Anda di halaman 1dari 4

KRITERIA DESAIN JEMBATAN

By konsultan-teknik  29 Aug, 2014  3 comments

KRITERIA DESAIN JEMBATAN

Desain Jembatan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan jembatan.


Untuk itu dalam merencanakan desain jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang
berlaku agar menghasilkan jembatan yang kuat, ekonomis dan efisien.
POKOK-POKOK PERENCANAAN JEMBATAN
Perencanaan desain jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai
berikut:
-  Kekuatan dan Kekakuan Struktur
-  Stabilitas Struktur
-  Kelayanan Struktur
-  Keawetan
-  Kemudahan Pelaksanaan
-  Ekonomis
-  Bentuk Estetika

RUJUKAN
Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada:
1.     Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 dengan revisi pada:
-  Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005), sesuai Kepmen
PU  No. 498/KPTS/M/2005.
-  Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-2004),
sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004.
-  Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-03-2005),
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
2.       Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (Revisi SNI 03-2883-1992).
3.       Juga dapat mengikuti Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS
’92.
RUJUKAN (lanjutan)
1.       Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada:
-  Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003).
-  Stándar-stándar perencanaan jalan yang berlaku.
2.       Perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan:
-  Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.

KRITERIA DESAIN
1.    Umur Rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100
tahun.
2.    Pembebanan Jembatan menggunakan BM 100.
3.    Geometrik:
-  Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah 1 + 7 + 1 meter.
-  Superelevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada lantai jembatan dan kemiringan
memanjang maksimum 5%.
-  Ruang bebas vertikal di atas jembatan minimal 5,1 meter.
-  Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu
lintas kapal dengan diambil free board minimal 1,0 meter dari muka air banjir.
-  Dihindari tikungan diatas jembatan dan oprit.
-  Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata dapat berupa bentuk
parapet dan railing maupun lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan
pengguna jasa.
-  Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri – kanan oprit.
4.  Material:
-  Mutu beton lantai K-350, bangunan atas minimal K-350, bangunan bawah K-250
termasuk untuk isian tiang pancang, sedangkan untuk bore pile K-350.
-  Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk < D13, dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk > D13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.
5.    Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar rencana
diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal dan gambar standar.

PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN


Apabila tidak direncanakan secara khusus maka dapat digunakan bangunan atas
jembatan standar Bina Marga sesuai bentang ekonomis dan kondisi lalu-lintas air di
bawahnya seperti:
-  Box Culvert (single, double, triple), bentang 1 s/d 10 meter.
-  Voided Slab sampai dengan bentang 6 s/d 16 meter.
-  Gelagar Beton Bertulang Tipe T bentang 6 s/d 25 m.
-  Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box bentang 16 s/d 40 meter.
-  Girder Komposit Tipe I dan Box bentang 20 s/d 40 meter.
-  Rangka Baja bentang 40 s/d 60 meter.
Penggunaan bangunan atas diutamakan dari sistem gelagar beton bertulang atau box
culvert serta Gelagar pratekan untuk bentang pendek dan untuk kondisi lainnya dapat
mengunakan gelagar komposit atau rangka baja dan lain sebagainya.
Untuk perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain:
-  Perencanaan struktur atas menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas
berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS).
-  Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas
yang diizinkan yaitu simple beam < L/800 dan kantilever L/400.
-  Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan jembatan
berada khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja dan
galvanis terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial.
BACA JUGA

 ILMU JEMBATAN DI TEKNIK SIPIL


 JENIS ATAU TIPE JEMBATAN MENURUT ILMU SIPIL
 PETUNJUK PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
Perencanaan struktur bawah menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas
berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS).
Abutment:
-  Abutment tipe cap dengan tinggi tipikal 1,5  – 2 meter
-  Abutment tipe kodok dengan tinggi tipikal 2 – 3,5 meter
-  Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4 meter
Pilar:
-  Pilar balok cap
-  Pilar dinding penuh
-  Pilar portal satu tingkat
-  Pilar portal dua tingkat
-  Pilar kolom tunggal (dihindarkan untuk daerah zona gempa besar)
-  Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan
kondisi lingkungan, antara lain: selimut beton yang digunakan minimal 30mm (daerah
normal) dan minimal 50 mm (daerah agresif).

PERENCANAAN PONDASI JEMBATAN


Perencanaan pondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)
Penentuan jenis pondasi jembatan:
1.         Pondasi dangkal/pondasi telapak (dihindarkan untuk daerah potensi scouring
besar):
 Bebas dari pengaruh scouring, kedalaman optimal 0,3 s/d 3 meter.
2.         Pondasi caisson:
 Diameter 2,5 s/d 4,0 meter, kedalaman optimal 3 s/d 9 meter.
3.         Pondasi tiang pancang pipa baja:
 Diameter 0,4 s/d 1,2 meter, kedalaman optimal 7 m s/d 50 meter.
4.         Pondasi tiang pancang beton pratekan:
 Diameter 0,4 s/d 0,6 meter, kedalaman optimal 18  s/d 30 meter.
5.         Pondasi Tiang Bor:
 Diameter 0,8 s/d 1,2 meter, kedalaman optimal 18 s/d 30 meter.
Jenis fondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuknya dimensi-
dimensinya, hindari pondasi langsung untuk daerah dengan gerusan yang besar.
Fondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 yang diisi dengan beton
bertulang non-shrinkage (semen type II) atau fondasi tiang bor.
Faktor keamanan. Bila analisa menggunakan data tanah dari sondir, maka:
-  Tiang pancang, SF Point Bearing= 3 dan SF Friction pile= 5
-  Sumuran, SF Daya dukung tanah = 20, SF Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5
Kalendering terakhir:
Tiang Pancang 1 – 3 cm / 10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis hammer
yang sesuai sehinga dapat memenuhi daya dukung tiang rencana.

PERENCANAAN JALAN PENDEKAT
Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut:
H kritis = (c Nc +  D Nq) / 
H izin = H kritis / SF dengan SF = 3
Bila Tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan dengan sistem perkuatan
tanah dasar yang telah ada.

PRINSIP PENERAPAN KESELAMATAN JEMBATAN


Dalam menerapkan keselamatan pada desain maka lajur jalan, bahu, jarak pandang
alinyemen horisontal, alinyemen vertikal perlu memenuhi kriteria desain (Ditjen Bina
Marga 1997 dan 2004).
Disamping itu ada hal yang harus diperhatikan juga seperti:
1.       Bangunan fisik jembatan dan perlengkapannya harus dapat menginformasikan kepada
Pengguna sedemikian rupa sehingga pengguna dapat mengetahui defisiensi standar
jalan (Self Explaining Road) seperti pemasangan:
-  Rambu kecepatan, rambu belokan (chevron), rambu tanjakan, rambu rawan celaka
dan  
    lainnya serta harus ditempatkan pada tempat yang seharusnya.
-  Pita penggaduh (rumble strip) untuk mengingatkan pengemudi mendekati bangunan 
    jembatan.
2.    Jembatan harus dapat mencegah fatalitas akibat kecelakaan seperti perlu adanya
guard rail pada oprit jembatan.

Anda mungkin juga menyukai