Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam
rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa
konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi
hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43
minggu (Kuswanti, 2014).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan
mempengaruhi tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan
calon bayi yang masih didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga
disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan
(Johnson, 2016).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal
juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada
kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai
ibu saat kondisi hamil (Sukarni & Wahyu, 2013)
Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan
dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan
asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar (Robson and Waugh, 2012). Oleh
sebab itu, pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai Asuhan Kebidanan
Kehamilan Normal di Puskesmas Masaran II Kabupaten Sragen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut : “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Fisiologis
Holistik di Puskesmas Masaran II ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil fisiologis holistik
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data subyektif dan obyektif.
b. Melakukan perumusan diagnosa atau masalah kebidanan.
c. Menyusun perencanaan.
d. Melakukan implementasi / penatalaksanaan asuhan kebidanan.
e. Melakukan evaluasi tindakan yang telah diberikan.
f. Membuat pencatatan Asuhan Kebidanan dengan metode SOAP.
g. Membuat pembahasan.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan
asuhan pada ibu hamil fisiologis holistik.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam
melaksanakan pelayanan khususnya pada ibu hamil fisiologis holistik.
3. Bagi Profesi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikasi bagi profesi bidan dalam asuhan
pada ibu hamil fisiologis holistik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Literatur Review
1. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
Pada masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir semua
sistem organ pada maternal. Perubahan ini diawali dengan adanya sekresi
hormon dari korpus luteum dan plasenta. Efek mekanis pada
pembesaran uterus dan kompresi dari struktur sekitar uterus memegang
peranan penting pada trimester kedua dan ketiga. Perubahan yang
relevan meliputi perubahan fungsi hematologi, kardiovaskular, metabolik,
renal, sistem saraf, dan gastrointestinal (Santos,et.al., 2006; Morgan,2006;
Guyton, 2006; Prawirohardjo, 2008; Birnbach,et.al., 2009).
Perubahan fisiologis memiliki implikasi yang relevan bagi dokter dan
atau tenaga kesehatan untuk memberikan perawatan dan asuhan kepada ibu
hamil. Namun, ada perubahan fisiologis lain terjadi pada ibu hamil
diantaranya adalah perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem
endokrin, dan perubahan sistem muskoloskeletal (Mochtar, 1998; Hacker
NF, 2001; Cunningham FG, 2006; Prawirohardjo, 2008).
a. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskular beradaptasi selama masa kehamilan
terhadap beberapa perubahan yang terjadi. Meskipun perubahan
sistem kardiovaskular terlihat pada awal trimester pertama, perubahan
pada sistem kardiovaskular berlanjut ke trimester kedua dan ketiga,
ketika cardiac output meningkat kurang lebih sebanyak 40 % daripada
pada wanita yang tidak hamil. Cardiac output meningkat dari minggu
kelima kehamilan dan mencapai tingkat maksimum sekitar minggu
ke-32 kehamilan, setelah itu hanya mengalami sedikit peningkatan
sampai masa persalinan, kelahiran, dan masa post partum. Sekitar
50% peningkatan dari cardiac output telah terjadi pada masa minggu
kedelapan kehamilan. Meskipun, peningkatan dari cardiac
outputdikarenakan adanya peningkatan dari volume sekuncup dan
denyut jantung, faktor paling penting adalah volume sekuncup,
dimana meningkat sebanyak 20% sampai 50% lebih banyak daripada
pada wanita tidak hamil. Perubahan denyut jantung sangat sulit
untuk dihitung, tetapi diperkirakan ada peningkatan sekitar 20%
yang terlihat pada minggu keempat kehamilan. Meskipun, angka
normal dalam denyut jantung tidak berubah dalam masa kehamilan,
adanya terlihat penurunan komponen simpatis.
Pada trimester kedua, kompresi aortocava oleh pembesaran
uterus menjadi penting secara progresif, mencapai titik maksimum
pada minggu ke- 36 dan 38, setelah itu dapat menurunkan perpindahan
posisi kepala fetal menuju pelvis. Penelitian mengenai cardiac output,
diukur ketika pasien berada pada posisi supine selama minggu terakhir
kehamilan, menunjukkan bahwa ada penurunan dibandingkan pada
wanita yang tidak hamil, penurunan ini tidak diobservasi ketika
pasien berada dalam posisi lateral decubitus. Sindrom hipotensi
supine, yang terjadi pada 10 % wanita hamil dikarenakan adanya
oklusi pada vena yang mengakibatkan terjadinya takikardi maternal,
hipotensi arterial, penurunan kesadaran, dan pucat. Kompresi pada
aorta yang dibawah dari posisi ini mengakibatkan penurunan perfusi
uteroplasental dan mengakibatkan terjadinya asfiksia pada fetus.
Oleh karena itu, perpindahan posisi uterus dan perpindahan posisi pelvis
ke arah lateral harus dilakukan secara rutin selama trimester kedua dan
ketiga dari kehamilan.
b. Perubahan Sistem Metabolik
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian
besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan
volume darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan
berat badan terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang
menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta
protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi
peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali
lipat bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema
dapat timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi
cairan tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan
tekanan vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi
parsial vena kava. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga
cenderung menimbulkan edema pada akhir kehamilan.
Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Mammae 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan ekstraseluler 0 30 80 1480
Lemak 310 2050 3480 3345
Total 650 4000 8500 12500

c. Sistem Hematologi
Volume darah maternal mulai meningkat pada awal masa
kehamilan sebagai akibat dari perubahan osmoregulasi dan sistem
reninangiotensin, menyebabkan terjadinya retensi sodium dan
peningkatan dari total body water menjadi 8,5 L. Pada masanya,
volume darah meningkat sampai 45 % dimana volume sel darah
merah hanya meningkat sampai 30%. Perbedaan peningkatan ini
dapat menyebabkan terjadinya ”anemia fisiologis” dalam kehamilan
dengan hemoglobin rata rata 11.6 g/dl dan hematokrit 35.5%.
Bagaimanapun, transpor oksigen tidak terganggu oleh anemia relatif ini,
karena tubuh sang ibu memberikan kompensasi dengan cara
meningkatkan curah jantung, peningkatan PaO2, dan pergeseran ke
kanan dari kurva disosiasi oxyhemoglobin.
Kehamilan sering diasosiasikan dengan keadaan hiperkoagulasi
yang memberikan keuntungan dalam membatasi terjadinya
kehilangan darah saat proses persalinan. Konsentrasi fibrinogen dan
faktor VII,VIII, IX,X,XII, hanya faktor XI yang mungkin mengalami
penurunan. Fibrinolisis secara cepat dapat diobservasi kemudian pada
trimester ketiga. Sebagai efek dari anemia dilusi, leukositosis dan
penurunan dari jumlah platelet sebanyak 10 % mungkin saja terjadi
selama trimester ketiga. Karena kebutuhan fetus, anemia defisiensi
folat dan zat besi mungkin saja terjadi jika suplementasi dari zat gizi
ini tidak terpenuhi. Imunitas sel ditandai mengalami penurunan dan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi viral.
d. Sistem Renal
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh
uterus sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang
seiring usia kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari
rongga pelvis dan naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah
besar selama kehamilan. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran
plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan.
Vasodilatasi renal mengakibatkan peningkatan aliran darah renal
pada awal masa kehamilan tetapi autoregulasi tetap terjaga. Ginjal
umumnya membesar. Peningkatan dari renin dan aldosterone
mengakibatkan terjadinya retensi sodium. Aliran plasma renal dan
laju filtrasi glomerulus meningkat sebanyak 50% selama trimester
pertama dan laju filtrasi glomerulus menurun menuju ke batas
normal pada trimester ketiga. Serum kreatinin dan Blood Urea
Nitrogen (BUN) mungkin menurun menjadi 0.5-0.6 mg/dL dan 8-
9mg/dL. Penurunan thresholddari tubulus renal untuk glukosa dan
asam amino umum dan sering mengakibatkan glukosuria ringan(1-
10g/dL) atau proteinuria (<300 mg/dL). Osmolalitas plasma
menurun sekitar 8-10 mOsm/kg.
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas
panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan
sering berkemih pun dapat muncul kembali.
e. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah.
Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah
karena pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot
traktus digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur
berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam
makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita
tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual.
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot
polos pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung.
Akibatnya, tonus sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat
menyebabkan refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan
keluhan seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan
penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan
seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam
lambung.
f. Sistem Sistem Saraf Pusat Dan Perifer
Konsentrasi alveolar minimum menurun secara progresif selama
masa kehamilan. Pada masa aterm menurun sekitar 40% untuk
semua anestesi general. Namun, konsentrasi alveolar minimum
kembali normal pada hari ketiga pasca kelahiran. Perubahan kadar
hormon maternal dan opioid endogen telah dibuktikan. Progestron
yang memiliki efek sedasi ketika diberikan dalam dosis farmakologis,
meningkat sekitar 20 kali lebih tinggi daripada normal pada masa
aterm dan kemungkinan berefek kecil dalam observasi. Peningkatan
secara signifikan kadar endorfin juga memegang peranan penting
dalam masa persalinan dan kelahiran.
Wanita hamil menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap
kedua jenis anestesi baik regional maupun general. Dari awal
periode pemasukan anestesi secara neuraxial, wanita hamil
membutuhkan lebih sedikit anestesi lokal daripada wanita yang tidak
hamil untuk mencapai level dermatom sensorik yang diberikan
(Santos,et.al., 2006; Morgan,2006; Guyton, 2006; Prawirohardjo, 2008;
Birnbach,et.al., 2009).
Selain perubahan-perubahan fisiologi diatas, terdapat perubahan-
perubahan fisiologi lainnya yang dialami oleh ibu hamil, diantaranya adalah :
a. Sistem Reproduksi
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva,
vagina dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH
vulva dan vagina mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang
membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda
Goodell yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan
kenyal.
Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia & hipertropi otot,
dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan
elastis, fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada
kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada
kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada minggu-
minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat istmus
menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak
trimester satu kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak nyeri.
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran
tidak lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan
naik ke rongga abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus
dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak
teratur dan biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi Braxton
Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara 5-25
mmHg. Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan
menggantikan fungsi corpus luteum gravidarum.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan
untuk persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina.
Ketebalan mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot
polos mengalami hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi
vagina yang berwarna keputihan dan lebih kental. Pada minggu-minggu
akhir kehamilan, prostaglandin mempengaruhi penurunan konsentrasi
serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah
berdilatasi pada waktu persalinan.
b. Sistem Endokrin
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang
melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang
menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah
pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah
kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan
leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit
genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang setelah
melahirkan.
Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan
merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering
disebut sebagai nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris
terkadang juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan
disebabkan oleh hiperestrogenemia kehamilan. Peningkatan melanocyte
stimulating hormone (MSH) pada masa ini menyebabkan perubahan
cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal.
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-
garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang
juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut
sering disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain
striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat
keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya.
c. Sistem Pernafasan
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal
kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu
sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal
sebenarnya tidak ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama
kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan
sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut
mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang
lebih 6 cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena
penekanan uterus pada rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume
tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit
akan bertambah secara signifikan.
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran
uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan
volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per
menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil
akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas
meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini
disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesterone.
d. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
musuloskeletal. Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan
progesterone, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament
juga meningkatkan jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan
tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian.
Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila
asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas
persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi
cairan pada connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan
tangan.
Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca,
sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan
karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan
perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak
nyaman pada bagian bawah punggung (Mochtar, 1998; Hacker NF,
2001; Cunningham FG, 2006; Prawirohardjo, 2008).

2. Perubahan Emosional
a. Perubahan Identitas Maternal
Penggabungan psikologis dari identitas ibu baru dimulai dan
mengembangkan secara independen dengan setiap pengalaman
kehamilan. Pada awal kehamilan, wanita hamil memiliki hubungan
interpersonal dengan keluarga, pekerjaan dan, kepentingan sosial
yang cenderung seimbang.
Periode penyesuaian dan persiapan emosional atau psikologis,
memungkinkan wanita untuk menerima anak ke dalam sistem identitas
dan hidupnya. Pembentukan identitas ibu sangat penting selama
kehamilan, karena berfungsi untuk mengikat wanita ke anak yang
dikandungnya. Dua konsep yang berkaitan dengan identitas ibu yaitu
tugas ibu dan tugas tambahan ibu.
Menurut Rubin (1984), seorang wanita berusaha untuk
menyelesaikan dua tugas utama selama kehamilan: melestarikan
keutuhan identitasnya sendiri dan sistem keluarga sambil mengatur
asimilasi dan akomodasi bayi ke dalam sistem yang sama diri dan
keluarga. Rubin melihat tugas ini sebagai yang ingin dicapai dalam
empat cara. Pertama, wanita itu berusaha untuk memastikan untuk
anaknya dengan mengumpulkan data, mencari perawatan medis,
membaca, atau menghadiri kelas melahirkan. Kedua, ia berusaha
penerimaan lain dari anakdalam kandungannya, terutama dari suami
dan keluarga. Ketiga, dia mengembangkan kesadaran afiliatif dari dan
hubungan dengan bayi.Ini pengikat yang paling sering dimulai setelah
wanita memiliki pengalaman cepat.Tugas akhir adalah bahwabahwa
memberi diri sendiri.
Hal ini dipandang sebagai tugas yang paling rumit dan kompleks
kehamilan, karena tuntutan fisik, emosional, dan sosial progresif dan
perampasan kehamilan tidak mudah mengalami dengan pengorbanan diri
kecuali wanita dapat dengan mudah mengidentifikasi tujuan bagi mereka.
Aspek laindari identitas ibu dibahas dalam literatur adalah pengikut bayi.
Proses attachment dimulai jauh sebelum bayi lahir. Beberapa penulis
setuju bahwa wanita harus menyelesaikan serangkaian tugas adaptif agar
dapat mengasumsikan dia menjalin hubungan dengan bayinya efektif.
Tugas-tugas ini diidentifikasi sebagai perencanaan, membenarkan,
dan menerima kehamilan; mengenali gerakan janin; mengembangkan
respon afiliatif ke janin; menggabungkan janin ke dalam citra tubuh;
memisahkan diri dari janin dan mengakui itu sebagai makhluk yang
terpisah; mempersiapkan untuk menyerah janin; dan kelahiran dan
menetapkan identitas berbasis realitas untuk neonatus setelah lahir
melalui proses perawatan (Caplan, 1957; Colman & Colman, 1991;
Gaffney, 1988; Muller, 1990).
TABEL 3-2
Tugas ibu dalam Kehamilan
Memastikan keamanan untuk bayi
Mencari penerimaan untuk bayi
Mengembangkan hubungan dengan bayi Memamahi diri sendiri

TABEL 3-3
Tugas Tambahan Prenatal
Perencanaan, membenarkan, dan menerima kehamilan
Menyadari gerakan janin
Mengembangkan respon afiliatif
Menganggap janin adalah bagian dari citra tubuh
Menyadari janin sebagai makhluk yang terpisah
Proses keterikatan prenatal ini sering dapat diamati. Seorang wanita
hamil yang sering berinteraksi dengan bayinya dalam kandungan melalui
kegiatan seperti menggosok perut nya untuk menenangkan janin
menendang.menyentuh atau membelai bagian janin, berbicara atau
bernyanyi untuk janin, memilih nama hewan peliharaan, atau
menawarkan makanan janin saat dia makan (Carter-Jessop,1981:
Lederman, 1984). Carter-Jessop (1981) menunjukkan bahwa tambahan
prenatal ibu dapat dipromosikan melalui intervensi yang direncanakan
yang mendorong seorang wanita untuk merasakan setiap hari bagian-
bagian janin dan posisi bayinya; untuk meningkatkan kesadaran atas
dirinya, aktivitas janin dan bagaimana aktivitas itu dapat mempengaruhi;
dan untuk menggosok dan pijat nya perut atas janin.
Tabel 3-4 Perubahan Emosional Trimester I
Perubahan Emosional Ibu Hamil Trimester I
1. Merasa cemas, menunggu hasil positif hamil.
2. Fokus pada perubahan tubuh (body image)
3. Suasana hati yang bervariasi (mood swings)
4. Mulai muncul perasaan “keibuan”
5. Mungkin merasa takut keguguran
Tabel 3-5 Perubahan Emosional Trimester II
Perubahan Emosional Ibu Hamil Trimester II
1. Sudah dinyatakan hamil dan mulai tertarik kepada bayi dan peran
menjadi orangtua
2. Mungkin menjadi sering introspeksi diri dan menjadi
ketergantungan kepada oranglain
3. Memiliki mimpi dan fantasi tersendiri
4. Menumbuhkan perasaan kreatifitas
5. Membawa beberapa perasaan terhadap perubahan bentuk tubuh
6. Waktu terasa sangan pendek
Tabel 3-6 Perubahan Emosional Trimester III
Perubahan Emosional Ibu Hamil Trimester III
1. Ibu fokus terhadap persiapan persalinan dan kelahiran bayi
2. Meningkatkan perasaan awas, meningkatkan perlindungan diri
sendiri dan bayi
3. Waktu terasa sangan panjang dan terasa berat
4. Menurunnya keinginan untuk berhubungan seksual
b. Perubahan Body Image (Body Image Changes)
Citra tubuh seorang wanita, yang merupakan komponen dari
identitasnya, juga diubah selama kehamilan. Apakah perubahan dalam
gambar mentalnya penampilan tubuhnya positif atau negatif tergantung
pada pengaruh faktor-faktor seperti usia, tahap perkembangan, persepsi
perubahan fisiologis, dan reaksi orang lain yang signifikan dan
masyarakat. citra tubuh selama kehamilan juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan ukuran, perubahan persepsi wanita dari batas-batas
tubuhnya, perubahan dalam postur dan gerakan, dan pengalaman
ketidaknyamanan fisik atau sakit (Fox & Yamaguchi, 1997; Rubin,
1984).
Jika seorang wanita hamil pandangannya berubah tubuh berperan
untuk melahirkan seorang anak ke dunia, ia cenderung memiliki citra
tubuh yang positif. Jika, di sisi lain, dia melihat tubuhnya sebagai besar,
canggung, dan di jalan aktivitas normal, gambar tubuhnya akan negatif.
Walaupun kehamilan sering dipandang sebagai yang paling dalam
feminitas dan meskipun wanita hamil mungkin senang bahwa tubuhnya
secara fungsional mampu melahirkan anak.Sayangnya, banyak citra
tubuh wanita hamil tidak baik dan itu menjadi semakin buruk untuk
kemajuan kehamilan.Wanita hamil sering menggambarkan diri mereka
dengan istilah negative seperti balon udara, ikanpaus, semangka, gudang,
atau gajah.
c. Fantasy Life (Fantasi Hidup)
Colman (1991) mengatakan kehamilan sebagai kondisi perubahan
kesadaran dan yang mendukung aspek emosional lain dari kehamilan
diantaranya adalah mimpi atau fantasi. Dokter dan peneliti telah
melakukan riset untuk beberapa waktu bahwa perempuan mungkin
mempunyai pengalaman yang mengganggu fantasi selama
kehamilan.Rubin (1984) menjelaskan perubahan pola fantasi terjadi
sepanjang tiga trimester kehamilan dan sering menyebabkan kecemasan.
Masa kehamilan akan terjadi berbagai perubahan pada ibu, baik
secara fisiologis maupun psikologis. Perubahan tersebut sebagian besar
adalah karena pengaruh hormon yaitu peningkatan hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan korpus luteum yang berkembang menjadi
korpus graviditas dan dilanjutkan sekresinya oleh plasenta setelah
terbentuk sempurna. Hal ini menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
selama kehamilan dan memicu timbulnya stress yang di tandainya ibu
sering murung.
Sherwin (1981) menyebutkan mimpi yang dialami oleh wanita
hamil membuat mereka untuk menjadi associal seperti senang, sukacita,
dan damai.Mimpi dan khayalan yang biasa muncul diantaranyatentang
memiliki bayi yang tidak normal sering menyerang, takut melupakan atau
kehilangan sesuatu, tidak siap untuk menjalani tugas menjadi ibu,
ketakutan seksual, dan memulihkan atau menyelesaikan tubuh di masa
post partum.
Adapun dampak psikologis pada ibu hamil di antaranya sensitif,
cenderung malas, minta perhatian lebih, gampang cemburu, dan ansietas
(kecemasan). Wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri
dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ibu hamil akan
merenungkan segala impiannya, angan-anganya, fantasinya terhadap
objek-objek, peristiwa, atau konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan,
keberhasilan dan kebahagiaan selama hamil.
d. Emosional Ayah (Father Emotions)
Kehamilan juga adalah pengalaman emosional bagi ayah. Sehingga
ayah memiliki kekhawatiran tertentu (Tabel 3-4). Ambivalensi adalah
umum sebagai laki-laki mencoba untuk menyeimbangkan sukacita akan
datang ayah dengan kemurungan, penyesuaian keuangan dan
meningkatkan responbility. masalah seksual mungkin timbul untuk laki-
laki.
TABEL 3-4
Kekhawatiran Para Ayah Yang Terjadi
Bertanggung jawab dalam hal keuangan
Kemampuan untuk memenuhi peran sebagai ayah
Hubungan seksual selama kehamilan
Efek anak pada hubungan dengan pasangan
peran selama kelas pendidikan melahirkan
Berperan saat melahirkan
Keamanan pasangan dan bayi selama persalinan dan kelahiran
Penelitian klasik tentang ayah oleh Mei (1982) menunjukkan
bahwa ada pola devel emosional.Pola ini terdiri dari tiga fase. Pertama
adalah fase pengumuman, saat pria pertama menemukan kehamilan dan
mulai menyesuaikan diri untuk itu. Fase kedua, yang disebut moratorium,
adalah fase ketika ayah dapat mengesampingkan secara sadar
memikirkan kehamilan.Fase ini biasanya sesuai dengan periode ketika
pria itu tidak bisa lihat banyak bukti kehamilan. Fase ketiga adalah yang
disebut fase fokus, dimulai sebagai Ayah mengidentifikasi kehamilan itu
nyata dan penting dalam hidupnya. Komunikasi antara ibu dan ayah
hamil selama kehamilan adalah penting dalam membantu mereka
menjembatani kesenjangan antara tanggapan emosional bersamaan
mereka untuk utama perubahan yang dibebankan kehamilan pada
hubungan mereka.
J. Verkuyl (dalam Elia, 2000) menyebutkan peran seorang ayah
pada tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak adalah membantu ibu
memberikan perawatan. Namun setelah itu ayah menjadi kepala keluarga
yang berwibawa dan mempertahankan serta melindungi kehidupan
keluarga. Fungsi seorang ayah adalah hidup dan bekerja pada perbatasan
antara keluarga dan masyarakat, antara “dalam” dan “luar.” Ayah
memperkenalkan dan membimbing anak-anaknya untuk mengarungi
dunia luar atau kehidupan bermasyarakat. Tentang nafkah keluarga,
Verkuyl berpen- dapat bahwa ayahlah yang mengumpulkan hasil
kerjanya ke dalam keluarga, sedang- kan ibu membagi-bagikan hasil itu
menu- rut keperluan masing-masing anggota ke- luarganya. Richard C.
Halverson (2002) berpendapat bahwa ayah bertanggung jawab atas tiga
tugas utama. Pertama, ayah haruslah mengajar anaknya tentang Tuhan
dan mendidik anaknya dalam aja- ran agama. Kedua, seorang ayah
haruslah mengambil peran sebagai pimpinan dalam keluarganya.Ketiga,
ayah haruslah ber- tanggung jawab atas disiplin. Dengan demikian ia
menjadi seorang figur otorita.
Tabel 3-5 Perubahan Emosional Ayah Selama Kehamilan Ibu
Trimester I Trimester II Trimester III
1. Merasa 1. Memiliki 4. Meningkatkan
terkejut perasaan perlindungan
mendengar perubahan kepada
kabar peran yang keluarganya
kehamilan. berbeda 5. Mulai bertanya
2. Fokus 2. Merasa mengenai tugas
terhadap ditinggalkan seorang ayah
kelelahan oleh ibu 6. Merasa takut
dan mood 3. Mengevaluasi menyakiti bayi
swings ibu kesiapan dan pada saat
3. Kehamilan kemampuan berhubungan
terasa tidak menjadi orang seksual.
nyata atau tua
tidak
percaya.
Tabel 3-6 Perubahan Emosional yang Terjadi pada Keduanya
Trimester I Trimester II Trimester III
1. Peran 1. Keinginan dan 1. Perubahan
pengasuhan aktivitas hubungan
anak menjadi seksual seksual
prioritas berubah menjadi
2. Hubungan 2. Kehamilan berubah, bisa
seksual menjadi sangat mencoba
menjadi menyenangkan beberapa posisi
berubah 3. Kesadaran alternative
3. Merasa takut menjadi 2. Merasa takut
berhubungan orangtua mulai akan
seksual tumbuh persalinan dan
4. Kesehatan bayi kesehatan ibu
menjadi dan bayi
penting
3. Pengalaman Sosiokultural (The Sosiocultural Experience)
a. Perubahan Peran Sebagai Ibu
Kehamilan juga merupakan pengalaman sosiokultural seperti halnya
pengalaman fisik dan emosional, Tanggapan dan perilaku orang tua yang
hamil selama kehamilan dan persalinan dan perkembangan peran orang tua
mereka semua dibentuk oleh masyarakat tempat mereka tinggal. Jordan
(1993) membandingkan kehamilan dan persalinan dalam empat berbeda
budaya dan menyimpulkan bahwa peristiwa ini termasuk tidak hanya aspek
medis-fisiologis tetapi juga faktor ekologis social yang membuat persalinan
tahun acara biososial. Perilaku seorang wanita, yaitu, responsnya terhadap
manifestasi fisik dan emosionalnya kehamilan, sangat dipengaruhi oleh
sosiokultural faktor. Misalnya, ia mungkin merespons kehamilan dengan
mengasumsikan perilaku kesehatan atau penyakit, tergantung pada pengaruh
sosialnya atau jaringan budaya. Jika kehamilan dipandang sebagai
pengalaman positif, normal, dan sehat, dia akan tanggapi dengan perilaku
sehat.
Di sisi lain, jika kehamilan dipandang sebagai suatu penyakit,
wanitaakan merespon sangat berbeda. Ketidaknyamanan kecil kehamilan
lebih mungkin tidak dilihat sebagai utama dan membuatnya menjadi tidak
normal.Sejumlah variabel individu dan budaya dapat mempengaruhi baik
perilaku kesehatan atau sakit selama kehamilan. Status sosial ekonomi, usia,
orientasi seksual, persiapan pendidikan untuk kehamilan dan kelahiran,
pengaruh keluarga dan teman-teman, hubungannya dengan dokternya atau
bidan, dan sikap profesional dalam dirinya dalam persiapan bersalin dan
bentuk responnya terhadap kehamilan.
Perubahan lain yang dipengaruhi oleh pengaruh sosial budaya selama
kehamilan adalah pengembangan dari peran ibu. Hal ini dapat dilihat dari
perspektif psikologis sebagai komponen pembentukan identitas selama
kehamilan dan sebagai proses sosial. Awal kehamilan, seorang wanita mulai
merasakan yang berbeda dan unik.Jika perasaan ini menghasilkan rasa tidak
nyaman rasa tersebut menjadi asing dan kegiatan, dia mungkin mulai
menarik diri.Melalui kehamilannya, seorang ibu baru mulai
mengembangkan kepentingan dan hubungan yang relevan hanya untuk
kehamilan dan melahirkan anak.
Wanita hamil sering disangkutkan ke perasaan perempuan lain dan
mendapat perhatian dengan masa lalu dan dengan hubungannya dengan
ibunya sendiri (Colman & Colman, 1991; Rubin, 1970). Ada kontra indiksi
dalam studi awal mengenai apakah kehamilan dan transisi ke orangtua
merupakan situasi krisis untuk keluarga. Tentu saja, perubahan dipicu oleh
perubahan dalam struktur keluarga dan peran selama kehamilan dan awal
menjadi orang tua adalah pusat perkembangan stres.Apakah hal ini yang
normal atau tidak tergantung pada kemampuan calon orang tua dan persepsi
mereka atau interpretasi dari kehamilan tersebut. Mercer (1986) membahas
efek bahwa usia wanita mungkin memiliki respon dia untuk kehamilan.
Namun, dalam sebuah studi oleh Stark (1997), tidak ada perbedaan
yang ditemukan dalam penyesuaian psikososial untuk kehamilan
berdasarkan usia ibu. Yang lebih tua (lebih dari 35) wanita hamil yang
ditemukan untuk menyesuaikan diri dengan kehamilan serta wanita yang
lebih muda.
Karakteristik jaringan sosial orang tua dan dukungan sosial yang
mereka terima hasil pengaruh penyesuaian. Ukuran, komposisi, dan kohesi
dari jaringan sosial merupakan faktor penting. Dari ketiga jenis dukungan
sosial (emosional, kognitif, dan umum bersosialisasi), dukungan emosional
telah ditemukan untuk menjadi prediktor terbaik dari kepuasan dengan peran
pengasuhan dan perawatan bayi bagi ibu dan ayah.
(Dyer, 1963; Hobbs, 1965; Lemasters, 1956; Russel, 1974; Crawford, 1985;
Cronenwett, 1985).
4. Pengalaman Kognitif (The Cognitive Experience)
Literatur berisi sangat sedikit tentang komponen intelektual
kehamilan, mungkin karena kognisi begitu terkait dengan emosional atau
sifat psikologis kehamilan.Namun, jumlah buku-buku tentang kehamilan
dan persalinan tersedia di toko buku saat ini, dan pertumbuhan yang luar
biasa dalam permintaan untuk kelas ibu hamil persiapan melahirkan,
mendukung gagasan bahwa kehamilan adalah kognitif serta pengalaman
emosional.Fakta bahwa kehamilan memiliki komponen intelektual
dibuktikan dengan keinginan banyak orang tua untuk memahami semua
yang terjadi kepada mereka selama periode penting ini dalam hidup mereka.
Bagi banyak wanita dan pria, kebutuhan untuk berbicara dengan lain,
untuk mengajukan pertanyaan, dan untuk memperoleh pengetahuan. Studi
ibu hamil telah menunjukkan bahwa mereka jauh lebih terbuka dan mau
menerima mempelajari informasi baru dari individu-individu yang berada
dalam keadaan tidak hamil (Colman & Colman, 1991).kesediaan wanita
hamil untuk berbicara secara pribadi tentang pengalaman mereka
merupakan ekspresi dari kebutuhan universal untuk menjelaskan yang tidak
diketahui. Apakah pertanyaan dijawab dan apakah pengetahuan diperoleh
dari dalam sistem keluarga, dari membaca, dari penyedia layanan kesehatan,
atau dari kelas melahirkan tergantung pada karakteristik individu dan
sumber daya masing-masing ibu hamil dan ayah calon orang tua saat ini
mencari pengetahuan dalam rangka mengurangi ketakutan dan kecemasan
mereka dan untuk mencapai rasa kontrol tentang apa yang akan terjadi
kepada mereka selama kehamilan dan kelahiran.
Semakin banyak perempuan menjadi ingin tahu tentang keinginan
mereka untuk pengetahuan. Peran melahirkan pendidik harus mencakup
memfasilitasi ketegasan untuk bantuan hamil tua berkomunikasi dengan
dokter mereka atau penyedia layanan kesehatan lainnya. Ketika
dikombinasikan dengan keterampilan yang baik mendengarkan, perilaku
asertif dapat mendorong hubungan positif antara wanita hamil dan diadokter
atau bidan.Hal ini dapat menyebabkan kesehatan yang lebih baik
berdasarkan keputusan yang telah dibuat dalam kolaboratif.
Ketersediaan aktual dari pilihan dalam pasangan kita. Sistem
perawatan hari ini dan apakah orang tua mampu membuat pilihan tidak
meragukan lagi merupakan isu perdebatan. Mereka harus memiliki
kesempatan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan pilihan
mereka sehingga mereka dapat membuat keputusan yang bertanggung
jawab tentang kehamilan dan kelahiran mereka pengalaman.
5. Clinical Pathway Kehamilan
Trimester I
Trimester II
Trimester III
a. Implikasi untuk Praktek dan Strategi Pengajaran (Implications For
Practice and Teaching Strategies)
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik
a. Diet
Kebutuhan zat-zat gizi ditentukan oleh kenaikan berat badan janin dan
kecepatan mensintesa jaringan-jaringan baru. Dengan kebutuhan zat-zat
gizi akan maksimum pada minggu-minggu mendekati kelahiran.
b. Kebutuhan zat gizi
1) Energi
Kebutuhan pada waktu hamil adalah 300-500 kkal lebih banyak dari
sebelum hamil.Asupan makanan ibu hamil pada trimester 1 sering
timbul mual dan muntah. Meskipun ibu hamil mengalami keadaan
tersebut tetapi asupan makanan harus tetap diberikan seperti biasa.
2) Protein
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan
yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta, selain itu untuk ibu
penting untuk perumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu
( protein plasma, hemoglobin dll). Bila wanita tidak hamil,
konsumsi protein yang ideal adalah 0,9 gram / kg BB/ hari tetapi
selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein hingga 30
gram/hari. Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti
daging, susu, telur, keju dan ikan karena mereka mengandung
komposisi asam amino yang lengkap. Susu dan produk susu
disamping sebagai sumber protein adalah juga kaya dengan kalsium.
3) Lemak
Untuk kebutuhan lemak ini mudah dipenuhi secara berlebihan
karena lemak mudah terkosentrasi.Selain sebagai jumlah kalori juga
untuk memperoleh vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E
dan K.
4) Vitamin
a) Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi untuk pemeliharaan mata.
b) Vitamin B Komplek
(a) Vitamin B 1 penting untuk pembakaran hidrat arang guna
menghasilkan tenaga.
(b) Vitamin B 2 untuk pernapasan antar sel, pemeliharaan saraf,
jaringan kulit, dan kornea mata.
(c) Vitamin B 12 penting untuk pematangan eritrosit.
5) Asam Folat
Adalah vitamin yang berfungsi sebagai koenzim dalam sintesa DNA
gejala klinis yang terjadi pada difesiansi asam folat adalah
anemia.Selama kehamilan kebutuhan asam folat berkisar antara 400-
800 gram/hari.
6) Garam Mineral
Antara lain kalsium atau garam dapur, zat besi dan zat fosfor.
7) Zat besi
Sulit untuk memenuhi kebutuhan zat besi melalui makanan,
makanan wanita hamil memerlukan tambahan zat besi 18 mb/hari.
8) Cairan
Cairan tubuh meningkat selama hamil.Tambahan cairan membantu
mempertahankan agar kulit tetap lembut, mengurangi sembelit,
menghilangkan toksin dan zat-zat yang tidak diperlukan serta
mengurangi resiko infeksi kandung kemih.
c. Hygine diri
1) Pakaian selama hamil
Pakaian selama hamil sebaiknya yang longgar dan mudah dipakaian,
yang penting adalah factor kebersihan pakaian.Pakaian dalam diganti
setiap hari. Payudara yang semakin membesar membutuhkan BH yang
tidak terlalu menekan payudara, karena disamping menahan sakit juga
dapat mengganggu peredaran darah dan putting susu menjadi datar.
2) Perawatan gigi
Kebersihan gigi perlu diperhatikan dengan menyikat gigi secara
teratur.
d. Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup
ancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah
kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur
(trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal dan
mengeluarkan keputihan. Rasa gatal yang sangat mengganggu, sehingga
sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa)
yang memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan
mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga
kebersihan sekitar alat kelamin. Wanita perlu mempelajari membersihkan
alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan ke belakang setiap kali
selesai berkemih atau buang air besar dan harus menggunakan lap atau
tissu atau handuk yang bersih setiap kali melakukannya. Membersihkan
dan mengelap dari belakang ke depan akan membawa bakteri dari rektum
ke muara uretra dan meningkatkan resiko resiko infeksi. Sebaiknya
gunakan tissu yang lembut dn menyerap air, lebih disukai yang berwarna
putih dan tidak diberi wewangian, karena tissu yang kasar diberi
wewangian atau bergambar dapat menimbulkan iritasi. Wanita harus
sering mengganti pelapis atau pelindung celana dalam.
Dianjurkan minum 8-12 gelas cairan setiap hari. Mereka harus
cukup minum agar produksi air kemihnya cukup dan jangan sengaja
mengurangi minum untuk menjarangkan berkemih. Apabila perasaan
ingin berkemih muncul jangan diabaikan, menahan berkemih akan
menyebabkan bakteri dalam kandung kemih berlipat ganda.
e. Senggama
Awal kehamilan merupakan masa adaptasi bagi ibu mengenal
perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik maupun kesehatan.
Sebaiknya bicarakan dengan pasangan mengenai kegiatan hubungan
intim ini, seperti masalah kenyamanan.
Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil trimester pertama
tidak boleh melakukan hubungan intim:Jika selaput ketuban pecah,
Mempunyai masalah pada rahim, Pernah mengalami keguguran pada
hamil sebelumnya, Plasenta menutup sebagian leher rahim, Pendarahan
atau flek keluar dari vagina dan Mengidap plasenta previa Sehingga
banyak hal yang harus ibu ketahui saat akan melakukan hubungan intim
pada kehamilan trimester pertama yakni:
1) Perhatikan Posisi yang Tidak Membahayakan Janin
ketika akan melakukan hubungan intim saat kehamilan masih
trimester pertama, sebaiknya ibu memilih posisi yang tidak
membahayakan untuk janin. Biasanya pada trimester pertama, karena
belum banyak perubahan pada fisik ibu, ibu masih bisa melakukan
posisi berdiri atau duduk. Namun jika ibu merasa lelah, sebaiknya
lakukan posisi misionaris dan posisi spooning untuk membuat ibu
nyaman
2) Pastikan Pasangan Ibu Tidak Melakukan Ejakulasi dalam Vagina
Pada usia kandungan trimester pertama, sebaiknya pasangan tidak
melakukan ejakulasi dalam vagina, sehingga sperma tidak akan
masuk dalam rahim. Ini disebabkan karena hormon prostaglandin
yang terdapat pada sperma dapat menyebabkan kontraksi pada rahim
ibu, sehingga dapat membahayakan janin dalam kandungan.
3) Sebaiknya Hindari Oral Seks pada Masa Kehamilan
Kegiatan oral seks sebaiknya dihindari selama masa kehamilan.
Sebab, pada masa kehamilan hormon estrogen menyebabkan
pembuluh darah ibu akan terbuka dengan lebar, sehingga sangat
rentan terhadap bakteri maupun infeksi jika terkena air liur.
f. Pemberian Obat
Sebaiknya pemakaian obat pada masa hamil dihindarkan, kecuali bila
obat itu dibutuhkan demi keselamatan jiwa ibu.
g. Istirahat
Ibu hamil harus mengutamakan istirahat untuk menghindari kelelahan
(Begley, 2002; Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004; Sunarsih, 2011;
Lindayani, Dyah Amiyah, dkk, 2013).
2. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Meskipun informasi tentang perubahan emosional pada
kehamilandapat disajikan dalam format kelas. Jika subjek mimpi dan
khayalan tidak muncul selama diskusi kelas, pendidik harus membuat
titik untuk memperkenalkan itu. Hal ini berguna bagi orang tua untuk
impian saham dan fantasi dan menyadari bahwa mereka yang umum
pada kehamilan.Peran melahirkan pendidik tidak menafsirkan mimpi ini
tetapi mengakui bahwa mereka tidak biasa selama kehamilan dan
dengan demikian memungkinkan kesempatan bagi orang tua untuk
mengekspresikan kekhawatiran tentang merepotkan mimpi.
Seorang pendidik melahirkan dapat meningkatkan keterikatan ibu
ke bayi dalam rahim dalam beberapa cara. Sebuah gambaran singkat
dari pertumbuhan dan perkembangan janin, dilengkapi dengan alat
bantu visual, memungkinkan calon orang tua untuk fokus pada bayi
mereka sebagai manusia berkembang. Mereka dapat didorong dan
diperintahkan untuk meraba perut ibu hamil untuk mengidentifikasi
bagian-bagian janin dan posisi. Ini mungkin disarankan dalam diskusi
pertumbuhan janin dan perkembangan atau ketika hadiah guru
informasi tentang posisi janin sehubungan dengan proses persalinan dan
kelahiran. Mengetahui bahwa bayi dalam rahim dapat merespon suara
dan sentuhan dapat mendorong calon orang tua untuk berkomunikasi
dengan bayi mereka jauh sebelum kelahiran. Jika salah satu wanita di
kelas telah memiliki scan ultrasound, mereka dapat diminta untuk
berbagi gambar dengan anggota kelas lainnya. Ini juga dapat membantu
calon orang tua untuk mengidentifikasi dengan bayi dalam rahim.
Meminta mereka untuk berbagi nama-nama mereka telah memilih cara
lain untuk mengakui bayi itu sebagai kenyataan. Ini berbagi nama
mungkin dilakukan pada penyelesaian latihan kerja akhir di mana orang
tua saja peran yang dimainkan melahirkan bayi mereka. Ketika
mendiskusikan karakteristik bayi yang baru lahir, mungkin di kelas
terakhir dari kursus melahirkan siap, masing-masing ibu dan pasangan
dapat diminta untuk memperkenalkanbayi dengan berbagi karakteristik
mereka telah mengidentifikasi sekitar bayi mereka, seperti temperamen,
aktivitas, jenis kelamin (jika tahu itu), dan suka dan tidak suka.
Citra tubuh wanita hamil dengan menghadirkan strategi kesadaran
tubuh relaksasi, citra visual, instruksi mengenai postur dan mekanika tubuh,
dan mendorong dia untuk berlatih teknik relaksasi, postur yang baik, dan
latihan. Jika wanita hamil memiliki pemahaman kognitif nya tubuh berubah
dan kemudian secara aktif berpartisipasi dalam teknik atau latihan yang
akan meningkatkan rasa nya kesejahteraan, perasaannya tentang tubuhnya
cenderung lebih positif. Semua relaksasi dan otot latihan yang merupakan
bagian dari pendidikan melahirkan hari ini akan memberikan manfaat
tambahan. sikap guru sendiri dan cara yang juga akan mempengaruhi
mengembangkan citra tubuh wanita hamil. Jika guru jelas memandang
tubuh hamil sebagai indah dan ajaib dalam kemampuannya untuk hidup
memberi, orang tua akan mulai merasa seperti ini juga.

3. Pemenuhan Kebutuhan Kognitif


Pendidikan seputar melahirkan tentu saja bisa memenuhi kebutuhan
orang hamil dalam berbagai cara. Selain informasi yang disampaikan
berbagi informasi satu sama lain dalam diskusi juga dapat menjadi sumber
pengetahuan termasuk handout, buku, alat bantu visual, slide, film, atau
wisata rumah sakit. Semua pembelajaran ini diharapkan untuk mengambil
tempat dalam periode struktur kelas atau yang akandiberikan langsung oleh
guru. Karena calon orang tua yang belajar dewasa, mereka dapat
dirangsang dan didorong untuk memenuhi kebutuhan kognitif mereka.
Salah satu persiapan orang tua dapat dilaksanakan dengan kelas
pendidikan kelahiran atau kelas antenatal.Manfaat pendidikan bagi calon
orang tua antara lain: suatu kesempatan belajar perubahan fisik selama
hamil, persalinan dan setelahnya, mengetahui perubahan psikologis,
emosional, intelektual dan perubahan lingkungan yang terjadi dalam masa
kehamilan dan kelahiran bayi, mendapatkan support social dari orang tua
yang mempunyai pengalaman serupa dengan mereka, suatu cara belajar
dengan sesama ibu yang baru mempunyai seorang anak, membangun
kepercayaan ibu dan suami dalam menghadapi kelahiran dan persalinan.
Komponen lain dari mengajar perilaku asertif adalah untuk
menginformasikan orang tua dari pilihan dan pilihan mereka mengenai
pengalaman melahirkan. Pikiran memiliki pilihan perawatan kesehatan
mungkin konsep yang sama sekali baru dan agak asing bagi banyak
hamil tua. Sejumlah orang mungkin percaya bahwa itu jauh lebih
mudah untuk mempercayakan semua pengambilan keputusan dengan
dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya.
Sebuah strategi pengajaran yang dapat membantu orang tua
berpikir tentang pilihan dan bahwa setidaknya memberikan dasar untuk
komunikasi dengan dokter atau bidan mereka adalah pengembangan
rencana kelahiran. Rencana kelahiran adalah daftar pilihan yang orang
tua mengidentifikasi bahwa mereka akan lebih memilih untuk
pengalaman kelahiran mereka, seperti ambulasi dan posisi selama
persalinan, penggunaan musik di ruang bersalin, berjongkok, yang akan
hadir untuk kelahiran, dan sebagainya. Hal ini juga dapat mencakup pilihan
tentang kelahiran caesar dan rencana aksi harus timbul komplikasi bagi ibu
atau bayi yang baru lahir.Rencana kelahiran dikumpulkan mengenai
pilihan yang tersedia di masyarakat. Calon orang tua harus
mendiskusikan rencana kelahiran mereka dengan pengasuh beberapa
kali selama kehamilan, dan itu harus berfungsi sebagai referensi bagi
mereka memberikan perawatan untuk orang tua selama persalinan dan
kelahiran.
b. Implikasi Hasil Penelitian
Evidence-based (EB ) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan
penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EB memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang
paling dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-
hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Fokus lama ANC
dalam Evidence Based diantaranya:
a. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko
tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
b. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi &
presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan
kategori resiko ibu.
c. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah
resiko/komplikasi.
d. Pendekatan resiko mempunyai prediksi yang buruk karena kita tidak bisa
membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Banyak
ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah
mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya
yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko
tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Sacket et
al., 2000; Enkin, 2000; Hawkins, 2005).
Evidence yang mendukung pelaksanaan asuhan kehamilan normal
diantaranya adalah:
1. Membantu setiap ibu hamil dalam mengurangi ketidaknyamanan
disetiap trimester kehamilannya. Berdasarkan jurnal penelitian yang
berjudul Pengaruh Permen Jahe Terhadap Penurunan Emesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di wilayah Puskesmas
Kaliwungu Kabupaten Kendal oleh Ainul Maghfiroh dan Lestari Puji
Astuti tahun 2016 didapatkan hasil bahwa frekuensi pengaruh permen
jahe pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa 4 responden
(21,1%), masih mengalami mual muntah dan 15 responden (78,9%)
tidak mengalami mual muntah sehingga apabila vitamin B6 + Permen
Jahe digunakan sebagai terapi, maka jumlah insiden penurunan emesis
gravidarum akan meningkat sebesar 85% dari insidens sebelumnya.
RRR ≥ 50% menunjukan adanya makna secara klinis.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penambahan permen
jahe dalam penanganan mual muntah nyeri terbukti dapat menurunkan
insiden mual muntah yang dialami oleh ibu hamil di trimester I.
Pada Trimester 2 juga biasanya terjadi penurunan Hb maka agar
Kadar Hb dapat naik kembali ibu dapat menambah nutrisi dengan
mengkonsumsi telur rebus. Hal ini terbukti dalam jurnal yang berjudul
Pengaruh Konsumsi telur Ayam Ras Rebus Terhadap Peningkatan
Kadar HB Pada Ibu Hamil Trimester II di BPM Wilayah Kerja
Puskesmas Klaten Tengah oleh Sugita Supiati tahun 2016 didapatkan
hasil bahwa Pada kelompok ibu hamil konsumsi tablet Fe dengan
konsumsi telur ayam ras rebus terjadi peningkatan rata-rata Hb dari
sebelum dan sesudah yaitu 1,727 gr/dl sedangkan pada kelompok ibu
hamil konsumsi tablet Fe tanpa konsumsi telur ayam ras rebus terjadi
penurunan rata-rata Hb dari sebelum dan sesudah sebanyak 0,22 gr/dl.
Sehingga apabila tablet Fe dan telur ayam ras rebus digunakan sebagai
terapi, maka jumlah insiden peningkatan kadar Hb ibu hamil anemia
trimester II meningkat sebesar 97% dari insiden sebelumnya. RRR
>50% menunjukkan adanya makna secara klinis.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penambahan telur
rebus dalam menangani peningkatan kadar Hb terbukti dapat
menurunkan insiden anemia yang dialami oleh ibu hamil di trimester II
dengan artian bahwa konsumsi telur rebus dapat meningkatkan kadar Hb
ibu hamil.
Pada Trimester 3 juga sering terjadi nyeri pinggang atau nyeri
punggung bagian bawah maka agar dapat mengurangi skala nyeri
tersebut ibu dapat melakukan senam hamil. Berdasarkan jurnal
penelitian yang berjudul Kontribusi Senam Ibu Hamil Trimester III
Dalam Pengurangan Nyeri Pinggang Di Wilayah Ekskotatif Cilacap
oleh Wiwit Desi Intarti dan Lina Puspitasari tahun 2017 didapatkan hasil
bahwa dari 22 ibu hamil dengan nyeri punggung bagian bawah pada
kelompok kasus yang diintervensi dengan melakukan senam hamil,
sebanyak 21 orang (95.5%) mengalami penurunan skala nyeri.
Sedangkan pada kelompok control atau tanpa intervensi sebagian besar
(81,8%), tidak mengalami perubahan skala nyeri.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa senam hamil dalam
penanganan nyeri punggung bagian bawah terbukti dapat menurunkan
skala nyeri yang dialami oleh ibu hamil dengan nyeri punggung bagian
bawah di trimester III.
2. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan
persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan,
nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi).
3. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat
keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor
darah,) pada setiap kunjungan.
4. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan
persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb).
5. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan
pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis,
malaria, dsb).
6. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan
kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong
yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
7. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL
karena tetanus.
8. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia
ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam
folat. Berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul Impact of
preconceptional micronutrient supplementation on maternal mental
health during pregnancy and postpartum: results from a randomized
controlled trial in Vietnam tahun 2017 didapatkan hasil bahwa
Kemungkinan subjek terapi Asam Folat mengalami peningkatan MDS
0,93 kali dibanding subjek Fe+Asam Folat, pemberian kombinasi Asam
Folat saja lebih berpeluang dalam meningkatkan MDS.
c. Managemen Kebidanan dan Asuhan Antenatal
1) Pengertian
Asuhan Antenatal adalah serangkaian upaya preventif program
pelayanan kebidanan untuk optimalisasi cakupan pelayanan maternal
dan neonatal dengan kegiatan pamantauan rutin selama kehamilan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim dan ibunya (Manuaba, 2010; Prawirohardjo, 2010).
2) Tujuan
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan. Mempersiapkan persalinan cukup
bulan, melahirkan dengan selamat, meminimalkan trauma yang
mungkin terjadi pada ibu dan bayi, serta mempersiapkan ibu agar masa
nifas dan pemberian ASI ekslusif berjalan normal (Prawirohardjo, 2010;
Saifuddin, 2009).
Terdapat pendapat lain menurut Manuaba (2010), tujuan asuhan
antenatal sebagai berikut:
a) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
b) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
c) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
3) Kunjungan selama masa kehamilan
Menurut kebijakan Depkes RI, (2010) kunjungan selama
periode Antenatal Care (ANC) dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan yaitu :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (0 – 12 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (13 – 27 minggu)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (28 – 40 minggu)
4) Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan ANC terdiri dari 10 T menurut Depkes RI (2010)
adalah meliputi :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan dilakukan saat kontak pertama
dengan klien. Normalnya tinggi badan 145, bila kurang dari itu bisa
dicurigai beresiko kesempitan panggul. Jika pemeriksaan berat badan
dilakukan setiap kunjungan, bertambahnya berat badan normal
selama kehamilan sekitar 11,5-16 kg , sedangkan menurut Manuaba
(2012) kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-16 kg, setiap
minggu akan mengalami kenaikan 0,5 kg. Berat badan trimester ke-
III tidak boleh tambah lebih dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg
dalam sebulan. Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut
disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan disebut praeoedema.
b) Ukur LiLA
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). LiLA
dianggap KEK bila kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan Lila <
23,5 cm menunjukkan besar kemungkinan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR).
c) Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan,
tekanan darah yang adekuat perlu untuk mempertahankan fungsi
plasenta, tetapi tekanan darah 140/90 mmHg pada saat awal
pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertensi (kenaikan sistole
> 30 mmHg dan diastole > 15 mmHg dari tekanan darah normal).
Tekanan darah normal yaitu 90-60 mmHg - 120/80 mmHg.
d) Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Pengukuran TFU dilakukan setiap kunjungan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Pada usia kehamilan dibawah 24 minggu pengukuran
dilakukan dengan penambahan per 3 jari, apabila kahmilan diatas 24
minggu pengukuran menggunakan standar pengukuran Mc.Donald
yaitu dengan menggunakan metlin diukur dari tepi atas sympisis
sampai fundus uteri.
e) Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan mulai akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ normal yaitu 120-
160 x/menit dengan irama teratur. Gawat janin ditunjukkan apabila
DJJ lambat <120 kali/menit atau >160 kali/menit.
f) Tentukan presentasi janin
Penentuan posisi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan dilakukan
untuk mengetahui letak janin.
g) Berikan imunisasi TT
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap tetanus. Pelaksanaan imunisasi TT yang
sekarang sebelum pemberian imunisasi dilakukan penentuan status
Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada saat
pelayanan antenatal. Imunisasi TT tidak perlu diberikan pada ibu
hamil apabila status T sudah mencapat T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan atau rekam medis.
Panduan skrining imunisasi TT pada ibu hamil dapat dilihat pada
gambar 2.1. (Permenkes No.12 Th 2017)
Jadwal imunisasi lanjutan (TT) pada ibu hamil dapat dilihat
pada table 2.6.
Tabel 2.6
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Status Interval Minimal


Masa Perlindungan
Imunisasi Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

Sumber : Permenkes No.12 Th 2017


h) Beri tablet tambah darah atau tablet Fe
Tablet Fe diberikan untuk mencegah anemia gizi besi, setiap
ibu hamil harus mendapatkan zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Pemberian zat besi 60
mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl/bulan. Tablet Fe
harus diminum dengan benar supaya proses penyerapan oleh tubuh
berjalan dengan baik (Saifuddin, 2009).
i) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)
(1) Golongan darah, untuk mengetahui golongan darah dan
mempersiapkan calon pendonor sewaktu-waktu bila terjadi
kegawatdaruratan.
(2) Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), dilakukan minimal sekali
pada trimester I dan sekali pada trimester III, pemeriksaan
dilakukan untuk megetahui apakah ibu menderita anemia atau
tidak. Klasifikasi Hb pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
(a) Tidak anemia : Hb >11 gr%
(b) Anemia ringan : Hb 9-10 gr%
(c) Anemia sedang : Hb 7-8 gr%
(d) Anemia berat : Hb <7 gr%
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi dan asam folat (Prawirohardjo, 2009).
(3) Pemeriksaan protein dalam urin, untuk mengetahui adanya
proteinuria pada ibu hamil sebagai indikator pre-eklampsia.
(4) Pemeriksaan kadar gula darah, dilakukan pada ibu hamil yang
dicurigai menderita diabetes.
(5) Pemeriksaan darah malaria, semua ibu hamil didaerah endemis
malaria dilakukan pemeriksaan.
(6) Pemeriksaan tes Sifilis, dilakukan didaerah dengan resiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga sifilis serta sebaiknya dilakukan
sedini mungkin pada kehamilan.
(7) HbSAg, dilakukan untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif atau
non reaktif (Bobak, 2005; Manuaba, 2007).
(8) Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus (HIV), ibu dengan
resiko tinggi dan diduga menderita HIV.
(9) Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA), dilakukan pada ibu
hamil yang dicurigai menderita Tuberkulosis.
Tatalaksana atau penanganan kasus dilakukan setiap kelainan
yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai standar dan
kewenangan tenaga kesehatan. Kasus yang tidak dapat ditangani
dapat dirujuk sesuai sistem rujukan.
j) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Pesalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara atau koseling dilakukan pada saat kunjungan
ANC dan disampaikan sesuai dengan kebutuhan ibu, beberapa
konseling yang dapat diberikan kepada ibu meliputi:
(1) Kesehatan ibu yang meliputi kesehatan sekarang, kesehatan ibu
dahulu, dan kesehatan keluarga.
(2) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
(3) Peran suami/atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan.
(4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi.
(5) Asupan gizi seimbang.
(6) Gejala penyakit menular dan tidak menular.
(7) Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di
daerah terkonsentrasi HIV/bumil risiko tinggi terinfeksi HIV.
(8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
(9) KB paska persalinan.
(10) Imunisasi.
(11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
Booster).
2. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPEMENKES
NO.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan yang
meliputi :
a. STANDAR I : PENGKAJIAN
Tanggal/Jam Masuk : Untuk mengetahui tanggal dan waktu melakukan
pengkajian.
1) Data Subjektif
a) Identitas
(1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur : Umur klien dikaji untuk mengetahui apakah klien
dikatakan berpengaruh/ memiliki resiko. Jika umur klien < 20
tahun termasuk beresiko karena alat-alat reproduksi belum
matang dan psikis yang belum siap. Serta jika umur > 35 tahun,
rentan sekali terjadi komplikasi dalam kehamilan dan pada
proses persalinan, jadi usi reproduktif (subur) seorang wanita
yang baik dalam siklus reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun
(Manuaba, 2010).
(3) Agama : Untuk memberikan motivasi pada klien sesuai
dengan agama yang dianut. Mengantisipasi kebiasaan religius
yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
(4) Suku/Bangsa : Untuk menentukan faktor pembawa genetika
atau Ras. Berpengaruh pada adat istiaadat atau kebiasaan sehari-
hari seperti bahasa supaya lebih mudah untuk berkomunikasi
saat memberikan asuhan.
(5) Pendidikan : Mengetahui tingkat pengetahuan untuk
menyesuaikan dalam menentukan pemberian konseling sesuai
dengan pendidikannya.
(6) Pekerjaan : Mengetahui kegiatan ibu selama hamil. karena
pekerjaan yang terlalu berat dapat mengindikasi terjadinya
komplikasi selama kehamilan, peningkatan tujuh kali lipat
insiden berat bayi lahir rendah pada wanita yang bekerja terlalu
keras di lapangan.
(7) Alamat : Untuk mempermudah kunjungan rumah apabila
diperlukan. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadan
geografis yang sulit untuk di jangkau maka akan semakin sulit
pula untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b) Keluhan utama : Ketidaknyamanan kehamilan yang dialami ibu pada
trimester III seperti insomnia, sering buang air kecil, edema
ektremitas, nyeri punggung,nyeri ulu hati. Keluahn juga berguna
untuk penatalaksanaan kebutuhan ibu (Walsh, 2007).
c) Data Kebidanan
(1) Riwayat perkawinan : Untuk mendapatkan gambaran mengenai
berapa tahun umur ibu saat pertama kali menikah, status
perkawinan sah/tidak karena dapat mempengaruhi psikologis
ibu, lama pernikahan, dan ini suami yang ke berapa.
(2) Riwayat kehamilan sekarang :
(a) Gerakan Janin : dirasakan ibu pripigravida pada minggu ke
18 – 20 sedangan pada ibu multigravida dirasakan pada
minggu ke 16- 18 dan dapat dilihat pada akhir kehamilan.
(b) Jumlah gerakan : dalam 12 jam, gerakan janin normalnya
10 kali.
(c) HPHT : HPHT atau hari pertama haid terakhir digunakan
untuk menaksir usia kehamilan dan hari periraan lahir.
(d) HPL : menghitung hari perkiraan lahir dapat menggunakan
Rumus Naegele yaitu :
HPL = Hari + 7, bulan + 1 dan tahun + 1
(e) Usia Kehamilan : untuk menentukan perkiraan persalinan
dan menentukan pemeriksan dan asuhan yang diberikan
supaya sesuai dengan masa kehamilan.
(f) Status TT : Imunisasi TT diberikan untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum, ibu harus mendapat
imunisasi TT sebanyak 2 kali atau maksimal 5 kali seumur
hidup .
(Bobak, 2005; Fraser, 2012; Varney, 2007).
(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Untuk
mengetahui gravida atau jumlah kehamilan yang pernah dialami
wanita, para atau jumlah kehamilan yang berakhir dengan
kelahiran bayi atau bayi telah tumbuh dengan keadaan sehat.
Serta untuk mendeteksi adanya riwayat kehamilan persalianan
dan nifas yang lalu yang bisa dijadikan waspada oleh tenaga
kesehatan teritama bidan (Varney, 2007; Manuaba, 2007;
Saifuddin, 2009; Prawiroharjo, 2010).
(4) Riwayat Keluarga Berencana (KB) : Untuk mengetahui jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian, keluhan,
alasan pasang dan alasan lepas.
d) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat penyakit yang lalu : Untuk mengetahui ibu memiliki
riwayat penyakit/ tidak, seperti gula, darah tinggi, asma, jantung,
TBC, dan HIV/AIDS
(2) Riwayat kesehatan sekarang : untuk mengetahui ibu sedang
menderita penyakit / tidak, seperti gula, darah tinggi, asma,
jantung, TBC dan HIV/AIDS
(3) Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui ada atau
tidaknya riwat penyakit yang di turunkan dari keluarga
Riwayat kesehatan tersebut membantu bidan untuk
mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi
kehamilan dan janinnya.
e) Data kebiasaan sehari – hari
Berikut ini adalah kebutuhan fisiologis ibu hamil:
(1) Nutrisi : Menu yang disusun harus sesuai gizi yang seimbang
yang terdiri dari zat-zat seperti protein, karbohidrat, lemak ,
mineral, vitamin, serta air.
(2) Personal Hygiene : Mandi dua kali, gosok gigi dan ganti pakaian
minimal 2 kali sehari.
(3) Istirahat : Posisi tidur miring ke kiri, kaki lurus, kaki kanan
sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal dan untuk
mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada
perut bawah sebelah kiri.
(4) Eliminasi : Membersihkan alat kelamin dengan gerakan dari
depan ke belakang setiap kali selesai BAK atau BAB.
(5) Mobilisasi/Body Mekanik : Sikap tubuh yang perlu diperhatikan
selama hamil trimester III yaitu : duduk, berdiri, berjalan, bangun
dan berbaring, membungkuk dan mengangkat.
(6) Kebutuhan seks : Koitus dihindari pada kehamilan muda
sebelum kehamilan 16 minggu dan hamil tua, karena akan
merangsang kontraksi. Pada trimester III biasanya gairah sex
akan dipengaruhi oleh ketidaknyamanan dan body image.
f) Data psikologis
Mengetahui perubahan tugas dan peran ibu selama hamil dari
mulai trimester I, trimester II dan trimester III, pengaruh perubahan
bentuk tubuh (body image), dan fantasy life yang dialami ibu. Selain
itu, mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu,
apakah ibu takut, cemas dengan kehamilannya.
g) Data Sosial
Mengetahui beberapa hal mengenai :
Pembagian tugas dan peran ibu, suami dan atau keluarga selama
kehamilan, bentuk dukungan suami dan atau keluarga kepada ibu
selama hamil, dan pembagian peran pengambilan keputusan untuk
melakukan tindakan segera.
Selain itu, kebiasaan adat istiadat juga perlu dikaji agar bidan
dapat lebih mudah untuk melakukan pendekatan pada keluarga. Hal
ini berkaitan dengan adanya pantangan terhadap makanan ibu hamil
yang justru membuat pertumbuhan janin tidak optimal (Varney,
2007).
2) Data Obyektif
a) Pemerikaan Umum
(1) Keadaan Umum
Baik : kesadaran penuh, TTV normal, dan pemenuhan
kebutuhan mandiri seperti makan tanpa disuapi dan eliminasi
sendiri tanpa bantuan.
(2) Kesadaran
Composmentis, sadar penuh
b) Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
(1) Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu 90-60 mmHg - 120/80 mmHg..
Batas terendah tekanan darah adalah 140/90 mmHg yang
merupakan titik awal kemungkinan pre eklampsia. Kenaikan
tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai 30 mmHg
sistolis dan 15 mmHg diastolis, apabila kenaikan tekanan darah
lebih dari itu bisa terjadi hipertensi dalam kehamilan, dan
merupakan salah satu tanda eklamsia atau pre eklamsia jika
disertai protein urine
(2) Suhu
Suhu tubuh normal (36,5 - 37,50C)
(3) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal untuk orang dewasa yaitu 16-20
x/menit
(4) Nadi
Frekwensi nadi normal yaitu 60-90 x/menit
(Jhonson dan Taylor, 2005; Varney, 2007).
c) Berat Badan
Bertambahnya berat badan normal selama kehamilan sekitar
11,5-16 kg (Prawirohardjo, 2010), sedangkan menurut Manuaba
(2012) kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-16 kg, setiap
minggu akan mengalami kenaikan 0,5 kg.
d) Tinggi Badan
Tinggi badan normal 145 cm bila kurang dari itu dicurigai
beresiko kesempitan panggul (Kemenkes, 2013).
b) LiLA
Ukuran normal LiLA 23,5 cm, ibu hamil dengan LiLA< 23,5
cm menunjukkan besar kemungkinan melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) (Kemenkes RI, 2013).
c) Pemeriksaan fisik meliputi :
(a) Kepala
Kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah, lokasi struktur
wajah. Kulit pucat dan rambut rampuh dapat mengindikasikan
kekurangan nutrisi.
(b) Muka
Tanda fisiologis kehamilan pada wajah, pipi dan leher
biasanya mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai
topeng kehamilan atau cloasmagravidarum.
(c) Mata
Untuk mengetahui tanda – tanda anemia (konjungtiva
pucat), hiperbillirubin(sklera kuning) dan kelainan saraf pada
mata ( strabismus ).
(d) Hidung
Mengetahui ada pernafasan cuping hidung atau tidak,
kesimetrisan ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau
tidak, ada polip atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi atau tidak.
(e) Telinga
Mengetahui keadaan telingat apakah bersih tidak ada
serumen, ketajaman pendengaran, letak telinga di kepala,
bentuk, ada tonjolan atau tidak.
(f) Mulut
Untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah, tidak ada
satomatitis, tidak ada gigi berlubang, dan caries gigi. Yang bisa
dilakukan apabila terjadi gigi berlubang melakukan pemeriksaan
gigi ke dokter gigi untuk penangan yang tepat sebab jika tidak
diperhatikan akan menyebabkan infeksi. disarakan untuk wanita
hamil untuk memeriksakan giginya selama masa kehamilan.
(g) Leher
Dalam keadaan normal tidak ada pembesaran kelenjar
limfe apabila ada maka menunjukan adanya infeksi, kelenjar
tiroid apabila ada pembesaran kelenjar tiroid makan menunjukan
bahwa ibu kekurangan yodium, dan pembengkakan vena
jugularis apabila ada maka ada indikasimasalah jantung.
(h) Payudara
Perlu dilukan pemeriksaan karena payudara mengalami
banyak perubah sebagai persiapan laktasi, keadaan normal
ayudara simetris, tidak ada benjolan yang tidak normal, putting
menonjol, apabila puting datar bisa dilakukan cubit areola
dengan ibu jari dan jari telunjuk ini sebagai persiapan ibu
menyusui, kolostrum sudah keluar sebagai tanda ASI sudah
diproduksi, terjadi hiperpigmentasi areola mamae, tidak ada
retraksi dinding dada dan adanya massa atau nodul pada aksila.
(i) Abdomen
Mengetahui bentuk pembesaran perut, terdapat linea atau
tidak, linea adalah garis pigmentasi dari sifisis pubis ke bagian
atas sampai fundus, linea terdapat 2 linea alba dan linea nigra,
lihat adakah luka bekas operasi memastikan untuk riwayat
persalinan sebelumnya.
(1) Palpasi :
(a) Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri. Pada normalnya
kehamilan trimester III pada akhie kehamilan TFU
setinggi pertengahan pusat – prosesus xipoideus (px).
(b) Leopold II
Menentukan batas kanan dan kiri rahim, menentukan
letak punggung janin. Bagian yang teraba memanjang
seperti papan, ada tahanan dan keras/punggung, Bagian
yang teraba kecil-kecil, ekstremitas.
(c) Leopold III
Menentukan bagian terendah janin. Bila kepala
janin belum masuk panggul maka masih dapat
digoyangkan dan sebaliknya bila sudah masuk panggul
maka sudah tidak dapat digoyangkan karena sudah
terfiksasi oleh pintu atas panggul (PAP).
(d) Leopold IV
Menentukan konvergen (kedua jari periksa
menyatu yang berarti bagian terendah janin belum masuk
panggul) dan divergen (kedua jari tiak tidak menyatu
yang berarti bagian terendah janin sudah masuk pintu atas
panggul).
(Mochtar, 2011).
(e) Pengukuran TFU untuk menghitung perkembangan dan
pertumbuhan janin apakah sesuai dengan masa kehamilan,
pengukuran TFU juga dapat di gunakan untuk menentukan
usia kehamilan dengaan cara membandingkan berapa
besar TFU dengan HPHT. Tfu akan berkurang saat fetus
sudah mulai masuk pintuatas panggul (Lowdermilk, 2013).
(f) TBJ (Tafsiran Berat Janin)
Menurut Manuaba (2007) tafsiran berat janin dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
(TFU-11) x 155 jika sudah masuk panggul
(TFU-12) x 155 jika belum masuk panggul
(2) Auskultasi
DJJ normalnya 120 – 160 x/menit (Saifuddin, 2010;
Prawirohardjo, 2010).
d) Genetalia
Mengetahui ada tidaknya kelainan pada genitalia seperti
oedema, varises yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah sehingga menjadi perdarahan, pembesaran kelanjar
bartholini, mengetahui ada atau tidaknya hemoroid pada anus.
Tapi pada keadaan normal, tidak terdapat varises dan hemoroid.
e) Ekstremitas atas dan bawah
Memeriksa ada atau tidak reflek patella pada
ekstremitas bawah apabila reflek patella negative kemingkinan
ibu kekurangan vitamin B1 yang memungkinkan adanya
masalah pada tulang belakang. Cek apakan ekstremitas oedema
dan varises serta sianosis atau tidak pada ujung kuku. Pada
keadaan normal reflek patella ada, tidak edema dan tidak
sianosis .
(Varney, 2007; Prawirohardjo, 2010).
c) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan penunjang untuk melakukan deteksi
dini adanya penyulit atau masalah. Pada trimester III pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
(1) Hemoglobin
Dilakukan pemeriksaan Hb untuk eteksi adanya
anemia. Hb digolongkan sebagai berikut : Hb 11gr% (tidak
anemia), Hb 9-10gr% (anemia ringgan), Hb 7-8gr% (anemia
sedang), dan Hb <7gr% (anemia berat).
(2) Golongan Darah
Untuk mengetahui golongan darah pasien dan
mempersiapkan pendonor apabila sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan.
(3) HbSAg
Untuk mengetahui ibu HbSAg reaktif atau non reaktif.
Apabila terdeteksi virus hepatitis B pada ibu harus segera
dilakukan vaksinasi untuk mencegah penularan ke bayi pada
saat proses persalinan.
(4) Pemeriksaan Urine
Untuk mengetahui kadar protein dalam urine yang
mengindikasikan tanda-tanda pre eklamsia. Pemeriksaan ini
dilakukan apabila ada indikasi bengkak pada muka dan
ekstremitas.
(5) Pemeriksaan VCT
Pemeriksaan VCT dilakukan pada ibu hamil untuk
mengatahui apakah ibu hamil tersebut terkena virus HIV.
Apabila ibu terinfeksi virus HIV, maka bayi yang dilahikan
bisa diberikan penanganan segera.
(6) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan janin
dalam kandingan, untuk menentukan usia kehamilan, dan hari
perkiraan lahir.
(Bobak, 2005; Benson, 2009; Mochtar, 2011; Prawirohardjo, 2010)
b. STANDAR II : PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH
KEBIDANAN
Lakukan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan ibu
hamil berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
1) Diangnosa Kebidanan
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosis kebidanan, yaitu : G... P... A.. umur ... usia usia
kehamilan ... minggu dengan...
Data dasar :
a) Data subjektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan hasil
wawancara terhadap pasien.
Ibu mengatakan ini kehamilan ke ... dan pernah/tidak pernah
keguguran ... kali. Ibu mengatakan HPHT tanggal..
b) Data objektif : dasar diperolehnya diagnosa berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan.
(1) Keadaan umum dan kesadaran
(2) Tanda Vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).
(3) Palpasi Abdomen (Leopold I, II, III, IV).
(4) TFU, DJJ dan TBJ.
2) Masalah
Masalah yang mungkin terjadi pada kehamilan trimester III
seperti sesak nafas, insomnia,sering berkemih, edema kaki, konstipasi,
varises, keputihan, nyeri punggung bawah, Kontraksi Braxton Hicks,
dan hemoroid.
3) Kebutuhan
a) Kebutuhan psikologis berupa dukungan emosional dari suami dan
keluarga.
b) Kebutuhan fisiologis seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi,
personal hygiene, perawatan payudara, eliminasi, pakaian,
seksual, istirahat, body mekanik, senam hamil.
c. STANDAR III : PERENCANAAN
Planning/perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan
yang akan datang yang sesuai dengan Evidance Based Midwifery (EBM).
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intrepretasi data.
Misalnya pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) diberikan kepada ibu
sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan. Memberikan
suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi
pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat. Berdasarkan
jurnal penelitian yang berjudul Impact of preconceptional micronutrient
supplementation on maternal mental health during pregnancy and
postpartum: results from a randomized controlled trial in Vietnam tahun
2017.
Perencanakan asuhan kebidanan disusun berdasarkan diagnosa dan
masalah yang telah ditegakkan. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai
kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan
yang akan dilaksanakn harus mampu membantu pasien mencapai
kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain
antara lain dokter.
Dalam Planning ini juga harus mencantumkan Evaluation/evaluasi,
yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai
efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis
hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai
tindakan/asuahn. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini
dapat menjadi dasar untuk mngembangkan tindakan alternatif sehingga
tercapai tujuan yang diharapkan.
d. STANDAR IV : IMPLEMENTASI
Melakukan asuhan sesuai dengan perencanaan dan dilaksanakan
efisien dan aman.
e. STANDAR V : EVALUASI
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
mengulangi proses menejemen jika belum efektif.
f. STANDAR VI : PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN
Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir
yang tersedia (Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA).
Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
a) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
b) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
c) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
d) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai