Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.

1 Mei 2019: 31-37

GAMBARAN UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA

Made Canita Rianty1, I Wayan Sudiadnyana2

Abstract. Potencial hazards that the threaten safety and health agricultural sector one of
them is the use of pesticides. The pesticides are not controlled can make some trobles of
health and environment pollution. The purpose of this study is to know description of
occupational safety and health efforts in the use of pesticides of farmer group “Kube Amerta
Abadi” In Candikuning Baturiti, Tabanan regency. This study is descriptive study. The
sampling using a saturated sampling technique, in wich all members of the population are
sampled. The data obtained through by interview and check up the cholinesterase of 15
members of farmer groups. The result of study are indicated that from 15 farmers, 14 farmers
have a good effort of OHS planning phase. The effort of OHS implementation phase of 15
farmers all have a good effort of OHS. From 15 farmers, 9 of the farmers have the effort of
OHS the bad post implementation phase, and 6 farmers have the effort of OHS the good post
implementation phase. The effort of OHS in the use of pesticides 15 farmers, 8 farmers have
the effort of OHS is good and 7 farmers have the effort of OHS moderate ability. From the
check of cholinesterase, 4 farmers have a mild toxic and 11 farmers have suffered moderate
toxic.

Keywords :The effort of OHS, Farmer, Pesticide Poisioning.

Indonesia merupakan negara mempertimbangkan dampak kesehatan


agraris yang sebagian besar penduduknya baik bagi petani sendiri dan lingkungan2.
sebagai petani dengan demikian dominan Penggunaan pestisida yang
tenaga kerja Indonesia pada sector berlebihan dan tidak sesuai aturan akan
pertanian. Berdasarkan data ILO ASEAN, dapat menimbulkan dampak negatif di
kecelakaan kerja di Indonesia pada industri antaranya kasus keracunan pada manusia,
pertanian menduduki tempat kedua atau Data dari WHO menunjukkan 500 ribu
ketiga terbesar dibanding industri lain.1 sampai 1 juta orang per tahun di seluruh
Potensi bahaya yang mengancam pada dunia telah mengalami keracunan pestisida
sektor ini utamanya pada petani tanaman dan sekitar 500 – 1000 diantaranya
pangan dan holtikultura salah satunya mengalami dampak yang sangat fatal
adalah penggunaan pestisida. Petani seperti kanker, cacat, kemandulan dan
menggunakan pestisida untuk membasmi gangguan pada hepar3.
hama tanaman dalam meningkatkan hasil Kabupaten Tabanan adalah salah
panen, namun seringkali tidak satu dari 9 Kabupaten/ Kota yang ada di

1 Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar 31


2 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

Provinsi Bali memiliki unggulan di bidang hasil wawancara dan pengukuran


pertanian kerena sebagian besar mata cholinesterase darah.
pencaharian, serta penggunaan lahan di
wilayah Tabanan masih didominasi bidang Hasil Dan Pembahasan
pertanian. Desa Candikuning termasuk 1. Karakteristik Petani
dalam wilayah Kecamatan Baturiti, a. Umur Petani
Tabanan, merupakan daerah dataran tinggi Tabel 1.
dimana sekitar 80 % penduduk desa ini Karakteristik Petani Berdasarkan Umur
bekerja disektor pertanian holtikultura. Umur Frekuensi Presentase
Salah satu kelompok tani ada di wilayah (%)
tersebut adalah “Kube Amerta Abadi” 36 – 45 tahun 5 33
yang berdiri sejak tahun 2015 dengan 46 – 55 tahun 8 53
jumlah anggota sebanyak 15 orang. 56 – 65 tahun 1 7
Berdasarkan uraian di atas perlu >65 tahun 1 7
dilakukan penelitian tentang “Gambaran Total 15 100
Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Kelompok Tani “Kube Amerta Berdasarkan tabel 2 dapat
Abadi” di Desa Candikuning, Baturiti, diketahui bahwa umur petani terbanyak 9
Tabanan Tahun 2018. (60 %) merupakan petani berumur 40 – 50
tahun.
Metode b. Masa Kerja
Jenis penelitian yang digunakan Berdasarkan sampel yang diteliti
adalah studi deskriptif pendekatan potong bahwa seluruh anggota telah menjadi
lintang (cross sectional) yaitu rancangan petani lebih dari 10 tahun.
penelitian dengan melakukan pengamatan 2. Implementasi Upaya K3 dalam
atau pengukuran pada saat bersamaan. Penggunaan Pestisida
Unit analisis dalam penelitian ini Diketahui melalui wawancara
adalah upaya keselamatan dan kesehatan sesuai dengan tahapan perencanaan,
kerja petani dalam penggunaan pestisida pelaksanaan dan pasca pelaksanaan
yang dilakukan oleh setiap anggota terhadap 15 orang anggota kelompok tani
Kelompok Tani Kube Amerta Abadi, Desa Kube Amerta Abadi, Candikuning,
Candikuning, Baturiti, Tabanan.
Jenis data dalam penelitian ini
menggunakan data primer yaitu data dari
32
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

Baturiti, Tabanan dapat dirinci perilaku yang tidak aman. Sesuai dengan
sebagai berikut : penelitian Marina br Karo (2013)4 bahwa
Tabel 2. sikap dan tindakan petani yang kurang
Distribusi Frekuensi Upaya K3 dalam mendukung adalah petani kurang setuju
Berbagai Tahapan Pengamanan terhadap pemakaian APD, karena
dianggap mengganggu dan kurang nyaman
digunakan.
Oleh karena itu pemakaian APD
yang lengkap disarankandigunakan untuk
semua kegiatan pengelolaan pestisida yaitu
a. Tahap Persiapan google, respirator, overall/apron, glove
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari dan sepatu boot 5.
hasil wawancara terhadap 15 petani pada b. Tahap Pelaksanaan
tahap perencanaan, sebanyak 14 petani Dari tabel 2 menunjukkan bahwa
atau 93 % memiliki upaya K3 yang baik. dari hasil wawancara terhadap 15 petani
Tahap persiapan merupakan tahap pada tahap pelaksanaan, selurunya
awal penggunaan pestisida meliputi memiliki upaya K3 yang baik. Tahap
beberapa kegiatan yaitu pengamanan pelaksanaan merupakan tahap dimana
pembelian pestisida, penyediaan alat pestisida mulai diapalikasikan yang terdiri
aplikasi, alat pelindung diri (APD), dari cara mencampur pestisida, dan cara
pemahaman arti gambar kemasan, aplikasi. Dari hasil wawancara terdapat
pengangkutan dan penyimpanan pestisida. beberapa upaya yang masih kurang baik
Implementasi upaya K3 pada tahap yaitu aflikasi penyemprotan yang
persiapan kurang baik yaitu seluruh petani melawan arah angin. Dengan tidak
tidak menggunakan APD yang lengkap. mengikuti arah angin petani berisiko
Pestisida masuk ke dalam tubuh dapat terpapar pestisida seperti terpercik atau
melalui berbagai cara, antara lain melalui terkena langsung ke bagian tubuh dan
pernafasan atau penetrasi kulit. Pemakaian pakaian akibat hembusan angin yang
APD menunjukkan masih banyak petani berbalik ke arah tubuh penyemprot 6.
yang kurang memperhatikan keselamatan Oleh karena itu petani diharapkan
pada saat menyemprot. Hal ini menggunakan teknik tidak melawan arah
menunjukkan bahwa pengetahuan petani angin saat menyemprot dan tetap
masihlah kurang tentang risiko bahaya menggunakan alat pelindung diri yang
pestisida sehingga bertindak dengan

33
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

wajib dikenakan untuk meminimalkan Tabel 3 menunjukkan bahwa ada 8


masuknya pestisida lewat jalur pernapasan, petani memiliki upaya K3 baik, dan 7
kulit dan pencernaan sedang. Mengaplikasikan pestisida
c. Tahap Pasca Pelaksanaan terutama saat menyemprot merupakan
Tabel 2 menunjukkan bahwa pekerjaan yang paling sering menimbulkan
penggunaan pestisida pada tahap pasca kontaminasi jika dibandingkan dengan
pelaksanaan, sebanyak 9 petani atau 60 % tahapan yang lain. Namun, yang paling
mempunyai upaya K3 yang buruk. berbahaya adalah saat mencampur
Tahap pasca pelaksanaan pestisida karena pestisida masih dalam
menekankan pada pengamanan setelah bentuk konsentrat (kadar tinggi).
melakukan penyemprotan. Berdasarkan Diperlukan kesadaran pada petani
hasil wawancara seluruh anggota untuk mengubah perilaku pengelolaan
kelompok tani menyatakan tidak pernah pestisida guna mengurangi dampak – yang
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara ditimbulkan, perlu upaya pemberian
rutin oleh petugas kesehatan. Petani tidak pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja
mengetahui seberapa banyak telah terpapar kepada seluruh anggota petani yang
oleh pestisida, padahal pemeriksaan kadar menggunakan pestisida.
pestisida dalam darah (pemeriksaan 4. Tingkat Keracunan Pestisida
cholinesterase) perlu dilakukan guna Tingkat keracunan pestisida
memonitoring keracunan pestisida dalam dikelompokkan menjadi 3 sesuai dengan
tubuh petani 7. pedoman Depkes RI (1992) yaitu
3. Implementasi Upaya K3 dalam keracunan ringan, sedang dan berat.
Penggunaan Pestisida Tingkat keracunan petani sesuai hasil
Tabel 3. penelitian seperti pada table 4.
Distribusi Frekuensi Implementasi Upaya
K3 dalam Penggunaan Pestisida
Implementasi Frekuensi Presentase
Upaya K3 (%)
Baik 8 53
Sedang 7 47
Buruk 0 0
Total 15 100

34
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

Tabel 4. 5. Hubungan Implementasi Upaya K3


Distribusi Frekuensi Tingkat Keracunan dengan Tingkat Keracunan
Pestisida Pada Kelompok Tani Pestisida
Tingkat Frekuensi Presentase Tabel 5.
Keracunan (%) Hubungan Upaya K3 dengan Tingkat
Ringan 4 27 Keracunan Pestisida Kelompok Tani
Sedang 11 73 Implementa Tingkat Keracunan
Total 15 100 si Upaya Ringan Sedang Total
K3
Dari hasil uji kadar cholinestarase Baik 4 4 8
darah menggunakan Test-mate ChE (50 %) (50%) (100
Cholinestarase Test System (Model 400) %)
terhadap 15 petani sebanyak 4 petani Sedang 0 7 7
mengalami keracunan ringan, 11 petani (100 (100
mengalami keracunan sedang dan tidak %) %)
ada petani yang mengalami keracunan
berat. Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 8
Dari hasil penelitian menunjukkan petani yang memiliki implementasi upaya
bahwa petani mengalami keracunan ringan K3 yang baik, sebanyak 4 (50%) petani
atau over exposure dan keracunan sedang mengalami keracunan ringan dan 4 (50%)
atau over exposure serius, dimana petani mengalami keracunan sedang.
diperlukan juga uji ulang terhadap tingkat Diketahui pula dari 7 (100%) petani yang
keracunan petani. Jika benar, petani memiliki implementasi upaya K3 sedang,
dihimbau untuk istirahat dari semua seluruhnya mengalami keracunan sedang
pekerjaan yang berkenaan dengan dan tidak ada petani yang mengalami
pestisida (insektisida). Jika yang keracunan ringan. Dapat diketahui bahwa
bersangkutan mengalami kondisi sakit, terdapat hubungan yang nyata
segera dirujuk pada pemeriksaan medis. implementasi upaya K3 dalam penggunaan
Penggunaan pestisida sedapat pestisida dengan tingkat keracunan
mungkin dihindarkan atau pilihan terakhir pestisida
apabila cara pengendalan hama yang lain Hasil penelitian ini sejalan dengan
tidak memungkinkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiono
pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa

35
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

ada hubungan antara praktek pengelolaan 3. Implementasi upaya K3 dalam


penggunaan pestisida dengan kejadian penggunaan pestisida pada kelompok
keracunan pestisida di Kabupaten Subang tani Kube Amerta Abadi yaitu dari 15
8
. Praktek penanganan pestisida buruk petani, 8 petani memiliki K3 baik dan
mempunyai resiko 17 kali lebih besar 7 petani memiliki upaya K3 sedang.
terkena keracunan pestisida dibandingkan 4. Hasil pemeriksaan darah pada petani
petani yang baik dalam praktek didapatkan petani yang mengalami
penanganan pestisida. keracunan sedang sebanyak 11 (73%)
Mekonnen dan Agonafir (2002) orang petani. Petani yang mengalami
menyatakan bahwa pengelolaan pestisida keracunan ringan sebanyak 4 (27%).
yang baik merupakan cara yang paling 5. Hasil analisa deskriptif dengan
penting dalam mencegah keracunan akibat crosstabulation menunjukkan terdapat
pestisida. Selain itu diperlukan upaya – hubungan antara upaya keselamatan
upaya untuk meningkatkan upaya K3 dan kesehatan kerja dalam
melalui kegiatan pelatihan dan penggunaan pestisida dengan tingkat
memberikan akses petani terhadap keracunan petani pada kelompok tani
teknologi alternatif seperti penerapan PHT, Kube Amerta Abadi.
penggunaan biopestisida dalam Berdasarkan penelitian dapat diberi
perlindungan tanaman 9. saran yaitu :
1. Bagi petani disarankan melengkapi dan
SIMPULAN DAN SARAN mengefektifkan penggunaan alat
1. Karakteristik umur petani pada pelindung diri pada saat menggunakan
kelompok tani Kube Amerta Abadi pestisida sehingga kejadian keracunan
sebagian besar berumur 40 – 50 tahun pestisida dapat dicegah.
dengan masa kerja lebih dari 10 tahun. 2. Perlu adanya penyuluhan /pelatihan dari
2. Implementasi upaya K3 dalam penyuluh pertanian tentang tata cara
penggunaan pestisida dari 15 petani pencampuran pestisida yang aman bagi
pada tahap perencanaan sebanyak 14 kesehatan.
petani memiliki K3 baik, tahap 3. Bagi dinas Dinas Kesehatan dan
pelaksanaan seluruh petani memiliki instansi terkait perlu melakukan
K3 baik dan pada tahap pasca pemeriksaan cholinesterase secara rutin
pelaksanaan 9 petani memiliki K3 danberkala.
buruk dan 6 petani memiliki K3 baik.

36
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 31-37

DAFTAR PUSTAKA TERHADAP KADAR


1. Haerani. Penerapan Keselamatan KOLINESTERASE. Indones. J.
dan Kesehatan Kerja di Bidang Occup. Saf. , Heal. Environ. I, 85–
Pertanian di Indonesia. J. MKMI 6, 94 (2014).
180–184 (2010). 6. Mahyuni, E. L. FAKTOR RISIKO
2. Hasibuan, R. Insektisida. DALAM PENGGUNAAN
(Plantaxia., 2015). PESTISIDA PADA PETANI DI
3. Pawukir, Enny S. ( Program Studi BERASTAGI KABUPATEN
Pendidikan Dokter Universitas KARO 2014. J. Fak. Kesehat.
Jember) ; Mariyono, Joko ( Yayasan Masy. 9, (2015).
Bahtera Indonesia, Y. 7. Wudianto R. Petunjuk Penggunaan
HUBUNGAN ANTARA Pestisida. (Penebar Swadaya,
PENGGUNAAN PESTISIDA DAN 2010).
DAMPAK KESEHATAN: STUDI 8. Pujiono. Hubungan Faktor
KASUS DI DATARAN TINGGI Lingkungan Kerja Dan Praktek
SUMATRA BARAT. J. Mns. dan Pengelolaan Pestisida Dengan
Lingkung. (Journal People Environ. Kejadian Keracunan Pestisida
Vol 9, 126–136 (2002). Pada Tenaga Kerja Di Tempat
4. Karo, M. br. Pengetahuan, Sikap Penjualan Pestisida Di Kabupaten
dan Tindakan Petani Holtikultura Subang. (Pascasarjana Undip,
dalam Penggunaan Pestisida di 2009).
Desa Aji Mbelang Kecamatan Tiga 9.
Panah Lebih Baik dibandingkan Kerja, Lama Menyemprot, Jenis
Petani Holtikultura di Desa Deram Pestisida, Penggunaan APD dan
Kecamatan Merdeka Kabupaten Pengelolaan Pestisida dengan
Karo Tahun 2011No Title. Kejadian Keracunan Pada Petani di
PANNMED 8, 73–77 (2011). Brebes. Public Heal. Perspect. J. 2,
5. Yeviana Dwi Rahmawati, T. M. 117–123 (2017).
PENGARUH FAKTOR
KARAKTERISTIK PETANI DAN
METODE PENYEMPROTAN

37

Anda mungkin juga menyukai