Disusun Oleh :
FAJRINA ISRAINI TANJUNG
180503172
2021
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB IV : PENUTUP......................................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku” (IAPI, 2015 : 4). Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan
tujuan umum, opini tersebut menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam segala hal yang material atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai
kerangka pelaporan keuangan. Suatu audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan
persyaratan etika yang relevan memungkinkan auditor memberikan pendapat tersebut.
Tanggung jawab auditor terletak pada opini atau pernyataan pendapat atas laporan
keuangan sedangkan penyajian laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab
manajemen. Kriteria utama bagi seorang auditor dalam memberikan jasa audit adalah
independensi, yang diartikan bahwa auditor tidak boleh mudah terpengaruh ataupun
bergantung pada pihak lain serta memiliki sikap mental yang bebas dari pengaruh dalam
menyusun laporan audit.
Kualitas yang buruk dapat merugikan bagi pihak yang menggunakan jasa audit,
sebagaimana yang terjadi pada beberapa Kantor Akuntan Publik yang tidak kompeten dan
independen serta tidak memperhatikan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan audit.
Fenomena mengenai kualitas audit sudah menjadi sorotan masyarakat sejak beberapa kasus
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan melakukan kecurangan laporan keuangan.
Berikut beberapa faktor untuk membuktikan pengaruh terhadap kualitas audit
diantaranya ukuran perusahaan klien, audit tenure, rotasi auditor dan spesialisasi auditor.
Kualitas audit juga dapat dilihat dari ukuran perusahaan, Ukuran perusahaan adalah besar
kecilnya suatu perusahaan yang dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar,
dan jumlah tenaga kerja. Perusahaan yang lebih besar memiliki kompleksitas operasi mereka
dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan. Perusahaan besar yang
memiliki sumber daya yang lebih banyak dan lebih berpengalaman dapat mengembangkan
sistem pengendalian internal yang lebih baik dalam kegiatan operasinya dibandingkan
perusahaan kecil.
Audit tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut secara berturut-turut telah
melakukan pekerjaan audit terhadap suatu perusahaan atau disebut juga lamanya masa
perikatan audit antara klien dan auditor. Hubungan yang lama antara auditor dan kliennya
berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka sehingga dapat mengganggu
independensi auditor dan mengurangi kualitas audit (Al- Thuneibat dkk., 2011). Tenure yang
panjang dapat dianggap oleh auditor sebagai pendapatan, namun dapat menimbulkan adanya
hubungan emosional antara auditor dengan klien, sehingga dapat menurunkan independensi
auditor dan kualitas audit.
2
Rotasi Audit merupakan pergantian auditor baik kantor akuntan publik maupun akuntan
publiknya. Peraturan terkait rotasi audit yang ada di Sarbanes- Oxley Act digunakan dan
diadopsi oleh beberapa negara lain, termasuk Indonesia, yaitu diwajibkan rotasi audit yang
pertama kali diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang
jasa akuntan publik yang mengatur bahwa rotasi seorang Akuntan Publik harus dilakukan
setiap 3 tahun dan rotasi KAP setiap 5 tahun kemudian kebijakan itu direvisi dengan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 lalu diganti lagi melalui Peraturan
Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 yang mengatur rotasi seorang Akuntan Publik 3 tahun
dan untuk Kantor Akuntan Publik 6 tahun berturut-turut dalam pemberian jasa auditnya dan
dapat mengaudit kembali setelah satu tahun tidak memberikan jasa auditnya pada auditee
tersebut.
Rotasi auditor menjadi hal yang paling penting untuk dikaji dengan adanya hubungan
antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana rotasi audit dapat meningkatkan
kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi auditor secara bertahap dapat menjadi
independensi auditor dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manajemen perusahaan.
Selain variabel ukuran perusahaan klien, audit tenure, rotasi auditor, maka spesialisasi
auditor merupakan variabel yang ingin diteliti pada penelitian ini. Spesialisasi auditor menjadi
hal yang juga sangat penting untuk dikaji karena berkaitan dengan keahlian seorang auditor
dalam mengaudit suatu bidang tertentu. Spesialisasi auditor diyakini dapat mengurangi resiko
audit yang berakibat pada penurunan kualitas audit laporan keuangan tersebut. Spesialisasi
auditor berpengaruh terhadap kualitas audit atas pemeriksaan laporan keuangan pada
perusahaan.
Research Gap
Variabel Variabel
Peneliti Hasil
Dependen Independen
Ukuran Athoi (2015)
Tidak Berpengaruh
Perusahaan Astuti (2014)
3
Dalimunthe (2015),
Sartika (2015),
Putri dan
Berpengaruh
Cahyonowati (2014),
Febriyanti dan
Mertha (2012)
Sartika (2015),
Sinaga (2012),
Pertiwi dkk.
(2016), Febriyanti
Tidak Berpengaruh
dan Mertha
Audit Tenure
(2014), Muliawan
dan Sujana
(2017)
Kualitas Audit Astuti (2014),
Berpengaruh
Panjaitan (2014)
Sartika (2015)
Panjaitan (2014),
Febriyanti
Tidak Berpengaruh
dan Mertha (2014),
Rotasi Auditor Muliawan
dan Sujana (2017)
Kurniasih dan
Rohman (2014), Berpengaruh
Natalia (2015)
Spesialisasi Athoi (2015) Tidak Berpengaruh
Auditor Fitryani (2012) Berpengaruh Positif
4
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap kualitas audit pada
perusahaan real estates dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013
– 2017.
2. Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit pada perusahaan real
estates dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2017.
3. Untuk mengetahui pengaruh rotasi auditor terhadap kualitas audit pada perusahaan real
estates dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2017.
4. Untuk mengetahui pengaruh spesialisasi auditor terhadap kualitas audit pada perusahaan
real estates dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013 – 2017.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
independen dalam fakta dan dalam penampilan. Independensi dalam fakta ada bila
auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak bias, dan independensi dalam
penampilan yaitu hasil dari interpretasi lain dari independensi tersebut. SA 200
dinyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi oleh klien, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAPI, 2015)
Auditor yang menjalankan tugasnya harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam SPAP.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh pihak lain, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain dan sebagainya.
Independensi juga berarti adanya kejujuran diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya. Dengan demikian, disamping auditor harus benar-benar
independen, ia masih juga harus dapat membuat persepsi di kalangan masyarakat bahwa
ia benar-benar independen (Mulyadi, 2002:27).
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Independensi auditor merupakan asumsi penting yang melandasi keberadaan
auditor dalam jasa pengauditan. Menurut Arens dkk. (2014:103) auditor harus
independen dalam fakta dan dalam penampilan. Independensi dalam fakta ada bila
auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak bias, dan independensi dalam
penampilan yaitu hasil dari interpretasi lain dari independensi tersebut. SA 200
dinyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor
bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi oleh klien, karena ia
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (IAPI, 2015).
Auditor yang menjalankan tugasnya harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam SPAP.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh pihak lain, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain dan sebagainya.
Independensi juga berarti adanya kejujuran diri auditor dalam mempertimbangkan fakta
dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya. Dengan demikian, disamping auditor harus benar-benar
7
independen, ia masih juga harus dapat membuat persepsi di kalangan masyarakat bahwa
ia benar-benar independen (Mulyadi, 2002:27).
2.1.5 Ukuran Perusahaan Klien
Pada umumya ukuran perusahaan biasanya diukur dengan total aset, pendapatan,
penjualan, atau jumlah karyawan dari perusahaan klien. Perusahaan yang besar pasti
memiliki aktivitas operasional dan pendapatan yang tinggi. Karena aktivitas operasional
yang tinggi inilah maka perusahaan besar tentunya memiliki sistem pengendalian internal
yang lebih memadai dibandingkan dengan perusahanan yang lebih kecil dan memiliki
aktivitas operasional yang tidak terlalu tinggi. Keputusan ketua Bapepam No. Kep.
11/PM/1997 menjelaskan bahwa perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva
(kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus
milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas
seratus milyar. (Limbong : 2016)
2.1.6 Audit Tenure
Audit tenure adalah jangka waktu penugasan audit antara auditor (Kantor Akuntan
Publik) dengan perusahaan yang diaudit secara terus menerus tanpa mengganti pihak
auditor lain. Masa audit tenure yang lama pada umumnya akan mempengaruhi tingkat
independensi auditor. Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2
yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut. Keputusan Menteri
tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut – turut untuk
klien yang sama. Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian
jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling
lama 6 tahun berturut – turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut – turut.
Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan
antara auditor dengan klien.Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan
independensinya. Masa penugasan/tenure auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun
auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al.,2003).
Audit tenure dapat berdampak terhadap kualitas audit, dimana kualitas audit
ditentukan oleh pihak independendi auditor. Independensi berkaitan dengan masa
perikatan audit (audit tenure) yang cukup berpengaruh dalam independensi auditor dan
dapat mengurangi kualitas audit yang diberikan.
8
2.1.7 Rotasi Auditor
Rotasi auditor adalah pergantian Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa
audit kepada kliennya. Pergantian auditor atau rotasi auditor ini dapat terjadi karena dua
hal yaitu sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory). Rotasi auditor mandatory terjadi
karena auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Rotasi wajib terjadi
karena adanya kebijakan dari pemerintah mengenai masa perikatan yang dibatasi. Rotasi
sukarela terjadi karena auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien, saat
industri sedang berlomba-lomba dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai
reputasi tinggi dengan tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna
laporan keuangan.
2.1.8 Spesialisasi Auditor
Spesialisasi auditor adalah mengambarkan tentang keahlian dari seorang auditor.
Dalam penelitian Chariri (2014) menyatakan bahwa spesialisasi auditor merupakan dari
dimensi kualitas audit, sebab pengalaman dan pengetahuan auditor tentang industri
merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Pentingnya pemahaman mengenai
bisnis dan industri dari klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting
untuk dapat dilakukan audit yang memadai.
Penelitian Terdahulu
Nama
No. Judul Variabel Penelitian Kesimpulan
(Tahun)
1. Ria Rizky Pengaruh Audit Variabel Audit tenure dan rotasi
Independen: KAP berpengaruh
Andrian, Tenure, Rotasi
audit tenure, terhadap kualitas
Nursiam KAP, Ukuran rotasi KAP, audit sedangkan ukuran
ukuran perusahaan, perusahaan dan
(2017) Perusahaan dan
dan ukuran KAP ukuran KAP tidak
Ukuran KAP berpengaruh terhadap
Variabel Dependen: kualitas audit
terhadap
Kualitas Audit
Kualitas Audit
di Bursa Efek
Indonesia
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
9
Manufaktur
Sektor Industri
Barang
Konsumsi yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
periode 2012-
2015)
2. Eko Kurnia Pengaruh Variabel Ukuran kantor akuntan
Independen: publik berpengaruh
Muliawan, I Ukuran Kantor
Ukuran kantor positif terhadap kualitas
Ketut Sujana Akuntan Publik, Akuntan publik, audit
Auditor switching, Auditor switcing dan
(2017) Auditor
Auditor audit tenure tidak
Switching dan Tenure berpengaruh terhadap
kualitas audit
Audit Tenure
Variabel
pada Kualitas Dependen:
Kualitas audit
Audit
3. Pertiwi, Amir Pengaruh Masa Variabel Masa perikatan audit
Independen: dan spesialisasi industri
dan Hardi Perikatan Audit,
Masa perikatan KAP tidak berpengaruh
(2016) Spesialisasi Audit, Spesialisasi terhadap kualitas audit,
industri KAP Sedangkan reputasi
Industri Kap,
Reputasi KAP dan komite audit
Reputasi Kap KAP, Komite audit berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Dan Komite
Variabel
Audit Terhadap Dependen:
Kualitas audit
Kualitas Audit
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur Di
Bei Tahun
2011-2014)
4. Putri, T. Pengaruh Variabel Auditor tenure dan
Independen: ukuran perusahaan klien
Malinda dan Auditor Tenure,
- Auditor Tenure memiliki pengaruh yang
10
Nur Ukuran Kantor - Ukuran KAP signifikan terhadap
- Ukuran kualitas audit Sedangkan
Cahyonowati Akuntan Publik,
Perusahaan ukuran KAP tidak
(2014) dan Ukuran Klien memiliki pengaruh
secara
Perusahaan
Variabel signifikan terhadap
Klien Terhadap Dependen: kualitas audit
Kualitas audit
Kualitas Audit
5. Febriyanti, Ni Pengaruh Masa Variabel Audit tenure dan
Independen: spesialisasi auditor
Made Dewi, Perikatan Audit,
- Tenure berpengaruh secara
dan I Made Rotasi KAP, - Ukuran KAP signifikan terhadap
- Spesialisasi kualitas audit sedangkan
Mertha (2014) Ukuran
Auditor ukuran KAP tidak
Perusahaan berpengaruh secara
Variabel signifikan
Klien, dan
Dependen: terhadap kualitas audit
Ukuran KAP Kualitas audit
Pada Kualitas
Audit
6. Kurniasih, Pengaruh Audit Variabel Variabel masa perikatan
Independen: audit, rotasi KAP, dan
Margi dan Fee, Audit
- Masa ukuran KAP tidak
Abdul Tenure dan Perikatan audit berpengaruh pada
- Rotasi KAP kualitas audit,
Rohman(2014) Rotasi Audit
- Ukuran sedangkan variabel
Terhadap perusahaan ukuran perusahaan
- Ukuran KAP klien berpengaruh
Kualitas Audit
pada kualitas audit
Variabel
Dependen:
Kualitas audit
7. Hartadi, Pengaruh Fee Variabel Fee audit berpengaruh
Independen: signifikan terhadap
Bambang Audit, Rotasi
- Fee audit kualitas audit
(2012) KAP, dan - Rotasi KAP sedangkan rotasi audit
- Reputasi dan reputasi audit tidak
Reputasi
Auditor berpengaruh terhadap
Auditor kualitas audit.
Variabel
terhadap
Dependen:
Kualitas Audit Kualitas audit
di Bursa Efek
Indonesia
11
2.2. KERANGKA KONSEPTUAL
2.4. H2
Audit Tenure (X2)
2.5. H3 Kualitas Audit
Rotasi Auditor (X3) (Y)
2.6.
H4
2.7.
Spesialisasi Auditor (X4)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala
Kualitas Audit Kualitas audit adalah Variabel dummy, Nilai 1 Nominal
(Y) kemungkinan auditor untuk perusahaan yang
mampu mengungkapkan dan menerima opini audit
melaporkan suatu going concern. Dan nilai
pelanggaran dalam sistem 0 untuk perusahaan yang
akuntansi kliennya. tidak menerima opini
audit going concern.
Independensi auditor yang
dinilai dari kecenderungan
auditor memberikan opini
audit going concern pada
perusahaan yang seharusnya
menerima
opini dengan paragraf
14
penjelasan mengenai
kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya.
15
3.6. Teknik Analisis Data
3.6.1. Uji Statistika Deskriptif
Ghozali (2016:19) menyatakan bahwa dengan statistika deskriptif, kumpulan data
yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi
inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang diperoleh menjadi lebih jelas dan
mudah untuk dipahami. Statistika deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan
peringkasan data serta penyajian hasil peringkasan data tersebut.
16
3.6.3. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan cara berikut.
a. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda digunakan karena dalam penelitian ini mencakup lebih dari
dua variabel (termasuk variabel terikat Y), dimana dalam regresi linier berganda
variabel terikat Y tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (Gujarati, 2009:
94). Berikut adalah bentuk persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini:
Y = β0 + β1(X1) + β 2(X2) + e
Keterangan:
Y = Kualitas Laporan Keuangan
β i = Koefisien regresi (i = 1, 2, 3)
X1 = Sistem Informasi Akuntansi
X2 = Kinerja Pegawai
e = Variabel pengganggu
b. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sebearapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian analisis koefisien
determinasi (R2) akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel aplikasi akuntansi online (X1) dan kinerja karyawan (X2) terhadap kualitas
laporan keuangan.
d. Uji Statistik F
Uji statistik-F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang
dimasukkan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara nyata terhadap
variabel dependen (Gujarati, 2009).
e. Uji statistik t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen
secara sendiri-sendiri (parsial) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Gujarati, 2009).
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode regresi logistik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
2. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode regresi logistik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
3. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode regresi logistik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel rotasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit
4. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode regresi logistik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel spesialisasi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit.
5. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode regresi logistik, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, audit tenure, rotasi auditor dan
spesialisasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta keterbatasan dari peneliti, maka perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap penelitian selanjutnya. Maka, peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Memperluas populasi yang tidak hanya terbatas pada perusahaan real estates dan
property
2. Menambahkan variabel moderating atau variabel kontrol.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dapat memperpanjang tahun pengamatan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, Ria Rizky. 2017. “Pengaruh Audit Tenure, Rotasi KAP, Ukuran Perusahaan dan
Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol.4,
No.4
Febriyanti, Ni Made Dewi, dan I Made Mertha, 2014. “Pengaruh Masa Perikatan Audit, Rotasi
KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran KAP Pada Kualitas Audit”. E-Jurnal
Akuntansi, Universitas Udayana.
Hartadi, Bambang, 2012. “Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor terhadap
Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Indonesia,Vol.16, No.1, pp. 84-103.
Kurniasih, Margi dan Abdul Rohman, 2014. “Pengaruh Audit Fee, Audit Tenure dan Rotasi
Audit Terhadap Kualitas Audit”. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 3, Nomor
3, Tahun 2014.
Muliawan, Eko Kurnia dan I Ketut Sujana, 2017. “Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik,
Auditor Switching dan Audit Tenure pada Kualitas Audit”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.Volume 21, Nomor 4.
Putri, T. Malinda dan Nur Cahyonowati, 2014. “Pengaruh Auditor Tenure, Ukuran Kantor
Akuntan Publik, dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Kualitas Audit”. Dipeonegoro
Journal of Accounting. Volume 3, Nomor 2.
19