Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN STUDI KASUS

GAYA INTERIOR ARSITEKTUR JAWA

Disusun oleh :

- Danny Putera Prayitno (04.2019.1.03308)


- Bagus Setyawan (04.2019.1.03311)
- Berliana Cahyani Budianto (04.2019.1.03322)
- Jonathan Christian Dinata (04.2019.1.03324)

Mata kuliah : Interior 2


Dosen : Siti Azizah, ST, MT

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


JURUSAN ARSITEKTUR
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2021
Laporan Studi Kasus
Interior Arsitektur Tradisional Jawa

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatnya, kita dapat menyelesaikan tugas studi kasus tentang interior arsitektur
bergaya tradisional jawa
Dalam laporan ini , juga telah disertakan berbagai analisa mulai dari arsitektur
bangunan, interior bangunan, material apa yang dipakai serta tak lupa menyertakan
sumber yang kita peroleh untuk menghargai sebuah karya tulis.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Interior 2. Pada laporan ini juga telah dibantu berbagai pihak diantaranya:
1. Dosen Mata kuliah Interior 2
2. Teman-teman sekelompok dengan bantuan ide dan bahasannya

Dengan ini, kami mempersembahkan laporan ini dengan penuh terimakasih dan tanggung
jawab. Sekian dan Terima Kasih

Surabaya, 17 Maret 2020

Penulis

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.2. Tujuan Laporan................................................................................................................5
1.3. Metode Penelitian..................................................................................................................5
1.4. Sistematika Penulisan Laporan..............................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................................7
2.1. Arsitektur Jawa......................................................................................................................7
2.2. Suasana Makro Konsep Jawa................................................................................................7
2.3. Struktur Ruang Konsep Tradisional Jawa..............................................................................8
2.3.1 Orientasi Sumbu Kosmis Rumah Tradisional Jawa..................................................8
2.3.2 Pembagian Rumah Tradisional Jawa berdasar struktur ruang...................................8
2.3.3 Tingkatan Bentukan pada Atap Rumah Tradisional Jawa.........................................9
BAB III METODOLOGI.............................................................................................................12
3.1. Metode Penelitian................................................................................................................12
3.2. Skema Penelitian.................................................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................13
4.1. OBJEK 1 “KANTOR VIP AGENCY-JAKARTA SELATAN”..........................................13
4.2. OBJEK 2 “RESTORAN IKAN BAKAR CIANJUR-KOTA RAMA ”...............................14
4.3. OBJEK 3 “LOBBY PRIME PLAZA JOGJAKARTA”.......................................................14
4.4. OBJEK 4 “RESTORAN JOGLO MLATI JOGJAKARTA”...............................................15
4.5. OBJEK 5 “LOBBY HOTEL MAJAPAHIT, SURABAYA”..........................................17
4.6. OBJEK 6 “KANTOR GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH”............................17
4.7. OBJEK 7 “LOBBY SANTIKA PREMIERE GUBENG SURABAYA”.............................20
4.8. OBJEK 8 “PASAR BERINGHARJO JOGJAKARTA”......................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
Laporan Studi Kasus
Interior Arsitektur Tradisional Jawa

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam arsitektur hubungan dengan masa lampau adalah persyaratan


utama untuk menciptakan karya arsitektur yang proposional, baik dan mantap
untuk masa kini atau masa yang akan datang. Hal ini dikatakan oleh para arsitek
saat ini. Mereka dapat menciptakan karya-karya karena belajar dari arsite ktur
terdahulu. Banyak hal yang dapat memberikan inspirasi kepada arsitek, seperti
unsur alam binatang, tumbuh-tumbuhan maupun bentuk lainya. Tanpa
mengesampingkan inspirasi tersebut, maka bangunan-bangunan yang sudah ada
baik yang kuno, tradisional karya nenek moyang maupun yang baru merupakan
sumber inspirasi dan contoh yang tidak dapat diabaikan.
Kadang-kadang bangunan menjadi “saksi bisu” dari berbagai kejadian
pada masa digunakan di alam maupun sekitarnya. Oleh Karena itu bangunan
selain mempunyai nilai arsitektural (ruang, keindahan, konstruksi, teknologi dan
lain- lain), juga mempunyai nilai sejarah. Makin lama bangunan berdiri makin
membuktikan tinggi nilai sejarah dan budayanya. Sangat disesalkan telah terjadi
bangunan bernilai arsitektur/budaya dan sejarah tinggi namun dibongkar dengan
berbagai alasan. Apapun alasanya yang jelas adalah kurangnya apresiasi terhadap
kedua nilai tersebut.
Negara-negara maju pernah menyesali pembongkaranpembongkaran
bangunan lama baik karena perang maupun dorongan kebutuhan lainya. Oleh
karena itu sekarang mereka berusaha melindunginya dengan berbagai peraturan
maupun undang-undang yang diterapkan secara konsisten. Meskipun bangunan
apabila dikategorikan sebagai bangunan pribadi maupun peninggalan sejarah,
maka ia tidak dapat merombak lagi apalagi membongkar.
Di Surakarta juga banyak diperdebatkan tentang pembongkaran beberapa
bangunan Bangunan ini merupakan arsitektur tradisional Indonesia, dalam hal ini
arsitektur tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah.yang seharusnya termasuk
bangunan kuno/bangunan bersejarah dimana perlu dijaga kelestarianya. Salah
satunya adalah bangunan di Jl. Perintis Kemerdekaan yang dulunya merupakan
bekas rumah tinggal pejabat/bangsawan Belanda.
Dunia arsitektur senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan
tingkat peradapan manusia. Perkembangan pembangunan selama ini menunjukan
bahwa keberhasilan suatu bangsa dalam membangun dari abad kolonial berbeda-
beda adanya. Hasil karya bangunan dapat dijadikan tolak ukur, seberapa tinggi
tingkat kebudyaan yang ada pada waktu itu. Dalam perkembangan, arsitektur
selalu mendapat pengaruh dari gaya atau langgam yang berkembang pada masa
tertentu, sehingga akan mengalami beberapa periode perkembangan.
Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda, sehingga banyak mendapat
pengaruh dari negeri kolonial tersebut. Dalam segi arsitektur, pengaruh nampak
pada bangunan. Bertolak dari itu perlu kiranya diadakan penelitian dan
pembahasan tentang bangunan arsitektur yang merupakan arsitektur tradisional
Jawa Tengah.

Menurut Vitruvius, Prinsip arsitek harus memenuhi 3 aspek yaitu


Firmitas (Kekuatan) penyaluran beban secara merata, Utilitas (Fungsi) penataan
ruang berdasarkan fungsi serta Venustas (Keindahan) Proporsi dan
keseimbangan yang baik. Prinsip Virtuvius ini juga menjadi dasar dari segala
perkembangan desain dan karya arsitektur dari massa neo-klasik hingga pra-
modern. Oleh karena itu, setiap bangunan yang akan dirancang harus mencakup
dari prinsip arsitek tersebut sebab tanpa adanya
1.2. Tujuan Laporan
Berdasarkan hasil penelitian latar belakang, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian ini :
1. Untuk mengetahui apakah bangunan yang dijadikan objek penelitian di Jl. Perintis
Kemerdekaan masih mempertahankan arsitektur tradisional jawa dari eksteriornya baik
dalam bentuk atap, tiap, dinding, pintu dan jendela serta ornamen
2. Untuk mengetahui karakteristik perubahan pada bentukan atap, tiang, dinding, pintu dan
jendela serta ornamen pada arsitektur tradisional jawa tengah dan hal yang melatar
belakangi proses perubahan tersebut.

1.3. Metode Penelitian


Dalam pencapain penulisan ilmiah, diperlukan metode yang akan dipergunakan dalam
penelitian. Menurut Leedy (1997:3) (dalam Sumartono) penelitian adalah proses
pengumpulan dan analisis informasi (data) secara sistematik untuk meningkatkan pemahaman
kita tentang

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 5


gejala (fenomena) yang kita amati atau menarik perhatian kita (Sumartono, 2017:7-8). Jadi

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 6


metode penelitian adalah sistem pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data dan analisa.
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti yaitu kajian bentuk dan makna simbolik,
arsitektur tradisional jawa, maka penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif Deskriptif
dengan mengumpulkan berbagai data, unsur fisik, dan lain sebagainya, dan juga Deskriptif
Kualitatif yang berkaitan dengan makna, ide, tradisi pada arsitektur tradisional jawa di
surakarta berdasarkan latar belakang sosial dan kebudayaan masyarakat Surakarta.

1.4. Sistematika Penulisan Laporan


Sistematika dalam penulisan laporan studi kasus ini, sebagai berikut :
- BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian, sistematika penulisan proposal
skripsi serta jurnal arsitektur nasional
- BAB 2 KAJIAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang
digunakan sebagai dasar pendukung dalam menganalisa permasalahan dalam judul
yang tertera.
- BAB 3 METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang langkah – langkah dalam melakukan penelitian muali
dari Rancangan penelitian, Teknik Pengumpulan data, Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat, Kondisi Lahan dan Rentang populasi masyarakat sekitar
- BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang hasil data yang telah didapatkan dari penelitian terhadap
masalah dan kondisi disekitar proyek.
- BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil analisa dari aktifitas penghuni, fungsi dari
bangunan, estetika bangunan,
- BAB 6 KESIMPULAN
Bab ini berisi ringkasan dari pembahasan masalah yang mencerminkan jawaban
atas permasalahan yang akan timbul dalam membuat studi kasus ini
- DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi dari setiap pembahasan yang dibahas dengan menyertakan penerbit
lengkap beserta tahun dan websitenya.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 6


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Arsitektur Jawa


Gaya arsitektur jawa atau yang lebih sering kita kenal dengan arsitektur
vernakullar jawa merupakan salah satu gaya yang memiliki ciri khas yang kuat. Hal
tersebut tidak luput dari hasil kebiasaan dan kebudayaan masyarakat jawa dan
mencerminkan akan sifat dan watak orang jawa. “Dalam era globalisasi saat ini dunia
kehilangan sekat batas antara negara dan kebudayaan menimbulkan banyak persoalan
kebudayaan. Akibat pertemuan antar kebudayaan maka terjadilah banyak mutasi
kebudayaan yang berakibat pada mutasi perwujudan arsitektur.” (Kartono , 2005). Pada
hal ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan jaman juga memepengaruhi dunia
arsitektur, yakni nilai-nilai yang sebelumnya dianggap wajib diterapkan karena beberapa
alasan menjadi dimaklumi. Hal tersebut yang dapat mengurangi nilai dari sebuah karya
dari kesakralannya. Akan tetapi hal tersebut juga dilandasi oleh adaptasi dengan dunia
baru baik dari segi perilaku maupun material.
Dibalik masalah globalisasi muncul global paradoks, nilai-nilai lokal menguat
dan diyakini mampu menjadi sesuatu yang mempunyai nilai jual cukup tinggi. Hal ini
ditunjang pula dengan menguatnya pemikiran post modernisme yang merambah segala
aspek kehidupan. (Kartono , 2005)pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk
menilai sesuatu berdasarkan keunikannya yakni dari usia dan gaya yang berani berbeda
dengan lingkungan sekitarnya.

2.2. Suasana Makro Konsep Jawa


Kepercayaan Jawa didasarkan atas pandangan dunia Jawa yaitu keseluruhan
keyakinan deskriptip orang Jawa tentang realitas sejauh mana merupakan suatu kesatuan
dari padanya manusia . memberi struktur yang bermakna kepada pengalamannya (Suseno,
1984) orang jawa lahir dan besar dengan lingkungannya, hubungan antara makhluk, alam,
dan Pencipta yang selalu beriringan dengan kehidupan masyarakat jawa. Masyarakat Jawa
erat kaitannya dengan faham kejawennya, seringkali dianggap sebagai masyarakat yang
hidup dalam kepercayaan primitif yang memiliki sifat-sifat khusus, seperti
mempertahankan keselarasan dengan lingkungan sekitarnya. Keselarasan ini baik berupa
keselarasan hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan penciptanya (kawula
lan gusti)
maupun dengan lingkungan alam sekitarnya (hubungan antara mikrosmos dan
makrokosmos). (Sarihati, Widodo, & Widihardjo, 2014)
Rumah tinggal bagi orang Jawa dengan demikian adalah tempat atau tatanan
tempat, konsep ruang geometris tidak relevan dalam pengertian rumah tinggal Jawa.
Pengertian tempat lebih lanjut dapat dilihat pada bagian-bagian rumah tinggal orang Jawa.
Pada rumah induk (omah) istilah dalem dapat diartikan sebagai keakuan orang Jawa
(Kartono , 2005)

2.3. Struktur Ruang Konsep Tradisional Jawa

2.3.1 Orientasi Sumbu Kosmis Rumah Tradisional Jawa


Penggunaan aturan bersifat mistik tersebut tidak terbatas pada pembangunan candi-
candi, namun juga sebagai asas dalam tata kota maupun perencanaan rumah
kediaman.Rumah tinggal tradisional di Jawa pada umumnya merupakan ungkapan
dari hakikat penghayatan terhadap kehidupan. Orientasi terhadap sumbu kosmis
dari arah utara-selatan tempat tinggal Ratu Kidul, dewi Laut Selatan dan dewi
pelindung Kerajaan Mataram. Orientasi terhadap sumbu kosmis dari arah barat-
timur untuk rakyat biasa adalah tidak mungkin karena arah timur dipergunakan
sebagai unsur dari bagian keraton. Arah timur juga merupakan tempat tinggal dewa
Yamadipati, yang dalam cerita pewayangan mempunyai tugas mencabut nyawa
orang. Urusan kematian adalah di tangan Yamadipati. Dasar perencanaan rumah
tinggal tradisional. (Suprijanto, 2002)

2.3.2 Pembagian Rumah Tradisional Jawa berdasar struktur ruang.


Ruang dalam rumah induk tradisional jawa biasanya memiliki beberapa karakter
serta memiliki beberapa fungsinya tersendiri (Cahyandari, 2007), yaitu :
1. Pendopo berfungsi sebagai tempat berkumpul orang banyak dan menerima tamu.
Ruang ini bersifat terbuka.
2. Dalem Agung merupakan pusat susunan ruang-ruang lain.Fungsi utamanya
sebagai ruang keluarga yang bersifat pribadi. Suasana di dalamnya tenang dan
berwibawa.
3. Sentong merupakan tiga buah kamar yang berjajar. Pada sentong kiwo dan
sentong tengen terdapat pintu berdaun dua. Kondisi udaranya cukup segar karena
ubang penghawaan cukup.
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 8
4. Peringgitan, bentuknya seperti serambi yang terdiri atas tiga persegi yang

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 9


menghadap pendopo.
5. Tratag merupakan gang di antara pendopo dan peringgitan. Rumah tambahan
6. Gandok adalah rumah-rumah di samping dalem agung. Gandokkiwo (wetan
omah) untuk tidur kaum laki-Iaki dan gandok ten'gen (kulon omah) untuk kaum
perempuan.
7. Gadri atau ruang makan terletak di belakang sentong dalem agung.
8. Dapur dan pekiwan sebagai bagian pelayanan terletak paling belakang.

2.3.3 Tingkatan Bentukan pada Atap Rumah Tradisional Jawa.

Tingkatan bentukan Atap pada Rumah Tradisional Jawa Kebudayaan Jawa


juga mengenal sistem pembedaan kasta seperti yang terdapat dalam agarna hindu
(Brahmin sebagai pendeta, ksatria sebagai prajurit, vaisya sebagai petani dan sudra
sebagai pembantu), namum pengelompokanya tidak sekompleks seperti yang ada
pada agama hindu yaitu dalam 3 garis besar yang pengelompokanya itu secara
langsung mempengaruhi pola bentukan atap yang terjadi (Surjomihardjo, 2000, p.
27), antara lain:
 Atap kampung rnerupakan bentukan rurnah yang paling sederhana baik
dalam bentukan maupun strukturalnya, dan atap kampung ini digunakan
bagi rakyat kebanyakan.
 Atap Limasan merupakan pengembangan dari bentukan atap kampung
sehingga baik bentukan maupun strukturnyapun akan lebih kompleks dari
atap kampung. Dan atap limasan ini digunakan bagi masyarakat jawa yang
mempunyai status sosial yang lebih tinggi.
 Atap Joglo merupakan bentukan atap yang paling kompleks dari ketiga
bentukan atap yang dikenal dalam gaya arsitektur tradisional jawa. Dan
atap joglo ini digunakan bagi para bangsawan.
Dan Begitulah dengan bentuk atapnya juga tentunya akan mempengaruhi bentukan
pada interiornya karena memiliki bentuk dan ketinggian masing-masing.

2.4. ASPEK FISIK RUANG JAWA

Suasana dari ruang jawa sendiri sangat terasa dengan pengaplikasian pada
desain – desain ruangnya. Jiwa dan kepribadian masyarakat jawa terasa di
implementasikan pada ruangan tersebut mulai dari tata letak, furniture hingga material
yang digunakan. Beberapa aspek fisik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tata ruang
Salah satu rumah jawa yang memiliki tata ruang khas yakni rumah joglo yang masih
menggunakan sumbu acuan atau berorientasi pada utara – selatan dengan klaster
kesakralan berbeda. Kesakralan tersebut akan semakin tinggi dengan ruang dalem sebagai
titik pusatnya.
Ketiga struktur utama ini terdiri dari pendhapa, pringgitan dan dalem ageng. Pendapa
adalah bangunan tanpa dinding dengan empat tiang (saka guru) dan terletak pada bagian
paling depan. Digunakan untuk kegiatan yang bersifat ‘publik’ seperti menerima tamu dan
melaksanakan pertunjukan (Sarihati, et al., 2015)
b. Elemen bangunan
Rumah jawa sendiri memiliki 3 elemen pembentuk yakni kaki, badan dan kepala
 Kaki
Kaki yang dimaksud dalam desain rumah jawa adalah struktur pembentuk pada
bagian bawah yang meliputi pondasi ,lantai ,umpak dll.

Gambar 1. 3 Umpak Batu


Gambar 1. 2 Gambar 1. 1
Umpak Cor Umpak
Kayu

 Badan
Badan yang dimaksud dalam desain rumah jawa adalah struktur pembentuk
pada bagian tengah yang meliputi dinding, kolom, pintu, jendela dll.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 10


Laporan Studi Kasus
Interior Arsitektur Tradisional Jawa

Gambar 1. 5 Pintu Krepyak dan


Gambar 1. 4 Ukiran Tiang Kayu
dinding Bata

 Kepala
Sedangkan pada bagian kepala sendiri meliputi bagian atap. Atap –atap tersebut
memiliki klaster penggunaan atau biasa disebut kelas sosial.

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.6,


pada klaster Rakyat biasa bentuk atap meliputi
atap panggangpe, gedang selirang, kodokan,
kampung jompongan, srotongan, pelana
kampung, limasan lawakan, perisai limasan, dan
joglo jompongan. Kemudian untuk klaster
bangsawan meliputi kampung jompongan,
limasan trajumas, limasan lawakan, perisai
limasan, atap joglo jompongan, dan joglo
mengkurat. Yang terakhir untuk tempat tempat
sakral, atau yang berhubungan kerohanian
Gambar 1. 6 Hirarki atap Jawa
seperti kuil dan masjid menggunakan atap tajuk
yakni terdiri dari kemah tajug, tajug lawakan dan tajug lambang gantung.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian

Dalam Penulisan Laporan Studi Kasus ini, penulis beserta teman teman
menggunakan metode penelitian Kualitatif. Sebab metode ini lebih menekankan terhadap
permasalahan yang sangat mendalam dengan mendalami berbagai teori dan jurnal-jurnal
yang lumayan banyak tersebar pada media internet maupun info-info dari review
pengunjung
Penelitian ini tidak melibatkan observasi secara langsung namun hanya mendalami
dari Info dan berita jurnal yang mencantumkan bab yang akan kita bahas. Dalam
Penulisan laporan ini juga akan disertakan data pembanding gaya arsitektur yang dibangun
pada zaman era 90 an dengan zaman era millennium, sebab untuk mencari apakah ada
perubahan yang cukup mendalam terhadap objek kasus maupun hanya beberapa saja yang
mengalami modernisasi
3.2. Skema Penelitian

IDENTIFIKASI MENGUMPULKAN TEORI IDENTIFIKASI


KARAKTER DAN JURNAL DARI GOOGLE VARIABEL
INTERIOR SCHHOLAR POKOK PEMBAHSAN

PENULISAN ANALISIS DATA PENGOLAHAN DATA


LAPORAN

REVISI DAN
MENGKAJI ULANG

PENGUMPULAN DAN
PRESENTASI
LAPORAN
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. OBJEK 1 “KANTOR VIP AGENCY-JAKARTA SELATAN”


Bagus Setyawan (04.2019.1.03311)

Gambar 4.1.1. kantor vip agency Gambar 4.1.2. Ruang Tunggu


Salah satu objek yang saya ambil untuk kantor yang bertema arsitektur jawa adalah
kantor dari VIP Agency yang terletak di Jakarta Selatan. Konsep jawa ditetrapkan pada
interiornya, salah satu pada ruang tunggunya, salah satu yang diterapkan yakni pada partisi
dan sensing di atas kacanya yang merepresentasikan sebuah “gedhek” atau anyaman
bambu. Furniture dengan bahan kayu yang di finishing pernis juga banyak diaplikasikan di
sini. Selain itu pada pencahayaan juga menggunakan lighting dengan thema warm atau
hangat layaknya rumah-rumah jawa pada jaman dulu. Kemudian juga pada bantal yang
disediakan di sofa dengan motif batik yang menambah point pada temanya.
Kemudian lanjut pada ruang manager /
direktur juga masih menggunakan aksen
yang sama yakni beberapa sekat atau partisi
yang mengadopsi “gedhek”. Selain itu
plafond batik juga diterapkan pada ruangan
ini dengan thema flat celling. Selain itu wall
décor juga menggunakan batik dan
lukisan
wayang yang menambah nilai jawa di
Gambar 4.1.3. Ruang
Direktur ruangan ini
Laporan Studi Kasus
Interior Arsitektur Tradisional Jawa

4.2. OBJEK 2 “RESTORAN IKAN BAKAR CIANJUR-KOTA RAMA ”


Bagus Setyawan (04.2019.1.03311)
Selanjutnya menuju objek restoran, di
sini saya tertarik untuk mengulas aula
restoran Ikan Bakar Cianjur. Dari
gambanr di samping sudah dapat kita
lihat bahwa konsep pendopo yang
diangkat merupakan senjata utama
penerapan konsep ini. Terdapat
bagian- bagian khas dari pendopo
Gambar 4.1.3. Aula makan restoran
salah satunya adalah “soko guru” yang
berada di
tengah tengah ruangan tersebut. Saka guru merupakan elemen paling fundamental
dalam arsitektur Jawa karena menopang seluruh atap bangunan. Karena pentingnya,
saka guru dijiwai dengan simbolisme dan diperlakukan dengan ritual tertentu
(Wikipedia). Selain itu dari segi pencahayaan juga sama dengan objek pertama tadi ,
yakni menggunakan warm light dengan model lampu yang terkesan lawas juga.

4.3. OBJEK 3 “LOBBY PRIME PLAZA JOGJAKARTA”


Jonathan Christian Dinata (04.2019.1.03324)

- Fungsi Lobby :
Fungsi dari lobby di plaza Jogjakarta sendiri sama halnya dengan lobby pada
umumnya yang digunakan sebagai area penerimaan tamu dan sebagai tempat untuk
bertemu dan area tunggu sehingga konsentrasi pengunjung terletak pada interior
pada kenyamanan lobby.
- Aktivitas :
Tempat pelayanan pesanan kamar, area Check In atau Out, Area Tunggu dan
penerimaan
- Karakter Pengguna :
1. Resepsionis memiliki karakter ramah, santun sabar dalam menghadapi
pengunjung yang rewel dan memiliki permintaan aneh.
2. Pengantar barang bawaan memiliki karakter Jujur, Disiplin, Tak berkeluh kesah
3. Pemilik Hotel memiliki karakter tegas, berwibawa, menjaga keharmonisan
pengunjung dan pegawai.
- Estetika & terapan gaya interior :
Estetika yang terletak pada interior Hotel Prime Plaza ini dengan mengedepankan
konsep arsitektur jawa dengan kombinasi modern, dapat dilihat pada pemakaian
kayu pada bagian lobby dan area kamar yang seakan menaungi kursi kursi yang
ada pada lobby serta masih ada sarana hiburan gamelan jawa bukan dari rekaman
alat musik.
- Konsep :
Konsep interior yang diterapkan adalah Campuran Arsitektur Jawa dengan Modern
- Penerapan Gaya Arsitektur Jawa :
- Penggunaan lampu gantung m erupakan ciri khas
dari rumah adat arsitektur jawa kalau pada
arsitektur jawa menggunakan lampu ublik dan di
lobby ini menggunakan lampu bohlam kuning.

- Penggunaan Ukiran ukiran pada railing tangga,


penggunaan Meja perabot yang menggunakan
kayu dengan ukiran minimalis pad sisinya.

- Penerapan Warna Coklat dan Putih sebagai


bagian dari aspek sifat yang kalem dan angun
dengan penggunaan Marmer tile dengan corak
khas ubin keraton

- Pada Ruang lobby lantai nya dinaikkan dari lantai


disekelilingnya dan lobby penerimaan nya berada
di tengah bangunan (Core Bangunan)
4.4. OBJEK 4 “RESTORAN JOGLO MLATI JOGJAKARTA”
Jonathan Christian Dinata (04.2019.1.03324)

- Fungsi Restoran :
Fungsi dari restoran ini sebagai tempat bagi pengunjung untuk menikmati santapan
Makanan Khas Jawa dengan tradisi untuk menikmatinya bisa dengan lesehan atau
biasa disebut prasmanan selain itu juga fungsinya dapat dijadikan sebagai Tempat
Wedding, acara besar dan lain sebagainya
- Aktivitas :
- Para pengunjung yang datang akan dipersilahkan parkir pada tempat yang
disediakan kemudian akan masuk ke area utama restoran dengan melewati 6
anak tangga yang terdapat lilin yang akan membawa kita kearah permukiman
jawa kuno yang masih memakai lampu ublik dan dari situ akan di bawa ke
tengah yang merupakan area penerimaan dan pemesanan yang dari situ juga
akan diantar ke meja yang kosong.
- Para pegawai biasanya datang 1 jam sebelum resto buka
- Karakter Pengguna :
1. Pegawai Kasir memiliki karakter anggun, ramah senyum dan inisiatif dalam
memberikan pelayanan terbaik
2. Pelayan Restoran memiliki karakter tanggung jawab, sopan sabar dan inisiatif
jika ada pengunjung yang melakukan kesalahan
- Estetika & terapan gaya interior :
Estetika pada interior restoran terletak pada area depan yang memiliki ukiran
ukiran jawa pada atapnya, ada tempat prasmanan, Dan sebelum masuk bakal
diperlihatkan anak tangga yang mengingatkan pada konsep jawa. Perabotan yang
dipakai juga termasuk antic dan kuno dapat terlihat pada tempat nasi yang
digunakan.
- Konsep :
Konsep yang diterapkan pada restoran ini menggusung konsep Vintage dengan
Gaya arsitektur nya Interior Rumah tradisional joglo yang dimana tempat yang
biasanya dijadikan area ruang tamu yang cukup luas dialokasikan sebagai tempat
pembelian, reservasi dan pemesanan makanan.
- Penerapan Arsitektur Jawa :

- Untuk penerapan arsitektur jawanya


sendiri sangat erat sekali dengan kolom
yang menjadi penyangga dari atap
restoran (Soko Guru)
- Penempatan Sanggar Pernikahan khas
adat jawa ini menjadi sebuah nilai plus
dari restoran joglo mlati sebab biasanya
restoran ini dijadikan sebagai upacara
pernikahan Jawa Tradisi Jogja
- Untuk Ubin nya sendiri memiliki corak
arsitektur jawa yang pada umumnya
hanya di keraton – keraton dengan
corak corak arsitektur dan warna yang
monochrome
- Restorannya sendiri dibuat dengan material
utamanya kayu yang menjadi ciri khas dari
arsitektur jawa dan juga secara tidak langsung
mengedepankan konsep green arsitektur
- Untuk Meubel Meja makannya sendiri memiliki
khas bagian dari arsitektur jawa dengan
penggunaan material kayu dengan kursi yang sandarannya memiliki lengkungan yang
fungsinya memberikan aspek rasa kenyamanan baik fisik maupun psikologis dengan
penempatannya juga mempunyai view keluar (istilahnya semi outdoor) Bagian dari
rumah adat jawa dimana pelatarannya dibuat terbuka.
Dsknfdsngf[sdfg

4.5. OBJEK 5 “LOBBY HOTEL MAJAPAHIT, SURABAYA”


Danny Putera Prayitno (04.2019.1.03308)

- Fungsi Lobby :
Fungsi lobby pada Hotel Majapahit ini merupakan tempat yang menjadi pintu
masuk sekaligus untuk merubah zoning pengunjung saat memasuki wilayah hotel
ini ditemui untuk melakukan reservasi room dan menjadi pusat sirkulasi bagi
pengunjung.
- Aktivitas :
Pelayanan pemesanan kamar, pelayanan informasi, pelayan check in dan out, dan
ruang tunggu.
- Karakter pengguna :
- Pelayanan pemesanan kamar : melayani pemesanan kamar dari berbagai
sumber dan cara pemesanan, mengarsipkan pemesanan kamar, melakuan
pengecekan kamar yang terpakai atau belum.
- Pelayanan informasi : Bertugas memberikan penjelasan-penjelasan informasi
yang diperlukan tamu yang menginap maupun tidak menginap.
- Pelayan check in dan out : bagian resepsionis adalah bagian yang melakukan
pendaftaran dan melakukan pendataan semua tamu yang datang untuk
menginap maupun yang telah keluar.
- Konsep Interior :
Menciptakan suasana nyaman dan identik untuk agar mudah diingat dan untuk
menarik pengunjung dengan konsep tradisional yang berada pada area tengah kota
yang modern surabaya.
- Ornamen Ruang : Ornamen ruang pada lobby hotel majapahit ini menggunakan ornament
sangkar burung yang diletakkan secara menggantung pada langit-langit ruangan.

- Material : Untuk material yang digunakan pada perabot di lobby hotel ini menggunakan
bahan dari kayu jati yang di finishing plitur agar menampilkan motif serat dari kayu
jatinya, sedangkan material yang digunakan sebagai bahan lantainya yaitu menggunakan
material marmer dengan warna putih redup dan bercorak untuk menampilkan kesan
tradisonal, dan untuk lantai di area resepsionis menggunakan bahan palet kayu dan
tentunya dengan finishing melamin agar menimbulkan motif dari serat kayu tersebut.
- Perabotan : Di dalam ruang lobby hotel ini terdapat beberapa perabot, yaitu terdapat
meja, kursi, credenza, hiasan pigora dinding, yang berbahan kayu dan terdapat ukiran
khas jawa dan didukung dengan bentuk lampu didinding yang simple dan bermotif untuk
memunculkan kesan tradisional.
- Estetika & terapan gaya interior :
Desain yang terlihat sangat estetik pada konsep tradisional jawa, dengan penggunaan
material kayu pada perabotan yang ada di dalam ruangan tersebut. Dengan efek
cahaya kuning hangat, agar memunculkan kesan tradisional. Dengan lantai
menggunakan material marmer motif kusam serta bercak hitam pada warna putihnya.

4.6. OBJEK 6 “KANTOR GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH”


Danny Putera Prayitno (04.2019.1.03308)

- Fungsi Kantor :
Fungsi kantor gubernur provinsi jawa tengah ini merupakan tempat yang menjadi
ruangan kerja sekaligus sebagai ruang diskusi untuk para tamu kantor gubernur jawa
tengah ini.
- Aktivitas :
Aktivitas yang terjadi pada ruangan kantor gubernur jawa tengah ini merupakan ruang
kerja yaitu melakukan pendataan, pengarsipan, dan diskusi.
- Karakter pengguna :
- Pendataan : Melakukan pendataan untuk berkas keluar masuk yang ditujukan
kepada pemerintah provinsi jawa tengah.
- Pengarsipan : Pengimpanan berkas setelah pendataan yang berfungsi untuk
diteruskan kepada tahap selanjutnya dan tentunya untuk kepentingan arsip
provinsi jawa tengah.
- Diskusi : Adanya diskusi yang biasanya dilakukan dengan tamu yang memiliki
kepentingan dengan gubernur jawa tengah ini.

- Konsep Interior :
Menciptakan suasana nyaman untuk melakukan diskusi dan tentunya menghidupkan
kembali kesan jawa pada kantor gubernur tersebut.

- Ornamen Ruang : Ornamen ruang pada kantor gubernur


jawa tengah ini menggunakan ornament ukiran khas jawa
tengah yang terdapat pada perabot hingga motif pada
wallpaper dindingnya.

- Material : Untuk material yang digunakan pada perabot kantor ini menggunakan bahan
dari kayu jati yang di finishing plitur agar menampilkan motif serat dari kayu jatinya,
sedangkan material yang digunakan sebagai bahan lantainya yaitu menggunakan
material tegel ubin yang berwarna putih redup untuk menampilkan kesan jadulnya.
- Perabotan : Di dalam ruangan kantor ini terdapat beberapa perabot layaknya rumah
tinggal, yaitu terdapat lemari, meja, dan kursi hingga hiasan pigora dinding yang
berbahan kayu dan terdapat ukiran khas jawa tengah.
4.7. OBJEK 7 “LOBBY SANTIKA PREMIERE GUBENG SURABAYA”
Berliana Cahyani Budianto (04.2019.1.03322)
- Fungsi Lobby :
Lobby memiliki peran penting dalam sebuah
hotel, karena lobby pada hotel merupakan
tempat yang pertama kali ditemui dan
menjadi pusat sirkulasi bagi pengunjung.
Oleh karena itu fungsinya maka letak lobby
berada dibagian yang paling mudah dilihat
orang.
- Aktivitas :
Pelayanan pemesanan kamar, pelayanan informasi, pelayan check in dan out
- Karakter pengguna :
- pelayanan pemesanan kamar : melayani
pemesanan kamar dari berbagai sumber
dan carapemesanan, mengarsipkan
pemesanan kamar, melakuan pengecekan
kamar yang terpakai atau belum
- pelayanan informasi : Bertugas
memberikan penjelasan-penjelasan informasi yangdiperlukan tamu yang
menginap maupun tidak menginap
- pelayan check in dan out : bagian resepsionis adalah bagian yang
melakukanpendaftaran semua tamu yang datang untuk menginap
- Estetika & terapan gaya interior :
Desain yang terlihat sangat estetik pada konsep tradisional jawa. warna warna yang
dingin merajai di setiap sudut. Tepat arah ke receptionist, counter marmer bermotif
dan sewarna dengan kue tiramisu. Pada dinding lobby tersebut terdapat 3 gunungan
wayang yang terukir cantik di belakang counter tersebut. Sementara persis di depan
pintu masuk utama, diatur dalam bentuk lingkaran, beberapa sofa dengan sandaran
tinggi disediakan untuk tamu. Diatasnya dipasang dekorasi futuristik berukuran
besar dengan efek cahaya kekuningan yang tidak menyilaukan mata.
Konsep :
Menciptakan suasana lega dan nyaman
4.8. OBJEK 8 “PASAR BERINGHARJO JOGJAKARTA”
Berliana Cahyani Budianto (04.2019.1.03322)
- Fungsi : Pasar Beringharjo sebagai salah satu pasar tradisional yang ada di
Yogyakarta memiliki peranan yang juga tidak kalah penting karena Pasar ini
memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung karena memang letaknya yang
sangat strategis yaitu dikawasan Malioboro. Hal ini yang membuat Pasar
Beringharjo sangat penting bagi kemajuan perekonomian masyarakat Yogyakarta
dan sekitarnya yang mencari nafkah disini baik sebagai pedagang, penjual jasa
dan lain-lain.

- Aktivitas :
Aktivitas perdagangan dipasar beringharjo melalukan penjualan barang atau
sejenis makanan. Dan aktivitas pembeli membeli suatu barang yang dijualkan di
pasar beringharjo tersebut. Pasar Beringharjo bisa dikatakan memiliki kelenturan
dalam menghadapi perubahan jaman. Dengan ditandainya banyak perubahan
dalam aktifitas masyarakat termasuk dalam hal berbelanja.
- Karakter Pengguna :
Masyarakat dapat berjualan dan dapat menawarkan barang dagangannya di area
pasar beringharjo. Masyarakat sangat penting perannya sebagai penggerak roda
perekonomian yang ada di pasar beringharjo.
- Estetika :
Karakter utama pada fasade timur ini yaitu dengan adanya bentuk atap tradisional
rumah jawa yang terbuat dari kayu, juga terdapat deretan anak tangga sepanjang
fasade timur bangunan. Nilai estetika bangunan pasar beringharjo ini terlihat
sangat tradisional dengan bentuk bangunannya
- Terapan gaya interior :
Jika dilihat dari ciri khas bangunan Pasar Beringharjo, pada interior bangunan
yang merupakan perpaduan antara arsitektur colonial dan tradisional jawa. Secara
umum Pasar Beringharjo terdiri dari dua bangunan yang terpisah, yaitu bagian
barat dan
bagian timur. Bangunan utama di bagian barat terdiri dari dua lantai. Adapun
bangunan yang kedua di bagian timur terdiri dari tiga lantai. Pada pintu masuk
utama pasar ini terletak di bagian barat dan tepat menghadap Jalan Malioboro.
Pintu gerbang ini merupakan bangunan dengan ciri khas colonial bertuliskan
Pasar Beringharjo dengan aksara Latin dan Aksara Jawa. Pada sisi kanan dan kiri
pintu utama terdapat dua buah ruangan berukuran 2,5 x 3,5 meter yang digunakan
untuk kantor pengelola pasar. Pintu utama ini berhubungan langsung dengan jalan
utama pasar yang dibangun lurus dari arah barat ke timur. Lebar jalan utama di
dalam pasar ini berkisar 2 meter dengan los-los terbuka di sisi kanan dan kiri. Di
samping pintu utama, terdapat pula pintu-pintu masuk yang lainnya di bagian
utara, timur dan selatan dengan ukuran lebih kecil dibandingkan pintu utama.
Sebagai pasar tradisional kelas 1, Pasar Beringharjo memiliki layanan transaksi
ekonomi berskala nasional. Pada saat ini, Pasar Beringharjo menjadi salah satu
kegiatan ekonomi yang besar untuk kawasan Malioboro. Bangunan bertingkat
yang setiap lantainya diisi oleh bebagai macam komoditas perdagangan mulai
dari konveksi, aksesoris, sembako, dan rempah-rempah. Pasar beringharjo sudah
menjadi salah satu tujuan wisata belanja bagi wisatawan yang berkunjung di Kota
Yogyakarta. Memakai ornamen pada dekat tulisan pda bagian utara dan pada
fasade tersebut. Memakai warna hijau dengan yang tidak terlalu mencolok dan
terdapat warna kuning yang sebagian.
- Konsep :
Konsep pengelolaan pasar yang bersih dengan komitmen yang kuat antara
pengelola dan paguyuban pedagang serta komunitas pasar.
DAFTAR PUSTAKA
- Kartono , J. L. (2005). Konsep Ruasng Tradisional Jawa Dalam Konteks Budaya.
Dimensi Interior, 124-136.
- Murwandani, N. G. (2007). Arsitektur-Interior Keraton Sumenep Sebagai Wujud
Komunikasi Dan Akulturasi Budaya Madura, Cina Dan Belanda . Dimensi Interior, 71-79.
- Sarihati, T., Widodo, P., & Widihardjo. (2014). Penerapan Elemen-Elemen Interior
Sebagai Pembentuk Suasana Ruang Etnik Jawa Pada Restoran Boemi Joglo.
- Suseno, M. (1984). Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup
Orang Jawa.
- Cahyandari, G. O. I. 2007. Tata Ruang dan Elemen Arsitektur pada Rumah Jawa di Yogyakarta
sebagai Wujud Kategori Pola Aktivitas dalam Rumah Tangga. Laporan Penelitian Dikti Kajian
Wanita.
- Santoso, R. B. 2000. Omah. Yogyakarta: Bentang.
- Surjomihardjo, A. 2000. Kota Yogyakarta 1880-1930 Sejarah Perkembangan Sosial.
Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.
- Suprijanto, Iwan. 2002. Rumah Tradisional Osing : Konsep Ruang Dan Bentuk. Dimensi Teknik
Arsitektur. Vol.30 No. 1.
- Ajeng, 2018. https://uzone.id/5-restoran-unik-di-yogyakarta-kamu-wajib-coba- Diakses
pada 24 Maret 2021
- Purnama,2019.https://venuemagz.com/hotel/prime-plaza-hotel-jogjakarta-
perpaduan- arsitektur-jawa-dengan-fasilitas-modern/ Diakses 24 Maret 2021
- Kartono J. Lukito Konsep Ruasng Tradisional Jawa Dalam Konteks Budaya [Journal] //
Dimensi Interior. - 2005. - pp. 124-136.
- Murwandani Nunuk Giari Arsitektur-Interior Keraton Sumenep Sebagai Wujud Komunikasi
Dan Akulturasi Budaya Madura, Cina Dan Belanda [Journal] // Dimensi Interior. - 2007. - pp.
71-79.
- Sarihati Titihan , Widodo Pribadi and Widihardjo Penerapan Elemen-elemen Interior
Sebagai Pembentuk Suasana Ruang Etnik Jawa Pada Restoran Boemi Solo [Journal]. -
2015.
- sarihati titihan, widodo pribadi and widihardjo penerapan elemen-elemen interior
sebagai pembentuk suasana ruang etnik jawa pada restoran boemi joglo [journal]. - 2015.

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya-ITATS 23

Anda mungkin juga menyukai