? sudut geser dalam () menurun.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas,
Tujuan penelitian ini adalah untuk muncul hipotesis sebagai beri-kut:
mempelajari karakteristik tanah yang a) Kenaikan kadar air ataupun keha-
dipengaruhi kadar airtanah terhadap diran air tanah akan memperle-
dayadukung tanah fondasi dangkal mah sifat fisik/mekanik tanah;
maupun Faktor Keamanan Lereng, b) Kenaikan kadar air akan menurun-
untuk mengidentifikasi dan meng- kan dayadukung tanah;
analisa dayadukung tanah fondasi c) Penurunan daya dukung tanah dan
dangkal tipe segiempat (square) pada melemahnya sifat fisik tanah akan
kedalaman 2 meter. menyebabkan dampak negatif.
d) Besarnya dampak negatif ling-
BAHAN DAN METODA PENELITIAN kungan akan menyebabkan kua-
litas lingkungan menjadi buruk.
Bermacam bentuk / tipe fondasi
dapat direncanakan sesuai keperluan
Pekerjaan Di lapangan
dan rancang bangun yang telah diper-
timbangkan. Untuk fondasi dangkal Pekerjaan di lapangan meliputi pe-
dikenal fondasi tapak (spread nelaahan geologi teknik dan sampling
foundation). Beberapa bentuk tapak tanah tak terganggu melalui sumur-
adalah: bentuk lajur (continous), uji (test-pit) untuk mengetahui kon-
segiempat (square), dan melingkar disi asli. Kadar air tanah () di-
(round, circular). Berdasarkan studi upayakan tetap seperti pada saat
oleh Bowles (1984), hasil perhitung- pengambilan sampel. Sampel tanah
an dayadukung dengan cara Terzaghi diambil dengan tabung berdiameter 7
mempunyai nilai terkecil atau dalam cm dan panjang 45 cm pada sumur-
arti lain mempunyai nilai paling tinggi uji seluas 1 X 1,2 M. Tabung berisi
dalam mengantisipasi keruntuhan sampel tanah diangkat dan ditutupi
lereng. Dalam penelitian ini telah parafin di bagian atas dan bawah
dipilih fondasi bentuk segiempat. Cara tabung yang terbuka. Deskripsi tanah
perhitungannya pada Tabel 1. dilakukan kemudian dibuat profil
Daya dukung tanah bergantung tanah dan perkiraan muka air tanah.
dari kohesi (c; T/M2) dan sudut geser
dalam (Bowles, 1982) dan bobot Pekerjaan di Laboratorium
satuan isi tanah (, T/M3), kedalaman
Penelitian sifat fisik/mekanik tanah
fondasi dan lebar fondasi.
dari sampel tanah tak-terganggu ber-
Kohesi dan sudut-geser dalam
dasarkan standar ASTM (American
(o) pada massa tanah yang berkon-
Society for Testing and Materials)
disi kering (kadar air sangat kecil)
dilakukan di laboratorium mekanika-
biasanya memiliki harga yang tinggi.
tanah, terutama untuk mengetahui
Pada keadaan demikian kekuatan
sifat : kohesi (c, T/M2), sudut geser
kompresi uniaksial dapat mencapai 4
dalam (, o) dan bobot satuan isi
kg/cm2 (Teng, 1977), yang berdasar-
tanah (w, Ton/M3) yang diperlukan
kan standar kualitas lingkungan dinilai
dalam perhitungan dayadukung tanah
mempunyai kualitas lingkungan
dan desain untuk fondasi dangkal.
sangat baik (Fandeli, 1992). Sebalik-

130
Evaluasi lingkungan untuk fondasi di daerah lapukan breksi vulkanik,
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria)

Untuk mengetahui jenis dan klasi- sarnya merupakan manajemen dan


fikasi tanah dilakukan analisis besar pemeliharaan lingkungan agar tetap
butir dan batas-batas Atterberg yang stabil dan aman setelah rancang-
mencakup Indeks Plastisitas, Batas bangun dilakukan. Pengelolaan ling-
Plastis dan Batas Cair. Klasifikasi kungan terhadap dampak negatif
tanah plastis berdasarkan Diagram yang timbul perlu didasarkan kepada
Cassagrade. studi kelayakan teknik atau studi geo-
logi detail yang meliputi kajian geologi
Pekerjaan Studio teknik, mekanika tanah dan hidrogeo-
logi. Dampak lingkungan yang harus
Pekerjaan di studio mencakup
dikelola meliputi: jenis dampak, sum-
kajian data yang telah dihimpun. Data
ber dampak, dampak yang timbul,
penting sebelum survey ke lapangan
pengelolaan dampak dan pelaksana
adalah peta topografi skala 1:25.000,
pengelola. Sebagai upaya menunjang
peta geologi regional skala 1:100.000,
pengelolaan lingkungan dilaksanakan
dan peta hidrogeologi regional skala
pemantauan lingkungan yang meliputi
1:100.000.
faktor lingkungan yang dipantau, lo-
Analisis dan editing data lapang-
kasi pemantauan, bobot dan tolok
an/laboratorium dilakukan, dilanjut-
ukur dampak.
kan dengan perhitungan dan analisis
dayadukung tanah dangkal untuk fon-
dasi bentuk segiempat, kemudian di- HASIL DAN PEMBAHASAN
lanjutkan dengan kajian pemantauan
Geologi Daerah Penelitian
dan pengelolaan lingkungan setem-
pat meliputi konservasi lahan, saran Daerah penelitian dan sekitarnya
dan rekomendasi. termasuk zona fisiografi gunungapi
kuarter Jawa Barat. Bentangalam
Desain dayadukung Tanah daerah penelitian dan sekitarnya
meliputi perbukitan berelief sedang
Untuk mendapatkan dayadukung
dengan kemiringan sekitar 7o terma-
tanah yang aman perlu dilakukan
suk landai. Tanah lereng pada umum-
desain dan analisis. Tipe dan jenis
nya dibentuk oleh tanah pelapukan
fondasi maupun keamanan untuk
batuan di bawahnya. Elevasi berada
fondasi dangkal pada penelitian ini
pada ketinggian 700 sampai 800
telah ditentukan berbentuk segiempat
meter dari permukaan laut.
disertai penentuan dimensi dan keda-
Litologi daerah penelitian terma-
lamannya yang diambil pada keda-
suk ke dalam satuan batuan breksi
laman 2 meter. Perlindungan dan an-
Hasil Gunungapi Muda Tak Teruraikan
tisipasi terhadap keruntuhan tanah
yang terdiri atas breksi, lava, pasir
akibat fondasi dilakukan dengan
tufaan, lapili dan aglomerat umur
pendekatan yang meliputi aspek pe-
Kuarter, berasal dari G. Tangkuban-
milihan lahan, pemadatan, pengelola-
prahu dan G. Tampomas (Silitonga,
an drainase dan aspek lingkungan
1973). Sebagai endapan volkanik
secara keseluruhan diantaranya
yang tak teruraikan serta campuran
dengan melalui evaluasi lingkungan.
rempah gunungapi lepas dan padu,
maka kelulusan air di daerah tersebut
Evaluasi Lingkungan :
rendah sampai sedang.
Arahan Pengelolaan dan
Daerah penelitian termasuk lereng
Pemantauan Lingkungan
gunungapi strato, pada umumnya aki-
Evaluasi lingkungan memerlukan fer yang berkembang adalah akifer
arahan dalam merencanakan pengelo- dengan aliran melalui celahan dan
laan lingkungan dan pemantauan ter- ruang antar butir. Penyebaran akifer
hadap dampak lingkungan yang dike- luas dan produktivitas sedang, kete-
lola. Pengelolaan lingkungan pada da- rusan sangat beragam dan kedalaman

131
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 129-136

muka air tanah umumnya dalam, sebesar - 0,4870 (lihat Tabel 3).
debit sumur umumnya kurang dari 5 Pola dayadukung tanah di daerah
l/detik (Soetrisno, 1983). penelitian dapat diperkirakan ber-
Tanah di daerah penelitian pada dasarkan data dayadukung yang dida-
umumnya merupakan lapukan batuan pat dari perhitungan. Daerah peneliti-
breksi volkanik di bawahnya. Tanah an diasumsikan mempunyai tanah
lapukan tersebut sebagian berupa yang homogen yaitu pada umumnya
lempung plastisitas tinggi (CH), dan lanau berplastisitas tinggi (MH).
lanau plastisitas tinggi (MH) berwarna Berdasarkan hubungan linier
coklat kemerahan sampai coklat tua, antara kadar airtanah dengan kohesi
teguh, plastisitas relatif tinggi, ber- (c, T/M2), bobot satuan isi tanah (,
dasarkan Tabel 2, permeabilitas di- T/M3) maupun sudut geser dalam (,
o
perkirakan sangat rendah sampai ), nilai koefisien korelasi negatif
rendah untuk material jenis tersebut. artinya kenaikan kadar airtanah akan
menyebabkan penurunan kohesi,
Hasil Uji Sampel Tanah bobot satuan isi tanah maupun sudut
geser dalam di daerah tersebut.
Tanah di daerah penelitian pada
Demikian juga dalam hubungan kadar
umumnya diklasifikasikan menurut
airtanah dengan dayadukung tanah,
USCS ke dalam jenis tanah MH, yaitu
koefisien korelasi menunjukkan nilai
lanau dengan plastisitas tinggi dan
negatif yang menandakan bahwa ke-
sebagian berupa CH lempung plas-
naikan kadar airtanah akan memberi-
tisitas tinggi. Untuk perhitungan
kan penurunan nilai dayadukung
dayadukung tanah fondasi dangkal,
tanah (lihat Tabel 3 ).
maka sampel diambil pada kedalaman
Penurunan kohesi maupun sudut
kurang dari 2 meter (dangkal) dengan
geser dalam () karena peningkatan
cara pengambilan menggunakan
kadar airtanah diatas sejalan dengan
sumur-uji (test pit).
kenyataan bahwa adanya peran air di
dalam tanah yang memberikan te-
Analisis Dayadukung Tanah
kanan pori (), semakin banyak air
Analisis dayadukung tanah untuk yang terkandung dalam tanah, tekan-
fondasi dangkal menggunakan meto- an pori semakin besar. Oleh sebab itu
da Terzaghi. Dengan faktor keamanan salah satu upaya dalam pengelolaan
F = 3, cara Terzaghi ini dianggap lingkungannya adalah mengendalikan
mempunyai nilai yang aman dalam muka air tanah agar kadar airtanah
mengantisipasi keruntuhan dibanding masih berada pada batas-batas yang
metoda lain. Berdasarkan desain, dapat diantisipasi.
jenis fondasi yang akan dipilih dalam
kajian ini adalah jenis segiempat Evaluasi Lingkungan
Pada kondisi tidak ada muka air
Penempatan fondasi pada keda-
tanah atau muka air tanah sangat
laman yang memadai bagi peletakan
dalam (lebih dari 2,5 meter belum
bangunan diperlukan untuk menghin-
ada muka air tanah), pertambahan D
dari kemungkinan keruntuhan daya-
meter kedalaman akan meningkatkan
dukung tanah fondasi dangkal pada
dayadukung tanah yang peningkatan-
bangunan rumah atau bangunan /
nya bergantung kepada kondisi se-
sarana lainnya. Sumber dampak yang
tempat. Dayadukung tanah meningkat
perlu dikelola berupa kondisi tanah
mengikuti pola regresi qa = 69,7235
yang tidak stabil, bangunan melebihi
– 0,8399  dengan koefisien regresi
kekuatan daya-dukung yang diijin-
sebesar -0,7368 untuk jenis kerun-
kan, adanya peran air dalam tanah,
tuhan umum (general shear). Untuk
adanya fluktuasi air tanah dan curah
jenis keruntuhan lokal (local shear)
hujan tinggi. Dampak yang timbul dari
mengikuti pola regresi qa = 30,7527 –
sumber dampak tersebut berupa
0,3507  dengan koefisien regresi

132
Evaluasi lingkungan untuk fondasi di daerah lapukan breksi vulkanik,
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria)

kegagalan fondasi, daerah menjadi tidak menjadi lebih besar. Penelitian


bergelombang di sekitar bangunan khusus mengenai sifat fisik/mekanik
yang didirikan, retak-retak pada din- tanah diperlukan untuk mengetahui
ding/tembok bangunan maupun sara- kestabilan tanah terhadap keruntuhan
na lain, atau bangunan menjadi turun fondasi, untuk mengetahui penurun-
sebagian atau seluruhnya. an yang dapat terjadi setelah
Pengelolaan dampak merupakan beban (berupa bangunan) diberikan
upaya pencegahan dampak yang dan juga untuk mengetahui secara
timbul yaitu dengan desain fondasi, kualitatif tingkat keamanan tanah /
antara lain dengan penanaman fon- lereng. Kajian kondisi tanah tersebut
dasi dangkal sesuai daya-dukung diperlukan bagi perencanaan fondasi.
yang diijinkan dan/atau memilih ben-
tuk arsitektur bangunan agar tingkat KESIMPULAN DAN SARAN
keamanan dayadukung menjadi lebih
besar. Penggantian sebagian tanah 1. Berdasarkan hubungan kadar air-
dan mengurugnya dengan tanah ber- tanah () dengan kohesi (c ), su-
kualitas baik yang dilanjutkan dut geser dalam () dan dayadu-
dengan pemadatan dapat dilakukan kung tanah pada kedalaman dari 1
sebagai upaya mengurangi dampak sampai 2 meter, didapat hubung-
penurunan atau keruntuhan bangun- an dengan koefisien korelasi ne-
an. Desain drainase diperlukan seba- gatif yang berarti bahwa pening-
gai upaya pengendalian air tanah dan katan kadar airtanah akan me-
permukaan nurunkan c,  dan nilai dayadu-
Waktu pelaksanaan pengelolaan kung tanah.
dampak dapat dilakukan sejak dini 2. Dalam evaluasi lingkungan untuk
terutama setelah studi geologi teknik fondasi, maka pengelolaan fondasi
dilakukan. Setiap pengelolaan ling- maupun penempatan fondasi di-
kungan harus disertai pemantauan upayakan pada kedalaman yang
lingkungan yang dikelola. Hal ini mencukupi dengan terlebih dahulu
diperlukan untuk untuk antisipasi ter- menghitung dan merencanakan
hadap adanya kerusakan kecil dari tipe fondasi yang dipilih. Disaran-
setiap pengelolaan dampak. kan dalam peletakan fondasi pada
Dalam pemantauan lingkungan, lahan yang dianggap labil, upaya
perlu diperhatikan fluktuasi air tanah penggantian material lahan insitu
yang dapat mempengaruhi fondasi dengan material lain yang ber-
dalam waktu yang lama, terutama kualitas baik dapat dilakukan di-
untuk fondasi yang terletak di sekitar lanjutkan dengan pemadatan.
sungai atau di daerah labil lainnya. 3. Pengelolaan lingkungan lainnya
Faktor lingkungan yang dipantau adalah pengendalian air tanah dan
yaitu kondisi bangunan rumah mau- air permukaan dengan cara mem-
pun bangunan sarana lain seperti buat desain drainase. Pemantau-
jembatan dan saluran drainase. an terhadap fluktuasi muka air ta-
Lokasi pemantauan dapat dilakukan nah diperlukan pula dalam meng-
pada setiap dinding atau tembok antisipasi penurunan (settlement)
bangunan dan pada tanah sekitar setelah bangunan berdiri.
bangunan terutama ada/tidaknya ke- 4. Pemantauan terhadap kemungkin-
retakan pada tubuh bangunan atau an keruntuhan fondasi dilakukan
tanah sekitarnya. Keadaan karak- dengan melihat kondisi bangunan
teristik aliran sungai harus dipan- (rumah, jembatan, saluran draina-
tau terutama pada musim hujan. se dll.), keretakan bangunan di
Seperti telah diketahui bahwa jalan atau tanah di sekitarnya, dan
dalam pemantauan lingkungan, tonjolan tanah sekitar, serta kon-
kerusakan kecil yang terjadi harus disi tanah / jalan sekitar yang
se-gera ditanggulangi agar kerusakan datar atau bergelombang.

133
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 129-136

DAFTAR PUSTAKA Koerner, R.M., 1984, Construction &


Geotechnical Methods in Founda-
Bowles, J.E., 1984, Foundation tion Engineering, McGraw-Hill
Analysis and Design, Mc. Graw- Book Company, NY, pp. 1-55
Hill Int. Book Company, Singa- Lambe, T.W. , & Whitman, R.V., 1969,
pore, 3rd edition, p. 130-143 Soil mechanics, John Wiley &
Bowles, J.E., 1989, Sifat-sifat Fisis Sons Inc., New York, 553 p.
dan Geoteknis Tanah, Ed. 2, Silitonga, P., 1973, Peta Geologi Indo-
Erlangga, Jakarta, 561 hal. nesia Lembar Bandung Skala 1
Brunsden, D., & Prior, D.B., 1984, : 100.000, Pusat Penelitian dan
Slope Instability, John Wiley & Pengembangan Geologi, Bandung
Sons, Ltd., New York,620 p. Soetrisno, S., 1983, Peta Hodrogeo-
Craig, R.F., 1989, Mekanika Tanah, logi Indonesia Lembar V Bandung,
Edisi 4, Penerbit Erlangga, skala 1:250.000, Direktorat Geo-
Jakarta, 374 hal. logi Tata Lingkungan, Bandung
Das, Braja M., 1995, Mekanika Tanah Takeda, K., & Sosrodarsono, S., 1987,
Prinsip-prinsip Rekayasa Geote- Hidrologi untuk Pengairan, Prad-
knis, Erlangga, Jakarta 245 hal. nya Paramita, 226 hal.
Pangular, D., & Suroso, D., 1985, Teng, Wayne C., 1977, Foundation
Petunjuk & Penanggulangan Ge- Design, Prentice-Hall of India
rakan Tanah, Dep. Pekerjaan Private Ltd., New Delhi-110001,
Umum – Balitbang PU, 231 hal. 466p.
Fandeli, C., 1992, Analisis mengenai Terzaghi, K., & Peck., R.B., 1993,
dampak lingkungan, prinsip dasar Mekanika Tanah dalam Praktek
dan pemampanannya dalam pem- Rekayasa, Penerbit Erlangga,
bangunan, Liberty, Yogyakarta, Jakarta. 383 hal.
346 hal,

Tabel 1. Jenis fondasi dan rumus dayadukung berdasarkan cara Terzaghi

Jenis Fondasi Kapasitas dayadukung (Terzaghi)


Segi empat qult = 1,3 c.Nc + q.Nq + 0,4  B N

Keterangan :
qult = ultimate soil bearing capacity c = kohesi tanah
q =  x D (bobot satuan isi tanah x kedalaman) B = dimensi lebar (diameter fondasi)
 = sudut geser dalam Nc, Nq, N, = Faktor dayadukung bergantung 

134
Evaluasi lingkungan untuk fondasi di daerah lapukan breksi vulkanik,
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (Zufialdi Zakaria)

Tabel 2. Kelas dan nilai relatif koefisien permeabilitas

Jenis Tanah Koefisien Tingkat Permeabilitas


Permeabilitas
Lapisan lanau dan lempung 10-6 – 10-4 Sangat rendah – rendah
Lapisan batupasir lanauan
10-4 – 10-3 Rendah
Lempung yang mengalami
peng-awetan dan bercelah 10-2 Sedang – tinggi
Tanah kedap air disebabkan
pelapukan oleh organisme 10-7 Sangat rendah
Lempung tak bercelah dan
lempung lanau (> 20%
lempung); tanah tak lulus air; Sangat rendah
homogen 10-9 – 10-7

(Modifikasi dari : Dept. PU - Balitbang PU, 1986; Takeda & Soedarsono, 1987; Craig, 1989)

Tabel 3. Hubungan kadar airtanah (), kohesi (c), sudut geser dalam () dan
dayadukung tanah (qa, kedalaman 2 m) tipe fondasi segiempat

Jenis hubungan Rumus Regresi Koefisien Regresi (r)


Kadar airtanah vs kohesi ( c)
c = 7,8211 – 0.0772  - 0.4670
Kadar airtanah () vs
sudut geser dalam ()  = 28,8579 – 0,2850  - 0,6746
Kadar airtanah () vs
Bobot satuan isi tanah ()  = 2,1551 – 0,0069  -0,9779
Dayadukung kondisi keruntuhan
umum (general) vs kadar air tanah qa = 69,7235 – 0,8399  - 0,7368
(kedalaman – 2,00 M
Dayadukung kondisi keruntuhan
lokal (local) vs kadar air tanah qa = 30,7527 – 0,3507  - 0,4870
(kedalaman – 2,00 M

Tabel 4. Hasil Perhitungan Dayadukung Tanah

Sumur Kedalaman Klasifikasi Dayadukung Tanah


Kadar Air Tanah
No. (qa, T/M2)
Uji (Meter)  Tanah
Umum Lokal
1 Jtn-01 2.00 - 2.50 50.63 MH 30.274 15.212
2 Jtn-02 2.00 - 2.50 51.24 MH 27.174 4.486
3 Jtn-03 2.00 - 2.50 59.66 MH 21.874 11.768
4 Jtn-04 2.00 - 2.50 59.44 MH 11.606 7.001
5 Jtn-05 2.00 - 2.50 48.10 MH 29.516 14.483
6 Jtn-06 2.00 - 2.50 54.00 CH 24.797 13.429
7 Jtn-09 2.00 - 2.50 41.37 MH 27.633 13.954
8 Jtn-10 2.00 - 2.50 45.78 MH 38.039 19.856
9 Jtn-12 2.00 – 2.50 57.26 MH 23.939 12.640

135
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006 : 129-136

Gambar 1. Lokasi penelitian

136

Anda mungkin juga menyukai