Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

A. Latar Belakang Pendirian Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da‘wah amar ma‘rū f nahī

munkar berasas Islam bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang didirikan

oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330, bertepatan pada

tanggal 18 November 1912 di kota Yogyakarta. Muhammadiyah berdiri

dengan tujuan untuk mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Nabi

Muhammad saw.

Dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam

semata-mata demi terwujud nya ‘izzul Islā m wal muslimīn yaitu kejayaan

Islam sebagai kemuliaan hidup umat Islam.1 Dalam perkembangan

Persyarikatan Muhammadiyah yang semakin menunjukkan arti perannya

dalam kehidupan beragama, juga aspek-aspek lain di luar agama seperti

ekonomi, sosial, pendidikan dan sebagainya, maka semakin membutuhkan

kinerja yang kuat untuk selalu memperjuangkan Persyarikatan

Muhammadiyah.

Untuk itu diperlukan berbagai strategi dalam usaha membentuk

kader-kader Muhammadiyah yang tangguh. Pada awal rintisanya,

Muhammadiyah telah mengambil langkah strategis dalam bentuk yang nyata

dan permanen, yakni dengan mengadakan pendidikan kader dalam lembaga

formal yang diharapkan mampu menjadi anak panah Muhammadiyah yang

ketika dilepas dari busurnya akan dapat mengenai sasaran dan dapat

memberikan warna pada sasaran yang dituju.2 Hal ini diimbangi dengan

organisasi-organisasi yang berdiri di Muhammadiyah, yaitu organisasi

otonom (Ortom) Muhammadiyah yang diberikan kebebasan dalam

menjalankan Organisasi tersebut antara lain, Aisyiah, Nasyiatul Aisyiah (NA),

Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),

1
Tapak Suci Putra Muhammadiyah (TS), 3 yang diharapkan mampu

memperkokoh eksistensi Persyarikatan Muhammadiyah.

Muhammadiyah yang kini berusia 107 tahun, pada tataran yang

lebih sempit kiprah sekolah atau lembaga pendidikan Muhammadiyah yaitu

Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi dan yang tidak

ketinggalan adalah Pondok Pesantren (PP), sebagai wadah perkaderan yang

signifikan dalam pembentukan pendewasaan karakter pada setiap individu.

Sekolah, Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan Muhammadiyah di

Indonesia tentunya memiliki komitmen yang sama untuk membesarkan

bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan, dimana para siswa dikenalkan

dengan pemahaman-pemahaman Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, visi dan

misi Persyarikatan Muhammadiyah serta kajian-kajian akademik yang

relevan. Pengenalan ini setidaknya mampu membentuk karakter dan

kapasitas intelektual kader muda Muhammadiyah akan jiwa kepemimpinan.

B. Tujuan Didirikan Muhammadiyah.

Ketika berbicara muhammadiyah tidak akan pernah lepas dari K.H

Ahmad Dahlan itu sendiri. Sebagai ketua umum muhammadiyah beliau

jugalah yangg mendirikan muhammadiyah. Dengan berlanfdaskan pada tafsir

QS. Al-Imrann ayat 104 “ dan hendaklah ada golongan diantara kamu

menyeruh kepada yang ma’ruff dan mencegah dariyang mungkar...” bahwa

golongan umat yang dikatakan beruntung adalah yang mau untuk menyeruh

kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Yang memang pada

masa itu, keadaan kaum yogyakarta yang mayoritas masih di dominasi oleh

kaum abangan  sehinggga kegiatan pribadatan masih tercampur oleh budaya-

budaya hindu-budha yang menjadikan agama islam  tidak murni lagi. Pada

masa itu kaum muslim khususnya di yogyakarta walaupun beragama islam

2
tapi masih tercampur dengan animisme dan dinamisme.  Hal ini terliihat

denggan adanya sesajen, ruwutan, dll yang dalam muhammadiyah dikenal

denggan istilah penyakit TBC (tahayul, bid’ah,curofat).

Dari semangat  berjuang inilah kemudian muncul rumusan untuk

mendirikan organisasi kemasyarakkatan. pada awal berdirinya masih

mencakup ruang lingkup yang kecil yaitu sekitar kerisidenan yogyakarta,

tetapi kemudian meluas ddan berkembang hingga seluruh indonnesia 

bahkan sampaii keluar negri. Dengan tujuan menciptakan masyarakat  islam

yang sebenar benarnya, artinya adalah masyarakat islam yang sesuai dengan

sunnah dan alquran tidak lebih dan tidak kurang. Yang harapanya akan

terwujud masyarakat islam yang adil, makmur dan sejahtera.

1. Faktor-faktor Penyebab Berdirinya Muhammadiyah adalah :

Organisasi yang didirikan oleh KHA. Dahlan pada tanggal 8

Dzulhijjah 1330 atau 18 Nopember 1912 di Yogyakarta.  Ada beberapa

alasan yang sering dikemukakan oleh kalangan Muhammadiyah  yang

menyebab kan K.H.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi ini adalah sbb :

a. Beliau melihat bahwa umat Islam tidak memegang teguh Al Quran

dan As Sunnah dalam beramal dan bertauhid sehingga takhayyul,

khurafat, bid’ah dan syirik meraja- lela, akhlak masyarakat runtuh.

Akibatnya amalan-amalan mereka bercampur baur antara yang benar

dan yang salah.

b. Lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada masa itu tidak efisien.

Pesantren yang menjadi lembaga pendidikan kalangan bawah pada

masa itu dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan

masyarakat. Pada waktu itu pendidikan di Indonesia terpecah dalam

dua model, yaitu model pendidikan sekuler yang dikembangkan oleh

Belanda dan pendidikan pesantren yang hany mengajarkan ilmu-

3
ilmu agama saja. Akibatnya timbul jurang pemisah yang sangat dalam

antara golongan yang mendapat pendidikan sekuler dengan golongan

yang berpendidikan pesantren. Hal ini juga yang menjadi penyebab

pecahnya rasa persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) dikalangan umat

Islam sendiri, yang akhirnya melemahkan kekuatan Islam.

c. Kemiskinan menimpa rakyat Indonesia yang mayoritas umat Islam

yang sebagian besar adalah petani dan buruh. Orang kaya hanya

mementingkan dirinya sendiri, dan banyak ulama lupa mengingatkan

umatnya bahwa Islam mewajibkan zakat bagi si kaya, sehingga hak-

hak orang miskin terabaikan.

d. Kebanyakan umat Islam hidup dalam fanatisme yang sempit,

bertaklid buta dan berpikir secara dogmatis. Kehidupan umat Islam

masih diwarnai konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme.

e. Aktivitas misi Katolik dan Protestan sudah aktif beroperasi sejak awal

abad ke 19, dan sekolah-sekolah misi itu mendapat subsidi dari

pemerintah Belanda. 

2. Gerakan Muhammadiyah

Melihat keadaan umat Islam yang demikian itulah, dan didorong

oleh pemahaman yang mendalam terhadap surat Ali Imron ayat 104,

KHA Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi

pembaharu dan mengajak umat Islam untuk kembali beribadah,

bertauhid dan berakhlak sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Sunnah

Rasul.

Pada mulanya Muhammadiyah, sesuai dengan perkembangan

yang berkembang pada awal berdirinya melakukan aktivitas-aktivitas

sbb :

a. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh-pengaruh dan

kebiasaan-kebiasaan yang tidak Islami. Hal ini dilakukan dengan

4
menggiatkan dan meperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk

mendapatkan kemurniannya, memperteguh iman, memperkuat

ibadah, dan menggembirakan dakwah amar makruf hani munkar,

serta memelihara tempat-tempat ibadah dan wakaf.

b. Mengadakan reformulasi doktrin-doktrin Islam dengan pandangan

alam pikiran modern.

c. Mengadakan reformasi ajaran-ajaran dan pendidikan Islam dengan

memberikan pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah Belanda dan

mendirikan sekolah-sekolah sendiri yang berbeda pola dengan

pendidikan pesantren, yakni memberikan pelajaran agama dan umum

secara bersama-sama.

d. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan-serangan dari luar

dengan jalan membentengi para pemuda, wanita, pelajar, rakyat biasa

dengan membangkitkan kesadaran beragama mereka, dan berusaha

untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupan mereka sesuai dengan

ajaran-ajaran Islam. Rasa persatuan dan ukhuwah Islamiyah di kalangan

umat Islam digalang kembali.

Tujuan Muhammadiyah sebagai yang dikemukakan di atas menjadi

titik tolak dalam merumuskan ideal atau landasan cita-cita Muhammadiyah

yang disebut dengan  “Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.” 

Landasan ideal ini memberikan gambaran tentang pandangan hidup

Muhammadiyah, tujuan hidup Muhammadiyah  serta metode untuk

mencapai tujuan hidup tersebut.  Matan “Keyakinan dan Cita-cita Hidup

Muhammadiyah yang dirumuskan dalam sidang Tanwir (Institusi tertinggi

dalam Muhammadiyah, setingkat di bawah Muktamar) pada tahun 1978

menjelang Muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta, membuat

prinsip-prinsip sebagai berikut :

5
1. Muhammadiyah adalah gerakan yang berazaskan Islam, bekerja dan

bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba

dan khalifah di muka bumi.

2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah SWT

yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim,

Musa, Isa dan seterusnya sampai pada nabi penutup Muhammad saw

sebagai hidayah dan rahmat Allah SWT kepada umat manusia sepanjang

masa dan menjamin kesejahteraan material dan spritual, duniawi dan

ukhrowi.

3. Muhammadiyah mengamalkan Islam berdasarkan Al Quran dan  Sunnah

Rasulullah saw, serta menggunakan akal pikiran sesuai dengan ajaran

Islam.

4. Muhammadiyah bekerja demi terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang

meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah (kemasyarakatan)

duniawi.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang

mendapat karunia Allah SWT berupa tanah air yang mempunyai sumber-

sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia

yang berfalsafah Pancasila, untuk berusaha bersama-sama

menjadikannya suatu negara adil dan makmur yang diridlai Allah SWT

C.  PROSES BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Sebagai tahap awal untuk mendeklarasikan muhammmadiyah

Ahmad Dahlan melakukan kontak dengan Budi Utomo dengan tujuan ingin

belajar tentang manajemen organisasi dari Budi Utomo. Dan pada akhirnya

Ahmad Dahlan diterima dan bisa bergabung dengan Budi Utomo sekaligus

dijadikan sebagai penasihat untuk masalah – masalah agama. Kedudukan

6
Ahmad Dahlan di Budi Utomo ini dimanfaatkan untuk belajar tentang duahal

yaitu, belajar ilmu organisasi dan kedua sebagai sarana aktualisasi ajaran

islam.

Pada tahun 1911 Ahmad Dahlan mendirikan sekolah rakyat, yang

diberi nama “ Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah “ yang menggabungkan

dua sistem pendidikan yaitu sistem pesantrendan sistem pendidikan

barat.Jumlah murid pertama di Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Islamiyah hanya

9 orang, itupun dari keluarga sendiri. Dalam tempo setengah tahun jumlah

murid menjadi 20 orang, memasuki bulan ke7 sekolah tersebut memperoleh

bantuan guru bernama Kalil dari Budi Utomo.

Berdiskusi dengan guru-guru Kwekschool Sebelum Muhammadiyah

resmi dideklarasikan ada 5 langkah yang telah diambil oleh Ahmad Dahlan

sebagai proses awal untuk mendirikan Muhammadiyah :

1. Berdiskusi dengan guru-guru KwekschoolBerdiskusi dengan orang-

orang dekat untuk mencari nama yang tepat bagi organisasi yang akan

didirikan

2. Mengajukan permohonan kepada Hoofdbestuur Budi Oetomo agar

mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk berdirinya

Muhammadiyah.

3. Mengadakan rapat-rapat persiapan peresmian berdirinya

Muhammadiyah.

4. Memproklamirkan berdirinya Muhammadiyah

5. Susunan pengurus muhammadiyah yang pertama sebagaimana

tercantum dalam surat izin dari persetujuan sri sultan :Presiden / Ketua:

K. H. Ahmad Dahlan Sekretaris : H. Abdulah Siradj Anggota : H. Ahmad H.

Abdur Rahman RH. Djailani H. Anies H. Muhammad Fakih

7
PERANAN MUHAMMADIYAH DALAM MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BANGSA

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam sekaligus kekuatan nasional sejak

awal berdirinya pada tahun 1912 sampai kini telah berjuang dalam pergerakan

kemerdekaan dan melalui para tokohnya terlibat aktif mendirikan Negara

Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Para pendiri

Republik ini sungguh bijaksana karena mereka telah merumuskan salah satu tugas

utama Pemerintahan Indonesia ialah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kata

“cerdas”artinya“sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir, mengerti,

dan tajam pikiran; serta sempurna pertumbuhan tubuhnya  menjadi sehat dan

kuat”. Kata “mencerdaskan” ialah “menjadikan cerdas; mengusahakan dan

sebagainya supaya sempurna akal budinya”. Objek yang dicerdaskan bukan hanya

manusianya, tetapi secara keseluruhan yakni kehidupannya, sehingga menyangkut

dimensi mencerdaskan budaya, sistem, dan lingkungan sehingga luas cakupannya

dalam perikehidupan kebangsaan.

Dalam persepektif Islam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa identik

dengan membangun bangsa yang berkebudayaan Iqra dan membentuk peradaban

maju yang cerah-mencerahkan dalam rancang-bangun  “al-madinah al-

munawwarah”.

Muhammadiyah sepanjang gerakannya memiliki komitmen dan tanggung

jawab tinggi untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana dicita-

citakan para pendiri bangsa. Para tokoh Muhammadiyah seperti K.H. Ahmad

Dahlan, K.H. Mas Mansyur, Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Muzakkir, Kasman

Singodimedjo, Panglima Besar Jenderal Soedirman, Ir. Djuanda, dan pemimpin-

pemimpin lainnya, telah turut-serta dalam memperjuangkan kemerdekaan dan

menjadi bagian penting yang berperan-aktif dalam meletakkan fondasi Negara

8
Republik Indonesia. Kiprah Muhammadiyah tersebut melekat dengan nilai dan

pandangan Islam yang berkemajuan.

Pendiri Muhammadiyah sejak awal pergerakannya senantiasa berorientasi

pada sikap dan gagasan yang berkemajuan. Sebab, Muhammadiyah sungguh-

sungguh percaya bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai

kemajuan. Islam adalah agama kemajuan (din al-hadlarah) yang diturunkan untuk

mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan dan membawa rahmat

bagi semesta alam. Muhammadiyah, dengan pandangan Islam Berkemajuan,

senantiasa berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan. Oleh karena itu, Muhammadiyah dan umat Islam merupakan

bagian integral dari bangsa ini. Dalam hal ini, tidak ada bukti yang lebih kuat

daripada peran historis mereka di dalam membangun Indonesia sejak periode

pergerakan kebangkitan nasional hingga masa kemerdekaan. Melalui keterlibatan

tokohnya seperti Ki Bagus Hadikusumo, Muhammadiyah mengambil peran sangat

menentukan dalam perumusan final sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang

Maha Esa.

Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan sumbangan besar di

dalam upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan

politik Islam yang berwawasan kebangsaaan di tengah pertarungan berbagai

ideologi dunia. Muhammadiyah memiliki wawasan kebangsaan yang tegas: bahwa

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945

merupakan konsensus nasional (dar al-‘ahdi) yang mengikat seluruh komponen

bangsa sekaligus bukti sebagai kekuatan perekat, pemersatu, dan pembangun

bangsa (dar al-syahadah). Pandangan dan sikap kebangsaanini sejalan dengan

wawasan kemanusiaan universal sesuai dengan pesan Allah dalam Al Qur’an

berikut:

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

9
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

(QS Al-Hujarat/ 49: 13).

Wawasan kebangsaan dan kemanusiaan tersebut juga sejalan dengan misi dakwah

Muhammadiyah sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran sebagai berikut:

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran/3: 104). 

Muhammadiyah telah berbuat senyata-nyatanya untuk mencerdaskan dan

memajukan kehidupan bangsa di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial,

pemberdayaan masyarakat. Apa yang selama ini dikerjakan Muhammadiyah telah

diakui oleh masyarakat luas dan juga oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam

kerangka itu, pemerintah menetapkan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Pahlawan

Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 657 tanggal 27 Desember 1961,

dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Kepeloporan dalam kebangunan umat Islam Indonesia untuk menyadari

nasibnya sebagai bangsa terjajah yang harus belajar dan berbuat.

2. Memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya, ajaran yang

menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat.

3. Memelopori  amal-usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi

kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam

4. Melalui organisasi ‘Aisyiyah telah memelopori kebangunan wanita bangsa

Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan

kaum pria.

10
Setelah Indonesia merdeka, pada berbagai periode pemerintahan hingga

periode reformasi, pengabdian Muhammadiyah terhadap bangsa dan negera terus

berlanjut. Khidmat kebangsaan ini didorong oleh keinginan yang kuatagar

Indonesia mampu melangkah ke depan sejalan dengan cita-cita kemerdekaan.

Inilah bukti bahwa Muhammadiyah benar-benar “berkeringat” di dalam usaha-

usaha mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa, lebih khusus di bidang

pendidikan, kesehatan, dan sosial. Gerak pendidikan Muhammadiyah, selain aspek

kesehatan dan lainnya, tersebar di seluruh tanah air hingga ke pelosok-pelosok

terjauh, terdepan, dan tertinggal dari wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Muhammadiyah meyakini bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan untuk

menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan, yakni terciptanya kehidupan

kebangsaan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sebagaimana

yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Demikian pula, Muhammadiyah

percaya bahwa bangsa dan negara ini dapat menyelesaikan masalah-masalah berat

yang dihadapinya. Optimisme ini terbangun karena bangsa Indonesia

sesungguhnya memiliki modal sejarah yang penting dan berharga untuk menjadi

negara bekemajuan. Pencapaian Indonesia yang berkemajuan tersebut

mensyaratkan perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak: pemerintah,

warga negara, dan seluruh komponen bangsa, disertai tekad, kebersamaan, dan

pengerahan potensi nasional secara optimal. Ini semua memerlukan rekonstruksi

kehidupan kebangsaan yang bermakna yang sejalan dengan jiwa dan cita-cita

nasional sebagaimana digariskan oleh para pendiri bangsa yang terkandung dalam

Pembukaan UUD 1945.

Karenanya, sebagai bentuk komitmen moral dan tanggung jawab

kesejarahan yang melekat dalam jiwa pergerakan, serta didorong oleh kehendak

untuk mewujudkan cita-cita nasional, Muhammadiyah merumuskan pandangan

atau pemikiran dasar mengenai Indonesia Berkemajuan, yang mungkin dicapai

11
melalui rekonstruksi kehidupan kebangsaan yang bermakna. Artinya kemajuan

Indonesia itu bukan hanya fisik dan lahiriah semata, tetapi harus disertai nilai-nilai

bermakna yang bersumber pada Agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.

Dalam meraih Indonesia berkemajuan di tengah tantangan dunia yang semakin

kompetitif di era Industri 4.0 dengan segala masalah dan tantangannnya maka

diperlukan kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas unggul, yakni

manusia Indonsia yangberkarakter utama dan berkecerdasan tinggi.

Manusia yang berkarakter utama ialah insan yang berkahlak mulia (al-

akhlaq al-karimah) yang ditunjukkan dengan sikap saleh, jujur, amanat, mandiri,

kerja keras, dan berperangai terbaik sebagai individu maupun insan sosial.

Manusia yang cerdas adalah manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kekuatan

akal budi, moral, dan ilmu pengetahuan yang unggul untuk memahami realitas

persoalan serta mampu membangun kehidupan kebangsaan yang bermakna bagi

terwujudnya cita-cita nasional. Manusia Indonesia yang cerdas memiliki fondasi

iman dan taqwa yang kokoh, kekuatan intelektual yang berkualitas, kepribadian

yang utama, dan menjadi pelaku kehidupan kebangsaan yang positif sesuai dengan

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sumberdaya manusia Indonesia yang berkarakter utama dan cerdas 

hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan yang "mencerdaskan kehidupan

bangsa" sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945. Pendidikan tersebut

dalam prosesnya tidak hanya menekankan pada kemampuan membaca, menulis,

dan berhitung, tetapi sekaligus sebagai proses aktualisasi diri yang mendorong

peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan tinggi dan berkeadaban mulia.

Karenanya, pendidikan nasional yang selama ini berlaku harus

direkonstruksi menjadi sistem pendidikan yang mencerahkan, dengan visi

terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan

berkemajuan. Sedangkan misinya ialah: 

12
1. Mendidik manusia agar memiliki kesadaran ilahiah, jujur, dan berkepribadian

mulia.

2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki jiwa pembaruan, berfikir

cerdas, kreatif, inovatif, dan berwawasan luas.

3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wira

usaha, dan kompetetif

4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup

dan ketrampilan sosial, teknologi, informasi, dan komunikasi.

5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, daya-

cipta, dan kemampuan mengapresiasi karya seni-budaya.

6. Membentuk kader bangsa yang ikhlas, bermoral, peka, peduli, serta

bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Pendidikan

nasional yang holistik tersebut melibatkan seluruh elemen bangsa sehingga

menjadi gerakan dan strategi kebudayaan nasional yang menyeluruh menuju

kemajuan hidup bangsa yang bermartabat.

Jumlah penduduk Indonesia yang besar memiliki arti strategis bagi

pengembangan sumberdaya manusia yang unggul dan berfungsinya lembaga

pendidikan holistik menuju Indonesia berkemajuan. Oleh karena itu,

kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi setiap warga negara harus

menjadi tanggungjawab pemerintah secara mutlak. Masyarakat perlu

menyadari bahwa jumlah yang besar tanpa didukung dengan kualitas yang

tinggi tidak akan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Bangsa-

bangsa lain di Asia seperti Cina, Jepang, dan India berkembang menjadi 

kekuatan baru di dunia, yang berpeluang  menggantikan kekuatan ekonomi

Barat. Itu semua dimungkinkan karena ketersediaan sumberdaya manusia

yang berkualitas unggul.

Pendidikan nasional selain mampu menghasilkan manusia Indonesia

yang cerdas juga dapat membentuk watak perilaku utama. Dalam kehidupan

13
masyarakat, karakter utama itu muncul dalam sifat keteladanan, keadilan,

kejujuran, kebenaran, keberanian, kemerdekaan, kedisiplinan, dan

tanggungjawab. Nilai-nilai utama tersebut harus melekat menjadi karakter

bangsa untuk melawan penyakit mental yang cenderung hedonis, konsumtif,

dan menerabas, yang menyebabkan bangsa Indonesia tertinggal dari bangsa-

bangsa lain. Bangsa Indonesia tidak akan tiba-tiba maju dan mampu

menghadapi serta berkualitas unggul di era revolusi industri 4.0 secara

instan dan dangkal. Perlu gerakan pendidikan dan rekonstruksi nasional

yang “mencerdaskan kehidupan bangsa” secara sistematis dan berkelanjutan

melalui proses yang “long term” atau jangka panjang dan multidimensi.

Apalah artinya generasi bangsa berkeahlian secara teknis atau instrumental

dalam penguasaan teknologi informasi dan aspek kognisi semata tanpa

topangan basis karakter dan budaya cerdas yang dibentuk secara tersistem

dan terus menerus melalui pendidikan nasional dan rancang-bangun

perikehidupan kebangsaan yang mapan berkemajuan. Dalam kenyataan

terjadi kemungkinan bahwa sebagai bangsa secara kolektif cenderung abai

dengan warisan para pendiri negeri yang sangat berharga ini, yakni

mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga yang menyeruak ke permukaan

ialah sederet jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang instan dan kerdil yang

bermakna ketidakcerdasan. Pendidikan pun seolah harus dibawa ke serba

teknologi digital dan urusan ekonomi, padahal pendidikan yang benar harus

sepenuhnya urusan membangun akal budi secara luas, termasuk mendidik

karakter bangsa secara berkelanjutan. Aspek teknologi memang penting

seirama dengan kemajuan zaman, tetapi merupakan faktor pendukung bagi

usaha mendasar dalam pendidikan yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Dalam bait lagu Indonesia Raya sangatlah terang pesan kebangsaan:

“Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”. Proses membangun jiwa-raga

14
dan akal-budi sungguh tidak dapat melompat secara tiba-tiba, tetapi harus

sistemik dan berkelanjutan.

Dalam bidang pendidikan, Muhammdiyah telah berkiprah nyata dan

memberi kontribusi strategis yang besar bagi usaha mencerdaskan

kehidupan bangsa sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa. Kiprah

dan kontribusi Muhammadiyah di bidang pendidikan dalam usaha

mncerdaskan kehidupan  bangsa sungguh besar. Muhammadiyah selain ikut

aktif mendirikan Republik ini, juga sepanjang sejarah perjalanannya satu

abad lebih berjuang untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa

mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Apalah jadinya bangsa dan negara ini

jika tanpa Muhammadiyah dan kekuatan bangsa yang lainnya. Karenanya

Muhammadiyah terus bermitra aktif dan konstruktif dengan pemerintah dan

seluruh kekutanan bangsa untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Di seluruh pelosok tanah air, di sejumlah daerah terjauh bahkan

lembaga pendidikan Muhammadiyah berdirimencerdaskan masyarakat

setempat, ketika pemerintah belum sepenuhnya menyelenggarakan,

sehingga keberadaannya sangat diperlukan penduduk tanpa memebedakan

golongan, suku bangsa, agama, dan primordialisme. Muhammadiyah benar-

benar inklusif, profesional, dan berbuat untuk bangsa dalam dunia nyata,

bukan dalam kata-kata dan politik retorika. Peran Muhammadiyah dalam

bidang pendidikan, selain kesehatan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat

berlangsung meluas dan menjadi kekuatan strategis bangsa. Namun

kehadiran Muhammadiyah kadang tidak populer dan menggema karena etos

gerakannyan “sedikit bicara, banyak bekerja”. Pengorbanan, kerja keras, dan

kiprah nyata Muhammadiyah sangatlah besar dalam mencerdaskan dan

memajukan bangsa di seluruh persada negeri hingga ke daerah terdepan,

terjauh, dan tertinggal sehingga betul-betul berskala nasional secara luas.

Muhammadiyah menjadi kekuatan strategis bagi masa depan Indonesia.

15
Ketika Indonesia harus memfokuskan diri pada pembangunan sumberdaya

manusia guna memasuki era revolusi industri 4.0 yang penuh tantangan dan

kompetisi, maka keberadaan dan peran Muhammadiyah dengan lembaga

pendidikannya yang besar dan berkualitas  sangatlah niscaya dan

menentukan. Kehadiran Muhammadiyah bukan karena jumlah massa tetapi

karena kualitas dan modal strategis untuk kemajuan bangsa di tengah

persaingan yang semakin kompetitif. Muhammadiyah baik dalam pemikiran

maupun dalam dunia nyata telah membuktikan dan terus bergerak secara

luas dalam usaha “mencerdaskan kehidupan bangsa” hingga usia ke-107

tahun yang sangat diperlukan bagi kepentingan masa depan menuju

Indonesia Berkemajuan!

16
KARYA TULIS

SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Penulis,

EKO SETIAWAN, S.Kom

Haurgeulis, 30 November 2019


Mengetahui,
Kepala SMK Muh Haurgeulis Penulis

Suparman, S.Pd. Ing Eko Setiawan, S.Kom

Menyetujui,
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Haurgeulis

................................................

17

Anda mungkin juga menyukai