Anda di halaman 1dari 5

Bagian E – Metodologi dan Program

Kerja
E.5 BENCHMARK
E.5.1 Memphis Aetropolis, Tennessee, USA
Memphis merupakan kota terbesar di negara bagian Amerika Serikat, Tennessee. Kota Memphis
direncanakan menjadi aetropolis, karena keberadaan Memphis International Airport (MEM). Bandara
ini terletak di simpul transportasi Amerika Serikat. Tiga pilar ekonomi utama perekonomian daerah
meliputi: 1) logistik; 2) pariwisata; dan 3) medis dan kesehatan. Tampak bahwa logistik merupakan
sektor dengan kontribusi terbesar di Tennessee, hal itu bersumber dari keberadaan MEM. Oleh
karena itu direncanakan Memphis Aetropolis dengan tujuan mendukung reinvestasi dan
pengembangan bandara. Adapun delineasi Mhempis Aetropolis yaitu 50 mil persegi di sekitar
Bandara Internasional Mhempis.
E.5.1.1 Rencana Penggunaan Lahan dan Bentuk Perkotaan Memphis Aetropolis
Rencana Penggunaan Lahan & Bentuk Perkotaan menimbulkan kebijakan, strategi dan konsep untuk
merasionalisasi pola penggunaan lahan dan meningkatkan karakter visual kota. Di bawah ini
merupakan kebijakan, stretegi, dan rencana penggunaan lahan Memphis Aetropolis.

Gambar E-5-1 Rencana Penggunaan Lahan Memphis Aetropolis

Penyusunan Matek RRTR RDTR Arahan Prioritas Nasional Bandara Bali Baru
Bagian E – Metodologi dan Program
Kerja

Gambar E-5-2 Activity Node dan Konsep Kota


Berdasarkan peta penggunaan lahan dan simpul aktivitas, diketahui bahwa mayoritas rencana
penggunaan lahan di Mhempis Aerocity adalah permukiman kepadatan rendah, selain itu juga
terdapat zona komersial yang terdiri atas perdagangan jasa, kantor, dan mixed use. Kota Mhempis
merupakan perkotaan dengan kawasan pertanian. Kawasan pertanian tersebut tetap dipertahankan,
hal tersebut terlihat dari adanya zona agricultural.

Penyusunan Matek RRTR RDTR Arahan Prioritas Nasional Bandara Bali Baru
Bagian E – Metodologi dan Program
Kerja
Tabel E-5-1 Strategi dan Kebijakan Penggunaan Lahan

E.5.1.2 Rencana Transportasi Memphis Aetropolis


Ekonomi Memphis bergantung pada jalur antarnegara, serta fasilitas antar moda itu membentuk
tulang punggung sistem transportasi Airport City. Sebagai pusat distribusi nasional, konektivitas
pengiriman barang merupakan hal yang paling penting. Koridor multimoda direkomendasikan untuk
diubah menjadi jalan yang melayani lingkungan sekitar.

Penyusunan Matek RRTR RDTR Arahan Prioritas Nasional Bandara Bali Baru
Bagian E – Metodologi dan Program
Kerja

Gambar E-5-3 Konsep Koridor Transportasi dan Terminal

E.5.2 RDTR Kawasan Sekitar Bandara Blimbingsari


E.5.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Udara
Lokasi yang terpengaruh gelombang suara mesin pesawat udara yang dapat mengganggu
lingkungan, maka perlu ditetapkan:
1. Daerah/Kawasan Kebisingan Tingkat – I (70 – 75 WECPNL), tanah dan ruang udara di kawasan ini
dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan dan
atau bangunan sekolah dan rumah sakit. Bangunan sekolah dan rumah sakit yang sudah ada agar
diperlengkapi dengan insulasi udara sesuai dengan prosedur yang standart.
2. Daerah/Kawasan Kebisingan Tingkat – II (75 – 80 WECPNL), kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk
berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan kecuali untuk kegiatan dan atau bangunan sekolah, rumah
sakit dan rumah tinggal. Jika sudah terlanjur atau telah ada bangunan, maka agar dilengkapi dengan
pemasangan insulasi suara yang sesuai dengan standart yang ditetapkan.
3. Daerah/Kawasan Kebisingan Tingkat – III (>= 80 WECPNL), pada kawasan ini hanya dimanfaatkan
untuk membangun bangunan atau fasilitas bandar udara yang diperlengkapi dengan insulasi suara
yang sesuai dengan standard yang ditetapkan. Pada kawasan ini dapat pula dimanfaatkan sebagai jalur
hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung, namun
perlu ada pembinaan dan pengawasan teknis.
Selain itu diperhatikan juga mengenai ketentuan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) di sekitar Bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Pada daerah yang terletak di bawah bidang
kawasan keselamatan operasi penerbangan tersebut dilarang untuk mendirikan, mengubah atau
melestarikan bangunan, serta dilarang menanam atau memelihara benda tumbuh melebihi batas-
batas ketinggian yang telah diatur dalam KKOP, sehingga dapat membahayakan atau mengganggu
pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat udara. Adapun rencana tata guna lahan di sekitar
bandara harus mempertimbangkan 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor Kebisingan Kriteria untuk kontrol tata guna lahan telah diatur baik dalam bentuk persyarata-
persyaratan nasional maupun dalam persyaratan-persyaratan yang lazim digunakan. Kriteria tersebut
adalah :
a. WECPNL > = 70, daerah yang tidak diizinkan untuk fungsi sekolah, rumah sakit, tempat ibadah
dan lain sebagainya kecuali dalam izin prinsipal
b. WECPNL <= 75, daerah yang tidak diizinkan mendirikan hunian/rumah baru, kecuali dalam izin
prinsipal dan direkomendasikan daerah ini lebih baik digunakan sebagai lahan
pertanian/perladangan.
c. WECPNL >= 85, daerah yang tidak diijinkan sebagai daerah hunian/perumahan, kecuali dalam
ijin prinsipal, dan disarankan hunian/pemulihan yang berada di daerah ini untuk dipindahkan
pada daerah dengan WECPNL < 70
2. Pengembangan fasilitas bandar udara di masa yang akan datang Tata guna lahan di sekitar bandar
udara harus mempertimbangkan kemungkinan – kemungkinan pengembangan fasilitas bandar udara.
Dengan melihat kecenderungan di beberapa bandar udara, bahwa lingkungan sekitar bandar udara

Penyusunan Matek RRTR RDTR Arahan Prioritas Nasional Bandara Bali Baru
Bagian E – Metodologi dan Program
Kerja
adalah daerah prospektif untuk lahan usaha, maka banyak timbul bangunan-bangunan yang
melanggar prosedur keselamatan dan operasi penerbangan. Untuk menjaga kemungkinan-
kemungkinan ini timbul, perlu adanya pengaturan dan pengawasan pembangunan secara terpadu
3. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bentuk obyek obstacle dapat berupa bangunan, pohon
dan bukit. Timbulnya obstacle dapat tumbuh secara alamiah seperti pohon dan bukit juga akibat dari
pengembangan permukiman, perhotelan dan bangunan lain. Untuk menjaga agar kawasan bandar
udara selalu dalam kawasan yang memenuhi persyaratan kawasan keselamatan dan operasi
penerbangan, maka diperlukan persyaratan-persyaratan dan pengawasan pembangunan di bawah
fungsi kontrol instansi terkait.

Penyusunan Matek RRTR RDTR Arahan Prioritas Nasional Bandara Bali Baru

Anda mungkin juga menyukai