Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN ISLAM TENTANG IBADAH PRAKTISI DAN BERSUCI

(THAHRAH) PADA PASIEN YANG TERPASANG KATETER

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-nya dan karunia-nya lah
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kajian islam tentang ibadah
praktisi dan bersuci (thahrah) pada pasien yang terpasang kateter”.

Penusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan petrsyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah sistem perkemihan

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banayak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan, demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini khususnya kepada ibu Ns.lela Aini
S.kep,M.Bmd selaku Dosen Pembimbing

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya dan memejukan pendidikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada kita, amin.

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup
karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya; dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh,
beradaptasi, memerlukan makan,dan mengeluarkan sisa metabolism tubuh (Eliminasi).
Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ.

Membuang urine dan alvi (Eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang
harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap
manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, konstipasi,
diare dan kembung. Selain berbaga macam yang telah disebutkan diatas akan
menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan, ekskresi.

2. Tujuan Makalah

a. Agar mahasiswa dapat mengerti arti makna manusia dengan berhubungan eliminasi

b. Agar mahasiswa dapat memahami tata cara ibadah terhdap orang yang sakit yang
terpasang kateter

c. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah

d. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ibadah

e. Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dan tujuan ibadah Mahdah

f. Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dan tujua ibadah ghairu Mahdah

3. Fungsi Makalah

Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita dapat
mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah ibadah
dan tujuan ibadah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibadah
Masalah Ibadah Salat merupakan ibadah yang paling besar dalam mendekatkan
para’abid(hamba) kepadaMa’budnya
(Allah), dan seteguh shalih (pertumbuhan)yang menghubungkan makhluk manusia dengan
Khalid-nya, namun keadaansekarang di lingkungan kita ini pemahaman mengenai kedudukan
salat semakinmemudar masa demi masa. Sikap dan perilaku orang yang mengaku beragama
Islam terhadap Salat amat beragam. Ada yang Salat, ada yang tidak Salat, ada
pula yang kadang-kadang Salat, dan tanpa merasa berdosa tidak mengerjakanSalat.
Sekarang kita dapat menerawang diri kita berada di posisi manah
sebenarnya, apakah kita komitmen akan Salat kita ataukah kita menganggap Salat
itu ritual formalitas belaka. Dari hal tersebut kita juga dapat menilai orang-orangyang berada di
sekitar kita, apakah mereka komitmen sama dengan kita ataukah sama saja menganggap Salat
adalah ritual formalitas saja.Allah Ta’alatelah mengancam kepada orang yang meninggalkan
salat.Orang yang meninggalkan Salat itu mempunyai duakemungkinan: Pertama,mungkin ia
meninggalkan Salat karena menolak kewajibannya atau mengingkarinya. Kedua, mungkin orang
itu meninggalkan Salat karena enggan dan malas mengerjakannya sementara ia masih mengakui
kewajiban Salat itu
Sebagai umat Muslim khususnya para pemuda penerus perjuanganIslam kedepannya, kita
semua mesti sadar akan fenomena yang terjadi dimasa kitaini. Bergaul dengan orang-orang
Shalih adalah jalan yang dapat kita tempuh untukmemperbaiki kekeliruan kita terhadap
kedudukan salat selama ini.Setidaknyaada 12 macam akibat dari meremehkan shalat. Minimal
telahmelakukan dosa besar, sampai yang terberat adalah menjadi kafir, atau telah
keluar dari bingkai keislaman. Hal ini tentunya mengisyaratkan akan pentingnya kedudukan
shalat. Berkali-kali Allah swt. telah memerintahkan untuk selalu
menjaga shalat, baik melalui al Quran ataupun as Sunnah.
Dalam realitas kehidupan, tidak setiap muslim melaksanakan perintah
Allah swt. ini. Banyak saya jumpai dalam masyarakat seseorang yang mengakumuslim tetapi
meremehkan bahkan meninggalkan shalat. Padahal shalat tidak hanya kewajiban
yangdiperintahkan, tetapi juga sebuah kebutuhan dalam mempertahankan keislaman seseorang,
dikarenakan seseorang yang sengaja meninggalkan shalat berarti ia adalah kafir. Sebagaimana
diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

ُ ْ‫بَ ْینَ ال َّر ُج ِل َو بَ ْینَ ْال ُك ْف ِر تَر‬


‫ك الصَّ الَ ِة‬

Artinya:
“Perbedaan diantara seorang laki-laki (muslimin dan muslimat) dengan
orang yang kafir yaitu meninggalkan shalat ” (HR. Muslim)
Fenomena semacam ini memang bukan hal yang aneh. ditengah deras Nya Tamparan-
Tamparan Super Pedas Bagi yang Malas Shalat arus globalisasi yang semakin pesat. Terlebih
saat ini sudah berkembang aliran-aliran yang mendorong kaum muslim pada jurang kebebasan.
Dampak yang nyataadalah berkembangnya paham liberalisme dalam Islam. Sampai-sampai
banyakyang menganggap bahwa shalat itu adalah kebebasan individu, dimana orang lain
(sesama muslim) tak boleh mencampurinya.Banyak kaum muslimin yang mengetahui manfaat
dari shalat, salah satu yang dapat penulis paparkan adalah menguatkanketauhidan kepada Allah,
sehingga kita dapat tunduk kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat
116 berikut ini:yang Artinya:
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha
suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk
kepada-Nya”
Dalam keadaan seperti tersebut di atas, bagi seorang muslim tidak boleh meninggalkan
shalat. Shalat walaupun dalam keadaan bagaimanapun harus di kerjakan, namun ada keringanan
tersendiribagi muslim. Dalam hal memakai kateter dalam fiqih kontemporer disebutkan beberapa
pendapat, yakni:
1.Dalam mazhab syafi’iyah dikatakan bahwa: “Barang siapa berhadas secara terus menerus dia
wajib berwudhu di setiap shalat wajib”
2.Mazhab Hanafiyah mereka mengatakan: “Tidak wajib berwudhu disetiap
shalat, namun dia wajib berwudhu di setiap waktu shalat”
3.Mazhab Malikiyah menyebutkan bahwa: “Dia tidak perlu berwudhu disetiap
waktu shalat berwudhu jika ada yang membatal wudhu saja seperti: keluarair seni, mengeluarkan
tinja, baik shalat wajib maupun shalat sunah”.
Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat umum dimana
seluruh kalangan masyarakat akan berinteraksi disana.Diantaranya seperti Rumah sakit,
Puskesmas, Klinik, dan lain-lain. Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi
perawatankesehatan profesional yang pelayanannya disediakan olehdokter,perawat, dan tenaga
ahli kesehatan lainnya. Beberapa pasien bisa hanyadatang untuk diagnosis atau terapi ringan
untuk kemudian meminta perawatanjalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan
hari,minggu, atau bulan.Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien.
Di tempat pelayanan kesehatan seperti itulah batasan antara laki-laki danperempuan
menurut islam akandikesampingkan. Maksudnya dikesampingkanpada kalimat barusan adalah
kaburnya hijab antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim ini. Dapat kita lihat di tempat
pelayanan kesehatan bahwa baikdokter, perawat ataupun petugas pelayanan kesehatan lainnya
akan melakukanberbagai interaksi dengan pasien. Tindakan-tindakan tersebut
merupakanserangkaian prosedur yang mesti dijalani menurut profesi masing-masing.
Diantaranya seperti dokter atau perawat yang harus melakukan pemeriksaan fisik
terhadap pasiennya yang pastinya harus menyentuh tubuh pasien, melakukaninjeksi (suntikan)
dibagian tertentu yang kadang harus membuat pasienmembuka pakaiannya. Tidak hanya itu,
bahkan kadang dokter atau perawat harus memegang alat vital dari kliennya untuk brbagi
keperluan seperti pada pemasangan kateter atau operasi pada bagian tersebut yang tidak jarang
bahwa petugas medis yangberlainan jenis kelaminlah yang melakukan tindakan tersebut.Jadi
sebenarnya bagaimanakah pandangan islam mengenai fenomena yang ada di tempat pelayanan
kesehatan ini. Suatu kondisi yang sangat tidak mungkin untuk ditinggalkan sebab keurgent
annya.
Lalu bagaimana pula sosok seorangtenaga medis dan para medis yang seharusnya agar
dalam menjalankan tugasnya tetap berjalan pada syariat agama Islam dan benar-benar akan
mendatang kankemaslahatan bagi para pasien yang datang untuk berobat di tempat pelayanan
kesehatan tersebut. Dengan tidak merusak syari’at dalam bermu’amalah kepada Allah dengan
baik dan benar khususnya dalam shalat.
B. Tata Cara Bersuci Dari Hadas

Hadas secara etimologi ialah seseorang yang tengah berhadas, Sedangkan secara
terminologi ialah sesuatu yang mengkotori aggota tubuh yang bisa mencegah sahnya solat
seperti orang yang junub, haid, nifas dan lain-lain. Hadas terbagi menjadi dua yaitu:

1) Hadas Kecil
Hadas kecil ialah bila seseorang dalam keadaan bernajis disebabkan buang hajat selama
belum beristinjak, maka ia tetap dalam keadaan berhadas kecil. a.

Cara bersuci dari hadas kecil :

Wudhu adalah cara untuk bersuci dari hadas kecil agar seseorang bisa melaksanakan
shalat. Cara berwudhu telah digambarkan oleh Allah di dalam al-Quran, yaitu:

“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat, maka
basulah wajah dan tangan kalian sampai siku, dan usaplah kepala kalian dan basulah
kaki kalian sampai kedua mata kaki. ”(QS. Al-Maidah: 6)

- Tayammum Allah berfirman:


“ Jika kalian sakit, dalam perjalanan, kembali dari
tempat buang air atau menyentuh perempuan lalu kalian tidak memperoleh air, mak
bertayammumlah dengan tanah yang baik, usaplah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. ”(QS. Al-Maidah: 6)

2) Hadas Besar
Hadas besar ialah seseorang dalam keadaan bernajis yang mewajibkan ia mandi sesudah
berhadas besar itu, baru dinamakan ia suci dari hadas besar.
Cara bersuci dari hadas besar Apabila seseorang sedang berhadas besar, maka yang wajib
ia lakukan adalah mandi wajib. Agar ia kembali suci seperti semula dan dapat melakukan
ibadah yang ditntut harus dalam keadaan suci, seperti shalat. Cara mandi wajib yang
paling sederhana, atau hanya melakukan hal yang wajib saja, maka ada dua hal yang
dilakukan. Pertama, niat kemudian mengguyur sekujur tubuh dengan air yang suci dan
menyucikan secara merata.
3) Hikmah Dari Thaharah
Hikmah yang terkandung dalam mensucikan dari najis dan hadas adalah :

a. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani Dengan membersihkan dari najis dan hadas
berarti membersihkannya dari gangguan bibit penyakit dan zat-zat berbahaya lainnya
yang merusak tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Untuk memelihara kesehatan rohani Kesehatan rohani banyak di pengaruhi oleh
kesehatan jasmani. Orang yang dirinya berpenyakit, daya ingat dan ketenangan jiwanya
terganggu. Selain itu apabila seseorang tidak bersih perasaannya pun tidak aman dari
sikap kecewa dari orang lain.
c. Untuk memelihara sikap dan akhlaqul karimah Orang yang bersih jasmaninya memiliki
sikap percaya diri bahwa ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT. Dengan demikian
bersih lahir dan batin merupakan pemeliharaan akhlaqul karimah dalam ibadah kepada
Allah.
C. IBADAH PRAKTIS PADA PASIEN TERPASANG KATETER

Shalat orang sakit tidak sama dengan shalat orang sehat. Islam banyak memberi
kemudahan bagi umatnya. Allah juga memerintahkan kaum muslimin untuk
melaksanakan ketakwaan menurut kemampuan mereka. Mayoritas ulama berpendapat
bahwa salah satu syarat sah sholat adalah suci badan, pakaian, dan tempat. Orang sakit
serta terpasang kateter jelas bersambung dengan najis. Penggunaan kateter dibolehkan
bila termasuk keadaan terpaksa jika kateter harus terpasang dan tidak boleh dilepas.
Maka, shalat orang yang terpasang kateter tetap wajib dilakukan. Thaharah adalah
menyucikan badan, pakaian, serta tempat dari najis dan menyucikan diri dari hadast.
Berikut adalah tata cara ibadah seseorang yang terpasang kateter :

1) Kosongkan urine bag terlebih dahulu


2) Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag denggan kassa atau kain bersih yang
dibasahi air
3) Jika mampu berwudhu maka dilakukan sendiri dengan air suci, jika tidak mampu maka
perawat atau keluarga dapat membantu untuk berwudhu.
4) Niat wudhu untuk menghilangkan hadas
5) Mengucapkan bismillah
6) Membasuh kedua telapak tangan
7) Membasuh seluruh wajah
8) Membasuh tangan kanan dan tangan kiri hingga siku
9) Menyapu seluruh kepala
10) Membasuh kaki kanan dan kaki kiri hingga mata kaki
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Masalah Ibadah Salat merupakan ibadah yang paling besar dalam mendekatkan
para’abid(hamba) kepadaMa’budnya (Allah), dan seteguh shalih (pertumbuhan)yang
menghubungkan makhluk manusia dengan Khalid-nya, namun keadaansekarang di lingkungan
kita ini pemahaman mengenai kedudukan salat semakinmemudar masa demi masa.
Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang
diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh
aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata
untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya
yang pantas dan tidak pantas terjadi .

Secara garis besar ialah dibagi menjadi dua:

1. Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah
Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana
atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing
individu.

Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang
mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan
Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal.

Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap
kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan
individu maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selama ia memenuhi
syarat-syarat tertentu.

2. Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa
pertanggung jawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena
Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya,
bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar
menusia itu mencapai taqwa.

Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah swt dan
hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.

Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu
untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah
mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas
untuk mencapai ridha Allah
DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Muhammad. (2008).


Fiqih Ibadah Praktis Ciputat: PT. Mitra Cahaya Utama. Hamid SYA. (2000).

Aspek Spiritual Dalam Keperawatan.Jakarta: Widya Medika.

Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI) UMY dan UNIRES Press. (2015).
Buku Panduan Kuliah Intensif Al-Islam (KIAI) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Yogyakarta: Grama Surya. Sabiq, Sayyid. (2008).
Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing. The American Academy of Family
Physicians. (2007).

Anda mungkin juga menyukai