Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI DAN ANALISA KERENTANAN GERAKAN TANAH

DAERAH TLOGOWULUNG DAN SEKITARNYA KECAMATAN ALIAN


KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh :
Ilham Ramdan1), Teti Syahrulyati2), dan Helmi Setia Ritma Pamungkas3)

Abstrak
Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Desa Tlogowulung, Desa
Wonokromo, Desa Rahayu, Desa Sendangdalem, Desa Lumbu, Desa Jatipirus, Desa Lerep Kebumen,
Desa Blater, Desa Poncowarno, Desa Tegalrejo, Desa Jembangan, Desa Kedungdowo, Desa
Karangtengah, Desa Tirtomoyo, Desa Soka, Desa Bojongsari, Desa Surotrunan, Desa Seliling, Desa
Kebapangan, Desa Kaliputih, Desa Sawangan, Desa Kalirancang, Desa Krakal, Desa Tanahsari, Desa
Bandung. Kecamatan Prembun, Kecamatan Kebumen, Kecamatan Kutowinangun, Kecamatan Alian,
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Geomorfologi daerah penelitian dikelompokkan menjadi
Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Pola
aliran sungai yang terdapat dan berkembang yaitu pola aliran sungai rektangular dengan jentera
geomorfik dewasa. Tatanan batuan pada daerah penelitian dari tua ke muda yaitu Satuan Batupasir
gampingan selang-seling Batulempung Formasi Penosogan, Satuan Batupasir selang-seling
Batulempung sisipan Breksi Formasi Halang, dan Endapan Aluvial. Satuan Batupasir gampingan
selang-seling Batulempung (N9-N14), diendapkan di Bathial Tengah dan mempunyai hubungan
startigrafi selaras dengan Satuan Batupasir selang-seling Batulempung Formasi Halang (N15-N19)
yang diendapkan di Neritik Tengah – Neritik Luar. Pada kala Resen, satuan aluvial sungai menutupi
satuan–satuan yang lebih tua yang tersingkap di daerah penelitian dengan dibatasi bidang erosi.
Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian yaitu berupa lipatan dan patahan. Struktur lipatan
berupa Sinklin Seliling dengan arah relatif barat-timur. Sedangkan struktur patahan berupa Sesar
Mendatar Wonokromo, Sesar Mendatar Kaliputih, Sesar Mendatar Kedungdowo, Sesar Mendatar
Rahayu. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitan terjadi pada Pliosen-Plistosen, atau
pada kejadian orogensa Plio-Plistosen dengan gaya utama berarah utara-selatan yaitu N 10° E. Studi
analisa kerentanan gerakan tanah, berdasarkan hasil analisa.

Kata Kunci: Geologi, Gerakan Tanah Kecamatan Alian

I. PENDAHULUAN II. KONDISI GEOLOGI


2.1. Geomorfologi
Menurut Asikin (1992), bahwa Kebumen
merupakan daerah subduksi yang awalnya
Berdasarkan genetika pembentukan bentang
merupan dasar samudra yang kemudian muncul
alamnya, serta merujuk pada struktur, proses
sebagai akibat terjadinya tumbukan dua
dan stadia (tahapan) geomorfiknya maka
lempeng bumi pada 117 juta tahun – 60 juta
geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi
tahun yang lalu, yakni lempeng benua Eurasia
dua satuan, yaitu yang pertama Satuan
dan lempeng samudra Hindia. Akibat dari
Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan dan
proses geologi tersebut maka Pulau Jawa
yaang kedua Satuan Geomorfologi Dataran
khususnya Kebumen memiliki kondisi geologi
Aluvial.
yang sangat kompleks. Berdasarkan hal
tersebut penelitian dilakukan, terutama Secara genetik satuan geomorfologi perbukitan
informasi yang merngarah kepada penelitian lipat patahan ini dikontrol oleh struktur yang
potensi kemungkinan bencana alam yang berupa perlipatan dan patahan, dengan bentuk
mungkin terjadi di daerah penelitian. bukit dan lembah yang memanjang berarah
barat laut – tenggara. Satuan ini menempati

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1


90% dari luas daerah penelitian. Berada pada Secara umum pola aliran di daerah penelitian
ketinggian 100 - 450 mdpl. Satuan ini yaitu pola aliran rektangular.
ditempati oleh satuan batuan batupasir
gampingan selang-seling batulempung, satuan Pada peta daerah penelitian pola aliran yang
batupasir selang-seling batulempung sisipan berkembang adalah rektangular karena sungai-
breksi. Proses - proses geologi yang teramati sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten
berupa pelapukan, erosi, dan sedimentasi.
dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana
B T singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang
sungainya membentuk sudut tumpul dengan
sungai utamanya. Pola aliran rektangular juga
adalah pola aliran sungai yang dikendalikan
oleh struktur geologi, seperti struktur kekar
(rekahan) dan sesar (patahan).

2.2. Stratigrafi

Foto 1 Morfologi perbukitan memanjang yang Hasil dari studi Peta Geologi Regional lembar
memperlihatkan perbukitan lipatan. Foto diambil Kebumen dengan skala 1 : 100.000 (Asikin,
arah utarat-selatan dari daerah Kebapangan . Handoyo, Busono dan Gafoer 1992), maka urut
- urut stratigrafi pada daerah penelitian yaitu
sebagai berikut:
T B
Tabel 1 Kolom stratigrafi regional

Foto 2 Morfologi gawir sesar. Foto diambil pada


daerah Rahayu.

Satuan geomorfologi dataran aluvial


menempati 10% dari seluruh daerah penelitian
di tandai dengan warna abu-abu pada peta.
Secara genetik satuan ini dikontrol oleh hasil
endapan sungai berupa material lepas
berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal.
Morfometri satuan ini berada pada ketinggian
50 mdpl , dengan kemiringan lereng 0° -2°.

Sumber: Asikin, Handoyo, Busono, dan Gafoer.


Berdasarkan ciri litologi, data lapangan, dan
kesamaan fisik pada daerah penelitian dijumpai
satuan batuan batupasir gampingan selang-
seling batulempung dari Formasi Penosogan,
satuan batupasir selang-seling batulempung
sisipan breksi yang merupakan ciri dari
Formasi Halang.

Foto 3 Morfologi Dataran Aluvial. Foto diambil


Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan
pada daerah Bojongsari. ciri-ciri batuan yang tersingkap di lapangan dan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2


kesebandingannya terhadap stratigrafi regional, memperlihatkan sekuen batupasir yang
maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi menebal keatas.
tiga satuan batuan, yaitu dengan urutan dari
yang paling tua ke muda sebagai berikut:

1. Satuan batuan batupasir gampingan selang-


seling batulempung.
2. Satuan batuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi.
3. Satuan endapan aluvial.

Tabel 2 Kolom stratigrafi daerah penelitian


Foto 4. Foto singkapan batupasir gampingan selang
– seling batulempung di Kali Batur (LP 73).

Foto 5 . Foto singkapan batupasir gampingan selang


2.2.1. Satuan Batupasir gampingan selang- –seling batulempung di Kali Wades (LP 21).
seling Batulempung
Penamaan satuan batuan ini berdasarkan atas Berdasarkan penyebaran fosil planktonik pada
hadirnya di lapangan singkapan - singkapan bagian bawah dicirikan dengan munculnya fosil
perselingan batupasir gampingan dengan Orbulina universa dan punahnya fosil
batulempung. Satuan batuan ini dijumpai di Globorotalia mayeri sedangkan pada bagian
bagian atas dan bawah daerah penelitian, atas dicirikan dengan munculnya fosil
tersebar dari Barat - Timur dengan menempati Globorotalia scitula gigantea dan punahnya
± 32 % dari luas daerah penelitian dan pada fosil Cassigerinella chipolensis maka dapat
peta geologi diberi warna kuning. Satuan ini disimpulkan bahwa umur satuan batuan
dapat diamati dengan jelas di Desa Kalirancang batupasir gampingan selang-seling
, Desa Krakal dan Desa Kaliputih. Memiliki batulempung berumur N9 – N14 (Miosen
jurus berkisar antara N 95° E - N 135° E di Tengah).
bagian Utara dan N 265° E - N 285° E di Penentuan lingkungan pengendapan satuan
bagian Selatan, dengan kemiringan lapisan batuan ini, ditentukan berdasarkan keterdapatan
batuan antara 31°- 42°, membentuk struktur fosil foraminifera bentos menurut klasifikasi
perlipatan sinklin dengan sumbu lipatan Phleger (1951). Berdasarkan hasil analisa
berarah relatif Barat - Timur., Ketebalan satuan foraminifera bentos menunjukkan bahwa
batuan batupasir gampingan selang –seling satuan batupasir gampingan selang-seling
batulempung ini jika dihitung dari penampang batulempung diendapkan pada Zona Neritik
geologi diperoleh ketebalan ± 500 meter, Zona Bathyal tengah kedalaman 5 – 1000
Dimensi singkapan di lapangan berkisar antara meter.
1 – 5 m, tersingkap dalam kondisi segar hingga
lapuk, terdapat struktur sedimen berupa paralel Hubungan stratigrafi satuan batuan batupasir
laminasi dan convolute. Satuan batuan ini gampingan selang-seling batulempung dengan
terdiri dari Batupasir gampingan selang–seling satuan di bawahnya tidak diketahui, karena
batulempung dengan tebal batupasir antara 10 – satuan yang lebih tua tidak tersingkap di daerah
80 cm, dan batulempung 5 – 30 cm, penelitian. Hubungan stratigrafi dengan satuan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3


yang ada di atasnya yaitu satuan batuan
batupasir selang-seling batulempung sisipan
breksi adalah selaras dikarenakan kedudukan
jurus dan kemiringan lapisannya relatif sama.
Satuan Batuan Batupasirgampingan selang-
seling Batulempung di daerah penelitian
memiliki ciri litologi, umur dan lingkungan
pengendapan yang sama dengan Formasi
Penosogan (Asikin, dkk, 1992), dengan
demikian penulis menyatakan satuan ini
sebagai Formasi Penosogan.
Foto 7. Foto bagian tengah singkapan breksi pada
2.2.2. Satuan Batupasir Selang - seling LP 88
Batulempung Sisipan Breksi
Penamaan satuan ini didasarkan atas Berdasarkan penyebaran fosil planktonik pada
perselingan batupasir dengan batulempung bagian bawah dicirikan dengan munculnya fosil
sebagai penyusun utamanya dengan breksi Globorotalia acostensis dan punahnya fosil
hadir sebagai sisipan. Satuan Batuan ini Globogerina venezuelana sedangkan pada
dijumpai di bagian tengah daerah penelitian, bagian atas dicirikan dengan munculnya fosil
penyebarannya memanjang relatif Barat-Timur Globogerinoides conglobatus dan punahnya
dengan menempati 58% dari luas daerah fosil Globigerina nepenthes maka dapat
penelitian dan pada peta geologi diberi warna disimpulkan bahwa umur satuan batuan
hijau. Satuan ini dapat diamati di Desa batupasir selang-seling batulempung sisipan
Sawangan, Desa Rahayu, Desa Tlogowulung, breksi berumur N15 – N19 (Miosen Akhir -
Desa Seliling, dan Desa Kedungdowo. Pliosen).
Memiliki jurus berkisar antara N 95° E - N
135° E di bagian Selatan, dan N 265°E – N Penentuan lingkungan pengendapan satuan
295°E di Bagian Utara, kemiringan lapisan batuan ini, ditentukan berdasarkan keterdapatan
batuan berkisar antara 35° - 45°, membentuk fosil foraminifera bentos menurut klasifikasi
struktur perlipatan sinklin dengan sumbu Phleger (1951). Berdasarkan hasil analisa
lipatan berarah relatif Barat-Timur. Tebal foraminifera bentos menunjukkan bahwa
singkapan di lapangan berkisar antara 1 – 8 m, satuan batupasir selang-seling batulempung
sedangkan untuk ketebalan Satuan Batuan ini sisipan breksi diendapkan pada Zona Neritik
jika dihitung dari penampang geologi diperoleh Zona Bathyal Atas kedalaman 5 – 500 meter.
ketebalan 1200 meter. Ciri litologi satuan
batuan ini di daerah penelitian didominasi oleh Hubungan stratigrafi satuan batuan batupasir
perselingan batupasir selang-seling selang-seling batulempung sisipan breksi
batulempung dengan breksi hadir sebagai dengan satuan di bawahnya adalah selaras,
sisipan, tersingkap dalam kondisi segar hingga karena kedudukan perlapisan batuannya relatif
lapuk. Di bagian atas dan bawah dicirikan sama dengan satuan di bawahnya. Hubungan
perselingan batupasir. Dimensi singkapan stratigrafi dengan satuan yang ada di atasnya
berkisar ±50 – 150 cm, dengan tebal batupasir yaitu satuan endapan aluvial adalah tidak
bervariasi dari ±15 cm - 60 cm dan batu selaras dibatasi oleh bidang erosi. Satuan
lempung ±5 - 10 cm (Foto 6), Di bagian tengah batupasir selang-seling batulempung sisipan
dicirikan dengan breksi fragmen andesit dengan breksi pada daerah penelitian sebanding dengan
dimensi singkapan berkisar ±3m (Foto 7) Formasi Halang yang ciri utamanya perselingan
antara batupasir dan batulempung di beberapa
tempat terdapat breksi (Asikin, dkk ,1992).
2.2.3. Satuan Endapan Aluvial
Penamaan Satuan Endapan Aluvial ini
didasarkan atas terdapatnya material aluvial
sungai yang berukuran lempung, pasir sampai
Foto 6. Foto singkapan batupasir selang - seling bongkah. Satuan ini terdapat di Kali
batulempung pada LP 30 Kedungbener dan pada peta geologi diberi

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4


warna abu - abu, menempati sekitar 10 % dari ditentukan dari indikasi - indikasi sesar di
luas daerah penelitian, satuan endapan ini lapangan. Adapun jenis sesar yang berkembang
umumnya menempati daerah datar. di daerah penelitian antara lain sesar
wonokromo, sesar kaliputih, sesar kedungdowo
dan sesar rahayu.

Penamaan struktur ini karena melewati Desa


Wonokromo, berada dibagian Barat daerah
penelitian, diperkirakan memanjang sejauh ±
5,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah
Barat daya-timur laut. Sesar ini melibatkan
satuan batupasir gampingan selang-seling
batulempung dan satuan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi. Indikasi sesar yang
Foto 8. Foto endapan aluvial di Kali Kedungbener ditemukan dilapangan adalah adanya breksiasi
dengan arah N 30˚ E / 55˚.
Penentuan umur satuan endapan aluvial ini
adalah Holosen, karena proses erosi,
transportasi dan sedimentasi masih berlangsung
hingga saat ini. Hubungan stratigrafi satuan
endapan aluvial dengan satuan batuan
dibawahnya dibatasi oleh bidang erosi.

2.3 Struktur Geologi


Data-data yang diperoleh dari pengamatan dan
pengukuran langsung di lapangan adalah jurus Foto 9 Breksiasi di Kali Tekung .
dan kemiringan lapisan batuan, bidang sesar
mikro, bidang sesar, dan kelurusan topografi.
Dari data tersebut, maka struktur yang ada di
daerah penelitian adalah lipatan dan patahan.

Struktur lipatan yang terdapat di daerah


penelitian adalah berupa sinklin. Struktur
perlipatan yang terdapat pada daerah penelitian
adalah Sinklin Seliling dijumpai di bagian
selatan daerah penelitian dengan arah sumbu
barat-timur . Sinklin ini melewati Desa Seliling
dengan panjang sumbu ± 6 km dengan Foto 10 Breksiasi di Kali Era.
kedudukan jurus bagian utara adalah N 85º E –
N 125º E dan kemiringannya 30º - 42º. Penamaan struktur ini karena melewati Desa
Sedangkan pada bagian selatan jurusnya
Kaliputih, berada dibagian Barat daerah
berkisar antara N 265º E – N 285º E dengan
kemiringan 30º - 45º. Pada penampang geologi, penelitian, diperkirakan memanjang sejauh ±
sinklin ini merupakan sinklin asimetris. Satuan 5,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah
batuan yang dilalui oleh struktur lipatan ini Barat daya-timur laut. Sesar ini melibatkan
adalah satuan batupasir selang - seling satuan batupasir gampingan selang-seling
batulempung sisipan breksi. batulempung dan satuan batupasir selang-seling
Sedangkan stuktur patahan di daerah penelitian batulempung sisipan breksi. Indikasi sesar yang
adalah struktur sesar yang didapati di daerah ditemukan dilapangan adalah adanya breksiasi
penelitian adalah sesar mendatar. Penentuan dengan arah N 40˚ E / 55˚. Dan bidang sesar
sesar - sesar ini didasarkan atas data yang berupa cermin sesar dengan arah N 35 ̊ E / 45 ̊
diperoleh langsung dari lapangan dan analisa dan gores garis dengan plunge 31°, N 16° E,
peta topografi, dimana arah pergerakannya pitch 5 ̊.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5


Foto 14 .Offset.

Foto 11. Breksiasi di Kaliputih Penamaan struktur ini karena melewati Desa
Rahayu, berada dibagian Barat daerah
penelitian, diperkirakan memanjang sejauh ±
3,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah
barat laut - tenggara. Sesar ini melibatkan
satuan batupasir gampingan selang-seling
batulempung dan batupasir selang-seling
batulempung sisipan breksi. Indikasi sesar yang
ditemukan dilapangan adalah gawir sesar
dengan arah N 320º E adanya Bidang sesar
arah N 325˚ E/ 45 dengan Gores-garis 32 ˚, N
Foto 12. Bidang Sesar di Kali Geboggemulung 316 ˚ E , Pitch : 15 ˚.

Penamaan struktur ini karena melewati Desa


Kedungdowo, berada dibagian Barat daerah
penelitian, diperkirakan memanjang sejauh ±
5,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah
barat laut - tenggara. Sesar ini melibatkan
satuan batupasir gampingan selang-seling
batulempung dan satuan batuan batupasir
selang-seling batulempung sisipan breksi.
Indikasi sesar yang ditemukan dilapangan
adalah adanya Bidang sesar arah N 345˚ E/ 45
dengan Gores-garis 32 ˚, N 328 ˚ E , Pitch : 15 Foto 15. Gawir Sesar dengan arah N 320º E.
˚, offset dengan arah N 340˚ E.

Foto 13. Bidang sesar berupa cermin sesar Foto 16 . Bidang sesar berupa cermin sesar.

Pembentukan struktur geologi di daerah


penelitian di mulai pada Kala Miosen Tengah
setelah seluruh satuan batuan diendapkan,
terjadi orogenesa (tektonik) dengan arah gaya

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6


utama N 10° E. Pembentukan struktur geologi batulempung sisipan Breksi (Formasi Halang),
diawali terbentuknya perlipatan Sinklin Seliling proses pengendapan ini berlangsung hingga
pada seluruh satuan batuan yang terdapat di N19 yang diendapkan pada kedalaman 200 -
500 mdpl atau pada zona Bathyal Atas, di
daerah penelitian, kemudian terbentuk Sesar
endapkan dengan mekanisme turbidit.
Mendatar Wonokromo, Sesar Mendatar Setelah seluruh satuan batuan tersebut
Kaliputih, Sesar Mendatar Kedungdowo, Sesar diendapkan maka terjadilah aktifitas tektonik
Mendatar Rahayu. pada N19 yang mengakibatkan terbentuknya
Keseluruhan struktur geologi yang terdapat di perlipatan (Sinklin Seliling), dan pensesaran
daerah penelitian terjadi pada satu periode, (Sesar Mendatar Wonokromo, Kaliputih,
yaitu dari Kala Plio-Plistosen dengan arah gaya Kedungdowo, Rahayu) pada satuan batuan
yang telah diendapkan sebelumnya.
utama N10° E ke arah Selatan atau N190° E ke
Pembentukan struktur geologi ini disertai
arah Utara. Arah gaya utama yang bekerja di dengan terjadinya pengangkatan yang
daerah penelitian diperoleh dari data-data mengakibatkan lingkungan daerah penelitian
kedudukan jurus dan kemiringan lapisan berubah dari laut dalam menjadi daratan.
batuan. Apabila dikaitkan dengan pola struktur Seiring dengan waktu geologi yang berjalan,
yang terjadi selama zaman Tersier dari daerah penelitian yang telah menjadi daratan
Pulunggono dan Martodjojo (1994), maka pola terjadi proses eksogen yaitu pelapukan pada
zona lemah yang kemudian membentuk sungai
struktur yang terjadi di daerah penelitian
– sungai sehingga menghasilkan endapan
berpola Barat–Timur atau Pola Jawa, sesuai aluvial sungai yang merupakan hasil rombakan
dengan arah sumbu lipatan pada daerah dari batuan yang terbentuk sebelumnya dan
penelitian. endapan aluvial sungai ini menutupi satuan
batuan di bawahnya. Dari proses tersebut maka
terbentuklah morfologi yang sekarang terdapat
di daerah penelitian.

III. Analisis Zona Kerentanan Gerakan


Tanah

3.1. Dasar Teori

Gerakan tanah adalah bergeraknya massa


regolith ke tempat yang lebih rendah akibat
gaya tarik gravitasi, tetapi yang sebenarnya
terjadi adalah hilang nya keseimbangan awal.
Gambar 1. Hubungan pola umum jurus dan Dan untuk mencapai keseimbangan baru
kemiringan lapisan batuan dengan arah gaya utama. terjadilah longsoran. Varnes (1978 dalam M.J.
Hansen, 1984 dalam Sudarsono & Pangular,
(Panah biru menunjukkan arah gaya utama).
1986)) mendefinisikan gerakan tanah sebagai
gerakan material ke bawah dan ke luar dari
2.4 Sejarah Geologi sebuah lereng di bawah pengaruh gravitasi,
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada yang sering disebut sebagai longsoran dari
N9 dengan terjadinya pengendapan Satuan masa tanah atau batuan dan longsoran adalah
Batuan Batupasir gampingan selang-seling suatu pergerakan tanah, batuan, timbunan,
Batulempung (Formasi Penosogan) proses ini ataupun dalam bentuk campurannya secara
berlangsung hingga N14, diendapkan dengan alamiah pada lahan yang miring. Faktor –
mekanisme turbidit pada lingkungan laut dalam faktor penyebab gerakan tanah yaitu perubahan
atau pada zona Bathyal Atas hingga Bathyal kemiringan lereng, gempa bumi, aktifitas
Tengah dengan kisaran kedalaman 500 – 1000 manusia, tata guna lahan, dan kondisi geologi
mdpl, satuan batuan ini merupakan satuan yang meliputi; jenis tanah dan batuan terutama
batuan tertua di daerah penelitian. Kemudian adanya lapisan yang lulus air menumpang di
diendapkan kembali pada N15, diendapkan atas lapisan yang tidak lulus air; arah dan
Satuan Batuan Batupasir selang -seling kemiringan bidang perlapisan, kekar, patahan,

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7


dan ketidakselarasan yang mengarah keluar curam atau bahkan hampir vertikal melalui
lereng; dan tingkat pelapukan batuan. sedikit atau tanpa bidang gelincir. Faktor-faktor
penyebab gerakan tanah jenis ini adalah
3.2. Klasifikasi Gerakan Tanah kemiringan yang terjal, jenis batuan dan
struktur geologi. Faktor utama pemicu gerakan
Tabel 3 Klasifikasi longsororan (landslide) oleh
Varnes (1978, dalam M.J. Hansen, 1984 dalam
tanah jenis ini adalah struktur geologi dan
Sudarsono & Pangular, 1986). gempa. Terdapat 2 (Dua) Lokasi gerakan tanah
jenis Rock Fall pada lokasi daerah penelitian.

Foto 17. Gerakan tanah jenis rock fall di daerah


penelitian.

2. Debris Slide

Merupakan gerakan meluncur atau mengalir


dari material rombakan berupa batuan dan
tanah yang telah jenuh air dan bahan organik
yang biasanya bergerak dengan kecepatan
tinggi hingga sangat tingi pada periode waktu
yang singkat. jenis materialnya berupa bahan
rombakan yang berbutir kasar berukuran pasir
sampai bongkah, terjadi disekitar tebing-tebing
sungai dan tebing - tebing perbukitan. Faktor
penyebab utama gerakan tanah jenis ini adalah
sudut lereng curam dan struktur geologi,
sedangkan faktor pendukung lainnya berupa
jenis batuan, kandungan air dan kegempaan.
Terdapat 12 (dua belas) titik debris slide pada
lokasi daerah penelitian.

Foto 18. Gerakan tanah jenis debris slide di daerah


penelitian
Gambar 2 Tipe gerakan longsoran berdasarkan
mekanisme (Varnes, 1978).
3. Earth flow
Gerakan tanah di daerah penelitian terdiri dari
rock fall, debris slide, dan earth flow. Adalah jenis gerakan tanah yang melibatkan
1. Rock Fall bahan – bahan yang lepas dimana materialnya
Merupakan gerakan jatuh bebas material terdiri dari bahan organik dan tanah yang jenuh
batuan, terpental dan menggelinding dari lereng air yang bergerak mengikuti lereng yang lebih

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8


landai akibat gaya gravitasi. Faktor – faktor a. Sangat rendah = 1
penyebab gerakan tanah jenis ini adalah b. Rendah = 2
kandungan air, pelapukan, tutupan lahan dan c. Sedang = 3
sudut lereng. Faktor utama pemicu gerakan
d. Tinggi = 4
tanah jenis ini adalah tingkat kandungan air
yang tinggi. Terdapat 2 (dua) titik debris slide e. Sangat tinggi = 5
pada lokasi daerah penelitian.
Setelah pemerian skoring pada masing-masing
peta, nilai skoring tersebut dikalikan nilai bobot
peta maka dihasilkan nilai NKB (nilai kali
bobot). Nilai ini yang nantinya menjadi acuan
untuk pembuatan Peta Zona Kerentanan
Gerakan Tanah.

3.3.2. Zona Keretanan Gerakan Tanah


Analisis zona kerentanan gerakan tanah
Foto 19. Gerakan tanah jenis earthflow di daerah
dilakukan analisis tumpang susun untuk
penelitian.
mencari pengaruh faktor-faktor yang terdapat
pada peta-peta parameter terhadap sebaran
3.3. Analisa (distribusi) gerakan tanah.
3.3.1. Metoda Penelitian 1. Peta Kemiringan Lereng

Metode yang dilakukan dalam Pemetaan zona Kemiringan lereng pada daerah penelitian
kerentanan gerakan tanah dilakukan dengan dibagi menjadi 5 kelas tiap-tiap kelas memiliki
metoda analisis statistik adalah dengan nilai kemampuan yang berbeda. Kemiringan
prosedur analisis tumpang susun untuk mencari tersebut diperoleh dari data kontur, lalu
pengaruh faktor-faktor yang terdapat pada peta- menggunakan program Arcgis 10.1 maka akan
peta parameter terhadap sebaran (distribusi) didapat daerah dengan kemiringan yang
gerakan tanah, kemudian dengan analisis sistem berbeda-beda, semakin besar kemiringan lereng
informasi geografis (SIG) dapat ditentukan maka nilai kemampuan akan semakin besar.
zonasi gerakan tanah. Metode ini didasarkan Pemerian bobot 5 pada kemiringan lereng ini
atas model perhitungan nilai bobot satuan dikarenakan kelerengan sangat berpengaruh
batuan, kelas kemiringan lereng, tata guna terhadap gerakan tanah akibat dari gaya
lahan, dan buffer struktur. Nilai bobot yang gravitasi yang membuat masa tanah dan batuan
diperoleh dijumlahkan dan dikelompokan bergerak cenderung ke arah vertikal.
menjadi maksimal empat kelas dengan
menggunakan nilai batas atas (upper bound) Tabel 3. Nilai Kemiringan Lereng.
untuk tiap kelas. (SNI Penyusunan Peta Zona
Kerentanan Gerakan Tanah, 2005). Kemiringan lereng Nilai Bobot NKB
Pembuatan peta-peta yang berkaitan dengan
gerakan tanah berisikan bobot dengan besaran 0-2 1 5
yang berbeda-beda tergantung pengaruhnya 2-4 2 10
terhadap gerakan tanah, nilai bobot tersebut 4-8 3 5 15
adalah: 8 - 16 4 20
1. Peta kemiringan lereng dengan bobot 5 16 - 35 5 25
2. Peta satuan batuan dengan bobot 5
3. Peta buffer stuktur dengan bobot 4 2. Peta Satuan Batuan
4. Peta tutupan lahan dengan bobot 4
Satuan batuan yang terdapat didaerah penelitian
Disamping pemberian bobot, pada peta tersebut adalah satuan batupasir gampingan selang-
diberikan skoring sesuai dengan kecenderungan seling batulempung, satuan batupasir selang-
terhadap gerakan tanah. Skoring tersebut adalah seling batulempung sisipan breksi, dan satuan
sebagai berikut: endapan aluvial. Batuan – batuan yang terdapat
di daerah penelitian terdiri dari batuan sedimen

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9


dengan kekompakan rendah sampai tinggi. karakteristiknya seperti sawah memiliki nilai
Batuan dengan kekompakan rendah sampai besar dikarenakan area ini memiliki kejenuhan
sedang merupakan material – material yang air yang tinggi, sedangkan hutan memiliki nilai
mudah bergerak dan berpotensi terjadinya yang rendah karena area ini ditumbuhi
gerakan tanah. Tetapi batuan dengan pepohonan yang relatif besar dan memiliki akar
kekompakan tinggi juga masih berpotensi yang masuk jauh kedalam tanah yang menjaga
bergerak karena terdapatnya kekar – kekar di kestabilan wilayah agar tetap baik, berbeda
dalam batuan tersebut walaupun dalam dengan kebun yang ditumbuhi tanaman yang
presentase yang kecil. relatif kecil dimana akarnya hanya ada di
permukaan saja. Pemukiman diberi nilai rendah
Tabel 4. Nilai Satuan Batuan. karena manusia mendirikan bangunan dengan
pondasi agar area pemukiman stabil. Pemerian
Satuan Batuan Nilai Bobot NKB bobot 4 (empat) pada tutupan lahan didasarkan
pada pengaruh tutupan lahan terhadap gerakan
Batupasirgampingan tanah sebagai pengontrol rembesan air,
selang – seling 1 5
pelapukan dan penguat lereng.
batulempung
Batupasir selang – seling 5 Tabel 6. Nilai Tutupan Lahan.
batulempung sisipan 2 10
breksi
Endapan Aluvial 3 15 Tutupan Lahan Nilai Bobot NKB
Belukar / Semak 1 4
3. Peta Buffer Struktur Pemukiman 2 8
Tegalan 3 4 12
Gerakan tanah umumnya terjadi pada daerah Kebun 4 16
yang dalam kedekatannya pada jalur sesar, Sawah 5 20
Presentase gerakan tanah tertinggi terdapat di
sekitar jalur sesar. Material longsoran tecatat
dan teramati pada beberapa lokasi di sekitar 5. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah
jalur sesar. Jarak longsoran dari jalur sesar di
kelompokan dalam interval 0-200 m , 200-400 Peta zona kerentanan gerakan tanah
m, 400-600 m, dan >600m. Berdasarkan data- merupakan hasil akhir dari gabungan peta-peta
data yang di peroleh, semakin jauh jarak sebelumnya yang mencangkup seluruh nilai
longsoran dari jalur sesar semakin sedikit yang ada pada peta-peta tersebut. Pembagian
frekuensi longsoran. Hal tersebut muncul zona pada peta ini didasarkan atas Nilai Kali
dikarenakan proses terjadinya longsoran Bobot (NKB), berikut perhitungannya:
mungkin berhubungan dengan aktivitas sesar.
1. Zona kerentanan gerakan tanah rendah
Selain itu, jalur sesar merupakan jalur dari
bidang zona lemah batuan. a. Sudut lereng 0 º - 2 º dengan NKB 5
b. Satuan batuan batupasir gampingan
Tabel 5. Nilai Buffer Struktur. selang-seling batulempung dengan
NKB 5
Buffer Struktur Nilai Bobot NKB c. Buffer Stuktur 400 - 600 m dengan
NKB 8
0 - 200 1 4 d. Tutupan lahan pemukiman dengan
200 - 400 2 8 NKB 4
4
400 - 600 3 12 Total NKB adalah 22, dengan demikian area
> 600 m 4 16 pada peta zona kerentanan gerakan tanah
dengan nilai kurang dari 22 masuk dalam zona
kerentanan gerakan tanah rendah.
4. Peta Tutupan Lahan 2. Zona kerentanan gerakan tanah sedang
a. Sudut lereng 7 º - 15 º dengan NKB 15
Tutupan lahan daerah penelitian berupa b. Satuan batuan batupasir selang-seling
perkebunan, hutan, pemukiman dan sawah. batulempung dengan NKB 10
Nilai kemampuan pada peta ini di dasarkan atas

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10


c. Buffer Stuktur 400 = 600 m dengan 3.3.3. Penanggulangan Gerakan Tanah
NKB 12
d. Tutupan Lahan Tegalan dengan NKB 12 Berikut ini beberapa saran untuk
Total NKB adalah 49, dengan demikian area mengantisipasi terjadinya tanah longsor:
pada peta zona kerentanan gerakan tanah
dengan nilai kurang dari 49 dan lebih dari 22 1. Sistem drainase yang tepat pada lereng
masuk dalam zona kerentanan gerakan tanah
Tujuan dari pengaturan sistem drainase adalah
sedang.
untuk menghindari air hujan banyak meresap
3. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi
masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan
a. Sudut lereng 15 º - 35 º dengan NKB 20
longsor. Dengan demikian perlu dibuat drainase
b. Satuan Endapan Aluvial dengan NKB 15
permukaan yang mengalirkan air limpasan
c. Buffer stuktur 0-200 dengan NKB 16
hujan menjauh dari lereng rawan bencana
d. Tutupan lahan sawah dengan NKB 20
longsor, dan drainase bawah permukaan yang
Total NKB adalah 71, dengan demikian area
berfungsi untuk menguras atau mengalirkan air
pada peta zona kerentanan gerakan tanah
hujan yang meresap masuk ke lereng.
dengan nilai kurang dari 71 dan lebih dari 49
masuk dalam zona kerentanan gerakan tanah 2. Sistem perkuatan lereng untuk menambah
tinggi. gaya penahan gerakan tanah pada lereng.
Tabel 7. Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Perkuatan kestabilan lereng dapat dilakukan,
dengan menggunakan salah satu atau
Total kombinasi dari beberapa konstruksi meliputi:
No Zona Kerentanan Gerakan Tanah
NKB Tembok/Dinding Penahan; Angkor; Paku
Batuan (Rock Bolt); Tiang Pancang; Jaring
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kawat Penahan Jatuhan Batuan; Bronjong.
1 < 22
Rendah
Zona Kerentanan Gerakan Tanah
2 22-49
Sedang

3 Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi 49-71

Berdasarkan hasil total nilai kali bobot


menghasilkan tiga zona kerentanan gerakan
tanah di daerah penelitian yaitu zona
kerentanan gerakan tanah rendah, zona
kerentanan gerakan tanah sedang, dan zona
kerentanan gerakan tanah tinggi, disajikan
dalam lampiran lepas peta zona kerentanan
gerakan tanah.
Foto. Pemasangan bronjong sebagai sistem
penguatan lereng di Dusun Tinatah Desa
Wonokromo.

3. Meminimalkan pembebanan pada lereng

Penetapan batas beban yang dapat diterapkan


dengan aman pada lereng perlu dilakukan
dengan menyelidiki struktur tanah/batuan pada
lereng, sifat-sifat keteknikan, serta melakukan
analisis kestabilan lereng dan daya dukung.

4. Memperkecil kemiringan lereng

Upaya memperkecil kemiringan lereng


Foto . Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah dilakukan untuk meminimalkan pengaruh gaya-

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11


gaya penggerak dan sekaligus meningkatkan selang-seling batulempung (N9 – N14),
pengaruh gaya penahan gerakan pada lereng. diendapkan dengan mekanisme turbidit pada
lingkungan laut dalam. Satuan batuan batupasir
5. Mengosongkan lereng dari kegiatan selang-seling batulempung sisipan breksi (N15
manusia – N19), diendapkan dengan mekanisme
endapan turbidit pada lingkungan laut dalam.
Apabila gejala awal terjadinya gerakan Satuan Endapan Aluvial, proses pengendapan
tanah/longsoran telah muncul, terutama pada terus berlangsung hingga sekarang. Hasilnya
saat hujan lebat atau hujan tidak lebat tetapi berupa dataran banjir dan gosong pasir.
berlangsung terus menerus mulai pagi hingga
siang dan sore/malam, segera kosongkan lereng Struktur geologi yang dijumpai di daerah
dari kegiatan manusia. penelitian berupa struktur lipatan berupa
Sinklin Seliling, serta struktur sesar berjenis
6. Penanaman vegetasi dengan jenis dan pola Sesar Mendatar Wonokromo, Kaliputih,
tanam yang tepat Kedungdowo dan Rahayu. Keseluruhan
Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi dan struktur geologi yang ada didaerah penelitian
mengalami penggundulan hutan, dapat terjadi dalam satu periode yaitu orogenesa Kala
diupayakan untuk ditanami kembali, dengan Plio-Plistosen dengan arah gaya utama N5°E
jenis tanaman budidaya yang dapat bermanfaat atau arah umum Utara–Selatan
bagi masyarakat. Daerah penelitian terbagi 3 (tiga) zona
7. Perlu diterapkan sistem terasering dan kerentanan gerakan tanah yaitu:
drainase yang tepat pada lereng
a. Zona kerentanan gerakan tanah rendah
Pengaturan sistem terasering bertujuan untuk dengan nilai kali bobot < 22
melandaikan lereng, sedangkan sistem drainase b. Zona kerentanan gerakan tanah sedang
berfungsi untuk mengontrol air agar tidak dengan nilai kali bobot 22 - 49
membuat jenuh massa tanah pada lereng.
c. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi
IV. KESIMPULAN dengan nilai kali bobot 49 - 71

Dari semua rangkaian penelitian yang telah DAFTAR PUSTAKA


dilakukan, berupa pemetaan geologi permukaan
Daerah Tlogowulung dan sekitarnya Anonim. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia
Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen, Jawa skala 1:25.000 Lembar Karangsambung No.
Tengah, yang berkaitan dengan geomorfologi, 1408-134. Bogor: Badan Koordinasi Survei dan
stratigrafi, struktur geologi dan studi analisa Pemetaan Nasional.
zona kerentanan gerakan tanah dapat
disimpulkan sebagai berikut: Anonim. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia
skala 1:25.000 Lembar Kebumen No. 1408-
Satuan geomorfologi di daerah penelitian 132. Bogor: Badan Koordinasi Survei dan
secara morfogenesa dapat dibagi menjadi 2 Pemetaan Nasional.
(dua) satuan geomorfologi, yaitu Satuan Anonim. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia
geomorfologi perbukitan lipat patahan , dan skala 1:25.000 Lembar Prembun No. 1408-141.
Satuan geomorfologi endapan aluvial. Bogor: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional.
Pola aliran sungai yang berkembang di daerah
penelitian berupa rektangular, stadium sungai
Anonim. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia 1 :
berada pada tahapan muda hingga dewasa.
25.000 Lembar Wadaslintang No. 1408-144.
Jentera geomorfik daerah penelitian termasuk
Bogor: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
kedalam jentera geomorfik dewasa.
Nasional.
Satuan batuan yang terdapat di daerah
penelitian berdasarkan litostratigrafi dapat Asikin, S, dkk. 1992. Peta Geologi Lembar
dibagi menjadi 2 (dua) satuan dari tua ke muda, Kebumen skala 1:100.000 No. 1401-1.
adalah satuan batuan batupasir gampingan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 12


Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Noor, D. 2010. Geomorfologi. Bogor: Progrm
Geologi. Studi Teknik Geologi Universitas Pakuan.

Asikin, S. 1988. Ringkasan Tatanan Geologi Phleger, F. & Parker, L. F, 1951. Foraminifera
Daerah Karangsambung Lok Ulo. Kebumen: Species. California: Part II. Scripps Institution
Jurusan Teknik Geologi ITB. of Oceanography.

Bemmelen, V. 1949. The Geology of Prasetyadi. 2007. dalam Nugroho 2010.


Indonesia. Netherland: The Hague Martinus Pemetaan Geologi Daerah Karangsambung dan
Nijhoff. Vol. 1A. Sekitarnya. Bandung : Teknik Geologi Institut
Teknologi Bandung.
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. Range
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Pringgoprawiro, H. dan Kapid, R. 2000.
Foraminifera Biostratigraphy, Proceeding of Foraminifera, Pengenalan Mikrofosil dan
The First. aplikasi Biostratigrafi. Bandung: Departemen
Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung.
Blow, W. H. 1969. Range Chert, Zonation and
Correlation With Existing Zonation. Chart 3. Thornbury, W. D. 1954. Principles of
Oligocene-Recent. P. 409. Geomorphology. John Wiley & Sons Inc.

Bouma, A. H. 1962. Sedimentology of some Van Zuidam, R. A. 1985. Aerial Photo


Flysch deposit: A graphic approach to facies Interpretation in terrain Analysis and
interpretation. Amsterdam: Elsevier. 168 p. Geomorphologic Mapping. Smith Publisher.
The Hague. ITC.
Hansen, M. J., 1984. Strategies for
Classification of Landslide. (ed. : Brunsden, D. Varnes. D.J. 1978. Slope Movement Types and
& Prior, D.B.. 1984. Slope Instability. John Processes. In Landslides, Analysis and Control.
Wiley & Sons, p.1-25. Special. Report 176, Transportation Research
Board, Washington, pp. 11-33.
Koesoemadinata, R. P. 1985. Prinsip-Prinsip
Sedimentasi. Bandung: Jurusan Teknik Geologi Walker, R.G. 1978. Deep-water sandstone
Institut Teknologi Bandung. facies and ancient submarine fans: model for
exploration for stratigraphic traps. American
Lobeck, A. K. 1939. Geomorphology An Association of Petroleum Geologists Bulletin,
Introduction to the Study of Landscapes. New 62 (6), p. 932-966.
York: Mc.Graw-Hill Book Company.
PENULIS:
Laboratorium Geologi Dinamik, 2006.
Pedoman Praktikum Geologi Struktur. 1. Ilham Ramdan, S.T. Alumni (2018)
Bandung: Jurusan Teknik Geologi Institut Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Bandung. Teknik – Universitas Pakuan.
2. Ir. Tetty Syahrulyati, M.Si. Staf Dosen
Luthfi, M. 2010. Prinsip-Prinsip Sedimentologi. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Bogor: Jurusan Geologi, Fakultas Teknik Teknik – Universitas Pakuan.
Universitas Pakuan. 3. Helmi Setia Ritma Pamungkas, ST., M.Si.
Staf Dosen Program Studi Teknik Geologi,
Martodjo, S. dan Plunggono, A. 1994. Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.
Geotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik
Hingga Kuarter. Yogyakarta: Makalah Seminar
Geologi Universitas Gajah Mada.

Moody J. D. and Hill M. J. 1956. Whrench


Fault Tectonik, Bull Of Geol, Soc Of America.
Vol 67.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 13

Anda mungkin juga menyukai