Anda di halaman 1dari 6

Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

5. Beban kerja
Beban kerja merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga
kerja baik fisik maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja tidak bisa
dilepaskan dari proses aktivitas kerja, karena dalam proses aktivitas kerja
diperlukan aktivitas fisik dan mental ditandai adanya perubahan frekuensi denyut
nadi. Semakin besar denyut nadi menandakan semakin tingginya aktivitas yang
dilakukan oleh tubuh. Semakin tinggi aktivitas tubuh menyebabkan metabolisme
tubuh semakin meningkat sehingga kebutuhan oksigen semakin besar dan
frekuensi denyut nadi semakin besar.
Beban kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
produktivitas kerja, selain faktor-faktor lain seperti ketidaknyamanan kerja, stress
akibat kerja, kelelahan, penyakit akibat kerja, cedera dan kecelakaan akibat kerja.
Tiga faktor utama yang menentukan beban kerja adalah (1) tuntutan tugas (task
demands), dengan beban kerja dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang
dilakukan oleh pekerja; (2) usaha atau tenaga (effort), jumlah effort yang
dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu bentuk intuitif secara
alamiah terhadap beban kerja; (3) performansi.
Secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua kelompok besar sebagai
berikut.
1. External load (stressor)
Beban kerja yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu beban kerja
yang berasal dari luar tubuh pekerja meliputi tugas (task), organisasi, dan
lingkungan kerja. Ketiga aspek ini disebut sebagai stressor. Task yang
dilakukan bersifat fisik (stasiun kerja, kondisi kerja, sikap kerja, alat
bantu kerja, sarana informasi, dll) dan bersifat mental (tingkat kesulitan
kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dll). Organisasi meliputi
waktu kerja, waktu istirahat, sistem kerja, sistem pengupahan, dll.
Lingkungan kerja meliputi (1) lingkungan kerja fisik seperti mikroklimat
(suhu, kelembaban udara, kecepatan udara, radiasi), intensitas
penerangan, intensitas kebisingan, tekanan udara; (2) lingkungan kerja
kimiawi seperti debu, gas, pencemar udara; (3) lingkungan kerja biologis

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 18


Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

seperti bakteri, virus; (4) lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan


dan penempatan tenaga kerja, hubungan antar pekerja, hubungan pekerja
dengan atasan, dll.
2. Internal load (strain) adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh
pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan, kepuasan,
taboo dan lain-lain.
Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti berikut.
1. Mengukur suhu badan dengan indikator semakin tinggi suhu badan
menunjukkan beban kerja semakin berat.
2. Mengukur kapasitas ventilasi paru dengan indikator semakin tinggi
kapasitas ventilasi paru menunjukkan beban kerja semakin berat.
3. Mengukur denyut nadi kerja dengan indikator semakin tinggi frekuensi
denyut nadi kerja maka beban kerja semakin berat.
Frekuensi denyut nadi yang diukur dengan metode 10 denyut, dihitung
dengan menggunakan Rumus 5.1.

10 denyut
Denyut Nadi (denyut/menit) = x60 (5.1)
Waktu perhitunga n

Mengukur peningkatan denyut nadi dengan metode sepuluh denyut adalah


mengukur denyut nadi secara palpasi dengan menghitung waktu untuk sepuluh
denyut nadi (stopwatch ditekan start saat denyutan satu dan ditekan stop pada
denyutan kesebelas). Beban kerja (nadi kerja) dihitung berdasarkan selisih denyut
nadi saat kerja dengan nadi istirahat. Denyut nadi istirahat dihitung berdasarkan
jumlah denyutan nadi selama 15 detik, setelah itu kalikan empat, ini merupakan
denyut nadi dalam satu menit. Peningkatan denyut nadi istirahat ke denyut nadi
saat kerja yang diijinkan adalah 35 denyut/menit untuk laki-laki dan 30
denyut/menit untuk wanita.
Kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja disajikan pada Tabel
5.1.

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 19


Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

Tabel 5.1
Kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja
Kategori beban kerja Denyut nadi (denyut/menit)
Sangat ringan 60-70
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat Berat 150-175
Ekstrim >175

Sumber: Kroemer dan Grandjean (2000)

Berdasarkan pemakaian O2, konsumsi kalori, dan denyut nadi, maka


tingkat beban kerja dibedakan dalam beberapa kategori sebagaimana disajikan
pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Tingkat beban kerja menurut keluaran energi
Tingkat beban kerja Keluaran Keluaran Denyut Konsumsi
energi energi/ 8 jam nadi (dpm) oksigen
(kcal/min) (d-kcal) (l/menit)
Istirahat 1,5 < 720 60 – 70 0,3
Beban kerja sangat ringan 1,6 – 2,5 768 – 1200 65 – 75 0,32– 0,5
Beban kerja ringan 2,5 – 5 1200 – 2400 75 – 100 0,5 – 1,0
Beban kerja sedang 5,0 – 7,5 2400 – 3600 100 – 125 1,0 – 1,5
Beban kerja berat 7,5 – 10,0 3600 – 4800 125 – 150 1,5 – 2,0
Beban kerja sangat berat 10,0– 12,5 4800 – 6000 150 – 180 2,0 – 2,5
Beban kerja luar biasa berat > 12,5 > 6000 > 180 > 2,5

Sumber: Sanders dan Mc. Cormick, 1993.

Cara lain untuk menentukan penilaian klasifikasi beban kerja fisik melalui
beban kardiovaskuler yang dihitung berdasarkan data denyut nadi istirahat, denyut
nadi kerja, dan denyut nadi maksimum. Penilaian berdasarkan peningkatan denyut

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 20


Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskuler (cardiovasculair load = %CVL) yang dihitung dengan Rumus 5.2.

100 x (denyut nadi kerja - denyut nadi istirahat)


%CVL = (5.2)
denyut nadi maksimum - denyut nadi istirahat

Denyut nadi maksimum = 220 – umur untuk laki-laki, sedangkan untuk wanita,
denyut nadi maksimum = 200 – umur.
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan seperti ditunjukkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3
Klasifikasi beban kerja berdasarkan beban kardiovaskuler
Klasifikasi
% CVL Keterangan
Beban Kerja
< 30 % Ringan Tidak terjadi kelelahan
30 % < CVL  60 % Sedang Diperlukan perbaikan
60 % < CVL  80 % Berat Kerja dalam waktu singkat
80 % < CVL  100 % Sangat berat Diperlukan tindakan segera
> 100% Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sumber: Tarwaka (2011)

Untuk memonitor external load yang bersumber dari suhu lingkungan


dapat pula dihitung dengan mempergunakan WBGT index (Wet Bulb Globe
Temperature), yang diperkenalkan oleh Crockford (1981). Kemudian ISO 7243-
1982 merekomendasikan bahwa, pengukuran pengaruh lingkungan terhadap
pekerja berdasarkan pada WBGT Index (Persons, 1990) dengan rumus sebagai
berikut.
WBGT = 0,7 Tnwb + 0,3 Tg (indoor activity) ………. (5.3)
WBGT = 0,7 Tnwb + 0,2 Tg + 0,1 Tdb (outdoor activity) .... .... (5.4)
dengan:
Tnwb = natural wet bulb temperature

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 21


Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

Tg = black globe temperature


Tdb = dry bulb temperature of ambient
Dari hasil perhitungan di atas, dengan berpedoman pada indek WBGT
dapat diketahui upaya-upaya yang harus dilaksanakan untuk tercapainya suatu
kerja yang berkesinambungan selama 8 jam. Gambar 5.1 berikut memperlihatkan
grafik dari indek WBGT.

Gambar 2.2 Grafik indek WBGT dan periode istirahat


(Intaranont dan Vanwonterghem, 1993)

Gambar 5.1 Indek WBGT dan periode istirahat


(Sumber: Intaranont dan Vanwonterghem, 1993)

Untuk mengevaluasi apakah beban kerja yang dilakukan akibat aktivitas


kerja atau akibat dari lingkungan kerja (iklim mikro setempat) maka dilakukan
perhitungan ECPT (extra cardiac pulse due to temperature) dan ECPM (extra
cardiac pulse due to metabolism).
ECPT dan ECPM ditentukan melalui pengukuran denyut nadi pemulihan
yang dilakukan pada lima menit terakhir setelah bekerja dan dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝑃3 + 𝑃4 + 𝑃5
ECPT = − 𝑃0 … … … … … … … … … … … … … … … … … (5.5)
3
𝑃3 + 𝑃4 + 𝑃5
ECPM = (𝑃1 + 𝑃2 − 𝑃3) − … … … … … … … … … … . . (5.6)
3

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 22


Modul Evaluasi dan Analisa Ergonomi

dengan P0 merupakan denyut nadi istirahat yaitu denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai dan P1, P2, P3, P4, P5 merupakan denyut nadi pemulihan yaitu denyut
nadi yang dihitung pada akhir 30 detik setelah pekerjaan berhenti selama 30 detik
untuk P1, dan dilanjutkan untuk P2 dihitung pada akhir 30 detik setelah P1,
selama 30 detik. Demikian seterusnya sampai P5, seperti terlihat pada Gambar
5.2.
140 Pekerjaan berhenti

130
Denyut nadi/menit

120
1 Nadi pemulihan
110
2
100 3
4
5
90
P1 P2 P3 P4 P5
80
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 detik

70
Gambar 5.2 Denyut nadi pemulihan
60
Berdasarkan nilai ECPT dan ECPM dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Nilai ECPT > ECPM, berarti bahwa faktor lingkungan lebih dominan
sehingga memberikan beban kerja tambahan kepada subjek. Dalam upaya
perbaikan maka aspek lingkungan itu harus ditekan sekecil mungkin.
2. Nilai ECPM > ECPT, itu berarti bahwa kerja fisik tugas yang dilakukan
memang berat. Upaya intervensinya ditujukan untuk menurunkan beban
kerja utama.
3. Nilai ECPT = ECPM, itu berarti bahwa beban fisik pekerjaan dan aspek
lingkungan sama-sama memberikan beban kepada tubuh, dengan demikian
upaya intervensi ditujukan keduanya.

6. Keluhan muskuloskeletal

I Gede Bawa Susana, Teknik Mesin FT. Unram | 23

Anda mungkin juga menyukai