01 02 03 04
Competitive 1 State 1 State Model 2 State
Adsorption of Model for 1 for Multi Model for 1
Protein Component Component Component
05 06 07 08
2 State Model 3 State Multiple State Future
for Multi Model for 1 Model for Multiple Prospects and
Component Component Component Conclusion
01
Competitive Adsorption of Protein
xx
Introduction
ADSORPSI PROTEIN
Adsorpsi protein pada permukaan padat memainkan peran penting dalam banyak
aplikasi biologis
Pada kasus ini, akan dijelaskan secara singkat proses adsorpsi protein kompetitif dan
memberikan gambaran singkat tentang beberapa pendekatan pemodelan
matematika penting
PENGERTIAN Contoh
Faktor koagulasi yang beredar dalam Saat terjadi luka akibat tergores kaca,
sirkulasi darah dalam bentuk protein plasma yang bertanggung
zymogen yang kemudian dikonversi jawab dalam koagulasi darah akan
menjadi serina protease menginduksi proses koagulasi
1 2
Jika konsentrasi awal protein tertentu Jika konsentrasi massa awal lebih rendah,
sangat tinggi maka protein akan protein yang teradsorpsi di permukaan
adsorb ke permukaan dengan cepat memiliki waktu untuk menyebar,
tetapi tidak menyebar, bertumpuk menempati lebih banyak ruang
pada satu bagian permukaan saja dipermukaan. Jumlah protein yang lebih
sedikit akan teradsorpsi ke permukaan
pada saat kesetimbagan
1 3 5
4 6
2
(Kim, 2017)
Introduction (Cont.2)
1.1. Competitive adsorption of proteins (The Vroman Effect) (Cont.1)
Dimana,
𝑑𝜃
𝜃 = fraksi permukaan yang tertutup 𝑑𝑡
= 𝑘𝑎 𝐶𝑏 ɸ 𝜃 − 𝑘𝑑 𝜃 (2.5)
oleh molekul teradsoprsi
ɸ 𝜃 = fungsi probabilitas partikel baru ɸ 𝜃 = 1 − 4𝜃 +
6 3
𝜃 2 + 𝛼3 𝜃 3 + 𝑂 𝜃 4 (2.6)
𝜋
𝑘𝑎 = konstanta kinetik adsorpsi
𝑘𝑑 = konstanta kinetik desorpsi
40 1 176
𝐶𝑏 = konsentrasi bulk molekul 𝛼3 = − ≈ 1,4069 (2.7)
3 𝜋 3𝜋 2
pengadsorpsi (mol/m3)
𝜕𝐶 𝐷 𝜕 𝜕𝐶
ɸ 𝜃 = 1 − 0,36𝑥 − 0,74𝑥 2 (2.8) = 𝑟 (2.10)
𝜕𝑡 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
𝜃 Dimana,
𝑥= (2.9) C = Konsentrasi protein (mol/m3)
𝜃∞
D = Koefisien difusi
Dimana,
𝜃∞ = fraksi pada jamming limit
Kondisi batas :
Dimana,
Untuk kondisi awal :
C = konsentrasi protein (mol/m3)
𝐶 = 𝐶0 pada t = 0
C0 = konsentrasi awal protein (mol/m3)
Untuk kondisi batas 1 :
D = koefisien difusi
𝜕𝐶
= 0 pada r = 0 𝛤 = konsentrasi permukaan protein
𝜕𝑟
𝛤𝑚𝑎𝑥 = konsentrasi permukaan
Untuk kondisi batas 2 : maksimum protein
𝜕𝐶 𝛤
𝑘𝑎 = konstanta laju adsorpsi
−𝐷 = 𝑘𝑎 𝐶 1 − − 𝑘𝑑 𝛤 pada r = R
𝜕𝑟 𝛤𝑚𝑎𝑥 𝑘𝑑 = konstanta laju desorpsi
𝑎𝑝𝑝 𝐷
𝑘𝑑 = 𝑘𝑑 𝑒 −𝛽 𝛤
(𝐷 + 𝛿𝑘𝑑 𝑒 𝛽 𝛤 𝛤𝑚𝑎𝑥 − 𝛤 ) Terdapat Koefisien difusi D, yang
menandakan pada proses adsorpsi protein
satu state masih dapat terjadi proses difusi
molekul protein di permukaan.
04
2 State Model for 1 Component
xx
2 State Model for 1 Component
Model Wojciechowski dan Brash
𝛤1 = konsentrasi permukaan dari protein yang
teradsorbsi pada state 1
State 1:
𝑑𝛤1
= 𝑘1 𝐶1 1 − 𝜃 − 𝑘_1 𝛤1 − 𝑘2 𝛤1 (1 − 𝜃) 𝛤2 = konsentrasi permukaan dari protein yang
𝑑𝑡 teradsorbsi pada state 2
𝑑𝛤2 𝛤1,𝑚𝑎𝑥 = konsentrasi permukaan maksimum
State 2: = 𝑘2 𝛤1 1 − 𝜃
𝑑𝑡 dari protein yang teradsorbsi pada state 1
𝛤1 𝛤2 𝛤2,𝑚𝑎𝑥 = konsentrasi permukaan maksimum
𝜃= +
𝛤1,𝑚𝑎𝑥 𝛤2,𝑚𝑎𝑥 dari protein yang teradsorbsi pada state 1
𝑘1 = konstanta laju adsorpsi state 1
𝑘_1 = konstanta laju desorpsi state 1
𝑘2 = konstanta laju penyebaran untuk state 2
2 State Model for 1 Component
Model Wojciechowski dan Brash
𝑑𝜃1
𝐴2 = luas area yang ditempati pada state 2
State 1: = 𝑘1 𝐶1 − 𝑠1 𝜃1 1 − 𝜃1 − 𝛼𝜃2 − 𝑟1 𝜃1
𝑑𝑡 𝑘1 = konstanta laju adsorpsi state 1
𝑑𝜃2 𝑟1 = konstanta laju desorpsi state 1
State 2: = 𝑠1 𝜃1 1 − 𝜃1 − 𝛼𝜃2 − 𝑟2 𝜃2
𝑑𝑡
𝑟2 = konstanta laju desorpsi state 2
dimana ∝= 𝐴2 /𝐴1 𝑠1 = konstnata laju perpindahan state 1 dan state 2
𝜃1 = fraksi molekul yang teradsorp di state 1
● Model-model ini hanya valid untuk sistem 𝜃2 = fraksi molekul yang teradsorp di state 2
ekuilibrium.
2 State Model for 1 Component
Model Lundstrom
𝒅𝜽𝒊 𝒅∅𝒊
𝑵𝒊 = − 𝑷𝒊 +
𝒅𝒕 𝒅𝒕
𝝏𝑪
𝑫𝒊 = 𝑷𝒊 𝒌𝟏𝒊 𝑪𝒊 𝟏 − 𝜽 − ∅ − 𝒌−𝟏
𝒊 𝜽𝒊 𝒂𝒕𝒛 = 𝟎
𝝏𝒛
mereka menjelaskan efek Vroman dengan menyarankan bahwa efek tersebut dapat dijelaskan dengan
interaksi antara transpor massa dari larutan dan kinetika adsorpsi di permukaan.
06
3 State Model for 1 Component
xx
Overshooting pada β-Lactoglobulin
Bentuk kinetika
Kurva yang meningkat secara
adsorpsi protein
monoton yang setelah periode waktu
yang diharapkan
yang cukup lama mencapai kejenuhan
secara teoritis
β-Lactoglobulin
2
Protein menempel sepenuhnya secara
ireversibel di permukaan pada tahap
awal adsorpsi sebelum overshoot terjadi
1
Untuk menjelaskan mekanisme 3
overshoot, percobaan rinsing Bahkan setelah pembilasan yang
lebih lanjut dilakukan selama diperpanjang dengan penyangga
tahap adsorpsi awal dengan murni tidak ada penurunan
protein-free buffer intensitas fluoresensi yang diamati
4
jika pembilasan dengan buffer
dimulai mendekati puncak
maksimum, kurva desorpsi
tipikal diperoleh. Pada tahap
Gambar 6.1 Perilaku Desorpsi pada ini, β-Lg tampaknya terikat
β-Lactoglobulin sebagian secara reversibel
(Sumber: Rabe, 2009)
Dari pengamatan ini, disimpulkan bahwa pada kepadatan permukaan tertentu pasti ada transisi dari spesies yang awalnya teradsorpsi
ireversibel menjadi spesies reversible, dimana tingkat cakupan ambang batas ini disebut sebagai cakupan permukaan kritis θ crit
Three State Model for One
Component Adsorption
Model matematika dapat dikembangkan untuk menggambarkan perilaku adsorpsi dan desorpsi β-Lg dalam kondisi tertentu
Terdapat tiga perilaku desorpsi yang berbeda dalam tahapan proses adsorpsi yang berbeda pula
1 3
Pada cakupan permukaan yang Dalam jangka
rendah β-Lg, biasa teradsorpsi dalam panjang, spesies
irreversible initial state (init) yang yang dapat dibalik
tidak terdesorbsi dengan adanya didapati mengendur
buffer bebas protein (Kurva C dan D) menjadi keadaan
yang hampir tidak
2 dapat diubah dengan
Di luar cakupan kritis, protein berubah
konstanta laju
menjadi keadaan reversibel (rev)
Gambar 6.1 Perilaku Desorpsi pada β-Lactoglobulin desorpsi yang cukup
dengan konstanta laju desorpsi yang
(Sumber: Rabe, 2009) rendah (Ireversibel)
relatif tinggi (Kurva B)
(Sumber: Rabe, 2009)
Three State Model for One Component Adsorption
3 State Model Kondisi Pertama
• Pada tahap atau kondisi pertama, yang terdiri dari periode antara start
dan overshoot, hasil adsorpsi pada densitas permukaan rendah.
• Ini dapat berlangsung beberapa menit pada konsentrasi curah tinggi
(High Bulk Conc) dan hingga beberapa jam pada konsentrasi rendah.
• Karena kerapatan permukaan pada awalnya sedikit rendah, segala jenis
interaksi lateral antara protein terikat dianggap dapat diabaikan dan
adsorpsi protein pada keadaan awal adalah proses yang dominan.
• Spesies awal kemudian dibiarkan perlahan-lahan berubah menjadi
keadaan ireversibel akhir melalui reorientasi struktural yang dijelaskan
oleh konstanta laju transisi 𝒌𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔
𝒊𝒏𝒊𝒕_𝒊𝒓𝒓
𝑑𝜃𝑟𝑒𝑣 𝜃 ≤ 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡
=0 (6.3)
𝑑𝑡
𝑑𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
= 𝑘 𝑜𝑛 ∙ 𝑥 ∙ 𝛷 − 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 𝜃 ≤ 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 (6.1) Simbol Parameter
𝑑𝑡
Konsentrasi protein yang terletak
𝑑𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 c
𝑑𝑡
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
= −𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 − 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 𝜃 > 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 (6.2) di dekat permukaan
Jumlah protein yang terikat
𝑑𝜃𝑟𝑒𝑣 θinit,
=0 𝜃 ≤ 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 (6.3) permukaan dalam keadaan awal,
𝑑𝑡 θrev, θirr
reversible dan ireversibel
𝑑𝜃𝑟𝑒𝑣 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 𝜃 > 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 Jumlah dari semua keadaan atau
= 𝑘 𝑜𝑛 ∙ 𝑐 ∙ 𝛷 − 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑟𝑒𝑣 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 − 𝑘𝑟𝑒𝑣_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑟𝑒𝑣 (6.4)
𝑑𝑡
θ cakupan permukaan yang dapat
𝑑𝜃𝑖𝑟𝑟 𝑜𝑓𝑓
diukur
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 ∙ 𝜃 (6.5)
= 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑟𝑒𝑣 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 − 𝑘𝑟𝑒𝑣 𝑟𝑒𝑣 − 𝑘𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑟𝑟
fungsi permukaan yang tersedia
𝑖𝑟𝑟
𝑑𝑡 Φ
𝜃 = 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 + 𝜃𝑟𝑒𝑣 + 𝜃𝑖𝑟𝑟 (6.6) yang kira-kira dijelaskan oleh
Persamaan rasio antara permukaan yang
𝜃 Bantu tidak tertutup dan permukaan
𝛷=1− (6.7)
𝜃𝑚𝑎𝑥 maksimum yang tersedia
𝑑𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠
= 𝑘 𝑜𝑛 ∙ 𝑥 ∙ 𝛷 − 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 𝜃 ≤ 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 (6.1) Perubahan mendadak dari proses adsorpsi yang
𝑑𝑡
terjadi sebelum dan sesudah mencapai critical
𝑑𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 surface density, menyiratkan bahwa terdapat
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠 𝜃 > 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡 (6.2)
𝑑𝑡
= −𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 − 𝑘𝑖𝑛𝑖𝑡_𝑖𝑟𝑟 ∙ 𝜃𝑖𝑛𝑖𝑡 pembalikan tiba-tiba dari perbedaan energi
bebas antara keadaan awal dan reversibel
𝑑𝜃𝑟𝑒𝑣 𝜃 ≤ 𝜃𝑐𝑟𝑖𝑡
=0 (6.3)
𝑑𝑡
konstanta on-rate dengan tidak adanya efek konstanta off-rate dengan tidak adanya
𝑘0 𝑜𝑛
kooperatif positif yang ditemui di awal 𝑘0 𝑜𝑛 protein yang teradsorpsi
ketika permukaan tidak tertutup
peningkatan laju adsorpsi dengan peningkatan tolakan pada kepadatan yang
c1 meningkatnya cakupan protein pada tahap c1 tumbuh.
awal
𝜽𝒓𝒆𝒗 𝜽𝒓𝒆𝒗
𝒌𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔
𝒊𝒏𝒊𝒕_𝒓𝒆𝒗 = 𝒄𝟑 ∙ 𝒌𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔
𝒓𝒆𝒗_𝒊𝒓𝒓 = 𝒄𝟒 ∙
𝜽𝒎𝒂𝒙 𝜽𝒎𝒂𝒙
• Pada titik di mana cakupan total melebihi • Konstanta laju transisi ketiga diasumsikan tidak
cakupan kritis, protein mulai teradsorpsi dalam bergantung pada cakupan karena proses yang
keadaan reversibel dan menginduksi transisi dari sesuai hanya relevan pada tahap pertama
protein yang awalnya teradsorpsi. adsorpsi di mana kepadatan permukaan absolut
• Semakin banyak protein yang dapat dibalik rendah.
menempel ke permukaan, semakin cepat protein
yang teradsorpsi pada awalnya berubah menjadi
keadaan baru.
Self-exchange
Model ini adalah versi modifikasi (atau
perpanjangan) dari model dua keadaan yang
telah dijelaskan untuk mengakomodasi reaksi Reaksi pertukaran
pertukaran dengan molekul lain dari jenis yang
sama atau jenis lain, yang diamati secara
eksperimental pada permukaan. Pertukaran molekul dari satu
jenis dengan jenis lainnya
Sumber: Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein
exchange reactions on solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science,
136(1), 68–84. doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
Self-Exchange
• Mereka dapat terdisorbsi secara
spontan (keadaan 1) dan diubah
menjadi keadaan yang dapat ditukar.
• Transformasi menjadi keadaan 2 dan
4 disertai dengan perubahan
konformasi dari molekul yang
teradsorpsi.
• Reaksi self exchange dimodelkan
untuk berlangsung melalui keadaan
intermediet.
• Tingkat s2 tergantung pada
konsentrasi molekul protein dalam
Gambar 7.1 Ilustrasi skematis multiple state larutan.
model. (Lundström & Elwing, 1990)
Sumber: Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein
exchange reactions on solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science,
136(1), 68–84. doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
Self-Exchange
Berikut adalah persamaan kinetiknya:
𝐝𝛉𝟏
= 𝐤 𝟏 𝐂 𝟏 − 𝛉𝟏 − 𝛉𝟐 − 𝛉𝟑 − 𝛉𝟒 − 𝐫𝟏 + 𝐬𝟏 𝛉𝟏 , ∶ 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐞 𝟏 (7.1)
𝐝𝐭
𝐝𝛉𝟐
= 𝐬𝟏 𝛉𝟏 − 𝐬𝟐 𝛉𝟐 + 𝐬𝟑 𝛉𝟑 − 𝐬𝟒 𝛉𝟒 , ∶ 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐞 𝟐 (7.2)
𝐝𝐭
𝐝𝛉𝟑
= 𝐬𝟐 𝛉𝟐 + 𝐬𝟑 𝛉𝟏 , ∶ 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐞 𝟑 (7.3)
𝐝𝐭
𝐝𝛉𝟒
= 𝐬𝟒 𝛉𝟐 , ∶ 𝐬𝐭𝐚𝐭𝐞 𝟒 (7.4)
𝐝𝐭
𝛉 = 𝛉𝟏 + 𝛉𝟐 + 𝛉 𝟑 + 𝛉𝟒 (7.5)
Sumber: Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein
exchange reactions on solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science,
136(1), 68–84. doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
Pertukaran antara Molekul dari Berbagai Jenis
Sumber: Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein
exchange reactions on solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science,
136(1), 68–84. doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
Pertukaran antara Molekul dari Berbagai Jenis
Berikut adalah persamaan kinetiknya:
𝐝𝜽𝟏𝑨
= 𝒌𝑨 𝑪𝑨 𝟏 − 𝜽𝟏𝑨 − 𝜽𝟐𝑨 − 𝜽𝟑𝑨 − 𝜽𝟏𝑩 − 𝜽𝟐𝑩 − 𝒔𝟏𝑨 𝜽𝟏𝑨 − 𝒆𝟏𝑩 𝑪𝑩 𝜽𝟏𝑨 + 𝒆𝟏𝑨 𝑪𝑨 𝜽𝟏𝑩 (7.6)
𝒅𝒕
𝒅𝜽𝟐𝑨
= 𝒔𝟏𝑨 𝜽𝟏𝑨 − 𝒔𝟐𝑨 𝜽𝟐𝑨 − 𝒆𝟐𝑩 𝑪𝑩 𝜽𝟐𝑨 + 𝒆𝟐𝑨 𝑪𝑨 𝜽𝟐𝑩 (7.7)
𝒅𝒕
𝐝𝜽𝟏𝑩
= 𝒌𝑩 𝑪𝑩 𝟏 − 𝜽𝟏𝑨 − 𝜽𝟐𝑨 − 𝜽𝟑𝑨 − 𝜽𝟏𝑩 − 𝜽𝟐𝑩 − 𝒔𝟏𝑩 𝜽𝟏𝑩 − 𝒆𝟏𝑨 𝑪𝑨 𝜽𝟏𝑩 + 𝒆𝟏𝑩 𝑪𝑩 𝜽𝟏𝑨 (7.8)
𝒅𝒕
𝒅𝜽𝟐𝑩
= 𝒔𝟏𝑩 𝜽𝟏𝑩 − 𝒆𝟐𝑨 𝑪𝑨 𝜽𝟐𝑩 + 𝒆𝟐𝑩 𝑪𝑩 𝜽𝟐𝑨 (7.9)
𝒅𝒕
𝒅𝜽
= (𝒌𝑨 𝑪𝑨 + 𝒌𝑩 𝑪𝑩 )(𝟏 − 𝛉) (7.10)
𝒅𝒕
Sumber: Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein
exchange reactions on solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science,
136(1), 68–84. doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
Protein Cooperativity
• Konsep peningkatan adsorpsi protein yang dimediasi oleh protein yang telah teradsorpsi
dimanifestasikan oleh isoterm adsorpsi sigmoidal atau dengan meningkatkan laju adsorpsi
sebagai hasil dari peningkatan penutup permukaan.
• Isoterm adsorpsi dihitung untuk protein adsorbsi nonassociating dan self-associating. Area
exclusion memperluas isoterm adsorpsi relatif terhadap isoterm Langmuir (kooperatifitas
negatif), sedangkan self-associating mempertajamnya (kooperatifitas positif).
• Laju adsorpsi yang umumnya lebih tinggi dari yang diharapkan dari teori adsorpsi klasik
Langmuir dihasilkan dari kooperativitas positif, laju adsorpsi yang berada di bawah ekspektasi
teori Langmuir dihasilkan dari kooperativitas negative.
• Adsorpsi non-kooperatif yang nyata ditemui ketika isoterm dan kinetika adsorpsi sesuai
dengan model adsorpsi Langmuir.
Sumber: Rabe, M., Verdes, D., & Seeger, S. (2011). Understanding protein adsorption phenomena
at solid surfaces. Advances in Colloid and Interface Science, 162(1-2), 87–106.
doi:10.1016/j.cis.2010.12.007
08
Future Prospects and Concluding
Remarks
xx
Current and Future Prospects
Pendekatan pemodelan matematis Banyak model tidak secara akurat memperhitungkan
pada protein saat ini masih memiliki ketersediaan ruang kosong di permukaan selama adsorpsi
banyak keterbatasan. protein awal atau selama perubahan konformasi
Untuk mengatasi batasan ini, terdapat beberapa model matematika lain yang diajukan dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing
1 3
Random Sequential Metode Hidrogen/Deuterium
Adsorption (H/D) Exchange
2 4
Metode Monte Model Lundstrom
Carlo
• Model ini tidak ada yang membahas laju desorpsi protein yang sangat pelan
pada ketiadaan protein lain karena keterkaitan desorpsi protein dengan
protein lainnya dapat mengakibatkan desorpsi parsial atau refolding
sebagian dari protein teradsorpsi.
• Hal tersebut dapat menyediakan ruang kosong yang cukup bagi protein
kedua untuk teradsorpsi.
• Apabila afinitas protein kedua lebih tinggi dari protein pertama, maka
protein pertama dapat terus kehilangan tempat pada permukaan
adsorben dan secara perlahan akan terdesorpsi secara penuh
3. Ilustrasi efek Vromman menunjukkan bahwa adsorpsi maksimum sebagai fungsi waktu,
terjadi pada protein dengan konsentrasi terbanyak dan mempunyai low affinity binding.
4. Satu komponen artinya hanya ada 1 jenis komponen yang terlibat dalam proses
adsorpsi. Sedangkan multi komponen berarti terdiri dari berbagai jenis komponen yang
terlibat dalam adsorpsi dalam hal ini ialah protein.
KESIMPULAN (2)
1. One state model satu komponen dapat menggunakan model langmuir isotermis dan
model RSA (random sequential adsorpstion) dengan perbedaan sebagai berikut :
PERBEDAAN
Model Langmuir Model RSA
Reversible Irreversible
Ikatan molekul dengan Ikatan molekul dengan adsorben kuat
adsorben longgar (jika tidak terjadi tumpang tindih)
Terjadi adsorpsi & desorpsi Tidak terjadi adsorpsi atau difusi
(asumsi)
Permukaan adsorben rata Permukaan adsorben tidak rata
Kemungkinan terjadi jamming limit
KESIMPULAN (3)
1. One state model memiliki perbedaan dengan two state model sebagai
berikut :
PERBEDAAN
One state model Two state model Three State
Reversible / Reversible + irreversible Initial+Reversibel+Irreversi
irreversible bel
Monolayer (1 situs) Multilayer (2 situs) Multilayer (3 situs)
Ikatan molekul Ikatan molekul dengan Ikatan molekul dengan
dengan adsorben adsorben kuat adsorben kuat
longgar
KESIMPULAN (4)
1. Proses yang terjadi pada 3 State Model Adsorption adalah:
● Kondisi 1: Pada cakupan permukaan yang rendah β-Lg, biasa teradsorpsi dalam
irreversible initial state (init) yang tidak terdesorbsi dengan adanya buffer bebas protein
● Kondisi 2: Di luar cakupan kritis, protein berubah menjadi keadaan reversibel (rev) dengan
konstanta laju desorpsi yang relatif tinggi
● Kondisi 3: Dalam jangka panjang, spesies yang dapat dibalik didapati mengendur menjadi
keadaan yang hampir tidak dapat diubah dengan konstanta laju desorpsi yang cukup
rendah (Ireversibel)
1.
2 Reaksi pertukaran pada multiple state terdiri dari self-exchange dan pertukaran molekul dari
satu jenis dengan jenis lainnya
2.
3 Laju adsorpsi yang umumnya lebih tinggi dihasilkan dari kooperativitas positif, laju adsorpsi
yang berada di bawah ekspektasi teori Langmuir dihasilkan dari kooperativitas negative
LIST OF REFERENCES
Chatelier, R. C., & Minton, A. P. (1996). Adsorption of globular proteins on locally planar
surfaces: models for the effect of excluded surface area and aggregation of
adsorbed protein on adsorption equilibria. Biophysical Journal, 71(5), 2367–2374.
doi:10.1016/s0006-3495(96)79430-4
J.L. Brash, T.A. Horbett, Proteins at Interfaces: An Overview, ACS SymposiumSeries, 602, 1995,
pp. 25.
Kim, J. (2017). Mathematical modeling approaches to describe the dynamics of protein
adsorption at solid interfaces. ScienceDirect, 162 (2018) 370–379.
Lundström, I., & Elwing, H. (1990). Simple kinetic models for protein exchange reactions on
solid surfaces. Journal of Colloid and Interface Science, 136(1), 68–84.
doi:10.1016/0021-9797(90)90079-4
P.W. Wojciechowski, J.L. Brash,. 1990. A computer simulation for the study of macromolecular
adsorption with special to single-component protein adsorption, J. Colloid
Interface Sci. 140(1-6), pp.239–252.
LIST OF REFERENCES
Rabe, M., Verdes, D., & Seeger, S. (2011). Understanding protein adsorption phenomena at
solid surfaces. Advances in Colloid and Interface Science, 162(1-2), 87–106.
doi:10.1016/j.cis.2010.12.007
Seader Henry, Roppel. 2011. Separation Process Principles, 3 rd ed New York John
Wiley&Sons,Inc
T.A. Horbett, J.L. Brash, Proteins at interfaces: an overview, in: T.A. Horbett,J.L. Brash (Eds.),
Proteins at Interface II: Fundamentals and Applications,American Chemical
Soceity, Washington D.C, 1995, pp. 1–23.
Y. Wei, A.A. Thyparambil, R.A. Latour, Quantification of the influence ofprotein–protein
interactions on adsorbed protein structure and bioactivity,Colloid Surf. B 110
(2013) 363–3