Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Dibuat oleh :
( LILIS NURCAHYANI )
man/penpromkes 1
Mengkaji Kebutuhan Belajar
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat
keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat
dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang mungkin akan
mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan
tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawancara, perawat juga
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan klien.
Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari pertanyaan klien terhadap perawat
tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.
man/penpromkes 2
ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat serta
sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut, dan peran
gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencana pendidikan kesehatan.
Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan tidak boleh
menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh
menggunakan alat kontrasepsi.
sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi
bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu
mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu,
perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien. Bagaimanapun,
perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar
tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana
cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang
terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin
dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak,
yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan
secara actual dan menemukan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar
dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat
perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan
mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi
teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat efektif
untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya belajar
yang berbeda.
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa saja sasaran
pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu klien
dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan perubahan gaya
hidup yang diperlukan klien.
2.Pengkajian fisk
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar
klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi.
Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik
untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan
mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan substansi dan pendekatan dalam
mengajar. Fungsi system muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan
psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas
klien untuk melakukan aktivitas.
menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka
untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat
apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya
terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien dalam keadaan
cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan
kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak
dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien memungkinkan dapat
menerima proses pembelajaran.
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien dalam keadaan sadar
penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu tingkat kesadaran?
Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa
saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi karena
masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar.
4.Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau
jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam
mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadao status
kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan
mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya
mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impotent setelah
mendapat pengobatan yang sama.
betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji,
mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara nonverbal.
1. Pengkajian Kemampuan Membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap langkah kehidupan,
pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial ekonomi. Penampilan seseorang dan
penggunaan bahasa tidak mengindikasikan bahwa ia mampu membaca dan menulis.
Banyak orang dengan kemampuan membaca dan menulis rendah memiliki intelegensi
rata-rata dan berbicara dengan baik.
tengah dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah semua kata yang mengandung
3 atau lebih suku kata (Syllabes), kemudian jumlahkan. Kemudian temukan jumlah
tersebut didalam daftar dibawah ini dan baca
menyilang untuk menemukan tingkat/grade bacaan/materi belajar.”
Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi pendidikan kesehatan
untuk klien, maka lakukanlah:
a. Gunakanlah kata-kata yang lebih pendek
yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien:
apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui , karena dengan mengetahui sejauh
mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi
perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.
A.Motivasi
Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliott et al (2000), motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal
yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita menuju tujuan tertentu, dan membuat kita
tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan (1) adanya hasrat dan minat untuk
melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) adanya harapan
dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6)
adanya kegiatan yang menarik. Motivasi adalah tentang apa yang membuat seseorang bertindak
(Sargent, dikutip oleh Howard, 1999). Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi
yang dihadapinya (Siagian, 2004). Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu
keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu,
Teori Motivasi
Dari beberapa pendekatan mengenai motivasi, Swansburg (2001), mengklasifikasikan motivasi ke dalam
teori-teori isi dan teori-teori proses.
Teori teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk
Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia secara hierarkial, yang sebenarnya terdiri dari
dua kelompok, yakni kelompok defisiensi dan kelompok pengembangan. Termasuk di dalam kelompok
defisiensi, secara hierarkis adalah fisiologis, rasa aman, kasih sayang dan penerimaan, dan kebutuhan
akan harga diri. Kelompok pengembangan mencakup kebutuhan aktualisasi diri (Ahmadi& Supriyono,
1991).
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan pemenuhan unsur biologis, kebutuhan makan,
minum, bernafas, seksual dan lain sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang
paling mendasar.
Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, dan bahaya lingkungan.
Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai.
Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill
dan potensi, berpendapat dengan mengemukakan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
Aktualisasi diri
Harga diri
Kasih sayang
Rasa aman
Fisiologis
Teori ERG (Existence, Relatedness and Growth), dikembangkan oleh Clayton Alderfer. Menurut teori
ini, komponen existence adalah mempertahankan kebutuhan dasar dan pokok manusia. Merupakan
kebutuhan setiap manusia untuk mempertahankan eksistensinya secara terhormat. Hampir sama dengan
teori Maslow, kebutuhan dasar manusia itu selain kebutuhan fisiologis, termasuk di dalam komponen
“existence”, juga kebutuhan akan keamanan. Relatedness tercermin dari sifat manusia sebagai insan
sosial yang ingin berafiliasi, harga diri dan penerimaan oleh lingkungan sosial. Growth lebih
menekankan kepada keinginan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, mengalami kemajuan dalam
Herzberg, seorang psikolog yang berusaha mengembangkan kebenaran teorinya melakukan penelitian
kepada sejumlah pekerja untuk menemukan jawaban dari, “Apa yang sebenarnya diinginkan seseorang
dari pekerjaannya?” Timbulnya keinginan Herzberg untuk meneliti adalah karena adanya keyakinan
bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara seseorang dengan pekerjaannya dan karena itu sikap
seseorang terhadap pekerjaannya akan sangat mungkin menentukan tingkat keberhasilan dan
Dalam teori motivasi dua faktor, mendasarkan motivasi pada kepuasan dan ketidakpuasan kerja pada dua
faktor yang melatarbelakanginya, yakni faktor pemeliharaan (maintenance factors) yang juga disebut
dissatisffiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan
kebijakan perusahaan, hubungan dengan subordinat, kualitas pengawasan, upah, kondisi kerja, dan
status. Faktor yang lain adalah faktor pemotivasian (motivational factors) yang disebut pula satisfier,
motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan,
Seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi
merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil,
(2) persepsi tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk sukses.
Kebutuhan berprestasi ini bersifat intrinsik dan relatif stabil. Orang dengan n-ach yang tinggi dicirikan
dengan keinginan tinggi untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka, menyukai
tantangan, dimana hasil kerja mereka akan dibandingkan dengan prestasi orang lain
Mereka dengan n-ach tinggi menyukai tantangan yang sedang, realistis dan tidak untung- untungan.
Mereka tidak menyukai pekerjaan yang mudah dan juga pekerjaan yang mereka yakini sangat sulit untuk
diselesaikan dengan baik. Keberhasilan mengerjakan tugas menjadi aspirasi mereka untuk mengerjakan
tantangan yang lebih sulit. Hal ini berkebalikan pada orang dengan n-ach yang rendah. Tugas yang
sangat mudah akan mereka kerjakan, karena yakin benar tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Sebaliknya tugas yang sangat sulit yang gagal dikerjakan tidak membawa arti apapun, karena sejak
Skinner mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut operant conditioning. Pembelajaran
timbul sebagai akibat dari perilaku, yang juga disebut modifikasi perilaku. Perliaku merupakan operant,
yang dapat dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman. Perilaku
positif yang diinginkan harus dihargai atau diperkuat, karena penguatan akan memberikan motivasi,
Teori harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh Porter dan Lawler. Inti dari teori harapan
terletak pada pendapat yang mengemukakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang bertindak
bergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya
tarik pada hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan (Siagian, 2004).
Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam, didasarkan pada asumsi bahwa puas atau tidaknya
seseorang terhadap apa yang dikerjakannya merupakan hasil dari membandingkan antara input usaha,
pengalaman, skill, pendidikan dan jam kerjanya dengan outcome atau hasil yang didapatkan dari
Dalam teori ini, Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya
berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang
efektif untuk mengerjakannya (Mangkunegara, 2005). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang sukar
sekalipun apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang bersangkutan ataupun ditentukan oleh organisasi
yang membawahinya tetapi dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai, akan
Macam Motivasi
Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dari dalam diri sendiri (intrinsik), dan
datang dari lingkungan atau ekstrinsik (Elliot et al, 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi
intrinsik bermakna keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott,
2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi
ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu yang tidak dapat dikendalikan oleh
individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah dan
Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan
belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2007). Menurut Dimyati
dan Mudjiono (2002), motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Di dalam motivasi terdapat tiga komponen utama, yaitu
(1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang diharapkan. Dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan
yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Menurut Hull, dorongan atau motivasi
berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme, yang menjadi penggerak utama perilaku belajar
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang yang mengarahkan perilaku belajar. Tujuan
merupakan pemberi arah pada perilaku dan menjadi titik akhir sementara pencapaian kebutuhan. Jika
kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan dorongan mental untuk berbuat terhenti sementara
Adanya motivasi dalam belajar dapat disimpulkan dari observasi tingkah laku. Ciri manifestasi
mahasiswa yang mempunyai motivasi positif dipaparkan oleh Worrel & Stilwell (1981, dikutip
oleh
Soekamto dan Winataputra, 1997) sebagai berikut:
a. Memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam belajar dan pembelajaran,
Motivasi belajar merupakan konstruksi psikologis yang penting yang mempengaruhi tindakan belajar
1. Motivasi meningkatkan tingkat aktivitas dan energi seseorang (Pintrich, Marx, & Boyle,1993).
3. Motivasi meningkatkan minat terhadap aktivitas tertentu, termasuk belajar dan menjaga
4. Motivasi mempengaruhi strategi dan proses kognitif dari seseorang (individual employs)
(Dweck & Elliott,1983). Hal ini juga mengandung maksud bahwa akan meningkatkan minat
seseorang untuk mencari bantuan seseorang bila ia menghadapi kesulitan (Elliott et al,
2000).
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu yang
sedang belajar. Uno (2007), menjelaskan peranan penting motivasi dalam belajar sebagai berikut:
seseorang jika dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Motivasi akan
mendorong seseorang untuk mencari cara, alat, atau apapun yang dapat membantunya
belajar seseorang akan bertambah jika sesuatu yang dipelajarinya sedikitnya sudah dapat
3. Menentukan keajegan dan ketekunan belajar. Seseorang yang termotivasi untuk belajar
sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh
Menurut Suciati dan Prasetya (2001), beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya:
Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat dalam belajar dan sekaligus
memberikan tujuan yang jelas pada belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang
bersumber dari dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang tersebut mengupayakan lebih
Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,
dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual atau intelegensi.
Keadaan peserta didik secara jasmaniah dan rohaniah akan mempengaruhi motivasi
belajar. Kondisi jasmani dan rohani yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian
Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Lingkungan yang
Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, ingatan, kemauan, dan pengalaman hidup
yang akan turut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi minat dan
Pengajar merupakan salah satu stimulasi yang sangat besar pengaruhnya dalam
memotivasi peserta didik untuk belajar. Kemampuan merancang bahan ajar, dan perilaku
a. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan
keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan
hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi.
Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan arah pada
sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian
yang membentuk suatu sistem. Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami
teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan
yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem
yang antara satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem
merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan
dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dalam sistem ada beberapa subsistem yang
saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan atau masalah yang
dialami pasien di dalam kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana
mempelajari masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang
dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda. Proses tindakan yang akan di lakukan
perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat
harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah
memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari anggota
masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul
dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan.
Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat,
dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi.
Disamping itu juga, perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien
tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien sampai
menyebabkan penyakit. Perlu diketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen
maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan
dengan baik apabila di lakukan secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.
b. Tujuan Sistem
Suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran (objectives).
Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang lingkup yang
sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan
keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu sistem dikatakan berhasil jika mencapai
tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.
c. Klasifikasi Sistem
Kesatuan atau nonsumatisivitas adalah suatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan.
Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim
untuk mendefinisikan konsep ini .Sistem sendiri mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang
hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian komponennya
dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan secara jelas. Parson dan
Bales, mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang terdiri dari peran-peran sosial yang
dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu sama lain.
2. SistemTerbuka
Sistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem tersebut
berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoleh asupan dan
terhadap lingkungan sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting
bagi keberlangsungan hidup sistem tersebut. Berdasarkan definisi ini suatu sistem yang hidup
adalah sistem terbuka.
3. Sistem Tertutup
Secara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak berinteraksi
dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini
tidak tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus-menerus. Karena belum
ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita, tertutup menyatakan suatu
kurangnya pertukaran energi yang melewati batas- batas suatu sistem.
b. Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa tersebut antara lain :
- Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan
diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka
tidak mungkin tercipta suatu perubahan.
- Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan
yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan.
Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
- Tahap Evaluasi
Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan
ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah
dalam melakukan perubahan.
- Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan
harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau situasi yang ada,
dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
- Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu
yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru
sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.
c. Lippit (1973)
Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang pembaharu,
dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa langkah yang
ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan.
Langkah yang dimaksud adalah :
1) Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada.
2) Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan perubahan.
3) Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu perubahan.
4) Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang
ditempuhnya.
5) Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin
dalam pembaharuan.
6) Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.
7) Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan tanggung
jawab dapat tercapai secara bertahap.
d. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan
mempengaruhi perubahan.
Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock :
1) Membangun suatu hubungan.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan.
4) Memilih jalan keluar.
5) Meningkatkan penerimaan.
6) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
e. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk
mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:
1) Mengenali gejala.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Menganalisa jalan keluar.
4) Memilih perubahan.
5) Merencanakan perubahan.
6) Melaksanakan perubahan.
7) Mengevaluasi perubahan.
8) Menstabilkan perubahan.
c. Human care
Merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989)
serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi
dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik
dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan
menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan moral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang digambarkan
sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada
dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien . Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit
caring . Spirit caring seyogianya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat
yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat
dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .
4. Transcultural Nursing
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Pada tahun 1964 model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan, model adaptasi Roy adalah sistem model yang essensial dalam
keperawatan, asumsi dasar model ini adalah :
1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh, seseorang
dikatakan sehat jika memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif untuk
beradaptasi.
3. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis maupun untuk hidup mandiri.
1. Perubahan dalam keperawatan
Dalam perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan
kemajuan dan teknologi.
Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:
a. Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesiyang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah
kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan
kearah professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi bidang
kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
b. Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan professional yang diberikan kepada
masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan
dalam penerapan model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek
keperawatan.
c. Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan
tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan
melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin
ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
d. Keperawatan Sebagai Komunikasi
e. Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan
jiwa professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan
sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.
3. Transcultural nursing
a. Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah bagaimana keperawatan profesional berinteraksi dengan konsep
budaya. Berbasis di antropologi dan keperawatan, hal ini didukung oleh teori keperawatan,
penelitian, dan praktik. Ini adalah khusus kognitif tertentu dalam keperawatan yang berfokus pada
budaya global dan peduli budaya komparatif, kesehatan, dan fenomena keperawatan. Ini didirikan
pada tahun 1955 sebagai daerah resmi penyelidikan dan praktek.
b. Konsep Transcultural
Menurut Kazier Barabar tahun 1983 dalam bukunya yang berjudul fundamental of nursing
concept and procedurs mengatakan pada konsep keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dari seni merawat yang meliputin pengetahuan ilmu
humanistic, philosopi perawat,praktik klinis keperawatan,komunikasi dan ilmu sosial.
Kesimpulan Transcutural Nursing
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu atau kelompok untuk mempertahankan , meningkatkan
prilaku sehat sesuai dengan latar belakang . hal ini bertujuan untuk menjembatani
perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawatdemgan klien . dan hal ini
dibutuuhkan untuk mempertahankan , membentuk dan mengganti budaya yg sesuai
dengan kesehatan
SOAL
Jawaban :
Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang
menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada diri individu yang belajar dalam
bentuk kemampuan yang relative konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan
atau sesuatu yang bersifat sementara. Belajar juga merupakan suatu proses, suatu
kegiatan yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. Dari
proses belajar akan ada hasil yang ditimbulkan yaitu berupa perubahan tingkah
laku pada diri individu, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan
dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dansikap (afektif).
2. Proses Belajar menurut pandangan Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar
yang sistematis, yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasika informasi secara efektif, ialah menurut Bruner
inti dari belajar. Menurutnya dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase
yaitu ?
Jawaban :
1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada
yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang
memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
mislnya ada energi yang lenyap.
2) transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau
ditransformasikan kedalam yang lebih abstrak, atau konseprual agar
dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan
guru sangat diperlukan dan,
3) Evaluasi kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
Jawaban:
1. Perubahan yang bersifat fungsional.
2. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif.
3. Perubahan yang terjadi secara sadar.
4. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi.
5. Perubahan dalam belajar bukan besifat sementara.
6. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih
kompleks.
4 Diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar
2
tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan
lingkungan. Dari cerita di atas teori proses belajar darisiapa ?