Anda di halaman 1dari 2

Nama Anggota :

1) Ari Wardoyo
2) Arvian Nur R
3) Bagas Okta G
4) Bayu Aji S
5) Dani Adi S

APAKAH INDONESIA SUDAH BENAR-BENAR MERDEKA?


 
Saat ini mungkin kita semua tidak lagi merasakan kejamnya peperangan yang dialami oleh
orang-orang yang hidup beberapa puluh tahun sebelum kita lahir. karena berkat pengorbanan
para pahlawan yang berjuang sampai titik darah penghabisan, telah berhasil mengusir para
penjajah dari bumi Indonesia ini. Sehingga kita semua tidak lagi merasakan penderitaan
hidup dijaman penjajahan.
Tetapi pertanyaanya adalah, apakah benar bahwa kita sudah dapat hidup dengan nyaman,
aman dan tentram?
Saya rasa jawabnya belum tentu.
Mengapa demikian?
Karena pada kenyataanya masih ada “penjajah-penjajah” yang sedang mengkungkung
kehidupan kita. Penjajah-penjajah yang bahkan lebih sulit dihadapi dari masa penjajahan
sebelum Indonesia merdeka dulu.
Penjajah-penjajah ini adalah KORUPTOR
 
Belakangan ini mungkin sering kita dengar bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
berhasil menyeret beberapa tersangka koruptor besar ke pengadilan. Banyak pejabat
membanggakan hasil kerja KPK yang terlibat lebih tegas menindak para koruptor yang tidak
terjadi pada jaman pemerintah sebelum SBY-JK ini. Agaknya pemerintah dan rakyat asyik
dengan aneka penindakan represif (menindas) ini. Tapi patut dipertanyakan, apakah tindakan
represif yang dilakukan benar-benar dapat menghentikan korupsi yang sepertinya sudah
mengakar kuat pada bangsa ini. Karena hampir semua warga termasuk sejumlah pejabat
pemberantas korupsi terkena korupsi.
Jika demikian, siapakah yang memiliki kredibilitas untuk menjadi pejabat pemberantas
korupsi? siapa yang berhak menindak para koruptor tersebut?
Karena pada kenyataanya, terkuak beberapa indikasi keterlibatan jaksa, polisi, hakim dan
pejabat KPK dalam suap dan pemerasan terkait penindakan tersangka koruptor.
IRONIS !!!!
 
Hal ini mungkin disebabkan Bangsa Indonesia yang secara turun temurun telah diwariskan
pola-pola relasi masa lampau bangsa penjajah. Sehingga hal tersebut menjadi seperti warisa
yang harus terus dijaga sampai saat ini dan diterapkan ke realitas relasi antara penguasa dan
rakyat Indonesia.
 
1. Kebiasaan bangsa penjajah (penguasa) meemras/memalak bangsa terjajah (rakyat).
2. Kebiasaan bangsa terjajah (rakyat) menyelamatkan diri dari tekanan dan ancaman
bangsa penjajah (penguasa) dengan cara apapun, termasuk mengorbankan sesame
warga terjajah.
3. Kebiasaan bangsa terjajah (rakyat) bertindak menjilat penjajah (penguasa) demi
keselamatan diri.
4. Kebiasaan bangsa terjajah (rakyat) memberi upeti kepada penjajah (penguasa).
5. Kebiasaan suatu lapisan bangsa terjajah (rakyat) untuk menekan dan memeras sesama
warga terjajah yang ada pada lapisan lebih rendah

 
Perwujudan dari kelima pola relasi tersebut secara menyejarah telah membuahkan
kemiskinan bangsa terjajah (rakyat), sekalipun bangsa terjajah tersebut telah meraih
kemerdekaan secara formal.
 
Dengan demikian kita menyadari bahwa untuk menghentikan tindakan korupsi tidak akan
berhasil jika hanya menitikberatkan pada tindakan represif.
 
Ini menjadi PR bagi pemerintah untuk membuat program-program ekonomi pro
kesejahteraan rakyat banyak, seperti meningkatkan pendidikan yang bermutu dan
berkesinambungan dan lain sebagainya.
 

Anda mungkin juga menyukai