Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

Memahami Kebuuhan Belajar Klien

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Dosen pembimbing : Dr.Ketjuk Herminaju,SST.,MM

Dibuat oleh :

( LILIS NURCAHYANI )

PROGRAM STUDI : SARJANA KEPERAWATAN TINGKAT/ 2A


NIM : A2R20023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
2020- 2021

man/penpromkes 1
Mengkaji Kebutuhan Belajar

Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat
keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang dekat
dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang mungkin akan
mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi untuk belajar, dan
tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui wawancara, perawat juga
harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan-kebutuhan klien.
Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari  pertanyaan klien terhadap perawat
tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.

A.Pengkajian Faktor Predisposisi

1.Pengkajian riwayat keperawatan


Informasi tentang usia memberi petunjuk mengenai status perkembangan seseorang,
sehingga memberikan arah mengenai isi pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus
digunakan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut usia,
pertanyaan diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada
klien anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas atau bermain,
sehingga perawat mendapat data tentang kemampuan motorik dan perkembangan
intektualnya.

Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan


 bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi
kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai masalahnya dan
pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-hari. Informasi

man/penpromkes 2
ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi arahan yang tepat serta
sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.

Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut, dan peran
gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencana pendidikan kesehatan.
Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan tidak boleh
menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh
menggunakan alat kontrasepsi.

Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri. Kepercayaan


dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan
mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta
gaya hidup. Perawat

sangat penting mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi
bahwa setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu

mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu,
perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.

Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien. Bagaimanapun,
perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan
  pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar
tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana
cara klien belajar adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang
terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin
dengan melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak,
yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan
secara actual dan menemukan
 bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar 
dengan baik dengan membaca sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat
perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan
mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi
 pendidikan kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi
teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
 baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan sangat efektif
untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya belajar
yang berbeda.

Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa saja sasaran
pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong
  proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu klien
dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan mempertahankan perubahan gaya
hidup yang diperlukan klien.

2.Pengkajian fisk 

Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar
klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi.
Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik
untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan
mendengar memberi pengaruh besar terhadap pemilihan substansi dan pendekatan dalam
mengajar. Fungsi system muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan
psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas
klien untuk melakukan aktivitas.

3.Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar 


Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak siap.
Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya
melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang
pada umumnya

menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka
untuk menghindari masalah atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat
apakah klien dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya
terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien dalam keadaan
cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan

kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak
dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien memungkinkan dapat
menerima proses pembelajaran.
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir   secara jernih? apakah klien dalam keadaan sadar
penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu tingkat kesadaran?
Pertanyaan itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa

saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi karena
masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara
  perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam
 proses belajar mengajar.

4.Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan
 belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau
 jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam
mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi
seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan terhadao status
kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
  pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya
konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan.
Contohnya, motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan
mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya
mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia impotent setelah
mendapat pengobatan yang sama.

Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari


 pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang spesifik. Seorang
perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus betul-

 betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang sulit untuk dikaji,
mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara nonverbal.
1. Pengkajian Kemampuan Membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada setiap langkah kehidupan,
pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial ekonomi. Penampilan seseorang dan
penggunaan bahasa tidak mengindikasikan bahwa ia mampu membaca dan menulis.

Banyak orang dengan kemampuan membaca dan menulis rendah memiliki intelegensi
rata-rata dan berbicara dengan baik.

Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat kemampuan membaca klien?


Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang terbaik, tetapi sering sulit
dipraktikkan. Berikut ini dijelaskan cara mengkaji tingkat kemampuan membaca klien.
a. Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; Berikan sesuatu untuk dibaca dan
kemudian minta klien menjelaskan apa yang dibacanya dengan menggunakan bahasanya
sendiri. Jika memungkinkan, tawarkan kepada klien
  beberapa pilihan cara belajar (membaca, menonton/melihat atau mendengarkan). Jika
ragu-ragu, gunakan materi bacaan yang mudah dan jika
seseorang dalam keadaan stress sebaiknya dimulai dengan materi sederhana,
 baru kemudian ditambahkan yang lebih kompleks.
 b. Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan membaca klien
terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga kemudian dapat ditentukan kesesuaian
materi untuk populasi yang akan membacanya. Berikut ini disajikan cara menentukan
Tingkat Kesiapan dari pada Materi Tertulis dengan menggunakan indeks SMOG.
“Untuk menentukan tingkat materi bacaan, untuk belajar klien, pilihlah 30 kalimat dalam
bacaan. Ambillah 10 kalimat dari bagian awal, 10 kalimat dari

tengah dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan. Hitunglah semua kata yang mengandung
3 atau lebih suku kata (Syllabes), kemudian jumlahkan. Kemudian temukan jumlah
tersebut didalam daftar dibawah ini dan baca
menyilang untuk menemukan tingkat/grade bacaan/materi belajar.”
Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi pendidikan kesehatan
untuk klien, maka lakukanlah:
a. Gunakanlah kata-kata yang lebih pendek 

 b. Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata c. Tulis


kalimat-kalimat pendek 
d. Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
e. Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan

Tebel Indeks SMOG

Jumlah kata-kata yang mengandung 3 Tingkat bacaan


atau
lebih suku kata
0–2 4
3–6 5
7 – 12 6
13 – 20 7
21 – 30 8
31 – 42 9
43 – 56 10
57 – 72 11
73 – 90 12

B.Pengkajian Faktor Pemungkin


Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk
menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada,
personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain

yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien:
apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau? Bagaimana keterampilan klien
untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui , karena dengan mengetahui sejauh
mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi
 perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.

C. Pengkajian Faktor Penguat


Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh
dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis
program. Di dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya, penguat
diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam
pendidikan kesehatan di sekolah penguat mungkin berasal dari guru, teman sebaya,
pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor penguat itu
  positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
 berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh

yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi


 perubahan perilaku.
Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin
 bahwa sasaran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum
untuk mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses
 perubahan perilaku.

Mengkaji Motivasi Klien Untuk Belajar

A.Motivasi

Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliott et al (2000), motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal

yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita menuju tujuan tertentu, dan membuat kita

tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan

internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan (1) adanya hasrat dan minat untuk

melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) adanya harapan

dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) adanya lingkungan yang baik, dan (6)

adanya kegiatan yang menarik. Motivasi adalah tentang apa yang membuat seseorang bertindak

(Sargent, dikutip oleh Howard, 1999). Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi

yang dihadapinya (Siagian, 2004). Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu

keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu,

baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003).

Teori Motivasi

Dari beberapa pendekatan mengenai motivasi, Swansburg (2001), mengklasifikasikan motivasi ke dalam
teori-teori isi dan teori-teori proses.

Teori Isi Motivasi

Teori teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk

menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku.

1. Teori Motivasi Kebutuhan (Abraham A. Maslow)

Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia secara hierarkial, yang sebenarnya terdiri dari

dua kelompok, yakni kelompok defisiensi dan kelompok pengembangan. Termasuk di dalam kelompok

defisiensi, secara hierarkis adalah fisiologis, rasa aman, kasih sayang dan penerimaan, dan kebutuhan

akan harga diri. Kelompok pengembangan mencakup kebutuhan aktualisasi diri (Ahmadi& Supriyono,

1991).

Mangkunegara (2005), menjabarkan hierarki Maslow sebagai berikut.

 Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan pemenuhan unsur biologis, kebutuhan makan,

minum, bernafas, seksual dan lain sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang

paling mendasar.

 Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, dan bahaya lingkungan.

 Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kebutuhan untuk diterima dalam

kelompok, berafiliasi, berinteraksi, mencinta dan dicintai.

 Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai.

 Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill

dan potensi, berpendapat dengan mengemukakan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Aktualisasi diri

Harga diri

Kasih sayang

Rasa aman
Fisiologis

Gambar 1. Bagan hierarki kebutuhan menurut Abraham A. Maslow (Mangkunegara, 2005).

2. Teori ERG (Alderfer’s ERG theory)

Teori ERG (Existence, Relatedness and Growth), dikembangkan oleh Clayton Alderfer. Menurut teori

ini, komponen existence adalah mempertahankan kebutuhan dasar dan pokok manusia. Merupakan

kebutuhan setiap manusia untuk mempertahankan eksistensinya secara terhormat. Hampir sama dengan

teori Maslow, kebutuhan dasar manusia itu selain kebutuhan fisiologis, termasuk di dalam komponen

“existence”, juga kebutuhan akan keamanan. Relatedness tercermin dari sifat manusia sebagai insan

sosial yang ingin berafiliasi, harga diri dan penerimaan oleh lingkungan sosial. Growth lebih

menekankan kepada keinginan seseorang untuk tumbuh dan berkembang, mengalami kemajuan dalam

kehidupan, pekerjaan dan kemampuan, serta mengaktualisasikan diri (Siagian, 2004).

3. Teori Motivasi Dua Faktor (Frederick Herzbeg’s Two Factors theory)

Herzberg, seorang psikolog yang berusaha mengembangkan kebenaran teorinya melakukan penelitian

kepada sejumlah pekerja untuk menemukan jawaban dari, “Apa yang sebenarnya diinginkan seseorang

dari pekerjaannya?” Timbulnya keinginan Herzberg untuk meneliti adalah karena adanya keyakinan

bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara seseorang dengan pekerjaannya dan karena itu sikap

seseorang terhadap pekerjaannya akan sangat mungkin menentukan tingkat keberhasilan dan

kegagalannya (Siagian, 2004).

Dalam teori motivasi dua faktor, mendasarkan motivasi pada kepuasan dan ketidakpuasan kerja pada dua

faktor yang melatarbelakanginya, yakni faktor pemeliharaan (maintenance factors) yang juga disebut

dissatisffiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan
kebijakan perusahaan, hubungan dengan subordinat, kualitas pengawasan, upah, kondisi kerja, dan

status. Faktor yang lain adalah faktor pemotivasian (motivational factors) yang disebut pula satisfier,

motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan,

work it self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab (Mangkunegara, 2005).

4. Teori Motivasi Berprestasi (n-ach, oleh David McClelland)

Seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi

merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil,

(2) persepsi tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk sukses.

Kebutuhan berprestasi ini bersifat intrinsik dan relatif stabil. Orang dengan n-ach yang tinggi dicirikan

dengan keinginan tinggi untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka, menyukai

tantangan, dimana hasil kerja mereka akan dibandingkan dengan prestasi orang lain

Mereka dengan n-ach tinggi menyukai tantangan yang sedang, realistis dan tidak untung- untungan.

Mereka tidak menyukai pekerjaan yang mudah dan juga pekerjaan yang mereka yakini sangat sulit untuk

diselesaikan dengan baik. Keberhasilan mengerjakan tugas menjadi aspirasi mereka untuk mengerjakan

tantangan yang lebih sulit. Hal ini berkebalikan pada orang dengan n-ach yang rendah. Tugas yang

sangat mudah akan mereka kerjakan, karena yakin benar tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

Sebaliknya tugas yang sangat sulit yang gagal dikerjakan tidak membawa arti apapun, karena sejak

semula sudah diketahui bahwa tugas tersebut akan gagal dikerjakan.

Teori Proses Motivasi

1. Teori Penguatan (Skinner’s Reinforcement theory)

Skinner mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut operant conditioning. Pembelajaran

timbul sebagai akibat dari perilaku, yang juga disebut modifikasi perilaku. Perliaku merupakan operant,

yang dapat dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman. Perilaku
positif yang diinginkan harus dihargai atau diperkuat, karena penguatan akan memberikan motivasi,

meningkatkan kekuatan dari suatu respons atau menyebabkan pengulangannya.

2. Teori Pengharapan (Victor H. Vroom ‘s Expectancy theory)

Teori harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh Porter dan Lawler. Inti dari teori harapan

terletak pada pendapat yang mengemukakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang bertindak

bergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya

tarik pada hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan (Siagian, 2004).

3. Teori Keadilan (Adam’s Equity theory)

Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam, didasarkan pada asumsi bahwa puas atau tidaknya

seseorang terhadap apa yang dikerjakannya merupakan hasil dari membandingkan antara input usaha,

pengalaman, skill, pendidikan dan jam kerjanya dengan outcome atau hasil yang didapatkan dari

pekerjaan tersebut (Mangkunegara, 2005).

4. Teori Penetapan Tujuan (Edwin Locke’s theory)

Dalam teori ini, Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya

berpengaruh terhadap pekerjaan saja, tetapi juga mempengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang

efektif untuk mengerjakannya (Mangkunegara, 2005). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan yang sukar

sekalipun apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang bersangkutan ataupun ditentukan oleh organisasi

yang membawahinya tetapi dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan layak dicapai, akan

menyebabkan prestasi yang meningkat (Siagian, 2004).

Macam Motivasi

Motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dari dalam diri sendiri (intrinsik), dan

datang dari lingkungan atau ekstrinsik (Elliot et al, 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi
intrinsik bermakna keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott,

2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi

ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu yang tidak dapat dikendalikan oleh

individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah dan

atau penghagaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.

Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan

belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2007). Menurut Dimyati

dan Mudjiono (2002), motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia untuk belajar. Di dalam motivasi terdapat tiga komponen utama, yaitu

(1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada

ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang diharapkan. Dorongan merupakan

kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan

yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Menurut Hull, dorongan atau motivasi

berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme, yang menjadi penggerak utama perilaku belajar

yang juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal belajar.

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang yang mengarahkan perilaku belajar. Tujuan

merupakan pemberi arah pada perilaku dan menjadi titik akhir sementara pencapaian kebutuhan. Jika

kebutuhan terpenuhi, maka orang menjadi puas dan dorongan mental untuk berbuat terhenti sementara

(Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Adanya motivasi dalam belajar dapat disimpulkan dari observasi tingkah laku. Ciri manifestasi

mahasiswa yang mempunyai motivasi positif dipaparkan oleh Worrel & Stilwell (1981, dikutip
oleh
Soekamto dan Winataputra, 1997) sebagai berikut:

a. Memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam belajar dan pembelajaran,

b. Bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan

c. Terus bekerja sampai tugas terselesaikan.

Motivasi belajar merupakan konstruksi psikologis yang penting yang mempengaruhi tindakan belajar

setidaknya melalui empat cara (Elliott et al, 2000), yaitu:

1. Motivasi meningkatkan tingkat aktivitas dan energi seseorang (Pintrich, Marx, & Boyle,1993).

2. Motivasi menggerakkan seseorang kepada tujuan tertentu (Eccles & Wigfield,1985).

3. Motivasi meningkatkan minat terhadap aktivitas tertentu, termasuk belajar dan menjaga

keajegan terhadap aktivitas tersebut (Stipek, 1998).

4. Motivasi mempengaruhi strategi dan proses kognitif dari seseorang (individual employs)

(Dweck & Elliott,1983). Hal ini juga mengandung maksud bahwa akan meningkatkan minat

seseorang untuk mencari bantuan seseorang bila ia menghadapi kesulitan (Elliott et al,

2000).

Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu yang

sedang belajar. Uno (2007), menjelaskan peranan penting motivasi dalam belajar sebagai berikut:

1. Memberikan penguatan terhadap belajar. Motivasi menguatkan dalam pembelajaran

seseorang jika dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Motivasi akan

mendorong seseorang untuk mencari cara, alat, atau apapun yang dapat membantunya

memecahkan masalah tersebut.


2. Memperjelas tujuan belajar. Motivasi berkaitan erat dengan kemaknaan belajar. Motivasi

belajar seseorang akan bertambah jika sesuatu yang dipelajarinya sedikitnya sudah dapat

diketahui atau dinikmati kemanfaatannya.

3. Menentukan keajegan dan ketekunan belajar. Seseorang yang termotivasi untuk belajar

sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh

hasil yang lebih baik.

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Suciati dan Prasetya (2001), beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya:

1. Cita-cita dan aspirasi

Cita-cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat dalam belajar dan sekaligus

memberikan tujuan yang jelas pada belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik

maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang

bersumber dari dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang tersebut mengupayakan lebih

banyak, yang dapat diindikasikan dengan:

 Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas,

 Kreativitas yang tinggi,

 Berkeinginan untuk memperbaiki kegagalan yang pernah dialami,

 Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan bekerja sama,

 Berusaha menguasai seluruh mata pelajaran, dan

 Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting.


2. Kemampuan peserta didik

Kemampuan peserta didik akan mempengaruhi motivasi belajar. Kemampuan yang

dimaksud adalah segala potensi yang berkaitan dengan intelektual atau intelegensi.

Kemampuan psikomotor juga akan memperkuat motivasi.

3. Kondisi peserta didik

Keadaan peserta didik secara jasmaniah dan rohaniah akan mempengaruhi motivasi

belajar. Kondisi jasmani dan rohani yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian

dan gairah dalam belajar.

4. Kondisi lingkungan belajar

Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,

pergaulan, kemasyarakatan, dan lingkungan institusi penyelenggara pendidikan. Kondisi

lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Lingkungan yang

kondusif akan turut mempengaruhi minat dan kemauan belajar seseorang.

5. Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran

Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, ingatan, kemauan, dan pengalaman hidup

yang akan turut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi minat dan

motivasi dalam belajar.

6. Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik

Pengajar merupakan salah satu stimulasi yang sangat besar pengaruhnya dalam

memotivasi peserta didik untuk belajar. Kemampuan merancang bahan ajar, dan perilaku

juga termasuk upaya pembelajaran.

Mengkaji Penerimaan Konsep Baru


1. Konsep Sistem Khusus Dalam Lingkup Keperawatan
Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas 4 konsep yang berpengaruh dan menentukan kualitas
praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, konsep manusia sebagai klien, konsep sehat sakit,
dan konsep lingkungan.
a. Konsep manusia
- Manusia adalah biopsikososial dan spirtual yang utuh,jasmani dan rohani dan unit
mempunyai berbagi macam kebutuhan sesuai alat–alat ukur.
b. Konsep individu sebagai klien
- Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi,psiologi,sosial dan spiritual.
c. Konsep sehat-sakit
- Rentang ini merupakan suatu alat-alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dan selalu berubah dalam setiap waktu.
d. Konsep lingkungan
- Faktor eksternal yang berpengaruh terdapat perkembangan manusia dan mencakup
antara lain : lingkunga sosial, status ekonomi, dan kesehatan.

Konsep lingkungan dalam paradigma kesehatan adalah :


1. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara fisik yang dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Contoh : pembuagan air limbah, sampah,
lingkungan kotor, dll.
2. Lingkungan psikologis artinya keadaan yang menjadikan terganggunya psikologis
seseorang seperti lingkungan yang kurang aman, yang mengakibatkan kecemasan dan
ketakutan akan bahaya yang ditimbulkan.
3. Lingkungan sosial budaya yang ditimbulkan adalah masyarakat luas serta budaya yang
ada juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan
spiritual juga mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragam serta
meningkatkan keyakinan.
Teori sistem keperawatan adalah salah satu bagian kuno perkembangan ilmu keperawatan dan
pekembangan profesi keperawatan yang diharapkan untuk dapat memberikan kenyataan- kenyataan
yang di hadapi dalam pelayanan perawatan dan untuk pengetahuan dan pemahaman dalam
tindakan keperawatan dapat terus bertambah dan berkembang.

a. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan
yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan
keseluruhan aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi, serta perubahan
hubungan internal dan lingkungan disekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan, proses dan isi.
Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat memberikan arah pada
sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai, dan Isi terdiri atas bagian
yang membentuk suatu sistem. Dalam mempelajari sistem, maka terlebih dahulu harus memahami
teori tentang sistem. Karena teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan
yang ada dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem
yang antara satu dengan yang lainnya harus saling mempengaruhi.
Sistem merupakan suatu komponen yang didalamnya memiliki subsistem yang saling
berhubungan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas. Dalam keperawatan, teori sistem
merupakan suatu kesatuan yang harus di pelajari oleh seorang perawat sehingga dapat diterapkan
dalam proses pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dalam sistem ada beberapa subsistem yang
saling mendukung. Dalam hal ini perawat harus mengetahui apa keluhan atau masalah yang
dialami pasien di dalam kehidupan masyarakat, di sini seorang perawat harus tahu bagaimana
mempelajari masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat karena persepsi setiap orang
dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi berbeda. Proses tindakan yang akan di lakukan
perawat untuk mengubah masukan yang telah muncul dalam kehidupan masyarakat, perawat
harus mengubah cara pikir dari masyarakat terhadap berbagai masukan yang muncul. Setelah
memberikan pelayanan kesehatan perawat melihat dan memahami bagaimana cara dari anggota
masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan serta dampak atau apa akibat yang timbul
dalam masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang di berikan.
Pasien akan memberikan Umpan balik terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan perawat,
dan pasien akan bertanya atau memberikan kritik tentang suatu masalah yang di hadapi.
Disamping itu juga, perawat harus mengetahui bagaimana lingkungan kediaman dari pasien
tersebut sehingga memudahkan perawat mengetahui apa sebernarnya yang dialami pasien sampai
menyebabkan penyakit. Perlu diketahui jika dalam suatu sistem telah kehilangan satu komponen
maka sistem tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Suatu sistem akan berjalan
dengan baik apabila di lakukan secara bertahap dan tetap berdasarkan tujuan.

b. Tujuan Sistem
Suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran (objectives).
Goal meliputi ruang lingkup yang luas, sedangkan objectives meliputi ruang lingkup yang
sempit. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan
keluaran yang akan dihasilkan sistem. Karena suatu sistem dikatakan berhasil jika mencapai
tujuan dan dikatakan gagal jika tujuannya tersebut tidak tercapai.

c. Klasifikasi Sistem
Kesatuan atau nonsumatisivitas adalah suatu sistem yang dicirikan oleh sifat-sifat kesatuan.
Keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya, dan merupakan cara yang lazim
untuk mendefinisikan konsep ini .Sistem sendiri mempunyai beberapa aspek yaitu:
1. Sistem Sosial
Sistem sosial ialah suatu model organisasi sosial, sistem sosial merupakan suatu sistem yang
hidup, yang memiliki suatu sistem unit yang berbeda-beda dengan bagian-bagian komponennya
dan dapat dibedakan dari lingkungan oleh suatu batas yang didefinisikan secara jelas. Parson dan
Bales, mendefinisikan suatu sistem sosial suatu sistem yang terdiri dari peran-peran sosial yang
dilihat oleh interaksi dan saling ketergantungan satu sama lain.
2. SistemTerbuka
Sistem yang dicirikan oleh tingkat interaksi sistem tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Sebuah sistem terbuka adalah terdapat dalam suatu lingkungan yang dengannya sistem tersebut
berinteraksi, sistem terbuka tersebut memperoleh asupan dan
terhadap lingkungan sistem tersebut memberikan keluaran. Interaksi lingkungan sangat penting
bagi keberlangsungan hidup sistem tersebut. Berdasarkan definisi ini suatu sistem yang hidup
adalah sistem terbuka.
3. Sistem Tertutup
Secara teoritis, sebuah sistem tertutup berbeda dengna sistem terbuka, sistem ini tidak berinteraksi
dengan lingkungan. Sebuah inti yang self complete, untuk kelangsungan hidupnya, sistem ini
tidak tergantung kepada pertukaran lingkungan yang berlangsung terus-menerus. Karena belum
ada sistem tertutup murni yang mendemonstrasikan dalam realita, tertutup menyatakan suatu
kurangnya pertukaran energi yang melewati batas- batas suatu sistem.

Pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan dalam sistem yaitu :


a. Prosedur
Prosedur yaitu “suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Prosedur adalah
“rangkaian operasi klerikal (tulis menulis), yang melibatkan beberapa orang di dalam satu atau
lebih departemen yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam.
b. Komponen atau Elemen
Komponen yaitu “kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem, dan sub-sub sistem
tersebut dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.

2. Berubah dan Perubahan Dalam Keperawatan


Berubah adalah bagian dari kehidupan setiap orang; berubah adalah cara seseorang bertumbuh,
berkembang, dan beradaptasi. Perubahan dapat positif atau negatif terencana atau tidak terencana.
Perubahan adalah proses membuat sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Jadi Perubahan adalah
suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status
yang bersifat dinamis. Artinya dapat menyesuaikan diri dari lingkungan yang ada. Perubahan
dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk
dapat menjadikan perbaikan atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru
dalam mencapai tujuan tertentu.
Proses berubah bersifat integral dengan banyak bidang keperawatan, seperti pendidikan
kesehatan, perawatan klien, dan promosi kesehatan. Proses berubah ini melibatkan klien individu,
keluarga, komunitas, organisasi, keperawatan sebagai profesi, dan seluruh sistem pemberian
perawatan kesehatan.
Perubahan dapat meliputi mendapatkan pengetahuan, mendapatkan keterampilan baru, atau
mengadaptasi pengetahuan saat ini dari segi informasi baru. Perubahan ini terutama sulit saat
muncul tantangan terhadap nilai dan keyakinan seseorang, cara berpikir, atau cara berhubungan.
Misalnya, orang yang kecewa menjadi marah dan berbuat negatif serta melakukan perilaku
destruktif.
Perubahan akan mengganggu bagi mereka yang mengalaminya, dan seringkali berkembang
resistensi. Perubahan paling mengancam apabila ada perasaan tidak aman. Penyebab resistensi
terhadap perubahan adalah ancaman terhadap kepentingan diri, keadaan memalukan, perasaan
tidak aman, kebiasaan, kepuasan dengan diri sendiri, kehilangan kekuasaan, dan ketidak setujuan
objektif.
Perubahan tidak selalu merupakan hasil pengambilan keputusan rasional. Perubahan biasanya
terjadi sebagai respons terhadap tiga aktifitas yang berbeda yaitu :
a. Perubahan Spontan
Perubahan spontan juga disebut perubahan yang reaktif atau tidak direncanakan, karena
perubahan ini tidak benar-benar di antisipasi, tidak dapat dihindari dan terdapat sedikit atau tidak
ada waktu untuk merencanakan strategi respons. Contoh perubahan spontan yang memengaruhi
individu adalah infeksi virus akut, cedera medula spinalis, dan tawaran sukarela posisi baru.
b. Perubahan Perkembangan
Perubahan perkembangan mengacu pada perubahan fisiopsikologis yang terjadi selama siklus
kehidupan individu atau perkembangan organisasi menjadi lebih kompleks.Contoh perubahan
perkembangan individu adalah bertambahnya ukuran dan kompleksitas embrio manusia dan janin
dan berkurangnya kemampuan fisik pada lansia.
c. Perubahan Terencana
Menurut Lippitt, perubahan terencana adalah upaya yang disengaja dan bertujuan oleh individu,
kelompok, organisasi, atau sistem sosial yang lebih besar untuk memengaruhi status quo
(menetap) itu sendiri, organisme lain, atau suatu situasi. Keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan mengambil keputusan, dan keterampilan interpersonal adalah faktor-faktor penting
dalam perubahan terencana. Contoh perubahan terencana adalah individu yang memutuskan untuk
memperbaiki status kesehatannya dengan menghadiri program berhenti merokok atau melakukan
program olahraga.

1. Teori Proses Berubah


Perkembangan profesi keperawatan tidak lepas dari konsep berubah yang dimiliki oleh para
praktisi, akedemisi atau seorang yang masih ingin mengembangkan keperawatan, yang memiliki
keyakinan dan teori perubahan yang dimilikinya. Sebagai gambaran dalam merubah profesi
keperawatan kearah yang lebih professional, ada beberapa teori perubahan yang dapat diketahui
seperti :
a. Kurt Lewin (1951)
Perubahan Menurut pandangan Kurt Lewin, seseorang yang akan mengadakan suatu harus
memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar proses
perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada. Tahap tersebut antara lain:
- Tahap Pencairan (Unfreezing)
Pada tahap awal ini yang dapat dilakukan bagi seseorang yang mau mengadakan proses
perubahan adalah harus memiliki motivasi yang kuat untuk merubah dari keadaan semula dengan
merubah terhadap keseimbangan yang ada. Di samping itu juga perlu menyiapkan diri dan siap
untuk merubah atau melakukan perubahan.
- Tahap Bergerak (Moving)
Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan kearah sesuatu yang baru atau
perkembangan terbaru. Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki
informasi yang cukup serta sikap dan kemampuan untuk berubah, Juga memiliki kemampuan
dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-lanhkah dalam menyesuaikan masalah.
- Tahap Pembekuan (Refreezing)
Tahap ini merupakan tahap pembekuan dimana seseorang yang mengadakan perubahan kelak
mencapai tingkat atau tahapan yang baru dengan keseimbangan yang baru. Proses pencapaian
yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya mendapatkan umpan balik, pembinaan
tersebut dalam upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai.
Berdasarkan langkah-langkah menurut Kurt Lewin dalam proses perubahan ditemukan banyak
hambatan. Hambatan tersebut yang akan mempertahankan status quo (menetap) agar tidak terjadi
perubahan. Karena itu diperlukan kemampuan yang benar-benar ada dalam konsep perubahan
sesuai dengan tahapan berubah.

b. Rogers E (1962)
Menurut Rogers E untuk menandakan suatu perubahan perlu ada beberapa tersebut antara lain :
- Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam mengadakan perubahan
diperlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila tidak ada kesadaran untuk berubah, maka
tidak mungkin tercipta suatu perubahan.
- Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap perubahan
yang selalu memperhatikan terhadap sesuatu yang baru dari perubahan yang dikenalkan.
Timbulnya minat akan mendorong dan menguatkan kesadaran untuk berubah.
- Tahap Evaluasi
Tahap ini terjadi penilaian tarhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan
ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah
dalam melakukan perubahan.
- Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap sesuatu yang baru atau hasil perubahan dengan
harapan sesuatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesaui dengan kondisi atau situasi yang ada,
dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.
- Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu
yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru
sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.

c. Lippit (1973)
Lippit memandang teori perubahan dapat dilaksanak dari tinjauan sebagai seorang pembaharu,
dengan memperkenalkan terjadinya perubahan, sehingga terdapat beberapa langkah yang
ditempuh untuk dapat mengadakan pembaharuan.
Langkah yang dimaksud adalah :
1) Menetukan diagnosis terlebih dahulu masalah yang ada.
2) Mengadakan pengkajian terhadap motivasi perubahan serta kemampuan perubahan.
3) Melakukan pengkajian perubahan terhadap hasil atau manfaat dari suatu perubahan.
4) Menetapkan tujuan perubahan yang dilaksanakan berdasarkan langkah yang
ditempuhnya.
5) Menetapkan peran dari pembaharuan sebagai pendidik, peneliti atau pemimpin
dalam pembaharuan.
6) Mempertahankan dari hasil perubahan yang dicapainya.
7) Melakukan penghentian bantuan secara bertahap dengan harapan peran dan tanggung
jawab dapat tercapai secara bertahap.

d. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan
mempengaruhi perubahan.
Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock :
1) Membangun suatu hubungan.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan.
4) Memilih jalan keluar.
5) Meningkatkan penerimaan.
6) Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
e. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk
mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah.
Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley:
1) Mengenali gejala.
2) Mendiagnosis masalah.
3) Menganalisa jalan keluar.
4) Memilih perubahan.
5) Merencanakan perubahan.
6) Melaksanakan perubahan.
7) Mengevaluasi perubahan.
8) Menstabilkan perubahan.

3. Konsep Holistic Care (Caring, Humanisme & Holisme)


Didasarkan pada konsep keperawatan holistik yang meyakini bahwa penyakit yang dialami
seseorang bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan pemberian
obat semata.Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih
memperhatikan keutuhan aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan jasmani,
mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi. Klinik ini tidak saja menawarkan
pelayanan keperawatan dengan memanfaatkan teknologi perawatan moderen maupun beragam
terapi alternatif ataupun komplementer, tetapi juga pelayanan konseling dan promosi kesehatan
untuk semua.

Aspek dari holistic care yaitu :


a. Caring
Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Sikap caring diberikan
melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik.
b. Konsep Caring
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan
dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik . Mayehoff memandang caring sebagai
suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur,
dan rendah hati. Sedangkan Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan berperasaan. Marriner dan Tomey
(1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan
sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan
merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian,
kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, &
Burroughs, 1999).

c. Human care
Merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989)
serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan
menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam
sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri .Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care,
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi
dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan
demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik
dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan
menghargai pasien sebagai seorang manusia, bukan malah melakukan tindakan moral pada saat
melakukan tugas pendampingan perawatan. Caring juga sebagai suatu affect yang digambarkan
sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada
dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa merawat pasien . Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit
caring . Spirit caring seyogianya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati
perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat
yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat
dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien .

4. Transcultural Nursing
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku
Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan
kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai
dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam transcultural nursing yaitu :


a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil
keputusan.
b. Budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dalam pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia.
g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Keperawatan transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi tindakan
yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan mengganti budaya
yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

Pada tahun 1964 model ini banyak digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam
pendidikan keperawatan, model adaptasi Roy adalah sistem model yang essensial dalam
keperawatan, asumsi dasar model ini adalah :
1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh, seseorang
dikatakan sehat jika memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan social.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun negatif untuk
beradaptasi.
3. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis maupun untuk hidup mandiri.
1. Perubahan dalam keperawatan
Dalam perkembangannya keperawatan juga mengalami proses perubahan seiring dengan
kemajuan dan teknologi.
Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:
a. Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesiyang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah
kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan
kearah professional dengan menunjukan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi bidang
kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
b. Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan professional yang diberikan kepada
masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan
dalam penerapan model asuhan keperawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek
keperawatan.
c. Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan
tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan
melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin
ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
d. Keperawatan Sebagai Komunikasi
e. Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan
jiwa professional dalam tugas dan tanggung jawabnya dan selalu mengadakan perubahan
sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.

Manfaat perubahan dalam keperawatan yaitu :


• Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dan klien.
• Meningkatkan profitability.
• Meningkatkan kinerja.
• Memberikan kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.
2. Konsep Holistic Care
Konsep holistic care pada dasarnya mempunyai 3 aspek yaitu :
a. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir,
berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain.
b. Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang
memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang
berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang
cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan
sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis.
c. Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah penting bahwa
semua terkait erat. Holistik Sebuah melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian dari
keseluruhan dan menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau objek) sebagai
yang lain aku. Holistik ini memandang pemisahan sebagai ilusi yang diciptakan oleh
pikiran.

3. Transcultural nursing
a. Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah bagaimana keperawatan profesional berinteraksi dengan konsep
budaya. Berbasis di antropologi dan keperawatan, hal ini didukung oleh teori keperawatan,
penelitian, dan praktik. Ini adalah khusus kognitif tertentu dalam keperawatan yang berfokus pada
budaya global dan peduli budaya komparatif, kesehatan, dan fenomena keperawatan. Ini didirikan
pada tahun 1955 sebagai daerah resmi penyelidikan dan praktek.
b. Konsep Transcultural
Menurut Kazier Barabar tahun 1983 dalam bukunya yang berjudul fundamental of nursing
concept and procedurs mengatakan pada konsep keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dari seni merawat yang meliputin pengetahuan ilmu
humanistic, philosopi perawat,praktik klinis keperawatan,komunikasi dan ilmu sosial.
Kesimpulan Transcutural Nursing
Keperawatan Transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang
difokuskan kepada individu atau kelompok untuk mempertahankan , meningkatkan
prilaku sehat sesuai dengan latar belakang . hal ini bertujuan untuk menjembatani
perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawatdemgan klien . dan hal ini
dibutuuhkan untuk mempertahankan , membentuk dan mengganti budaya yg sesuai
dengan kesehatan

SOAL

1. Apa definisi belajar dalam keperawatan ?

Jawaban :
Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang
menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada diri individu yang belajar dalam
bentuk kemampuan yang relative konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan
atau sesuatu yang bersifat sementara. Belajar juga merupakan suatu proses, suatu
kegiatan yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. Dari
proses belajar akan ada hasil yang ditimbulkan yaitu berupa perubahan tingkah
laku pada diri individu, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan
dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dansikap (afektif).
2. Proses Belajar menurut pandangan Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar
yang sistematis, yang penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasika informasi secara efektif, ialah menurut Bruner
inti dari belajar. Menurutnya dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase
yaitu ?
Jawaban :
1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada
yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang
memperhalus dan memperdalamnya ada pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya,
mislnya ada energi yang lenyap.
2) transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau
ditransformasikan kedalam yang lebih abstrak, atau konseprual agar
dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan
guru sangat diperlukan dan,
3) Evaluasi kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita
peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.

3. Sebutkan apa saja ciri ciri kegiatan belajar ?

Jawaban:
1. Perubahan yang bersifat fungsional.
2. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif.
3. Perubahan yang terjadi secara sadar.
4. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi.
5. Perubahan dalam belajar bukan besifat sementara.
6. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih
kompleks.

4 Diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar

2
tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan
lingkungan. Dari cerita di atas teori proses belajar darisiapa ?

Jawaban : Teori Belajar Behavioristik

5 Dalam memberikan pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan kliensecara


keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik saja. Petugas kesehatan dan
klien saling berbagi pengalaman, perasaan , keyakinan , dan filosofi personal. Dari
penjelasan di atasKualitas Hubungan Belajar Mengajar Pada Klientersebutapa ?

Jawaban: Belajar Mengajar Bersifat Menyeluruh (Holistic)

Anda mungkin juga menyukai