Anda di halaman 1dari 187

“ANALISIS PENGARUH STRATEGI DIVERSIFIKASI, FREE CASH FLOW,

DAN EARNING POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA SEKTOR


PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

SKRIPSI

Oleh:

NOFITASARI

2014 001 030

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MUHAMMADIYAH

PEKALONGAN

2018
“ANALISIS PENGARUH STRATEGI DIVERSIFIKASI, FREE CASH
FLOW, DAN EARNING POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”

SKRIPSI

Oleh:

NOFITASARI

2014 001 030

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana


ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah
Pekalongan

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) MUHAMMADIYAH

PEKALONGAN

2018
2
SKRIPSI

“ANALISIS PENGARUH STRATEGI DIVERSIFIKASI, FREE CASH


FLOW, DAN EARNING POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA”

Oleh:
NOFITASARI
2014 001 030

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana


ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah
Pekalongan

Diterima dan disahkan

Pada tanggal , 09 Maret 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Sobrotul Imtikhanah, SE,M.Si Yohani, SE, M.Si,


Ak, CA
NIDN. 060117401 NIDN.
0618107701

Penguji I Penguji II

Nurhikmah Esti Prastika, SE, M.Si Rini Hidayah,


SE, M.Si, Ak, CA
NIDN. 0607037601 NIDN.
0023107901

Mengetahui

Ketua

3
Sobrotul Imtikhanah, SE, M.Si
NIDN. 06011740

4
5
MOTTO

“Berusaha sebisa mungkin dan jangan pernah menyerah sebelum


mencoba, tentang hasil Allah yang menentukan”

“Sertakan doa dan ingat Allah dalam setiap tindakan”

“Hidup akan terasa indah jika selalu bersyukur”

“Jadilah diri sendiri dan tidak meniru orang lain”

“Hasil buruk namun kerja keras sendiri akan lebih baik daripada
hasil bagus namun kerja keras orang lain”

“Perilaku cuek kadang dibutuhkan agar tidak selalu terbawa


perasaan”

“Gunakan waktu yang dimiliki dengan hal yang positif dan efektif”

“Yakinlah setelah kesulitan akan ada kemudahan”

6
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur dan alhamdulillah skripsi ini saya

persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya Bapak Caryo dan Ibu Sri Rejeki

Murdiyati tercinta dan tersayang yang tidak henti-hentinya

mendidik, mendukung dan selalu memberikan do’a untuk

saya. Beliau tak pernah lelah bahkan rela membanting tulang

mencari nafkah asalkan anak-anaknya dapat menempuh

pendidikan. Beliau juga mengajari saya arti hidup yang

sesungguhnya. Tidak ada yang bisa menggantikan kebaikan

beliau selama ini.


2. Adik kandung tersayang saya Andrean Saputra yang telah

memberikan semangat untuk saya.


3. Lelaki spesial dihati saya yaitu Muhamad Taufiqurrohman,SE

yang dari awal menempuh kuliah sampai berakhirnya masa

kuliah selalu sabar membantu, memotivasi, mendukung dan

memberikan kebahagian , keceriaan serta kasih sayang.


4. Sahabat – Sahabat saya Tuti Amrona, Upik Riskiyaningkrum,

Ika Listiani, Umi Kholifah yang selalu memberikan warna

ketika masa perkuliahan.


5. Teman – teman seperjuangan S1 Akuntansi 2014 yang akan

selalu saya rindukan sampai kapanpun.

7
ABSTRACT

This research to analyze and obtain empirical evidence


influence operations diversification, geographical diversification,
free cash flow and earning power to earnings management. This
population used in the research is a mining sector company listed
on the Indonesia Stock Exchange 2012-2016. The purposive
sampling method was chosen in determining the research sample
and got 14 companies that entered the criteria and made the
sample. The data used are secondary data in the form of annual
financial statements and audits obtained through the website of the
Indonesia Stock Exchange. Analyzer to test the sample data is
multiple linear regression analysis with was done with SPSS 16
program.

The results showed that partially variable earning power have


a significant effect toward the positive toward earnings
management and free cash flow have a significant effect toward
the negative toward earnings management. While the variables of
operations diversification and geographic diversification have no
significant effect on earnings management. Simultaneously all
independent variables in this research are diversification of
operations, geographical diversification, free cash flow and earning
power have a significant effect on earnings management in mining
sector companies in 2012-2016.

Keywords : operations diversification, geographical diversification,


free cash
flow, earning power to earnings management
8
9
ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh


bukti empiris pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis,
free cash flow, dan earning power terhadap manajemen laba.
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2012-2016. Metode purposive sampling dipilih dalam
menentukan sampel penelitian dan didapatkan 14 perusahaan yang
masuk kriteria dan dijadikan sampel. Data yang digunakan adalah
data sekunder berupa laporan keuangan tahunan dan auditan yang
didapatkan melaluli website Bursa Efek Indonesia. Alat analisis
untuk menguji data sampel adalah analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan program SPSS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel


earning power berpengaruh signifikan ke arah positif terhadap
manajemen laba dan free cash flow berpengaruh signifikan ke arah
negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan variabel diversifikasi
operasi dan diversifikasi geografis tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Secara simultan semua variabel
independen pada penelitian ini yaitu diversifikasi operasi,
diversifikasi geografis, free cash flow dan earning power
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
sektor pertambangan tahun 2012-2016.

Kata kunci : diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash


flow, earning

10
power, manajemen laba

11
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur Alhamdulillah penulis mengucapkan

kepada Allah SWT karena izin dan karunia-Nya skripsi dengan judul

“ANALISIS PENGARUH STRATEGI DIVERSIFIKASI, FREE CASH DAN

EARNING POWER TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA SEKTOR

PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

menyelesaikan program studi Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Pekalongan.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Sobrotul Imtikhanah, SE, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Pekalongan dan

sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah berkenan

dan meluangkan waktunya dalam membimbing dan

memberikan masukan yang sangat berharga agar

terselesaikannya skripsi ini.


2. Ibu Yohani, SE, M.Si, Ak, CA selaku pembimbing karena telah

meluangkan waktu dan memberikan masukan yang sangat

berharga demi terselesaikannya skripsi ini.


3. Ibu Nurhikmah Esti Prastika, SE,M.Si selaku dosen penguji.

12
4. Ibu Rini Hidayah, SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen penguji dan

sekaligus sebagai dosen wali.


5. Dosen-dosen dan staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)

Muhammadiyah Pekalongan. Karena kalian pengetahuan saya

menjadi bertambah. Terimakasih sudah menjadi dosen dan

staff yang baik selama ini.


6. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu berada disamping saya

dan memberikan dukungan ketika saya merasa putus asa

serta terimakasih karena kalian telah merawat, membersarka

saya dengan kasih sayang dan cinta yang tulus tanpa pamrih.
7. Muhamad Taufiqurrohman, SE yang selalu sabar, memotivasi,

mendukung, dan memberikan kasih sayang.


8. Teman SMK saya Naila Karimah, SE.
9. Teman-teman seperjuangan khususnya S1 Akuntansi 2014

sore.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

pengetahuan bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi

ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca.

Pekalongan, 09 Maret
2018
Penulis

13
Nofitasari

14
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………….


……...i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI………………...………………………………….
….ii
HALAMAN
PENGESAHAN………………………………………………………..iii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………..i

MOTTO..............................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................vi
ABSTRACT.......................................................................................vii
ABSTRAKSI.....................................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................xv
BAB I................................................................................................ 1
PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH....................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................10
1.3 TUJUAN PENELITIAN...............................................................11
1.3 KEGUNAAN PENELITIAN.........................................................12
BAB II..............................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................14
2.1 Telaah Teori............................................................................14
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory).....................................14
2.1.2 Manajemen Laba.............................................................19
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Laba......................................19
2.1.2.2 Pola Manajemen Laba................................................23

15
2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba.............................................25
2.1.2.4 Model Empiris Manajemen Laba................................26
2.1.3 Strategi Diversifikasi Perusahaan.....................................29
2.1.3.1 Pengertian Diversifikasi Perusahaan..........................29
2.1.3.2 Segmen Diversifikasi.................................................31
2.1.3.3 Tujuan Diversifikasi....................................................34
2.1.4 Free Cash Flow................................................................37
2.1.3 Earning Power..................................................................42
2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya...............................................45
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian...............................................67
2.4. Hipotesis Penelitian..............................................................68
2.4.1 Pengaruh Diversifikasi Operasi terhadap Manajemen Laba
68
2.4.2 Pengaruh Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen
Laba 70
2.4.3 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba......71
2.4.4 Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba.......72
2.4.5 Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis,
Free Cash Flow, dan Earning Power Secara Simultan Terhadap
Manajemen Laba......................................................................73
BAB III.............................................................................................76
METODE PENELITIAN......................................................................76
3.1 Desain Penelitian...................................................................76
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................76
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................77
3.3.1 Variabel Dependen..........................................................78
3.3.1.1 Manajemen Laba.......................................................78
3.3.2 Variabel Independen........................................................80
3.3.2.1 Diversifikasi Operasi..................................................80
3.3.2.2 Diversifikasi Geografis...............................................81
3.3.2.3 Free Cash Flow..........................................................81
3.3.2.4 Earning Power............................................................82
3.4 Prosedur Pengumpulan Data.................................................84

16
3.5 Teknik Analisisis Data............................................................85
3.5.1 Analisisis Statistik Deskriptif............................................85
3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik..................................................85
3.5.2.1 Uji Normalitas............................................................86
3.5.2.2 Uji Multikolinieritas....................................................86
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas..............................................87
3.5.2.4 Uji Autokorelasi..........................................................87
3.5.3 Pengujian Hipotesis.........................................................88
3.5.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda...........................88
3.5.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t).......90
3.5.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)...90
3.5.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)....................................91
BAB IV............................................................................................92
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................92
4.1 Deskripsi Objek Penelitian.....................................................92
4.2 Analisis Statistik Deskriptif....................................................94
4.3 Pengujian dan Analisis Data...................................................96
4.3.1 Uji Asumsi Klasik..............................................................96
4.3.1.1 Uji Normalitas............................................................96
4.3.1.2 Uji Multikolinieritas....................................................98
4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas..............................................99
4.3.1.4 Uji Autokorelasi........................................................100
4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda....................................101
4.3.3 Uji Hipotesis...................................................................103
4.3.3.1 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial ( Uji t )..............103
4.3.3.2 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)............106
4.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2).......................................107
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian...............................................108
4.4.1 Pengaruh Diversifikasi Operasi Terhadap Manajemen Laba
108
4.4.2 Pengaruh Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen
Laba 111

17
4.4.3 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba....114
4.4.4 Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba.....116
BAB V...........................................................................................119
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................119
5.1 Kesimpulan..........................................................................119
5.2 Keterbatasan Penelitian.......................................................120
5.3 Saran...................................................................................120
5.4 Implikasi..............................................................................121
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................122
LAMPIRAN.....................................................................................130

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laba/Rugi Perusahaan


Pertambangan……………………………….…..….6

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu……………………………….


…….........54

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Varibael………………………………………….….83

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan


Sampel…………………………………………...........93

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel


Penelitian…………………………………..…94

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif.............


…………………………………………….….95

Tabel 4.4 Uji


Normalitas…………………………………………………….............97

Tabel 4.5 Uji


Multikolinieritas………………………………………………............98

Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)


……………………………...............99

18
Tabel 4.7 Uji
Autokorelasi……………………………………………….................100

Tabel 4.8 Analisis Regresi Linier


Berganda…………………………………..........101

Tabel 4.9 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)


………………………..........104

Tabel 4.10 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)


…………………............106

Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R2)…….


……………………………...........107

Tabel 4.12 Contoh Diversifikasi Operasi dan Manajemen Laba


Perusahaan Sektor
Pertambangan…………………………………………………………….............
....109

Tabel 4.13 Contoh Perbedaan Jumlah Wilayah Usaha (Diversifikasi


Geografis) dan Manajemen Laba Perusahaan Sektor
Pertambangan…………..…….......................113

Tabel 4.14 Contoh Perbandingan Free Cash Flow dan Manajemen


Laba Perusahaan Sektor Pertambangan……………….
………………………………………............116

Tabel 4.15 Contoh Perbandingan Earning Power dan Manajemen Laba Perusahaan
Sektor Pertambangan……………………………………………………………….118

19
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


Teoritis……………………………………...68

20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Laporan keuangan merupakan sarana perusahaan

mengkomunikasikan posisi keuangan mereka untuk dijadikan

informasi akuntansi, baik digunakan untuk pihak internal maupun

pihak eksternal. Informasi tersebut memiliki tujuan sebagai dasar

pengambilan keputusan bisnis oleh pihak investor dan kreditor yang

mencakup keputusan investasi dan kredit, keputusan memprediksi

arus kas, keputusan memprediksi laba dimasa depan dan keputusan

tentang pendanaan. Informasi tersebut berupa laporan keuangan

yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba/rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan

keuangan

Standar akuntansi memiliki peran sangat penting agar

manajemen perusahaan dapat menghasilkan informasi keuangan

yang berkualitas, mudah dipahami oleh semua pihak dan sebagai

kekompakan dalam penyusunan laporan keuangan. Namun standar

akuntansi secara tidak langsung masih memberikan kesempatan

kepada pihak manajemen untuk memilih pilihan standar sesuai

keinginan perusahaan agar pengukuran dan pengakuan akuntansi


1
sesuai dengan yang mereka inginkan. Kesempatan tersebut

merupakan salah satu penyebab timbulnya fenomena manajemen

laba yang sering terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini.

Sebenarnya tindakan dengan memanfaatkan kelemahan yang

melekat pada kebijakan akuntansi akrual masih dapat diterima dan

dikategorikan legal bila dilakukan tidak diluar standar akuntansi

yang ada. Akrual biasanya dikaitkan pada kegiatan-kegiatan yang

berpengaruh terhadap aliran kas. Manajemen laba menurut para

peneliti menarik untuk diteliti lebih lanjut karena manjemen laba

juga sering dihubungkan dengan perilaku manajer atau para

pembuat laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Hal ini

biasanya dilakukan tidak hanya untuk kepentingan perusahaan

tetapi ada faktor kepentingan pribadi yang dilakukan seorang

manajer.

Scott (2012:344) dalam tulisannya membagi cara pemahaman

atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai

perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam

menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs

(oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang

manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient

Earnings Management), dimana manajemen laba memberi

kesempatan manajer untuk melindungi diri mereka dan perusahaan

dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga

2
menyangkut keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Dengan demikian, manajer dapat lebih mudah mempengaruhi nilai

pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya

dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan

pertumbuhan laba sepanjang waktu. Motivasi-motivasi terjadinya

manajemen laba juga dikarenakan motivasi program bonus,

motivasi politik, motifasi perpajakan, motivasi perubahan chief

executif Officer (Changes of CEO Mativations) , initial public

offering, dan motivasi perjanjian utang.

Pihak eksternal seperti investor dan para penanam saham

ataupun pihak yang berkepentingan namun tidak terjun ke dalam

perusahaan secara langsung melihat perkembangan perusahaan

dari laporan tahunannya. Dengan informasi laporan tahunan yang

bagus setidaknya dapat menarik para investor untuk menanamkan

saham kepada perusahaan. Laporan keuangan yang bagus adalah

cerminan manajer dalam memimpin perusahaan, manajemen laba

dijadikan salah satu cara agar semua kepentingan yang bersifat

menguntungkan seperti terjadinya manajemen laba karena

motivasi-motivasi yang dijelaskan oleh Scoot (2012) pada

penjelasan sebelumnya. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang

sudah terpandang rela menyewa para akuntan publik yang hebat

dan berkompeten lebih untuk membuat penyajian annual report nya

3
terlihat bagus. Cara tersebut dipercaya ampuh dalam mengelabuhi

para pembacanya.

Sasaran manajemen laba dapat dilakukan melalui perubahan-

perubahan kebijakan akuntansi, mempercepat atau menunda

pengakuan pendapatan, menganggap biaya/beban, anggapan suatu

investasi padahal adalah suatu biaya dan beban piutang ragu-ragu.

Prosesnya dimulai dengan memanipulasi kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan akun-akun tersebut sehingga hasil yang

didapatkan akan berdampak pada nilai laporan keuangan dan

annual report perusahaan. Di negara Indonesia kasus manajemen

laba diketahui tidak hanya dilakukan perusahaan-perusahaan kecil

dan sektor tertentu saja bahkan perusahaan-perusahaan yang

tergolong sudah tidak asing di kenal masyarakat tidak luput

melakukan manajemen laba.

Contoh kasus manajemen laba pada PT. Toshiba, bahwa dalam

laporan 300 halaman yang diterbitkan panel independen tersebut

mengatakan tiga direksi telah berperan aktif dalam

menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8 miliar

(setara dengan Rp 15,85 triliun) sejak tahun 2008. Panel yang

dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa

eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai

dari unit personal computer sampai ke unit semi konduktor dan

reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak realistis.


4
Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar

itu sebelum akhir kuartal/tahun fiskal. Hal ini mendorong kepala unit

bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya (Simbolon, 2015).

Perusahaan penerbangan seperti PT. Garuda Indonesia juga

disinyalir melakukan praktik manajemen laba. Sejak tahun 2015 PT.

Garuda Indonesia diberitakan sudah memanipulasi laporan

keuangan agar terlihat sehat dengan memundurkan semua

pembayaran hutang. Pemunduran itu dimaksudkan membuat

laporan keuangan menjadi bagus sehingga bagi para pengguna

informasi dari PT. Garuda akan melihat bahwa PT. Garuda selalu

memiliki laporan keuangan bagus dan sehat (energyworld, 2016).

Manajemen laba pada perusahaan pertambangan terjadi pada

PT.Timah. Perusahaan tersebut melakukan manipulasi laba dengan

membuat laporan fiktif pada laporan keuangannya. PT. Timah

(Persero) Tbk diduga memberikan laporan keuangan fiktif pada

semester I 2015 lalu. Laporan keuangan fiktif ini dilakukan guna

menutupi kinerja keuangan PT. Timah yang terus mengkhawatirkan

(Jakarta, 27 Januari 2016). Menurut Ali Samsuri mengungkapkan,

kondisi keuangan PT. Timah sejak tiga tahun belakangan kurang

sehat. Ketidakmampuan jajaran Direksi PT. Timah keluar dari jerat

kerugian telah mengakibatkan penyerahan 80% wilayah tambang

milik PT. Timah kepada mitra usaha (okezone.com, 2016).

5
Kasus lain mengenai manajemen laba pada perusahaan

pertambangan terjadi pada perusahaan PT. Bumi Resources. Kasus

ini berupa adanya temuan dari hasil investigasi tim audit terhadap

PT. Bumi Resources yang menyatakan bahwa terdapat

penyimpangan dana keuangan sebesar US$ 500 Juta. Selain itu juga

adanya keanehan pada tingkat laba perusahaan dengan harga

saham, perusahaan mengalami kenaikan laba selama lima tahun

periode, dengan diperolehnya laba yang tinggi seharusnya dapat

menaikan harga saham begitu juga sebaliknya, namun hal berbeda

terjadi pada tahun 2004 ke tahun 2005 dimana laba yang diperoleh

dari 1.079.520 naik ke 1.222.099 harga sahamnya turun dari 800

menjadi 760 sedangkan tahun 2009 dan 2011 terjadi kebalikannya

yaitu laba turun tetapi harga saham naik. Adanya

ketidakseimbangan ini mengindikasikan adanya praktik manajemen

laba yang dilakukan manajemen dengan pola income maximization

dan income minimization (Mariana, 2012). Selain itu masih banyak

kasus manajemen laba yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di

Indonesia.

Adanya contoh kasus manajemen laba yang terjadi pada sektor

pertambangan menjadi daya tarik tersendiri untuk ditelusur lebih

lanjut. Perusahaan pertambangan diketahui sebagai salah satu

sektor yang menjadi penopang pembangunan ekonomi suatu

negara jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sektor ini memiliki

6
peran penting sebagai penyedia sumber daya energi yang sangat

diperlukan bagi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian

negara. Sumber daya alam dapat menumbuhkan terbukanya

perusahaan-perusahaan untuk mengadakan penyelidikan dan

pendayagunaan pertambangan terhadap sumber daya yang

dihasilkan tersebut. Pendapatan suatu negara juga berpengaruh

dari sekor pertambangan yang dimiliki suatu negara. Ketika

pendapatan hasil pertambangan negara tumbuh dengan baik

otomatis negara tersebut juga dapat dikatakan memiliki

pertumbuhan keuangan yang baik. Maka sifat dan karakteristik

yang ada pada industri pertambangan berbeda dan unik

dibandingkan dengan industri lainnya.

Tabel 1.1 Laba/Rugi Perusahaan Pertambangan


(Dalam US Dollar)

N Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016


o
1. PT. DSS 2,997,593 (37,695,54 (25.241,58 177,013,267 82,719,7
Energy and 6) 1) 03
Infrastruktur,T
bk
PT. Darma (40,197,83 (50,647,32 251,928 1,112,231 373,247
2. Henwa, 6) 0)
Tbk
3. PT. Bumi (705,626,0 (695,109,2 (448,409,9 (2,185,480,4 117,752,
Resource, Tbk 38) 16) 10) 87) 192
4. PT. Bayan (6,246,256 (59,995,56 (189,619,0 (82,113,236) 119,082,
Resource, Tbk ) 7) 73) 584
5. PT. Baramukti 9,783,589 4,734,891 2,544,925 26,376,125 27,421,5
Sukseskena, 77
Tbk
6. PT. Garda 43,291,793 5,961,199 (5,200,467 (16,042,742) (5,200,46
Tujuh Buana, ) 7)
Tbk
Sumber :Laporan Keuangan Auditan di BEI

7
Tabel diatas menunjukkan perubahan laba dan rugi perusahaan

pertambangan selama lima tahun dari 2012-2016. Dari Tabel diatas

dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dan kenaikan laba atau

rugi dari masing-masing perusahaan pertambangan. Pada tahun

2016 menunjukkan hampir lebih banyak perusahaan yang

mengalami laba. Sektor pertambangan memang sempat mengalami

kelesuan dan rugi bersih pada tahun 2012-2015 hal tersebut

disebabkan harga batu bara dan minyak dunia terus anjlok. Namun

pada tahun 2016 dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan

perusahaan pertambangan karena harga barang komoditas sudah

kembali normal (www.sahamagain.com). Meskipun demikian jika

perusahaan pertambangan mengalami kerugian dan hampir berada

pada pucak kelemahannya, sektor pertambangan ini adalah sektor

yang tangguh dan dapat terus bertahan dibandingkan sektor lain.

Sektor pertambangan menjadi daya tarik sendiri bagi para pihak

eksternal asing untuk berinvestasi dibandingkan dengan sektor

lainnya. Salah satunya industri pertambangan memerlukan dana

investasi sangat besar, berjangka panjang karena dipengaruhi oleh

komoditi internasional, dan syarat akan risiko dengan

ketidakpastian yang tinggi. Dengan demikian tidak menjauhkan

kemungkinan adanya praktik manajemen laba pada perusahaan

sektor pertambangan karena sektor ini merupakan salah satu sektor

yang menjadi daya tarik pihak-pihak perusahaan itu sendiri dalam

8
memainkan unsur-unsur yang ada pada laporan tahunan dan

menjadi daya tarik bagi pihak-pihak eksternal baik dari dalam

negeri dan luar negeri.

Penelitian tentang manajemen laba sebenarnya menjadi topik

yang menarik untuk selalu diteliti karena faktanya faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya manajemen laba bermacam-

macam. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2013)

yang memasukkan komponen diversifikasi geografis, diversifikasi

Industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan, dan masa

pemerikatan audit. Darmawan (2015) dengan komponen variabel

independen diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran

perusahaan. Nugroho (2015) yang memasukkan kompensasi,

kepemilikan manajerial, diversifikasi perusahaan, dan ukuran KAP.

Kusumayani dan Nirwana (2016) dengan variabel independen

penelitian diversifikasi operasi, dan diversifikasi geografis, dan

menambahkan good corporate governanace sebagai variabel

moderasi. Gautamanirvana, dkk (2016) dengan komponen

diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan free cash flow dalam

penelitiannya untuk meneliti hubungan dengan manejemen laba

serta beberapa penelitain lain yang menggunakan variabel

dependen manajemen laba.

Variabel penelitian yang sering digunakan untuk manajemen

laba yaitu diversifikasi. Perusahaan yang beroperasi dengan baik


9
biasanya mempunyai perluasan dalam segmen usaha, baik dari segi

produk maupun segi wilayahnya. Dengan kata lain perusahaan yang

besar cenderung tidak hanya monoton dalam mengembangkan

produk dan wilayah operasinya. Perusahaan yang melakukan hal

seperti itu dinamakan perusahaan yang sudah terdiversifikasi.

Diversifikasi yaitu suatu cara perluasan pada segmen usaha baik

dari segi produk atau wilayah geografis sehingga diyakini dapat

meningkatkan pendapatan usaha.

Menurut Winandra (2014) Diversifikasi merupakan suatu bentuk

pengembangan segmen baik secara bisnis maupun geografis

dengan memperluas market share yang ada serta mengembangkan

berbagai produk yang beraneka ragam. Penerapan diversifikasi

salah satunya bertujuan untuk memaksimalkan ukuran dan

keragaman usaha sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat

keuntungan yang tinggi dari beberapa segmen usaha yang dimiliki.

Dalam penelitian Fatmawati (2013) menunjukkan bahwa variabel

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba

adalah diversifikasi geografis. Semakin tinggi tingkat diversifikasi

geografis perusahaan, semakin tinggi tingkat manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan penelitian Purnamaningtyas

(2010) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara

diversifikasi perusahaan dengan manajemen laba. Namun Lupitasari

dan Marsono (2012) dalam penelitiannya berasumsi bahwa


10
diversifikasi operasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Hal ini menunjukan bahwa tidak semua diversifikasi perusahaan

yang dilakukan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Selain diversifikasi, free cash flow perusahaan juga dapat

mempengaruhi adanya manajemen laba. Menurut Bukit dan

Iskandar (2009) berasumsi bahwa peluang untuk melakukan

manajemen laba lebih tinggi di antara perusahaan yang memiliki

surplus arus kas bebas (free cash flow). Hasil dari penelitian

tersebut memiliki persepsi yang sama dengan Gautamanivana,dkk

(2016) menunjukkan bahwa Arus kas bebas berpengaruh terhadap

manajemen laba. Berbeda dengan penelitian Herdian (2015) dan

Muhlisin (2014) yang menyatakan free cash flow tidak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow

dapat diartikan aliran kas yang tersedia untuk dibagikan kepada

para pemegang saham atau pemilik setelah perusahaan melakukan

investasi pada fixed asset (aktiva tetap) dan working capital (modal

kerja) yang diperlukan untuk kelangsungan usahanya. Dengan kata

lain, free cash flow adalah kas yang tersedia di atas kebutuhan

investasi yang menguntungkan (Sartono, 2001). Perusahaan

dengan free cash flow yang tinggi mempunyai kesempatan

melakukan praktik manajemen laba dengan cara meningkatkan laba

yang dilaporkan untuk menutupi tindakan pihak manajer yang tidak


11
optimal dalam memanfaatkan kekayaan perusahaan. Disisi lain

manajer mungkin memiliki rencana tersendiri yang berkaitan

dengan kepentingan pribadinya sehingga melakukan hal tersebut.

Pihak yang selanjutnya dicari perusahaan adalah Investor. Laba

perusahaan yang tinggi akan menarik investor karena dipastikan

memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Dengan

demikian, semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin baik

produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal

tersebut menguntungkan perusahaan karena membuat investor

lebih tertarik menanamkan modal atau saham pada perusahaan.

Earnings power adalah situasi tentang kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bagi perusahaan untuk periode akuntansi.

Semakin besar tingkat earning power mendorong semakin besar

manajemen melakukan praktik manajemen laba. Keterangan

tersebut didukung oleh penelitian Kurniawan (2014) menunjukkan

bahwa kekuatan laba mempunyai pengaruh yang positif terhadap

manajemen laba dan penelitian Insani (2017) menyatakan hasil dari

penelitiannya adalah earning power berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba.

Berdasarkan latar belakang serta adanya hasil penelitian

terdahulu yang saling bertentangan serta menariknya kasus dalam

praktik manajemen laba yang menarik untuk dilakukan penelitian

lebih lanjut karena sampai sekarang masih saja ada perusahaan


12
yang melakukan praktik manajemen laba. Persepsi tersebut

memperkuat alasan perlunya diajukan penelitian kembali untuk

menganalisis “Pengaruh Strategi Diversifikasi, free Cash Flow

dan Earning Power Terhadap Manajemen Laba pada

Perusahaan Pertambangan”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan, maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian

ini sebagai berikut :

1. Apakah diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba sektor pertambangan ?

2. Apakah diversifikasi geografis berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba sektor pertambangan ?

3. Apakah free cash flow berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba sektor pertambangan ?

4. Apakah earning power berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba sektor pertambangan ?

5. Apakah diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash

flow dan earning power secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba sektor pertambangan ?

13
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai perumusan masalah yang telah dijelaskan maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh

strategi diversifikasi meliputi diversifikasi produk dan

diversifikasi geografis terhadap manajemen laba sektor

pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.


2. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh

free cash flow terhadap manajemen laba sektor

pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.


3. Untuk menganalisis dan memperoleh bukti empiris pengaruh

earning power terhadap manajemen laba sektor

pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk memperoleh bukti empiris pengaruh diversifikasi

produk, diversifikasi geografis, free cash flow, dan earning

power secara simultan terhadap manajemen laba sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 KEGUNAAN PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kegunaan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, dapat lebih memahami dan menambah

pengetahuan tentang strategi diversifikasi, free cash flow,

dan earning power dalam hubungannya terhadap

14
manajemen laba pada sektor pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


2. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini

dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya

sehingga dapat memperluas penelitian yang kaitannya

dengan manajemen laba.


3. Bagi pengguna laporan keuangan, dapat memprediksi laba

dimasa depan berdasarkan data-data akuntansi dan

bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen

serta memberi pengetahuan tentang perhitungan

akuntansi.
4. Bagi manajer perusahaan, diharapkan dengan adanya

penelitian ini, manajer-manajer perusahaan yang

melakukan strategi diversifikasi dan memiliki free cash

flow yang tinggi serta memiliki earning power besar

membuat laporan keuangan dengan apa adanya tanpa

ada unsur merubah untuk keperluan pribadinya, dengan

demikian diharapkan laporan keungan dapat dipercayai

dan diandalkan bagi para pihak yang memerlukan.


5. Bagi pembaca dan investor, penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan literatur untuk menambah wawasan

mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi

manajemen laba dan bagi para inverstor yang akan

berinvestasi untuk mempertimbangkan dan mencari

informasi mengenai perusahaan sehingga tidak dirugikan

15
pada perusahaan yang menerapkan praktik manajemen

laba.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah teori yang mengasumsikan agen sebagai

individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi (self-interest)

sehingga memiliki kemungkinan untuk mengorbankan kepentingan

orang lain, dan memaksimumkan kepentingan pribadinya. Di dalam

sebuah organisasi, teori keagenan menjelaskan munculnya

ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) dan konflik

kepentingan (conflict of interest). Kedua hal tersebut muncul

dikarenakan manajemen mempunyai keahlian dan mengetahui

seluk-beluk perusahaan dan menyebabkan agency problem

(Fatmawati, 2013).

Dalam teori keagenan akan ditemukan adanya agen dan

principal. Principal adalah pihak-pihak yang menyediakan fasilitas

dan dana demi keberlangsungan operasi perusahaan seperti

pemegang saham, pihak pemberi pinjaman dana atau pemilik

dengan mengadakan kontrak perjanjian dengan tujuan diharapkan

memberikan keuntungan bagi agen. Sedangkan agen adalah

17
individu-individu yang mengelola fasilitas-fasilitas yang diberikan

pihak principal.

Teori agensi juga memotivasi individu mencapai kepentingan dan

kesejahteraan pribadi. Dalam hal ini agen akan termotivasi untuk

meningkatkan kesejahteraannya melalui peningkatan kompensasi.

Kepentingan individu semakin meningkat ketika principal tidak

mempunyai informasi yang memadai mengenai kinerja agen dalam

perusahaan karena ketidakmungkinan principal mengawasi dan

memonitor aktivitas keseharian agen di perusahaan. Sementara

agen memiliki lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan

lingkungannya serta kemampuan dirinya secara menyeluruh yang

menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki

antara keduanya yaitu principal dan agen. Adanya

ketidakseimbangan informasi dan konflik kepentingan yang terjadi

antara principal dan agen mendorong agen menyembunyikan

informasi-informasi yang kaitannya dengan perusahaan sehingga

tidak diketahui dan tidak disajikan secara benar kepada principal.

Menurut Fatmawati (2013) sampai saat ini telah diketahui ada

lima macam hubungan keagenan, yaitu:

1. Manajer vs pemegang saham


yaitu pemegang saham menginginkan kenaikan keuntungan

dari investasi sahamnya, tetapi manajer memiliki

kepentingannya sendiri.
2. Manajer vs pemegang utang

18
yaitu manajer mengolah laporan keuangan sedemikian rupa

agar terlihat bagus sehingga diberi pinjaman oleh pihak

pemberi hutang.
3. Manajer vs pemerintah
yaitu perusahaan yang besar cenderung diawasi kegiatannya

oleh pemerintah baik pengelolaannya maupun yang berkaitan

dengan pajak.
4. Pemegang saham vs pemegang utang
yaitu manajer diasumsikan bertindak atas nama pemegang

saham sehingga manajer bertindak sebagai agen dan

pemegang utang sebagai prinsipal (Jensen & Meckling, 1976).


5. Pemegang saham mayoritas vs pemegang saham minoritas
yaitu pemegang saham mayoritas cenderung mementingkan

kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan

pemegang saham minoritas (Ding et al., 2007).

Pada kenyataanya kasus manajemen laba erat kaitannya

dengan hubungan-hubungan keagenan yang ada dalam teori

keagenan. Manajemen laba dilakukan manajer perusahaan yang

disini bertindak sebagai agen dalam menyajikan ketidaksesuaian

informasi dan data yang sebenarnya dihasilkan pada suatu periode

akuntansi kepada pihak-pihak yang menurut manajemen dapat

memberikan kontribusi yang positif bagi manajemen. Banyak cara

yang dilakukan manajer dengan kaitannya manajemen laba yang

positif diantaranya membahas kegiatan manajer yang hubungannya

dengan pemilik, investor, dan pemerintah.

19
Teori keagenan disini timbul karena manajer menginginkan

adanya tambahan investasi bagi keberlangsungan perusahaan dan

mencari cara agar dengan kegiatan perusahaan yang menghasilkan

pendapatan besar namun bisa saja manajer melakukan olah data

laporan keuangan sehingga pengeluaran pajak kepada pemerintah

tidak sebanding dengan penghasilannya. Teori keagenan juga

menimbulkan adanya kepentingan pribadi bagi manajer dalam

mencapai kesuksesan manajer dimata pemilik perusahaan.

Atas dasar tersebut penggunaan variabel strategi diversifikasi

yang meliputi diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash

flow dan earning power cukup revelan dan memenuhi agency

theory sebagai variabel pengukur timbulnya praktik-praktik

manajemen laba.

Diversifikasi operasi merupakan perluasan perusahaan yang

dikembangkan melalui segmen-segmen operasinya. Perusahaan

yang memiliki lebih dari satu segmen operasi akan lebih

memungkinkan terjadinya manajemen laba karena dengan

perluasan segmen otomatis dana yang diperlukan perusahaan akan

besar sehingga membuat manajer sebagai pemimpin perusahaan

mencari cara agar mendapatkan tambahan dana dari pihak

eksternal. Manajer diharuskan melaporkan dan menyajikan

informasi-informasi dan data yang bagus dari kinerja perusahaan

agar bisa menarik pihak eksternal seperti investor dan pihak


20
peminjam hutang untuk bersedia menunjang keberlangsungan

usahanya.

Sedangkan diversifikasi geografis adalah perluasan usaha dari

sisi wilayahnya. Perusahaan mengembangkan usahanya dengan

mengoperasikan perusahaan dengan tidak hanya pada satu

wilayah. Dengan wilayah perusahaan yang luas pemilik perusahaan

tidak dapat memonitoring dan mengawasi kinerja seluruh wilayah

perusahaan sehingga tidak dapat mengetahui secara menyeluruh

informasi-informasi yang berkaitan secara langsung dengan

perusahaan. Dengan demikian manajer akan lebih leluasa dalam

mengelola informasi-informasi perusahaan karena manajer lebih

mengetahui kinerja perusahaan secara menyeluruh dan

menyebabkan manajer mencari cara untuk mengoptimalkan

kepentingan pribadinya agar terlihat baik serta diharapkan

mendapatkan reward dimata pemilik perusahan. Hal ini

menunjukkan bahwa strategi diversifikasi yang meliputi diversifikasi

operasi dan diversifikasi geografis turut diperhitungkan sebagai

variabel pengukur pengaruh timbulnya manajemen laba sehingga

sesuai dengan model agency theory.

Free cash flow merupakan arus kas bebas yang benar-benar

tersedia untuk perusahaan setelah kas yang dikeluarkan untuk

keperluan investasi dan keperluan operasinya. Dengan free cash

flow yang besar dapat menarik investor untuk berinvestasi pada


21
perusahaan dan para pemegang saham berharap keuntungan yang

dibagikan perusahaan juga besar. Namun sebagian perusahaan

menginginkan free cash flow yang dihasilkan untuk kegiatan lain.

Perbedaan kepentingan tersebut menyebabkan praktik manajemen

laba dilakukan oleh manajemen dengan membuat free cash flow

tidak berdasakan jumlah sebenarnya. Adanya asumsi bahwa free

cash flow memiliki hubungan dalam praktik manajemen laba

menjadikan free cash flow dapat dimasukkan sebagai faktor

pengaruh dari terjadinya praktik manajemen laba dalam model

agency theory.

Earning power adalah kekuatan dalam memprediksi efisiensi

perusahaan dimasa yang akan datang dengan melihat besar

kecilnya laba yang dihasilkan. Pihak eksternal berasumsi bahwa

tingkat earning power yang tinggi akan menjamin pengembalian

investasi dan pinjaman serta memberikan keuntungan untuk pihak

eksternal. Perusahaan yang memiliki earning power yang tinggi

akan lebih mudah dalam memperoleh dana tambahan baik dari

adanya investasi yang masuk untuk perusahaan dan pinjaman

dana. Dorongan tersebut menyebabkan manajemen melakukan

manajemen laba agar dapat menarik pihak pemberi dana. Hal ini

menunjukkan bahwa earning power turut dipertimbangkan sebagai

variabel terjadinya manajemen laba sehingga sesuai dengan model

agency theory.

22
2.1.2 Manajemen Laba

2.1.2.1 Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba adalah penggunaan penipuan untuk

memutarbalikkan atau mengurangi transparansi laporan keuangan

(Ronen dkk, 2008). Scott (2012:344) dalam bukunya yang berjudul

Financial Accounting Theory menjelaskan pengertian manajemen

laba adalah “the choice by a manager ofaccounting policies so as to

achieve some specific objective”. Pernyataan tersebut bermakna

bahwa manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

manajer untuk memilih kebijakan akuntansi dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan tertentu sehingga berdampak positif bagi manajer.

Menurut Abdelghany (2005) manajemen laba adalah manipulasi

pendapatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang telah

ditetapkan oleh manajemen. Sedangkan menurut Sulistyanto (2008)

manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer suatu

perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-

informasi dalam laporan keuangan dengan suatu tujuan untuk

mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi

perusahaan.

Dari berbagai pengertian diatas maka jika disimpulkan

manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan

manajer dan pembuat laporan keuangan perusahaan untuk

mengkondisikan laporan keuangannya sedemikian rupa sehingga

23
dapat memberikan dampak yang positif bagi para pelakunya untuk

digunakan dalam mencapai tujuan kepentingan tertentu. Seiring

dengan berjalannya waktu, berkembangnya zaman dan persaingan

usaha yang semakin ketat membuat praktik manajemen laba

mempunyai tujuan yang bervariasi. Tujuan tersebut memunculkan

sikap motivasi-motivasi untuk melatarbelakangi terjadinya praktik

manajemen laba. Menurut Scott (2012) hal-hal yang memotivasi

individu atau kelompok melakukan manajemen laba diantaranya

sebagai berikut :

1. Motivasi Bonus.
Kinerja manajer salah satunya diukur dari hasil pencapaian

laba dan skema bonus usahanya. Sebagai pemilik peran

penting perusahaan, pemegang saham akan memberikan

intensif dan bonus sebagai timbal balik dari pekerjaan

seorang manajer yang dirasa memuaskan. Pengukuran

tersebut dapat memotivasi manajer dalam bekerja secara

maksimal dan menunjukkan performa terbaiknya sehingga

tidak menutup kemungkinan manajer melakukan praktik

manajemen laba untuk mendapatkan bonus dan intensif

tersebut.
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Elfira

(2014) dan Yupita,dkk (2017) yang menyatakan bahwa

rencana bonus dan kompensasi bonus berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba. Jika rencana bonus dan

24
kompensasi bonus mengalami peningkatan maka tindakan

manajemen laba juga meningkat. Penelitian Utomo (2010)

juga mengungkapkan bahwa direksi melakukan aktivitas

manajemen laba untuk meningkatkan penerimaan bonus

mereka.
2. Motivasi Utang
Yessi (2014) mengungkapkan bahwa peningkatan

motivasi perjanjian hutang akan meningkatkan praktik

manajemen laba dan menunjukkan bahwa peningkatan laba

berasosiasi dengan keterikatan perjanjian utang.

Penambahan dana melalui peminjaman utang oleh

perusahaan kepada pihak eksternal juga memerlukan

beberapa pertimbangan yang dilihat dari laporan

keuangannya, penyebab itu membuat perusahaan melakukan

manajemen laba agar laporan keuangan terlihat baik.


3. Motivasi Pajak.
Praktik manajemen laba tidak selalu terjadi untuk

kepentingan saham, investasi, dan kepentingan pribadi

manajer, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan.

Kepentingan ini bisa saja dilakukan oleh perusahaan go public

maupun perusahaan yang belum go public. Perusahaan

cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan

laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang

sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk

berfikir dan bertindak kreatif melakukan tindakan manajemen

25
laba pada laporan keuangan agar seolah-olah laba fiskal yang

dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan

kebijakan akuntansi perpajakan. Manajemen akan melakukan

manajemen laba terhadap laba yang diperoleh untuk

meminimalisir besarnya pajak yang harus dibayarkan

(Roudhotunnisa,2009) dan pajak berpengaruh positif

terhadap manajemen laba (Wijaya dan Christiawan, 2014).


4. Motivasi Initial Public Offering (IPO).
Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran saham

perdana ke publik bagi perusahaan yang akan go public

ataupun yang sudah go public. Bagi perusahaan yang belum

go public melakukannya untuk memperoleh tambahan modal

usaha dari calon investor. Sedangkan perusahaan yang sudah

go public untuk kelanjutan dan ekspansi usaha. Menurut

Sudjana dkk (2016) perusahaan melakukan manajemen laba

dengan menurunkan nilai laba perusahaan kemudian

manajemen laba dilakukan dengan menaikkan nilai laba pada

periode masa sebelum IPO. Manajemen laba yang dilakukan

oleh perusahaan yang melakukan IPO secara signifikan

memberikan reaksi pada investor yang melakukan investasi

saham perusahaan dipasar modal (Wiradesana dan Wardana,

2016).
5. Motivasi Pergantian Direksi
Praktik manajemen laba bisa terjadi pada saat masa

periode akhir jabatan CEO lama maupun CEO yang baru

26
menjabat. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menaikkan

dan menurunkan laba. Praktik manajemen laba dengan

income increasing (menaikkan laba) terjadi pada periode

akhir masa jabatan CEO lama. Dilakukannya praktik tersebut

diharapkan CEO memperoleh bonus yang lebih tinggi dan

meningkatkan reputasinya. Sedangkan praktik manajemen

laba income decreasing (menurunkan laba) terjadi pada

periode awal masa jabatan CEO baru. Hal ini disebabkan CEO

baru pada tahun pertama jabatannya diharapkan tidak

bertanggungjawab atas kinerja buruk CEO sebelumnya.

Adanya laba buruk yang dilaporkan pada tahun pertama

masa jabatan CEO baru dapat secara eksplisit dikatakan

adalah akibat dari buruknya kinerja CEO sebelumnya

(Jayanthi dan Putra, 2013). Terjadinya tindakan manajemen

laba dengan pola income decreasing oleh CEO baru juga

sesuai dengan penelitian Sadia dan Sukartha (2013).


6. Motivasi Politis.
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar

yang bidang usahanya banyak menyentuh masyarakat luas,

seperti perusahaan-perusahaan strategis seperti

perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap

mendapatkan subsidi, perusahaan-perusahaan tersebut

cenderung menjaga posisi keuangannya dalam keadaan

tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik

27
karena jika sudah baik, kemungkinan besar subsidi tidak lagi

diberikan. Semakin besar intensitas modal pada perusahaan

maka semakin besar biaya politisnya, motivasi politis ini

menyebabkan manajer akan menurunkan laba pada laporan

keuangan agar tidak terjadi tekanan politis (Widiarsih dan

Fitriasari,2016).

Dari paparan diatas menjelaskan beberapa motivasi yang

mendorong terjadinya manajemen laba. Efek dari motivasi diatas

cenderung pada pencapaian hal-hal yang positif bagi perusahaan

dan manajemen. Walaupun mungkin banyak pihak luar perusahaan

yang merasa dirugikan, namun pada penelitian ini akan

menjelaskan pengaruh motivasi-motivasi manajemen laba yang

memberikan dampak yang menguntungkan bagi perusahaan serta

manajemennya.

2.1.2.2 Pola Manajemen Laba

Menurut Scott (2012) ada empat pola manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan yaitu:

1. Taking a bath
Taking a bath dilakukan dengan melaporkan rugi yang

besar pada periode sekarang. Pola ini dilakukan ketika

perusahaan melakukan reorganisasi yaitu berkaitan dengan

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mampu

bertahan diri dan atau memperkecil/mengurangi skala


28
usahanya agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di

bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang

menguntungkan termasuk saat pergantian CEO.


2. Income Minimization
Income minimization adalah pola meminimalkan laba

dengan menjadikan laba pada periode berjalan lebih rendah

dari laba periode sebelumnya. Pola ini dilakukan pada saat

profitabilitas perusahaan sangat tinggi agar tidak

mendapatkan perhatian secara politis. Kebijakan pada pola ini

meliputi penghapusan beberapa aset dan intangible asset,

beban pemasaran, serta beban penelitian dan

pengembangan. Pola income minimization serupa dengan

taking a bath namun dalam bentuk yang tidak terlalu ekstrim.


3. Income Maximization
Income maximization dilakukan dengan tujuan

memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan

keuntungan, dan untuk menghindari dari pelanggaran atas

kontrak hutang jangka panjang. Income maximization

dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan,

menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain.

Pola ini dijalankan pada saat laba menurun. Tindakan atas

income maximization tidak lain bertujuan untuk melaporkan

net income yang tinggi agar mendapatkan bonus yang besar

dan dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelaggaran

perjanjian hutang.
4. Income Smoothing

29
Income smoothing atau perataan laba merupakan

salah satu pola manajemen laba dengan cara membuat

laba relatif konstan (rata atau smooth) dari periode ke

periode akuntansi. Pihak manajemen dengan sengaja

menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi

permasalahan dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan

terlihat stabil atau tidak mempunyai risiko tinggi. Dilakukan

perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar

karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang

relatif stabil jika perusahaan memerlukan bantuan dana dari

investor.

2.1.2.3 Teknik Manajemen Laba

Manajemen laba menurut Scoot (2012) dapat dilakukan

diantaranya dengan teknik-teknik yaitu :

1. Perubahan metode akuntansi


Manajemen mengganti metode akuntansi yang berbeda

dari metode sebelumnya sehingga dimaksudkan akan

berdampak pada kenaikan atau penurunan laba. Metode

akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk

mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda,

misalnya: Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari

metode jumlah angka tahun (sum of the year digit) ke metode

30
depresiasi garis lurus (straight line) dan mengubah periode

depresiasi.
2. Memainkan kebijakan perkiraaan akuntansi
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan

cara memainkan kebijakan perkiraan akuntansi. Hal tersebut

memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan

subyektifitas dalam menyusun estimasi, misalnya: kebijakan

mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih, kebijakan

mengenai perkiraan biaya garansi, dan kebijakan mengenai

perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum

terputuskan.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan

atau sering disebut manipulasi keputusan operasional,

misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk

penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi

berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran

promosi sampai periode berikutnya, kerjasama dengan

vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman

tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, menjual

investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba dan

mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak

terpakai.

2.1.2.4 Model Empiris Manajemen Laba

31
Menurut Sulistyanto ( 2008 ) dalam menghitung manajemen

laba dapat dilakukan melalui tiga model empiris yaitu :

1. Model berbasis akrual


Perhitungan pada model berbasis akrual menggunakan

discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba.

Manajemen laba dengan menggunakan discretionary accruals

di kembangan oleh beberapa ahli yang mempunyai rumus-

rumus yang berbeda pada setiap penghitungannya, seperti:


1.1 Healy (1985)
Mengasumsikan langkah perhitungan manajemen laba

dengan total akrual. Total akrual didapat dengan

menghitung selisih antara laba dikurangi dengan kas.


1.2 De Angelo (1986)
Mengembangkan rumus perhitungan manajemen laba

dengan melihat perubahan dalam total akrual.


1.3 Jones (1991)
Rumus manajemen laba menurut Jones (1991) dengan

menghitung sisa regresi total akrual dari perubahan

penjualan dan property, plant, dan equipment.


1.4 Model Jones dimodifikasi dari Dechow, Sloan dan

Sweeney (1995)
Rumus manajemen laba model jones dimodifikasi yaitu

menghitung sisa regresi total akrual dari perubahan

penjualan, dan property, plant, dan equipment, dimana

pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang yang

terjadi pada periode bersangkutan.


1.5 Kang dan Suvaramakrishnan (1995)
Rumus yang diungkapkan oleh Kang dan

Suvaramakrishnan (1995) dengan menghitung sisa regresi


32
dari aktiva nonkas yang dikurangi dengan kewajiban yang

dibagi dengan aktiva yang bersangkutan pada periode

sebelumnya yang disesuaikan dengan kenaikan

pendapatan, biaya, plant dan equipment.


2. Model yang berbasis Spesific Accruals
Yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi

manajemen laba dengan menggunakan item laporan

keuangan tertentu dari industri tertentu pula. Model ini

dikembangan diantaranya oleh :


1.1 Mc Nichols dan Wilson (1988)
Perhitungan manajemen laba yang di rumuskan oleh

Mc Nichols dan Wilson (1988) dengan menghitung sisa

provisi untuk piutang tidak tertagiih yang diestimasi

sebagai sisa regresi provisi untuk piutang tak tertagih

pada saldo awal, serta pengahpusan piutang periode

berjalan dan periode yang akan datang.


1.2 Beaver dan Engel (1996)
Rumus yang diterapkan dengan menghitung biaya yang

tersisa dari kerugian pinjaman, yang diestimasi sebagai

sisa regresi biaya dari kerugian pinjaman pada charge-of

bersih, pinjaman yang beredar, aktiva yang tidak

bermanfaat dan melebihi satu tahun perubahan aktiva

tidak bermanfaat.
1.3 Beneish (1997)
Mengembangkan perhitungan manajemen laba dengan

menghitung hari-hari dalam indeks piutang, indeks laba

kotor (gross margin), indeks kualitas aktiva, indeks

33
depresiasi, indeks depresiasi umum dan penjualan, indeks

total akrual terhadap total aktiva.


1.4 Beaver dan Mc Nichols
Mengembangkan perhitungan manajemen laba dengan

menghitung korelasi serial dari satu tahun perkembangan

kerugian penjaminan kerusakan property.


3. Pendekatan distribution of earning
Model empiris manajemen laba ini dikembangkan oleh :
1.1 Burgtahler dan Dichev (1997)

Burgtahler dan Dichev (1997) mengembangkan

perhitungan manajemen laba dengan menguji apakah

frekuensi realitas laba tahunan yang merupakan bagian

atas (bawah) laba yang besarnya nol dan laba akhir tahun

adalah lebih besar (kecil) daripada yang diharapkan.

1.2 Degeorge et.al (1999)


Menguji apakah frekuensi realitas laba kuartalan yang

merupakan bagian atas (bawah) laba yang besarnya nol,

laba akhir kuartal dan forcecast investor adalah lebih

besar (kecil) daripada yang diharapkan.


1.3 Myers dan Skinner (1999)
Menguji apakah angka-angka laba meningkat yang

berurutan adalah lebih besar dibandingkan angka-angka

jika tanpa manajemen laba.

Namun sampai saat ini model berbasis aggregate accrual

yang diterima secara umum sebagai model yang memberikan hasil

paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba. Selain itu model ini

34
sejalan dengan perhitungan metode akuntansi saat ini yang

mayoritas menggunakan perhitungan akuntansi berbasis akrual dan

alasan lainnya adalah bahwa model berbasis aggregate accrual

menggunakan semua komponen laporan keuangan untuk

mendeteksi rekayasa keuangan ini.

2.1.3 Strategi Diversifikasi Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Diversifikasi Perusahaan

Diversifikasi adalah strategi yang diterapkan oleh perusahaan

dengan tujuan untuk menghadapi persaingan yang ketat dan

pertumbuhan pasar yang sangat cepat (Satoto, 2009). Menurut

Harto (dalam Nugroho,2015) diversifikasi merupakan strategi

pengembangan usaha melalui perluasan segmen bisnis maupun

geografis, diversifikasi dapat dilakukan dengan membuka lini usaha

baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah

pemasaran produk, membuka kantor cabang, melakukan merger,

akuisisi dan lainnya.

Ketika perusahaan berada dalam kondisi tertentu yaitu

mengalami laba dan pertumbuhan perusahaan menurun pada

perusahaan induknya, strategi diversifikasi ini dipilih dan

diterapkan. Beroperasinya suatu perusahaan tidak luput dari yang

namanya resiko usaha, maka diversifikasi dilakukan untuk

memperkecil resiko. Semakin banyak dan beragam lini bisnis yang

dimiliki perusahaan akan semakin banyak pula pendapatan-


35
pendapatan dari berbagai sumber yang didapatkan perusahaan.

Penerapan diversifikasi tidak selamanya mempunyai pengaruh yang

positif bagi perusahaan, ada kalanya diversifikasi berpengaruh

negatif untuk perusahaan jika tujuannya disalahgunakan.

Dampak negatif diversifikasi Menurut El Mehdi dan Sebuoi

(2011) meliputi masalah-masalah diantaranya, yaitu:

a. Struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan

menjadi lebih kompleks


b. Tingkat transparansi menjadi lebih rendah
c. Kompleksitas informasi bagi investor dan analisis

keuangan menjadi semakin tinggi.

Jika melihat dari telaah teori keagenan akibat adanya

ketidakseimbangan informasi antara agen dan principalnya maka

masalah-masalah diatas dapat mengakibatkan manajer mempunyai

informasi lebih baik dibanding pihak lainnya sehingga mendukung

manajer untuk melakukan praktik manajemen laba.

2.1.3.2 Segmen Diversifikasi

Diversifikasi memiliki dua segmen, dalam penelitian ini

segmen-segmen tersebut yang menjadi variabel independen yaitu

diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis.

1. Diversifikasi Operasi
Segmen operasi atau usaha (diversifikasi

operasi/produk), adalah komponen perusahaan yang dapat

36
dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik

produk atau jasa individual maupun kelompok produk

atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan

imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen

lain (IAI, 2001).


Perusahaan dikatakan melakukan diversifikasi operasi jika

produk yang dihasilkan mempunyai resiko dan imbalan yang

tidak sama diantara fungsi dan tujuannya. Jika sebaliknya

maka perusahaan tersebut tidak melakukan diversifikasi

operasi. Untuk menilai apakah perusahaan ada pada segmen

tersebut dapat dilihat dari faktor-faktor yang mendukung

karakteristiknya antara lain :


a. Ciri-ciri dan sifat produknya,
b. Ciri-ciri dan sifat proses produksinya,
c. Kesamaan pada golongan pelanggan,
d. Kesamaan metode pendistribusian produk,
e. Ciri-ciri dan sifat iklim regulasi

Banyak atau sedikitnya perusahaan mengembangkan

segmen operasinya dapat dilihat dengan melakukan perhitungan

menggunakan rumus herfindahl index. Hefindahl index adalah

ukuran konsentrasi produksi dalam industri yang dihitung sebagai

jumlah kuadrat dari penjualan masing-masing segmen dengan

penjualan total dari semua segmen. Indeks ini dapat mengukur

tingkat oligopolistik suatu industri dan seberapa besar konsentrasi

kekuatan pasar yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan terbesar

di industri.

37
Rumus tersebut memiliki persamaan sebagai berikut

(Darmawan,2015) :

HERFit = Σ (SSale / Sales)2

Keterangan :

HERFit = Herfindahl indeks

SSale = Penjualan persegmen

Sale = Total penjualan dari semua segmen

Menurut Anthony dan Govindrajan (2008:67) ada dua macam

jenis diversifikasi yang tergolong diversifikasi operasi, yaitu:

a. Diversifikasi yang Tidak Berhubungan.


Diversifikasi tidak berhubungan (diversifikasi

konglomerat) mengacu pada sinergi operasi lintas unit bisnis

yang berdasarkan pada kompetensi inti dan pada pembagian

sumber daya yang umum. Diversifikasi konglomerat tumbuh

melalui akuisisi. Tujuan dari diversifikasi jenis ini untuk

mengembangkan usaha pada bidang diluar usaha yang

dijalani pada awalnya. Hal ini mungkin dilakukan karena

perusahaan yang sudah dijalani mengalami penurunan

pendapatan atau sudah mulai jenuh dan ingin mencoba

bidang atau sektor usaha lain. Contoh pada PT. Bukit Asam

Tbk merupakan sebuah perusahaan induk (holding company)

yang melakukan diversifikasi usaha ke sektor bisnis lain.

Berdasarkan annual report tahun 2014, PTBA telah memiliki

tujuh perusahaan afiliasi diantaranya membentuk dan

38
melakukan akuisisi terhadap PT Bumi Sawindo Permai (BSP)

yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit. Selain itu

PT. Adaro Dalam waktu dekat berencana akan mengubah

fokus tidak hanya usaha distribusi batu bara saja melainkan

menjadi logistik sektor energi secara umum (CNN Indonesia,

april 2017).
b. Diversifikasi yang Berhubungan
Diversifikasi yang berhubungan terdiri dari perusahaan

yang beroperasi dalam sejumlah industri dan bisnisnya saling

berhubungan satu sama lain melalui sinergi operasi. Tujuan

dari diversifikasi ini untuk melebarkan usaha sehingga

mempunyai pasar yang lebih luas. Disisi lain jika manajer

memikirkan keuntungan perusahaan induk maka harus

memikirkan anak-anak usahanya dan sumber daya yang

dibutuhkan sama sehingga semua perusahaan baik induk dan

cabang mempunyai kebutuhan serta kepentingan yang sama.

Contoh pada PT. Bukit Asam Tbk yang sudah memiliki 11 anak

perusahaan dengan bisnis pada sektor yang sama.


2. Diversifikasi Geografis
Perluasan segmen usaha yang dilakukan manajemen

melalui beberapa wilayah dengan klasifikasi operasi yang

sama disebut diversifikasi geografis. Tidak dapat

dikelompokkan dalam wilayah yang sama jika dalam

perluasan wilayahnya mempunyai resiko dan imbalan tidak

signifikan dan berbeda. Menurut IAI (2001) Segmen geografis

39
(diversifikasi geografis) adalah komponen perusahaan yang

dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada

lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu

memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan

imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan

(wilayah) ekonomi lain.


Diversifikasi geografis dapat di klasifikasikan

berdasarkan wilayah kota/kabupaten, provinsi maupun

neraga asalkan usaha yang dijalankan sama dengan lini-lini

usaha perusahaan induknya. Jika dihitung menggunakan

spesifikasi kota/kabupaten dan provinsi banyak perusahaan

yang mungkin memiliki lebih dari puluhan atau ratusan lini

usaha yang sama, dan agar mempersingkat perhitungan

maka diversifikasi geografis umumnya diteliti menggunakan

klasifikasi wilayah negara dengan perhitungan jumlah negara

yang memang menjadi sasaran perluasan usaha.


Seperti halnya diversifikasi operasi, diversifikasi

geografis juga mempunyai faktor-faktor dalam menentukan

karakteristik-karakteristik yang dipertimbangkan, antara lain:


a. Kesamaan terkait kondisi ekonomi dan politik,
b. Kesamaan terkait hubungan antar operasi dalam

wilayah geografis,
c. Melihat faktor kedekatan geografis wilayah usaha,
d. Risiko khusus dalam wilayah tertentu dan risiko

terkait mata uang dan regulasinya.

40
2.1.3.3 Tujuan Diversifikasi

Perusahaan melakukan strategi diversifikasi tidak lain untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari diversifikasi secara

umum untuk memperluas segmen-segmen operasi dan wilayah

agar perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain, serta

laba yang didapatkan sesuai harapan. Menurut Haberberg dan

Rieple (2003) dalam Darmawan (2015), diversifikasi perusahaan

memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. To Seek Growth and Capture Value Added


Tujuan pertumbuhan dan nilai tambah dapat tercapai saat

perusahaan berinvestasi pada usaha-usaha yang dinilai

berdampak pada perolehan keuntungan bagi perusahaan

sehingga perusahaan termotivasi meningkatkan kinerjanya.


2. To Spread Risk
Tujuan meratakan risiko yaitu diharapkan ketika

munculnya risiko tidak terlalu berdampak secara total pada

kegiatan usaha karena dapat ditutup oleh keberhasilan usaha

hasil dari perusahaan berinvestasi pada beberapa lini usaha.


3. To Prevent a Competitor from Gaining Ground
Tujuan ini untuk mencegah pesaing menguasai sumber

daya strategis, yang membuat pesaing diuntungkan karena

mendapatkan nilai tambah pada perusahaannya.


4. To Achieve Synergy
Sinergi dalam hal ini adalah kemampuan dalam meraih

sesuatu dengan cara mengkombinasikan segmen-segmen

usaha yang dirasa sulit dicapai jika antara usaha satu dengan

lainnya tidak saling berhubungan (bekerja sendiri-sendiri).

41
5. To Control the Supply or DistributionChain
Tujuan ini untuk mengontrol siklus kegiatan persediaan

dan pendistribusiannya.
6. To Ful fill the Personal Ambition of the SeniorManagers
Tujuan memenuhi ambisi manajer berkaitan keinginan

manajer dalam memperoleh reward. Dilakukannya strategi

diversifikasi menjadikan ruang lingkup tugas manajer

semakin luas sehingga diharapkan pemberian reward untuk

manajer semakin besar.

Faktor strategi diversifikasi sebenarnya merupakan faktor

yang sudah tidak asing lagi dalam setiap penelitian, karena banyak

penelitian yang menghubungkan faktor strategi diversifikasi dengan

menggunakan variabel dependen yang berbeda dalam setiap

penelitian dan menunjukkan hasil yang tidak selalu sama.

Beberapa penelitian dengan faktor diversifikasi sebagai

variabel independen pendukung antara lain Windasari (2017) yang

meneliti keterkaitan strategi diversifikasi terhadap kinerja

perusahan. Hasilnya adalah diversifikasi berpengaruh negatif

terhadap struktur modal. Rohayati (2016) dengan penelitiannya

yaitu diversifikasi perusahaan terhadap harga saham yang

menunjukkan bahwa diversifikasi perusahaan berpengaruh secara

positif signifikan terhadap harga saham. Maramis, dkk (2016)

dengan judul penelitian “Analisis Kinerja Keuangan berbasis

Diversifikasi Usaha di BEI” sehingga didapatkan bahwa kinerja

42
keuangan antara perusahaan dengan jumlah diversifikasi/segmen

terdapat perbedaan yang signifikan bagi perusahaan.

Dengan adanya berbagai penelitian yang mengkaitkan

diversifikasi sebagai salah satu variabel yang diikutkan dalam

beberapa peneliti dan memiliki hasil yang beragam dalam setiap

penelitiannya maka strategi diversifikasi layak diterapkan untuk

penelitian ini.

2.1.4 Free Cash Flow

Menurut PSAK No.2 (2002:5) Arus kas adalah arus masuk dan

arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas dijadikan sebagai

rincian dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana

mereka menggunakan untuk keperluan perusahaan. Laporan arus

kas adalah ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas selama

masa periode akuntansi (biasanya satu tahun). Sebenarnya

perusahaan memiliki motif-motif (dorongan) yang menyebabkan

perusahaan diharuskan memiliki sejumlah kas. Motif-motif tersebut

menurut Syafrizal Helmi (2010), antara lain:

1. Motif Transaksi (Transaction Motive).

Penjelasan motif transaksi bahwa perusahaan

membutuhkan sejumlah uang tunai untuk melakukan

43
transaksi dalam membiayai kegiatan kesehariannya. Contoh :

pembayaran-pembayaran yang dilakukan dalam jumlah tunai.

2. Motif Berjaga-jaga (Safety Motive / Precautionary Motive).

Motif ini berperan sebagai antisipasi jika perusahaan

akan mengeluarkan sejumlah uang untuk suatu hal yang

tidak terduga. Seperti: kerusakan, kebakaran, kecelakaan dan

perubahan-perubahan harga pokok pembelian.

3. Motif Spekulatif (Speculative Motive).

Motif spekulatif akan diterapkan dalam mengambil

keuntungan kalau kesempatan itu ada, seperti: perusahaan

berinvestasi pada sekuritas (saham dan obligasi) dengan

menggunakan kas yang ada dengan berharap setelah

berinvestasi sekuritas itu harganya akan naik.

4. Motif Compensating Balance

Motif compensating balance sebenarnya merupakan

motif keterpaksaan perusahaan akibat berhutang uang

kepada pihak bank. Jika perusahaan berhutang kepada bank,

biasanya bank mengharuskan perusahaan menyisakan

sejumlah uang pada rekeningnya. Contoh: perusahaan

meminjam uang di bank sebesar Rp800.000.000 dan bank

44
menghendaki perusahaan mempunyai simpanan di bank

dengan saldo minimal Rp50.000.000. Jumlah saldo minimal

itulah yang disebut sebagai compensating balance.

Sebenarnya secara umum hanya terdapat dua motif yang

paling sering perusahaan harus memiliki kas, diantaranya motif

transaksi dan berjaga-jaga, sedang motif spekulasi memiliki tingkat

yang paling rendah untuk diperhatikan karena saat terjadinya

sangat tidak mungkin untuk diprediksi oleh manajer keuangan.

Arus kas yang tersedia dikurangi biaya dan pengeluaran

lainnya sehingga di dapatkan kas yang benar-benar bisa disediakan

perusahaan disebut arus kas bebas (free cash flow). Menurut Peni

(2011) arus kas bebas diartikan sebagai uang tunai yang benar-

benar bisa disediakan oleh perusahaan untuk para investornya

setelah perusahaan bisa memiliki aktiva tetap dan memliki cukup

modal kerja untuk menunjang kegiatan bisnis termasuk memelihara

aktiva tetapnya. Sedangkan Kono dan Yuyetta (2013) medefinisikan

arus kas bebas sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusikan

kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk

modal kerja (working capital) atau investasi pada aset tetap. Jadi,

dapat disimpulkan arus kas bebas sebagai sisa kas yang dimiliki

perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya, operasional, investasi

dan pendanaan.

45
Perusahaan dengan arus kas bebas tinggi cenderung

memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan

tingkat arus kas bebas rendah, karena mereka akan berkesempatan

memperoleh keuntungan yang lebih dibandingkan perusahaan lain.

Dengan aliran kas bebas tinggi perusahaan diduga akan lebih

cerdik dalam menghadapi situasi yang buruk, dibandingkan jika

perusahaan memperoleh aliran kas bebas rendah yang mungkin

akan memaksa perusahaan mencari tambahan dana dari luar baik

dalam bentuk utang ataupun penerbitan saham baru, dikarenakan

sumber dana internal untuk perusahaan tidak mencukupi dalam

memenuhi kebutuhan investasi perusahaan.

Free cash flow juga dijadikan indikator untuk mengukur

kemampuan perusahaan mengembalikan keuntungan bagi investor

melalui peningkatan deviden dan pengembalian saham seperti

dalam penelitian Prasetyo dan Suryono (2016) dengan judul

“Pengaruh Profitabilitas, Free cash Flow, Investment Opportunity

Set Terhadap Dividend Payout Ratio” yang menunjukkan bahwa free

cash flow berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Indikator pengukuran lain berkaitan untuk pengurangan hutang

dan pengukuran nilai perusahaan seperti pada penelitian Naini dan

Wahidahwati (2014) dengan judul “Pengaruh free Cash Flow dan

Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai

Perusahaan” sehingga disimpulkan hasil penelitian berupa free cash

46
flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang dan nilai

perusahaan.

Keinginan manajer meningkatkan kekuasaan melalui

pengendalian atas sumber daya yang semakin besar,

mendorong manajer untuk mencari cara dalam memperbesar

perusahaan. Arus kas bebas bisa saja memberikan kesempatan

dan dorongan bagi manajer untuk berinvestasi sesuai dengan motif

spekulasi. Manajer cenderung memiliki keinginan menahan

sumber daya termasuk aliran kas bebas agar tetap memiliki

kendali terhadap penggunaan sumber daya tersebut. Di lain sisi

pemegang saham ingin supaya dana yang tersedia (arus kas

bebas) dibagikan dalam bentuk dividen. Manajer menganggap

bahwa adanya pembagian dividen dapat mengurangi sumber daya

yang ada di perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan

manajer akan berkurang. Manajer memiliki insentif untuk

memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimalnya. Semakin

besar ukuran perusahaan, semakin besar sumber daya

perusahaan yang ada di bawah kendali manajer, sehingga

kemungkinan manajer dalam menyalahgunakan sumber daya

perusahaan untuk kepentingan pribadinya semakin besar.

Arus kas bebas digunakan untuk menghindari pengawasan

yang berhubungan lebih lanjut berkaitan dengan penambahan

modal dari luar perusahaan. Pemegang saham menganggap


47
bahwa investasi pada proyek-proyek dengan NPV negatif

merupakan suatu bentuk ketidak efisien sekaligus merupakan

penundaan kesejahteraan mereka. Apabila perusahaan

mempunyai arus kas bebas, manajer perusahaan akan mendapat

tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam

bentuk dividen sehingga manajer mengambil keputusan untuk

melakukan manajemen laba pada aliran kasnya. Dengan demikian

arus kas bebas dapat dijadikan indikator dalam penelitian karena

melihat pengaruhnya tidak hanya pada satu keadaan melainkan

dapat mempengaruhi berbagai keadaan seperti nilai perusahaan,

kebijakan hutang, manajemen laba, dan mengenai deviden.

Dalam penyajian arus kas bebas dapat dilakukan

menggunakan beberapa rumus sebagai berikut:

1. Menurut Brigham dan Houston (2016:67)


Free cash flow = NOPAT – investasi bersih pada modal operasi
2. Menurut Jane L Reimers (2007:579)
Free cash flow = arus kas operasi – capital expenditure –

deviden
3. Menurut Kieso (2005:120)
Free cash flow = arus kas operasi – capital expenditure
4. Menurut Yogi dan Dhamayanti (2016) dan Winingsih (2017)
Free cash flow = arus kas operasi bersih – arus kas investasi
bersih
Total Aktiva

Net operating profit after tax (NOPAT) adalah laba bersih yang

merupakan profit bagi perusahaan. Laba bersih setelah pajak

48
didapatkan dari kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok

penjualan kemudian dipotong beban operasi dan pajak penghasilan.

Investasi bersih pada modal operasi merupakan total modal

operasi periode t dengan total modal operasi periode sebelumnya

(t-1).

Capital Expenditure merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan

dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi

operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap, serta

memperpanjang masa manfaat aktiva tetap.

Deviden merupakan pembagian laba terhadap pemegang

saham dari adanya investasi yang ditanam pada suatu perusahaan.

Arus kas operasi bersih adalah arus kas yang timbul dari

aktivitas operasi yang merupakan indikastor utama kemampuan

operasi entitas bahwa telah menghasilkan arus kas yang cukup

untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas,

membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa bantuan

sumber pendanaan dari luas.

Arus kas Investasi bersih adalah arus kas yang

mempresentasikan sejauh mana pengeluaran yang telah terjadi

untuk sumber daya yang diintensikan untuk menghasilkan

penghasilan dan arus kas masa depan. Pengeluaran-pengeluaran

yang menghasilkan pengakuan atas aset tetap dalam laporan posisi


49
keuangan yang mampu memenuhi syarat untuk diklasifikasikan

sebagai dari arus kas aktivitas investasi.

2.1.3 Earning Power

Menurut Bambang Riyanto (2008:37) earnings power adalah

kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan

melihat besar kecilnya dalam menghasilkan laba. Pihak diluar

manajemen perusahaan beranggapan bahwa earnings power yang

tinggi akan menjamin pengembalian investasi serta memberikan

keuntungan. Jika earning power perusahaan ingin terlihat maksimal

maka perusahaan harus menampilkan kinerja yang baik. Pihak luar

manajemen dapat menilai kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba (earning power) dan sejauh mana efektifitas

pengelolaan perusahaan pada masa-masa yang lalu dengan

melakukan analisis pada profitabilitasnya. Rasio ini menggambarkan

efektivitas dan efisiensi pengeloalaan seluruh investasi yang telah

dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin

efektif dan efisien aset, pendapatan, atau investasi yang

dibandingkan dengan hasil perolehan laba yang dinilai setelah

bunga dan pajak.

Tujuan didirikan perusahaan adalah untuk menghasilkan laba

dan sebisa mungkin menjaga agar perusahaan tidak mengalami

kerugian. Dengan melakukan perhitungan profitabilitas maka

investor dapat menilai kemampuan perusahaan dalam


50
menghasilkan laba (earnings power) dan sejauh mana efektifitas

pengolahan perusahaan pada periode-periode sebelumnya. Rasio ini

mengukur seberapa banyak keuntungan operasional bisa diperoleh

dari setiap rupiah penjualan (Sosiawan, 2012) dan pada penelitian

Riyanto (2008:43) menyatakan bahwa perhitungan earnings power

atas dasar suatu sistem analisa yang dimaksudkan untuk

menunjukkan efisiensi perusahaan oleh para pengguna laporan

keuangan.

Tinggi rendahnya earnings power dapat diketahui oleh

beberapa faktor yang bisa dilihat dari perhitungan rasio keuangan,

yaitu:

1. Profit Margin, dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi

perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha

setelah pajak perusahaan dengan pendapatan.


NPM (Net Profit Margin) = Laba bersih setelah pajak
Total pendapatan

2. Return on Assets (ROA), dimaksudkan untuk mengetahui

efisinsi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya

laba usaha dengan aktiva perusahaan.


ROA = Laba bersih setelah pajak
Total Asset

3. Return on Investment (ROI), dimaksudkan untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dengan melihat laba investasi setelah di

kurangi investasi awal dan dibandingkan dengan

investasinya.
51
ROI = Laba atas investasi – investasi awal
Investasi

Dalam penelitian ini faktor yang digunakan untuk mengukur

earning power yaitu menggunakan perhitungan profit margin.

Karena kenyataannya pihak luar perusahaan lebih sering melihat

berapa besar pendapatan yang dihasilkan karena jika pendapatan

besar maka keuntungan yang diperoleh otomatis akan besar pula.

Hal tersebut yang memicu terjadinya praktik manajemen laba,

karena pengelola usaha akan mencari cara agar membuat kekuatan

laba perusahaan dalam posisi aman dan selalu sehat. Sehingga

pihak diluar perusahaan yaitu investor dan kreditur lebih tertarik

untuk memberikan dananya dan memberi apresiasi lebih pada

perusahaan tersebut.

Selain hubungannya dengan manajemen laba earning power

tidak hanya digunakan dalam perhitungan memprediksi laba

perusahaan dimasa yang akan datang, melainkan pada penelitian

Firmansyah (2017) digunakan dalam melihat perputaran piutang

perusahaan dan Aprianita (2010) menghubungkan earning power

terhadap harga saham. Oleh karena itu earning power pantas

diterapkan pada penelitian ini.

2.2 Telaah Penelitian Sebelumnya

Sosiawan (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh

Kompensasi, Leverage, Ukuran Perusahaan, Earnings Power


52
Terhadap Manajemen Laba”. Penelitian ini menggunakan variabel

independen berupa kompensasi, leverage, ukuran perusahaan, dan

earnings power. Populasi dan sampel yang digunakan adalah

perusahaan go public yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2010

dengan sampel laporan keuangan dari tahun 2008-2013. Teknik

pengumpulan sampel dengan purposive sampling dan analisis yang

digunakan adalah OLS (ordinary least squares). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel NPM sebagai proyeksi earning power

dan variabel DTA sebagai proksi leverage berpengaruh positif

terhadap manajemen laba. Sedangkan kompensasi dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Fatmawati (2013) dengan judul “Pengaruh Diversifikasi

Geografis, Diversifikasi Industri, Konsentrasi Kepemilikan

Perusahaan, dan Masa Pemerikatan Audit Terhadap Manajemen

Laba”. Penelitian ini menggunakan variabel independen diversifikasi

geografis, diversifikasi Industri, konsentrasi kepemilikan

perusahaan, dan masa pemerikatan audit. Populasi dan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011

sebanyak 95 perusahaan sebagai sampelnya. Metode pengumpulan

sampel adalah metode dokumentasi dan menggunakan data dari

laporan tahunan, laporan keuangan, dan Bursa Efek Indonesia.

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah regresi

53
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba adalah

diversifikasi geografis dan masa perikatan audit. Semakin tinggi

tingkat diversifikasi geografis perusahaan, semakin tinggi tingkat

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin lama

masa perikatan audit, semakin tinggi manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan. Variabel diversifikasi industri dan

konsentrasi kepemilikan perusahaan tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap manajemen laba.

Muhlisin (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Arus Kas

Bebas, Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Masa

Perikatan Audit dan Piutang Tidak Tertagih terhadap Manajemen

laba”. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini

adalah arus kas bebas, ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan

publik, masa perikatan audit dan piutang tidak tertagih. Populasi

yang digunakan yaitu 33 perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013. Sampel

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan

analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga

didapatkan 25 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa arus kas bebas dan masa kerja

audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, Sedangkan

54
ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik berpengaruh

terhadap manajemen laba.

Darmawan (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh

Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Manajemen Laba”. Variabel independen yang digunakan

yaitu diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran

perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada tahun 2010-2013 dengan sampel sebanyak 17

perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive

sampling. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah metode

analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba, diversifikasi geografis tidak berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba.

Nugroho (2015) dengan judul penelitian “Pengaruh

Kompensasi, Kepemilikan Manajerial, Diversifikasi Perusahaan, dan

Ukuran KAP Terhadap Manajemen Laba”. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kompensasi, kepemilikan

manajerial, diversifikasi perusahaan, dan ukuran KAP. Populasi dan

sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013 dan


55
sebanyak 114 perusahaan. Metode pengumpulan sampel dengan

purposive sampling dan didapatkan 38 perusahaan yang digunakan

sebagai sampel dan analisis regresi berganda digunakan sebagai

alat analisisnya. Hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

dan diversifikasi perusahaan berpengaruh secara signifikan

terhadap manajemen laba, sedangkan kompensasi dan ukuran KAP

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Harijanto dan Mildawati (2015) dengan judul penelitian

“Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap Nilai Perusahaan Dimediasi

Manajemen Laba”. Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah arus kas dan nilai perusahaan sebagai variabel

dependen disertakan manajemen laba sebagai variabel mediasi.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini berupa perusahaan

manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014. Pemilihan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling sehingga didapatkan

sampel sejumlah 16 perusahaan. Analisis data yang digunakan

adalah regresi linier sederhana, regresi linier berganda, dan path

analysis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa arus kas

bebas berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, manajemen

laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, dan arus kas

bebas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, serta

manajemen laba tidak memediasi hubungan arus kas bebas

56
terhadap nilai perusahaan karena pengaruh langsung lebih besar

daripada pengaruh tidak langsung.

Affandi Satryatama (2015) dengan judul penelitian

“Pengaruh Earnings Power Dampaknya Terhadap Praktik Manajemen

Laba”. Earnings power dengan proyeksi ROA digunakan sebagai

variabel independen. Populasi penelitian adalah laporan keuangan

yang telah diaudit pada PT. Tigaraksa Satria Tbk periode 1990-2013.

Teknik pemilihan sampel menggunakan nonprobability sampling dan

didapatkan 6 tahun laporan keuangan yang dijadikan sampel

penelitian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis

korelasi pearson dengan SPSS 17 dan didapatkan kesimpulan hasil

penelitian bahwa earnings power perusahaan berpengaruh

terhadap praktik manajemen laba.

Okky Widya Arintasari (2015) dengan judul penelitian

“Pengaruh Diversifikasi Industri, Geografis, dan Mekanisme

Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Variabel

independen yang dimasukkan untuk penelitian ini meliputi

diversifikasi industri, diversifikasi geografis, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris

independen, independensi komite audit dan selain itu juga

dimasukkan profitabilitas dan leverage sebagai variabel kontrol.

Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur

yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013 dan didapatkan

57
47 perusahaan sebagai perusahaan sampel. Alat analisis data

menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, manajerial

kepemilikan, dan satu variabel kontrol yaitu profitabilitas

berpengaruh signifikan dalam manajemen laba Sementara,

diversifikasi industri dan geografis, proporsi komisaris independen,

independensi komite audit, dan Variabel kontrol lainnya yaitu

leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi industri,

diversifikasi geografis, dan mekanisme tata kelola perusahaan

kurang berpengaruh pada praktik manajemen laba.

Inganto Br Karo, dkk (2016) dengan judul penelitian

“Pengaruh Diversifikasi Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”.

Variabel independen diversifikasi geografis, diversifikasi produk dan

diversifikasi gabungan geografis dan produk digunakan dalam

penelitian. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2004-2014 dan didapatkan sampel penelitian berjumlah 77

perusahaan. Teknik analisis data yang dilakukan dengan analisis

regresi data panel model random effect. Hasil pada penelitian ini

menunjukkan bahwa diversifikasi geografis, diversifikasi produk dan

diversifikasi gabungan geografis dan produk tidak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

58
Sarjito,dkk (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh

Earning Power terhadap Earning Management”. Variabel

independen pada penelitian ini adalah earning power yang

diprosikan berdasarkan Return On Assets (ROA). Populasi dan

sampel penelitian menggunakan data primer dari laporan keuangan

bulanan antara bulan Januari sampai dengan Juli tahun 2014 pada

PT. Risnawan Pertama Bersinar. Metode penelitian yang digunakan

adalah regresi linear dengan asumsi klasik yang digunakan adalah

uji korelasi dan uji hipotesis dengan menggunakan t test. Hasil

penelitian terdapatnya hubungan yang signifikan dan positif antara

kedua variabel.

Gautamanirvana,dkk (2016) dengan judul penelitian

“Manajemen laba: Strategi Diversifikasi dan Free Cash Flow”.

Variabel independen yang digunakan yaitu diversifikasi operasi,

diversifikasi geografis dan free cash flow. Populasi dalam penelitian

ini adalah perusahaan sektor property dan real estate tahun 2011-

2014. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling

dan diperoleh 19 perusahaan yang disertakan dengan kurun waktu

4 tahun sehingga didapat 76 sampel yang diobservasi. Model

analisis data dalam penelitian ini adalah regresi data panel. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa free cash flow, diversifikasi operasi

dan diversifikasi geografi berpengaruh secara simultan terhadap

manajemen laba. Dan secara parsial free cash flow, diversifikasi

59
operasi dan diversifikasi geografi berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba kearah yang positif.

Rice (2016) dengan judul “Pengaruh Faktor Keuangan

terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governanace Sebagai

Variabel Moderasi”. Variabel independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah earning power, leverage dan ukuran

perusahaan. Variabel pada penelitian ini menambahkan corporate

governance yang diproksikan melalui kepemilikan institusional

sebagai variabel moderasinya. Populasi penelitian dilakukan pada

perusahaan yang berturut-turut masuk indeks kompas 100 yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2008-2012.

Pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling sehingga

didapati 27 perusahaan sampel, kemudian analisis penelitian

menggunakan regresi linier berganda. Hasil pada penelitian ini

secara simultan earning power, leverage dan ukuran perusahaan

bepengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.

Sedangkan secara parsial leverage dan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan manajemen laba.

Sedangkan earning power tidak berpengaruh signifikan terhadap

tindakan manajemen laba. Disamping itu variabel kepemilikan

institusional dapat dijadikan sebagai variabel moderasi yang

bersifat memperlemah hubungan antara variabel dependen dan

variabel independennya.

60
Kusumayani dan Nirwana (2016) dengan judul penelitian

“Good Corporate Governance sebagai Pemoderasi Pengaruh

Diversifikasi Operasi dan Diversifikasi Geografis pada Manajemen

laba”. Variabel independen pada penelitian ini adalah diversifikasi

operasi dan diversifikasi geografis yang menambahkan good

corporate governance sebagai variabel pemoderasi”. Populasi

penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2010-2014. Metode pemilihan sampel adalah

purposive sampling. Analisis data menggunakan uji regresi linear

berganda dan moderated regression analysis. Sampel yang

digunakan berjumlah 27 perusahaan. Hasil dari penelitian ini

diketahui bahwa diversifikasi operasi tidak mempengaruhi

manajemen laba, sedangkan diversifikasi geografis berpengaruh

positif terhadap manajemen laba. Penelitian ini juga menemukan

bahwa GCG tidak memoderasi pengaruh diversifikasi operasi pada

manajemen laba, namun memperlemah pengaruh diversifikasi

geografis pada manajemen laba.

Aliya Gista Makrifat (2016) dengan judul penelitian

“Dampak Surplus Free Cash Flow Terhadap Manajemen laba Peran

Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan sebagai

Variabel Moderasi”. Variabel independen pada penelitian ini yaitu

free cash flow dengan menyertakan kualitas audit, komite audit,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sebagai

61
variabel moderasi. Populasi dalam penelitian adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2013-2014. Metode pengumpulan sampel dipilih secara purposive

sampling sehingga didapati 104 perusahaan sampel. Penelitian

menggunakan analisis partial least square (PLS). Hasil dari

penelitian ditemukan bahwa surplus free cash flow berpengaruh

positif signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu

pengujian terhadap 4 (empat) variabel pemoderasi yang diduga

dapat mengurangi dampak positif surplus free cash flow terhadap

manajemen laba menyimpulkan bahwa hanya kepemilikan

institusional yang terbukti dapat mengurangi dampak positif surplus

free cash flow terhadap manajemen laba. Variabel kepemilikan

manajerial ditemukan justru berpengaruh positif signifikan terhadap

hubungan antara surplus free cash flow dengan manajemen laba.

Sementara variabel kualitas audit dan komite audit independen

tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara surplus

free cash flow dengan manajemen laba.

Yogi dan Damayanthi (2016) dengan judul penelitian

“Pengaruh Arus Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio, dan Good

Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Penelitian ini

menggunakan variabel independen berupa arus kas bebas, capital

adequacy ratio, dewan komisaris independen, komite audit,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Populasi dan

62
sampel penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014 dengan menggunakan teknik

metode analisis regresi linear berganda. Hasil membuktikan bahwa

arus kas bebas berpengaruh negatif pada manajemen laba.

Sebaliknya, capital adequacy ratio berpengaruh positif pada

manajemen laba. Dan good Corporate Governance yang diproksi

dengan dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada

manajemen laba.

Taco dan Ilat (2016) dengan judul penelitian “Pengaruh

Earning Power, Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit,

dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Variabel

independen yang mendukung penelitian ini adalah earning power,

komisaris independen, dewan direksi, komite audit, dan ukuran

perusahaan. Populasi yang digunakan adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2010-2015. Sampel yang digunakan sebanyak 30 perusahaan

dengan metode analisisi penelitian regresi linier berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan dewan direksi dan ukuran perusahaan

berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur. Sedangkan Earning Power, Komisaris Independen dan

Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada

perusahaan manufaktur.

63
Winingsih (2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Free

Cash Flow, Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. Variabel independen yang

mendukung penelitian ini adalah Free Cash Flow, Leverage,

Likuiditas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan. Populasi penelitian

seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2015. Pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 82 perusahaan. Analisis penelitian

menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap manajemen

laba. Sedangkan free cash flow, leverage, likuiditas, dan ukuran

perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.

Insani (2017) dengan judul penelitian “Pengaruh Earnings

Powers dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

earnings power dan ukuran perusahaan. Populasi dan sampel yang

digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015. Sampel penelitian

ditentukan dengan metode purposive sampling sehingga diperoleh

54 perusahaan. Penelitian menggunakan analisis regresi data panel.

Hasil dari penelitian ini adalah earnings power berpengaruh positif

64
signifikan terhadap manajemen laba dan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Judul Objek
Alat Hasil
No Penelitian Penelitia Variabel
Analisis Penelitian
dan Peneliti n

1. “Pengaruh Perusahaa Variabel OLS VariabelNPM


Kompensasi, n Go Dependen (ordinary sebagai
Leverage, Public di : least proyeksi
Ukuran BEI Manajeme squares)
earning
Perusahaan n Laba
dan Earning power dan
Power Variabel variabel DTA
Terhadap Independ sebagai
Manajemen en: proxy
Laba”---Santi Kompensas leverage
Yuliana i, berpengaru
Sosiawan Leverage,
h positif
(2012) Ukuran
Perusahaa terhadap
n dan manajemen
Earning laba.
Power Sedangkan
(NPM) kompensasi
dan ukuran
perusahaan
tidak
berpengaru
h terhadap
manajemen
laba.

2. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Menunjukka


Diversifikasi n Dependen Regresi n bahwa
Geografis, Manufakt : Berganda variabel
Diversifikasi ur di BEI Manajeme yang
Industri, n Laba memiliki
Konsentrasi pengaruh
65
kepemilikan Variabel signifikan
Perusahaan, Independ terhadap
dan Masa en: manajemen
Pemerikatan Diversifikas laba adalah
Audit Terhadap i Geografis, diversifikasi
Manajemen Diversifikas geografis
Laba”---Dewi i Industri, dan masa
Fatmawati Konsentras perikatan
(2013) i audit.
kepemilika Sedangkan
n variabel
Perusahaa diversifikasi
n, dan industri dan
Masa konsentrasi
Pemerikata kepemilikan
n Audit perusahaan
tidak
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
manajemen
laba.

3. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Menunjukka


Arus Kas n Dependen Regresi n bahwa
Bebas, Ukuran Perbanka : Berganda arus kas
Perusahaan, n di BEI Manajeme bebas dan
Ukuran Kantor n Laba masa kerja
Akuntan audit tidak
Publik, Masa Variabel berpengaru
Perikatan Independ h terhadap
Audit, dan en: manajemen
Piutang Tidak Arus Kas laba,
Tertagih Bebas, Sedangkan
Terhadap Ukuran ukuran
Manajemen Perusahaa perusahaan,
Laba”--- n, Ukuran ukuranperus
Muhlisin Kantor ahaan
(2014) Akuntan akuntan
Publik, publik dan
Masa pengaruh
Perikatan buruk
Audit, dan terhadap

66
Piutang manajemen
Tidak laba.
Tertagih

4. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Hasil


Diversifikasi n Dependen Regresi penelitian
Operasi, Manufakt : Berganda menunjukka
Diversifikasi ur Sektor Manajeme n bahwa
Geografis, dan Consumer n Laba diversifikasi
Ukuran Goods operasi
Perusahaan Industry Variabel berpengaru
terhadap Independ h signifikan
Manajemen en: terhadap
Laba”---Arief Diversifikas manajemen
Darmawan i Operasi, laba,
(2015) Diversifikas diversifikasi
i Geografis, geografis
dan Ukuran tidak
Perusahaa berpengaru
n. h signifikan
terhadap
manajemen
laba, ukuran
perusahaan
berpengaru
h signifikan
terhadap
manajemen
laba.

5. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Menunjukka


Kompensasi n Dependen Regresi n bahwa
Kepemilikan manufakt : Berganda kepemilikan
Manajerial, ur di BEI Manajeme manajerial
Diversifikasi n Laba dan
Perusahaan, diversifikasi
dan Ukuran Variabel perusahaan
KAP Terhadap Independ berpengaru
Manajemen en: h secara
Laba”---Satria Kompensas signifikan
Nugroho i terhadap
(2015) Kepemilika manajemen
n laba,
Manajerial, sedangkan
Diversifikas kompensasi
67
i dan ukuran
Perusahaa KAP tidak
n, dan berpengaru
Ukuran KAP h terhadap
manajemen
laba.

6. “Pengaruh Perusahaa Variabel Regresi Menjelaskan


Arus Kas n Dependen Linier bahwa arus
Bebas Manufakt : Nilai Sederhan kas bebas
Terhadap Nilai ur Sektor perusahaa a, Regresi berpengaru
Perusahaan Industri n Linier h negatif
Dimediasi Barang Berganda terhadap
Manajemen konsumsi Variabel dan Path manajemen
Laba”---Victor di BEI Independ Analysis laba,
Aquino en: manajemen
Harijanto dan Arus Kas laba
Titik Mildawati Bebas berpengaru
(2015) h positif
Variabel terhadap
Interveni nilai
ng: perusahaan,
Manajeme dan arus kas
n Laba bebas
berpengaru
h positif
terhadap
nilai
perusahaan,
serta
manajemen
laba tidak
memediasi
hubungan
arus kas
bebas
terhadap
nilai
perusahaan
karena
pengaruh
langsung
lebih besar
daripada
pengaruh

68
tidak
langsung.

7. “Pengaruh PT. Variabel Analisis Hasil


Earnings Tigaraksa Dependen Korelasi penelitian
Power Satria Tbk : Pearson bahwa
Dampaknya Manajeme earnings
Terhadap n Laba power
Praktik perusahaan
Manajemen Variabel berpengaru
Laba”--- Independ h terhadap
Affandi en: praktik
Satryatama Earnings manajemen
(2015) Power laba
8. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Hasil
Diversifikasi n Dependen Regresi penelitian
Industri, Manufakt : Linier menunjukka
Geografis, dan ur di BEI Manajeme berganda n bahwa
Mekanisme n Laba kepemilikan
Corporate institusional,
Governance manajerial
Terhadap Variabel kepemilikan,
Manajemen Independ dan satu
Laba”--- Okky en: variabel
Widya diversifikas kontrol yaitu
Arintasari i industri, profitabilitas
(2015) diversifikas berpengaru
i geografis, h signifikan
kepemilika dalam
n manajemen
institusiona laba
l, Sementara,
kepemilika diversifikasi
n industri dan
manajerial, geografis,
proporsi proporsi
dewan komisaris
komisaris independen,
independe independen
n, si komite
independe audit, dan
nsi komite Variabel
audit kontrol
lainnya
Variabel yaitu
Kontrol : leverage
69
profitabilita tidak
s dan berpengaru
leverage h signifikan
terhadap
manajemen
laba.
Implikasi
penelitian
ini
menunjukka
n bahwa
diversifikasi
industri,
diversifikasi
geografis,
dan
mekanisme
tata kelola
perusahaan
kurang
berpengaru
h pada
praktik
manajemen
laba.

9. “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Hasil pada


Diversifikasi n Dependen Regresi penelitian
Perusahaan Manufakt : Data ini
Terhadap ur di BEI Manajeme panel membuktika
Manajemen n Laba Model n bahwa
Laba”--- Random diversifikasi
Inganto Br Effect geografis,
Karo, dkk Variabel diversifikasi
(2016) Independ produk dan
en: diversifikasi
Diversifikas gabungan
i Geografis, geografis
Diversifikas dan produk
i produk, tidak
diversifikas berpengaru
i gabungan h signifikan
geografis terhadap
dan produk manajemen
laba
10 “Pengaruh PT. Variabel Analisis Terdapatnya
70
. Earning Power Risnawan Dependen Regresi hubungan
Terhadap Pertama : Earning Linier yang
Earning Bersinar Manageme signifikan
Management”- nt dan positif
--Sarjito,dkk antara
(2016) Variabel kedua
Independ variabel.
en:
Earning
Power
(ROA)
11 “Manajemen Perusahaa Variabel Regresi Menunjukka
Laba: Strategi n Sektor Dependen Data n bahwa
. Diversifikasi Properti : Panel free cash
dan Free Cash dan real Manajeme flow,
Flow”--- Estate n Laba diversifikasi
Gautamanirva operasi dan
na,dkk (2016) Variabel diversifikasi
Independ geografi
en: berpengaru
Diversifikas h secara
i Geografis, simultan
Diversifikas terhadap
i Operasi manajemen
dan Free laba. Dan
Cash Flow secara
parsial free
cash flow,
diversifikasi
operasi dan
diversifikasi
geografi
berpengaru
h signifikan
terhadap
manajemen
laba kearah
yang positif.
12 “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Secara
Faktor n pada Dependen Regresi simultan
. Keuangan indeks : Linier earning
Terhadap kompas Manajeme Berganda
powerdenga
Manajemen 100 di BEI n Laba
Laba dengan n proyeksi
Corporate ROA,
Governance Variabel leverage

71
Sebagai Independ dan ukuran
Variabel en: perusahaan
Moderasi”--- earning bepengaruh
Rice (2016) power
signifikan
(ROA),
leverage, terhadap
dan ukuran tindakan
perusahaa manajemen
n laba.
Sedangkan
secara
Variabel
parsial
Moderasi:
Kepemilika leverage
n dan ukuran
Institusiona perusahaan
l berpengaru
h negatif
signifikan
terhadap
tindakan
manajemen
laba.
Sedangkan
earning
power tidak
berpengaru
h signifikan
terhadap
tindakan
manajemen
laba.
Disamping
itu variabel
kepemilikan
institusional
dapat
dijadikan
sebagai
variabel
moderasi
yang

72
bersifat
memperlem
ah
hubungan
antara
variabel
dependen
dan variabel
independen
nya.

13 “Good Perusahaa Variabel Regresi Diketahui


Corporate n yang Dependen Linier bahwa
. Governance terdaftar : Berganda diversifikasi
sebagai di BEI Manajeme dan operasi
Pemoderasi n Laba Moderate tidak
Pengaruh d mempengar
Diversifikasi Variabel Regressio uhi
Operasi dan Independ n Analysis manajemen
Diversifikasi en: laba,
Geografis Diversifikas sedangkan
pada i Operasi diversifikasi
Manajemen dan geografis
Laba”---Ni Luh Diversifikas berpengaru
Kusumayani i Geografis h positif
dan Dewa terhadap
Gede Nirwana Variabel manajemen
(2016) Moderasi: laba.
Good Penelitian ini
Corporate juga
Governanc menemukan
e bahwa GCG
tidak
memoderasi
pengaruh
diversifikasi
operasi
pada
manajemen
laba, namun
memperlem
ah pengaruh
diversifikasi
geografis
73
pada
manajemen
laba.

14 “Dampak Perusahaa Variabel Analisis Ditemukan


Surplus Free n Dependen Partial bahwa
. Cash Flow Manufakt : Least surplus free
terhadap ur di BEI Manajeme Square cash flow
Manajemen n Laba (PLS) berpengaru
Laba Peran h positif
Good Variabel signifikan
Corporate Independ terhadap
Governance en: Free manajemen
dan Struktur Cash Flow laba.
Kepemilikan Sementara
sebagai Variabel itu
Variabel Moderasi: kepemilikan
Moderasi”--- Kualitas institusional
Aliya Gista Audit, terbukti
Makrifat Komite dapat
(2016) Audit, mengurangi
Kepemilika dampak
n positif
Manajerial surplus free
dan cash flow
Kepemilika terhadap
n manajemen
Institusiona laba.
l Variabel
kepemilikan
manajerial
berpengaru
h positif
signifikan
terhadap
hubungan
antara
surplus free
cash flow
dengan
manajemen
laba.
Sementara
variabel
kualitas
audit dan

74
komite audit
independen
tidak
berpengaru
h signifikan
terhadap
hubungan
antara
surplus free
cash flow
dengan
manajemen
laba.
15 “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Membuktika
Arus Kas n Dependen Regresi n bahwa
. Bebas, Capital Perbanka : Linier arus kas
Adequacy n di BEI Manajeme Berganda bebas
Ratio, dan n Laba berpengaru
Good h negatif
Corporate Variabel pada
Governance Independ manajemen
Terhadap en: Arus laba.
Manajemen Kas Bebas, Sebaliknya,
Laba”---Luh Capital capital
Made Dwi Adequacy adequacy
Parama Yogi Ratio, ratio
dan I Gusti Ayu Dewan berpengaru
Eka Komisaris h positif
Damayanthi Independe pada
(2016) n, Komite manajemen
Audit, laba. Dan
Kepemilika good
n Corporate
Manajerial, Governance
dan yang
Kepemilika diproksi
n dengan
Institusiona dewan
l komisaris
independen,
komite
audit,
kepemilikan
manajerial
dan
kepemilikan

75
institusional
tidak
berpengaru
h pada
manajemen
laba.

16 “Pengaruh Perusahaa Variabel Regresi Menunjukka


Earning Power, n Dependen Linier n dewan
. Komisaris Manufakt : Berganda direksi dan
Independen, ur di BEI Manajeme ukuran
Dewan Direksi, n laba perusahaan
Komite Audit, berpengaru
dan Ukuran Variabel h terhadap
Perusahaan Independ manajemen
Terhadap en: laba pada
Manajemen Earning perusahaan
Laba”---Clarisa Power manufaktur.
Taco dan (ROA), Sedangkan
Ventje Ilat Komisaris Earning
(2016) Independe Power
n, Dewan (ROA),
Direksi, Komisaris
Komite Independen
Audit, dan dan Komite
Ukuran Audit tidak
Perusahaa berpengaru
n h terhadap
Manajemen
Laba pada
perusahaan
manufaktur.
17 “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Menunjukka
Free Cash n Dependen Regresi n bahwa
. Flow, Manufakt : Berganda profitabilitas
Leverage, ur di BEI Manajeme mempunyai
Likuiditas, n Laba pengaruh
Profitabilitas, terhadap
dan Ukuran Variabel manajemen
Perusahaan Independ laba.
Terhadap en: Sedangkan
Manajemen Free Cash free cash
Laba”--- Flow, flow,
Winingsih Leverage, leverage,
(2017) Likuiditas, likuiditas,
Profitabilita danukuran
76
s, dan perusahaan
Ukuran tidak
Perusahaa mempunyai
n pengaruh
terhadap
manajemen
laba.

18 “Pengaruh Perusahaa Variabel Analisis Earnings


Earnings n Dependen Regresi power
. Powers dan Manufakt : Data dengan
Ukuran ur di BEI Manajeme Panel proyeksi
Perusahaan n Laba NPM
Terhadap berpengaru
Manajemen Variabel h positif
Laba”--- Independ signifikan
Khairatul en: terhadap
Insani (2017) Earnings manajemen
Powers laba dan
(NPM) dan ukuran
Ukuran perusahaan
Perusahaa berpengaru
n h negatif
tidak
signifikan
terhadap
manajemen
laba.

Sumber : Berbagai Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dapat dikategorikan replikasi dari penelitian

yang dilakukan oleh Gautamanirvana,dkk (2016) dengan beberapa

perubahan dan penambahan variabel. Persamaan penelitian yaitu

menggunakan manajemen laba sebagai variabel dependen serta

penggunaan strategi diversifikasi meliputi diversifikasi operasi,

diversifikasi geografis dan variabel free cash flow sebagai variabel


77
independen. Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah :

1. Tahun penelitian pada penelitian ini adalah 2012–2016.

Sedangkan penelitian terdahulu menggunakan periode

penelitian tahun 2011–2014.


2. Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti terdahulu

adalah perusahaan property dan real estate, sedangkan

pada penelitian ini menggunakan perusahaan

pertambangan sebagai objek penelitian. Perusahaan

sektor pertambangan dipilih karena merupakan salah satu

sektor yang memberikan sumbangsih besar bagi indonesia

mulai dari peningkatan ekspor, pembangunan daerah,

peningkatan aktivitas ekonomi, pembukaan lapangan kerja

dan sumber pemasukan terhadap anggaraan pusat serta

anggaran daerah (Anastasia, 2014). Penelitian ini

menambah variabel independen yaitu earning power yang

dihitung dengan Net Profit Margin.


3. Sebagai variabel tambahan earning power dipilih peneliti

karena diyakini memiliki pengaruh terhadap terjadinya

praktik manajemen laba. Kekuatan laba menjadi kunci

kesuksesan perusahaan. Earning Power dapat

dimanfaatkan pihak intern untuk menyusun target,

budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi

perusahaan dan dasar pengambilan keputusan yang

78
digunakan untuk kepentingan perusahaan ataupun

manajer perusahaan serta bertujuan untuk menarik pihak-

pihak luar perusahaan.


4. Penelitian sebelumnya menghitung manajemen laba

dengan abnormal working capital sedangkan pada

penelitian ini menggunakan perhitungan discretionary

accrual pada perhitungan manajemen laba. Discretionary

accrual disini berupa perhitungan selisih antara total

akrual yang dibandingkan dengan total aset periode

sebelumnya dengan nilai nondiscretionary accrual nya.


5. Alat analisis yang digunakan juga berbeda, penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda sedangkan

pada penelitian sebelumnya menggunakan analisis regresi

data panel.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Annual report adalah informasi yang digunakan untuk semua

pihak baik pihak internal atau eksternal perusahaan. Dari annual

report gambaran tentang perusahaan dapat diketahui secara rinci

dan detail selama periode akuntansi (satu tahun), sehingga setiap

perusahaan menginginkan mempunyai laporan keuangan yang

bagus dan sehat. Namun kenyataannya tidak semua proses

kegiatan yang dialami perusahaan berjalan lancar, ada kalanya

perusahaan harus mencari cara agar annual report tetap terlihat

bagus walaupun kenyataanya tidak menunjukkan kondisi yang

79
sebenarnya. Tidak hanya hasil akhir pada pos laba rugi saja yang

menjadi tujuan melainkan setiap pos yang terdapat pada akun-akun

laporan keuangan serta pada penjelasan awal mengenai struktur

organisasi dan rincian-rincian lain juga menjadi perhatian. Tindakan

tersebut yang menyebabkan terjadinya manajemen laba. Sifat dari

manajemen laba pada penelitian ini untuk memberikan pengaruh

yang positif bagi manajemen dan perusahaan. Hal tersebut yang

membuat praktik manajemen laba sering dilakukan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komponen yang

dapat mempengaruhi manajemen laba. Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah strategi diversifikasi yang

terdiri dari diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis, variabel

independen lain yang digunakan adalah free cash flow dan earning

power. Berdasarkan uraian tersebut kerangka pemikiran pada

penelitian ini adalah :

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran teoritis
DIVERSIFIKASI OPERASI
H1

DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS H2
MANAJEMEN
LABA
H3
FREE CASH FLOW 80
H4

EARNING POWER H5
Sumber : Sosiawan (2012), Fatmawati (2013), Muhlisin (2014),
Darmawan (2015), Satria (2015), Ni Luh dan Dewa (2015),
Victor(2015), Arintasari dan Rohman (2015), Satyatama
(2015), Inganto Br Karo, dkk (2015), Sarjito,dkk (2016),
Gautamanirvana (2016), Rice (2016), Aliya (2016), Dwi dan
Ayu (2016), Clarisa dan Ventje (2016), Winingsih (2017),
dan Khairatul (2017).

2.4. Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Diversifikasi Operasi terhadap Manajemen


Laba

Diversifikasi operasi merupakan perluasan pada segmen-

segmen produk atau usaha. Dengan banyaknya segmen usaha yang

ada pada perusahaan atau dengan dilakukannya pengembangan

dengan strategi diversifikasi operasi ini juga membuka peluang bagi

manajer untuk melakukan praktik manajemen laba. Karena

banyaknya segmen yang dimiliki perusahaan membuat manajer

lebih leluasa mengolah laporan keuangan yang dihasilkan tanpa

diketahui oleh pemilik dan pihak eksternal lainnya seperti investor

dan kreditur. Manajer mengolah laporan keuangan dengan cara

81
menaikkan laba atau menurunkan laba melalui teknik-teknik

manajemen laba seperti mengubah periode akuntansi, memainkan

kebijakan akuntansi dan menggeser biaya atau pendapatan demi

memaksimalkan keuntungan perusahaan bahkan untuk

memaksimalkan kepentingan pribadinya.

Hal tersebut akan menyulitkan investor, calon investor,

pemilik perusahaan, dan orang-orang diluar manajemen

perusahaan untuk menilai benar atau tidaknya laporan keuangan.

Sehingga pemilik perusahaan dan pihak eksternal akan langsung

saja percaya pada informasi-informasi dari laporan keuangan dan

memudahkan manajer untuk mengelabuhi pemilik dan pihak

eksternal demi menguntungkan perusahaan dengan cara mencari

tambahan dana melaui investor dan kreditur bahkan untuk

kepentingan pribadinya seperti pemberian reward bagi manajer dari

pemilik perusahan atas keberhasilan kinerjanya jika manajer

menaikkan laba perusahaan. Terkadang menurunkan laba juga

dilakukan manajer agar tidak mengeluarkan deviden terlalu tinggi

untuk pemengang saham. Hal itu terjadi jika suatu perusahaan

dirasa sudah cukup banyak yang menanam saham diperusahaan

dan untuk menghindari pengeluaran kas perusahaan yang terlalu

besar..

Menurut penelitian Darmawan (2015) diversifikasi operasi

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian


82
tersebut sejalan dengan Nugroho (2015) yang memiliki pendapat

yang sama bahwa diversifikasi perusahaan berpengaruh secara

signifikan terhadap manajemen laba termasuk didalamnya

diversivikasi operasi. Penelitian lain yang mendukung persepsi

bahwa diversifikasi operasi memiliki hubungan terhadap

manajemen laba adalah penelitian Gautamanirvana,dkk (2016)

yang menunjukkan bahwa diversifikasi operasi secara parsial

berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dari uraian di atas dapat diajukan hipotesis berikut:

H1 =Diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba

2.4.2 Pengaruh Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen


Laba

Penyebaran aset perusahaan yang meluas pada lingkup

geografisnya menyebabkan struktur organisasi perusahaan menjadi

lebih kompleks dan transparan sehingga menambah pula tingkat

asimetri informasi antara petinggi perusahaan dengan pihak luar

manajemen perusahaan. Adanya perluasan wilayah usaha

perusahaan yang lebih tinggi memiliki hubungan positif terhadap

terjadinya praktik manajemen laba yang cenderung tinggi.

Jangkauan perusahaan yang luas akan menyulitkan pihak luar

organisasi perusahaan untuk meninjau dan melihat proses

83
perusahaan secara langsung karena terpaut wilayah yang tidak

dapat sewaktu-waktu dijangkau. Hal tersebut menjadikan para

petinggi organisasi perusahaan (manajer) untuk melakukan praktik

manajemen laba dengan mengolah laporan-laporan hasil transaksi

selama periode akuntansi menjadi terlihat lebih cantik dengan

tujuan membuat laporan laba perusahaan lebih tinggi sehingga

dapat menarik pihak luar dan pemilik perusahaan untuk

memberikan keuntungan-keuntungan baik bagi perusahaan atau

bagi kepentingan pribadinya.

Uraian tersebut mengungkapkan pengaruh hubungan antara

diversifikasi geografis terhadap manajemen laba sehingga sepakat

dengan penelitian Fatmawati (2013) yang mengatakan semakin

tinggi tingkat diversifikasi geografis perusahaan, maka semakin

tinggi pula manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil

penelitian Fatmawati (2013) sejalan dengan penelitian Nugroho

(2015) menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap manajemen laba adalah diversifikasi geografis.

Diversifikasi geografis berpengaruh secara parsial terhadap

manajemen laba diungkapakn pada penelitian Gautamanirvana,dkk

(2016) dan penelitian Kusumayani dan Nirwana (2015).

Dari uraian diatas dapat diajukan hipotesis berikut:

84
H2 = Diversifikasi geografis berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

2.4.3 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

Free cash flow dijadikan salah satu nilai untuk perusahaan,

jika free cash flow mengalami surplus menandakan bahwa

perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik karena dapat

mengkondisikan dan mengatur pengeluaran kas dengan baik.

Perusahaan yang memiliki free cash flow rendah cenderung

menaikkannya, langkah yang ditempuh untuk menaikkan free cash

flow salah satunya melalui praktik manajemen laba dengan

menggeser atau memajukan periode biaya atau beban dari

transaksi-transaksi yang terkait pada laporan arus kas terutama

pada kas operasi dan kas investasinya.

Tujuan perusahaan melakukan praktik manajemen laba yang

terkait pada free cash flow yaitu untuk dapat menarik investor agar

menanamkan sahamnya kepada perusahaan dan untuk menarik

kreditur agar meminjamkan dana bagi perusahaan ketika

perusahaan membutuhkan dana untuk mengembangkan usahanya.

Investor menyukai free cash flow perusahaan yang memiliki nilai

nominal tinggi karena diharapkan dengan free cash flow yang tinggi

pembagian deviden untuk investor akan besar. Selain investor,

kreditur juga akan melihat besarnya free cash flow yang dihasilkan

85
ketika memutuskan untuk meminjamkan dana bagi perusahaan

sehingga menilai bahwa perusahaan tersebut mampu untuk

mengembalikan pinjaman kepada kreditur jika memiliki free cash

flow yang tinggi.

Dari penjelasan diatas maka terdapat hubungan antara free

cash flow dan manajemen laba. Hal tersebut didukung oleh

penelitian Yogi dan Damayanthi (2016) menjelaskan bahwa arus kas

bebas (free cash flow) berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba. Penelitian lain yang mendukung adanya pengaruh antara free

cash flow dengan manajemen laba ditunjukkan oleh

Gautamanirvana,dkk (2016) bahwa secara parsial free cash flow

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba serta Makrifat

(2016) dengan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa free cash

flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dan

mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba.

Dari uraian diatas dapat diajukan hipotesis berikut:

H3 =Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba

2.4.4 Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba

Jika ingin memperoleh tambahan dana baik untuk investasi

dan kredit setidaknya perusahaan harus memiliki perkiraan dalam

86
mendatangkan keuntungan (earning power) yang bagus di masa

yang akan datang. Tingkat earning power dijadikan patokan dalam

pengambilan keputusan sehingga dapat menarik minat investor dan

kreditur. Perkiraan naik atau turunnya pertumbuhan perusahaan

dapat dinilai dengan membandingkan tingkat earning power saat ini

dengan tahun sebelumnya. Praktik manajemen laba untuk

membuat laba atau pendapatan bagus akan dilakukan manajer jika

tingkat earning power tidak sesuai yang diharapkan perusahaan

karena tingkat besarnya earning power salah satunya diukur

dengan membandingkan laba perusahaan dan pendapatannya.

Hubungan positif antara earning power dan manajemen laba

menjadikan praktik manajemen laba dianggap perlu bagi

perusahaan untuk melindungi perusahaan dari kondisi yang tidak

memungkinkan, sehingga selalu memperlihatkan tingkat earning

power yang bagus dan kuat.

Sosiawan (2012) dalam penelitiannya juga menunjukkan

adanya pengaruh dari earning power terhadap manajemen laba.

Penelitian tersebut juga sependapat dengan Insani (2017) dan

Satryatama (2015) yang menyatakan bahwa earning power

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Dari uraian diatas dapat diajukan hipotesis berikut:

87
H4 =Earning power berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba

2.4.5 Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis,

Free Cash Flow, dan Earning Power Secara Simultan

Terhadap Manajemen Laba

Pada penelitian-penelitian sebelumnya Sosiawan (2012),

Fatmawati (2013), Muhlisin (2014), Darmawan (2015), Satria (2015),

Ni Luh dan Dewa (2015), Victor(2015), Arintasari dan Rohman

(2015), Satryatama (2015), Anganto Br Karo, dkk (2015), Sarjito,dkk

(2016), Gautamanirvana (2016), Rice (2016), Aliya (2016), Dwi dan

Ayu (2016), Clarisa dan Ventje (2016), Winingsih (2017), dan

Khairatul (2017) telah diuji beberapa variabel independen terjadinya

manajemen laba, diantaranya dengan variabel independen earning

power, leverage, kompensasi, ukuran perusahaan, diversifikasi

operasi, diversifikasi geografis, masa pemerikatan audit,

konsentrasi kepemilikan perusahaan, arus kas bebas, masa kerja

audit, kepemilikan manajerial, ukuran KAP, Kepemilikan

institusional, kualitas audit, komite audit independen, capital

adequacy ratio, komisaris independen, dan likuiditas terhadap

manajemen laba. Dari penelitian-penelitian terhadap variabel

independen tersebut ditemukan hasil yang positif atau negatif

terhadap terjadinya manejemen laba.

88
Pada penelitian Sosiawan (2012) menghasilkan pengaruh

yang positif dari earning power terhadap manajemen laba dan

kompensasi, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Penelitian Kusumayani dan Nirwana (2016)

menghasilkan penelitian bahwa diversifikasi operasi tidak

mempengaruhi manajemen laba, sedangkan diversifikasi geografis

berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Gautamanirvana,

dkk (2016) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa free cash flow,

diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis berpengaruh

simultan terhadap manajemen laba. Sedangkan Makrifat (2016)

menunjukkan bahwa surplus free cash flow berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian ini menguji kembali dan mengekspektasi variabel

independen penelitian yang meliputi diversifikasi operasi,

diversifikasi geografis, free cash flow, dan earning power untuk

menunjukkan pengaruh terhadap terjadinya manajemen laba.

Masing-masing variabel mempunyai peran tersendiri untuk

mendukung pengaruh yang positif terhadap terjadinya praktik

manajemen laba dalam perusahaan.

Dari uraian pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen sebelumnya dapat diajukan pula

hipotesis berikut:

89
H5 = Diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash

flow dan earning power berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap manajemen laba.

90
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain metode kuantitaif. Penelitian

kuantitaif adalah penelitian yang berdasarkan pada angka-angka

atau pernyataan-pernyataan yang dinilai menggunakan analisis

statistik. Dalam setiap hasil penelitian kuantitaif memiliki sifat yang

induktif, objektif, dan secara ilmiah dapat diuji melalui variabel-

variabel sehingga dapat dijadikan sebuah hipotesis-hipotesis.

Berlandaskan pada teori-teori sebagai pedoman untuk penghubung

antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

suatu pembuktian dan pengembangan penelitian yang sudah ada

serta memperoleh penjelasan dari suatu teori dan hukum-hukum

realitas. Hasil yang diperoleh juga berupa hipotesis yang

menyatakan berpengaruh atau tidak berpengaruhnya antara

variabel-variabel yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekumpulan data yang menjadi objek

penelitian sedangkan sampel adalah bagian dari suatu populasi

yang ingin diteliti berdasarkan kriteria dan karakter serta sifat-sifat

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

91
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada periode 2012-2016. Pemilihan sampel

dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan

sampel secara acak berdasarkan kriteria-kriteria yang dibutuhkan

dalam penelitian.

Kriteria-kriteria yang diambil untuk sampel penelitian antara lain:

1. Sampel diambil dari perusahaan-perusahaan sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2012 sampai dengan 2016.


2. Perusahaan sektor pertambangan yang menyajikan

laporan keuangan lengkap dalam mata uang dollar

Amerika Serikat (US Dollar) dan laporan keuangan berakhir

pada 31 Desember. Mata uang dollar Amerika Serikat (US

Dollar) dipilih karena lebih banyak laporan keuangan dari

perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang

membuat laporan keuangannya dalam mata uang dollar

dibanding dengan laporan keuangan bermata uang rupiah.


3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan auditan

dan komponen-komponen yang diperlukan penelitian.


4. Perusahaan sektor pertambangan yang melaporkan

laporan segmen operasi dalam laporan keuangan yang

diterbitkan selama 2012 sampai dengan 2016.

92
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh strategi

diversifikasi, free cash flow dan earning power terhadap manajemen

laba. Pada penelitian terdapat dua variabel yang digunakan yaitu

variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen

adalah variabel yang bersifat dapat menjadi pengaruh terhadap

variabel dependen. Variabel independen yang digunakan pada

penelitian ini adalah strategi diversifikasi yang meliputi diversifikasi

operasi, diversifikasi geografis, kemudian variabel independen lain

yang digunakan yaitu free cash flow dan earning power. Sedangkan

variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba.

3.3.1 Variabel Dependen

3.3.1.1 Manajemen Laba

Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai cara yang

dilakukan manajemen untuk membuat laporan keuangan terlihat

sehat dan bagus sehingga dapat mengelabuhi pihak eksternal

dengan tujuan mencapai kepentingan perusahaan maupun

kepentingan pribadi seorang manajer. Untuk mengetahui besarnya

manajemen laba yang terjadi dalam perusahaan, peneliti

menggunakan perhitungan pendekatan discretionary accrual (DA)

berdasarkan modifikasi model jones (the modified model jones)

dengan perhitungannya.

93
Rumus perhitungan tersebut diterapkan kembali dalam

penelitian yang dilakukan oleh darmawan (2015) dan pratiwi (2016).

Secara konsep, discretionary accrual adalah akrual yang nilainya

ditentukan oleh kebijakan/diskresi manajemen. Akrual diskresioner

dianggap memiliki hubungan yang terpola dengan aspek-aspek lain

perusahaan, seperti akrual total, pendapatan, piutang, plant,

property, and equipment (PPE). Sehingga discretionary model jones

ini sangat cocok diterapkan untuk menghitung manajemen laba.

Perhitungan awal yang dilakukan dengan menghitung total akrual

terlebih dahulu kemudian mencari nondiscretionary accrual,

discretionary accrual didapati setelah total akrual dibagi total aset

kemudian hasil tersebut dikurangi nilai nondiscretionary accrual

nya.

Discretionary accrual secara empiris dapat menunjukkan nilai

nol, positif dan negatif. Jika bernilai positif maka perusahaan

menggunakan pola kenaikan manajemen laba (income

maximalization) semakin besar angka manajemen laba semakin

tinggi tingkat manajemen laba, sedangkan jika bernilai negatif

menunjukkan pola penurunan manajemen laba (income

minimization) yang bearti semakin kecil angka manajemen laba

semakin tinggi pula manajemen laba.

1. Menghitung Nilai Total akrual


TAit = NIit – CFOit
Keterangan :
94
TAit = Total akrual i pada periode t
NIit = Laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t
CFO = Arus kas operasi (cash flow operation) perusahaan i

periode t
2. Menetukan Nilai Parameter α1, α2, α3 dengan menggunakan

rumus Jones Model (1991)


TAit = α1+α2 ΔRevit + α3 PPEit + εit
Setelah itu membagi semua variabel rumus diatas dengan

aset tahun sebelumnya, sehingga menjadi :


TAit/At-1= α1(1/At-1)+ α2 (ΔRevit / At-1 ) + α3 (PPEit / At-1 ) +

εit
Keterangan :
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode t
At-1 = Total aset pada periode t-1
ΔRevit = Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1

ke tahun t
PPEit = Aset tetap perusahaan i (gross property, plant, and

equipment)
pada periode t

ε = Koefisien eror

α1,α2,α3= Koefisien regresi

3. Menghitung Nilai NDA


NDAit =α1(1/At-1) + α2 (ΔRevit / At-1 - ΔRecit / At-1) + α3

(PPEit / At-1 )

Keterangan :

ΔRECit= Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke

tahun t

NDAit = Nondiscretionary accruals perusahaan i pada tahun t


95
4. Menghitung nilai discretionary accrualsebagai indikator

manajemen laba akrual


DAit = (TAit /At-1) - NDAit
Keterangan :
DAit = Discretionary accrualperusahaan pada tahun t

3.3.2 Variabel Independen

3.3.2.1 Diversifikasi Operasi

Perusahaan dikatakan melakukan diversifikasi operasi dalam

pengembangan usahanya jika perusahaan tersebut memiliki lebih

dari satu segmen usaha diluar segmen usaha utama dan memiliki

tingkat resiko dan keuntungan yang berbeda diantara segmen-

segmen tersebut. Diversifikasi operasi dihitung menggunakan

rumus herfindahl index dengan didasarkan pada distribusi

penjualan masing-masing segmen bisnis dari suatu perusahaan

(Darmawan, 2015).

HERFit= Σ (SSale / Sales)2

Keterangan :

Ssale = Penjualan dari masing-masing segmen perusahaan i

pada tahun t

Sales = Penjualan total dari semua segmen perusahaan i

pada tahun t

96
Jika hasil perhitungan diatas sama dengan 1 maka

perusahaan tersebut bersegmen tunggal sedangkan jika kurang dari

1 perusahaan tersebut memiliki usaha lebih dari 1 segmen.

Semakin kecil nilai indeks semakin banyak tinggi nilai

diversifikasinya (Aryanti dan Walansedouw (2013) dan Darmawan

(2015)).

3.3.2.2 Diversifikasi Geografis

Perusahaan yang memiliki usaha di beberapa negara

merupakan perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi

geografis. Diversifikasi ini dapat dihitung dari banyaknya negara

yang menjadi wilayah operasi. Perusahaan yang hanya beroperasi

pada satu negara maka DIVGEO = 1, nominal DIVGEO didasarkan

pada jumlah negaranya.

3.3.2.3 Free Cash Flow

Arus kas bebas merupakan sisa kas yang benar-benar dimiliki

perusahaan setelah dikurangi keperluan biaya-biaya operasional

dan keperluan investasi yang tidak digunakan untuk modal kerja

dan investasi pada aset tetap. Free cash flow disini dihitung

dengan memproyeksikan arus kas operasi bersih dikurangi arus kas

investasi bersih dan kemudian dibagi total aset yang dimiliki

perusahaan pada periode akuntansi agar lebih sebanding dengan

perusahaan sampel (Yogi dan Dhamayanti (2016) dan Winingsih


97
(2017)). Rumus yang digunakan untuk menghitung variabel

independen ini sebagai berikut :

FCF = (Arus Kas Operasi Bersih – Arus Kas Investasi


Bersih)
Total Aktiva

Keterangan :

FCF = Free Cash Flow

Arus Kas Operasi Bersih = Arus kas sisa hasil operasi

Arus Kas Investasi Bersih = Arus kas sisa hasil investasi

Total Aktiva = Jumlah nilai aktiva yang dimiliki perusahaan

pada tahun t

3.3.2.4 Earning Power

Earning power mengacu pada tingkat laba perusahaan dalam

kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Earning power juga

dapat dijadikan acuan untuk perkiraan pencapaian perusahaan

dengan kaitannya rencana-rencana dan memperkirakan resiko

untuk suatu investasi dan lain-lain. Laba merupakan ukuran yang

paling andal dan relevan untuk tujuan penilaian. Earning power

yang kuat dapat mempengaruhi pihak eksternal dalam

memperkirakan keputusan-keputusan pada perusahaan.

Perhitungan earning power pada penelitian ini menggunakan rasio

98
net profit margin. Rumus yang digunakan sebagai berikut

(Sosiawan, 2012) :

NPMit = NIit / REVit

Keterangan :

NPMit = Net profit margin perusahaan i pada tahun t

NIit = laba bersih setelah pajak i pada tahun t

REVit = Total pendapatan perusahaan pada tahun t

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

N Variabel Definisi Indikator Skala


o. Pengukur
an

1. Manajeme Manajemen laba TAit = NIit – CFOit Skala Rasio


n Laba (Y) merupakan praktik
manipulasi laporan TAit/Ait-1 = a1 (1/Ait-1)
+ a2 (∆REVit/Ait-1) +
keuangan yang
a3 (PPEit/Ait-1) + εit
dilakukan manajer
atau pembuat NDAit = a1 (1/Ait-1) +
laporan keuangan a2 (∆REVit/Ait-1 -
untuk ∆RECit/Ait-1) + a3
mengkondisikan (PPEit/Ait-1) + εit
laporan keuangan
DAit = TAit/Ait-1 -
sedemikian rupa
NDAit
sehingga
memberikan
dampak yang positif
bagi para pelakunya.

2. Diversifika Diversifikasi HERFit = ∑ Skala Rasio


si Operasi merupakan Strategi (Ssale / Sales)2
(X1) perluasan usaha
melalui perluasan
99
segmen operasi atau
produk bisnis yang
tidak mempunyai
resiko dan imbalan
yang sama diantara
fungsi dan
tujuannya

3. Diversifika Diversifikasi Skala


Diversifikasi
si Geografis geografi nominal
Geografis merupakan dihitung
(X2) perluasan segmen dengan
usaha melalui bnyaknya
beberapa wilayah negara yang
menjadi
dengan klasifikasi
wilayah
operasi yang sama. operasi.
DIVOP =
jumlah
negara
4. Free Cash Free cash flow Skala Rasio
FCF = (Arus kas
Flow (X3) merupakan sisa kas operasi bersih –
yang benar-benar Arus kas Investasi
dimiliki perusahaan bersih) : Total
setelah dikurangi Aktiva
keperluan biaya-
biaya operasional
dan investasi yang
tidak digunakan
untuk modal kerja
dan investasi pada
aset tetap.

5. Earning Earning power Skala Rasio


NPMit = NIit -
Power (X4) merupakan REVit
kemampuan untuk
mengetahui efisiensi
perusahaan dengan
melihat besar
kecilnya dalam

100
menghasilkan laba.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang didapatkan dari pihak lain dan tidak secara

langsung didapatkan dari peneliti. Data-data yang diperoleh

umumnya merupakan data kepustakaan yang meliputi

diantaranya :

1. Penelitian Lapangan (Field Research), dalam hal ini peneliti

mendapatkan data dari hasil penelitian lapangan yang

berasal dari internet untuk mendownload laporan-laporan

keuangan dan annual report serta data perusahaan juga

didapatkan dari website Bursa Efek Indonesia yaitu

www.idx.co.id.
2. Penelitian Perpustakaan (Library Research), disini peneliti

melakukan penelitian dari literatur-literatur yang bersumber

dari pembahasan-pembahasan penelitian terkait sebelumnya

maupun penelitian pendukung yang disajikan dalam bentuk

jurnal, karya ilmiah, buku dan lain sebagainya.

3.5 Teknik Analisisis Data

3.5.1 Analisisis Statistik Deskriptif

101
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi

suatu data apakah normal atau tidak yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali (dalam

Darmawan, 2015)). Deskriptif merupakan suatu pengolahan data

dengan hasil berupa informasi atau penjelasan kepada orang yang

tidak langsung mengalaminya. Statistik deskriptif diharapkan juga

dapat memberikan penjelasan mengenai vaiabel diversifikasi

operasi, diversifikasi geografis, free cash flow, earning power dan

manajemen laba pada penelitian.

3.5.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotetis, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi sebagai

salah satu langkah melakukan analisa. Uji asumsi klasik merupakan

persyaratan awal sebelum dilakukannya pengujian terkait hipotesis

dari variabel yang akan di uji. Suatu model penelitian dikatakan baik

dan dapat digunakan untuk penelitian jika terlebih dahulu lolos uji

asumsi klasik.

3.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui populasi data

berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk


102
mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio. Karena

penelitian menggunakan pengukururan skala rasio maka uji

normalitas harus ditempuh. Terdapat dua pendekatan metode uji

normalitas yaitu metode parametik dan nonparametik. Analisis

metode parametrik berasal dari data berdistribusi normal dengan

syarat pernyataan normalitas harus terpenuhi. Jika data tidak

berdistribusi normal, maka metode alternatif yang bisa digunakan

adalah statistik non parametrik dengan melihat nilai pada

kolmogorov-smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal jika

signifikansi lebih besar dari 0,05.

3.5.2.2 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah keadaan dimana terjadi hubungan

linier yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel

independen dalam model regresi, digunakan untuk menunjukkan

ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam

model regresi. Model regresi yang memenuhi syarat penelitian jika

tidak terjadi adanya multikolinieritas. Uji multikolinearitas terdiri

dari beberapa metode diantaranya yang akan dilakukan untuk

penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF) hasil penelitian data yang diolah. Dapat dikatakan tidak

terjadi adanya multikolinieritas jika nilai tolerance dari masing-

masing variabel independen > 0,10 dan nilai variance inflation

factor (VIF) untuk variabel independen < 10.


103
3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu ke

pengamatan lainnya. Jika residual pengamatan satu ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas (Ghozali (dalam Darmawan, 2015). Ada

beberapa metode pengujian yang biasa digunakan uji

heteroskedastisitas salah satunya dilakukan menggunakan Uji

Glejser, yaitu dengan melihat nilai signifikansi pada masing-masing

variabel independennya. Nilai signifikansi variabel independen jika

kurang dari 0,05 maka pada model terjadi masalah

heteroskedastisitas dan sebaliknya jika nilainya lebih dari 0,05 maka

tidak terjadi heterokedastitas.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(sebelumnya) pada pengamatan dengan analisis regresi linier

berganda. Dikatakan lolos uji ini jika tidak adanya autokorelasi pada

model regresi. Metode pengujian ada atau tidaknya autokorelasi

menggunakan uji Dubin –Watson (uji DW) dengan syarat-syarat

sebagai berikut :

104
1. Jika d < dl atau > (4-dl), maka hipotesis tidak diterima

artinya terdapat autokorelasi

2. Jika du ≤ d ≤ (4-du), maka hipotesis diterima , yang artinya

tidak ada autokorelasi

3. Jika (4- dU) ≤ d ≤ 4 - dL , maka artinya tidak menghasilkan

kesimpulan yang pasti

3.5.3 Pengujian Hipotesis

Teknik analisis regresi linier berganda dipilih untuk digunakan

dalam pengujian hipotesis. Alat analisis ini digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel-variabel dari penelitian. Variabel

tersebut meliputi diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free

cash flow, earning power dan manajemen laba. Untuk menguji

hipotesis dilakukan uji t, uji F dan uji koefisien determinasi (R 2). Uji t

untuk menguji hipotesis antara satu variabel independen dengan

satu variabel dependen. Uji F untuk menguji hipotesis antara lebih

dari satu variabel independen terhadap satu variabel dependen.

Sedangkan uji koefisien determinasi (R2) untuk melihat persentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam

penelitian.

3.5.3.1 Persamaan Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variabel independen (X 1, X2,….Xn) dengan


105
variabel dependen (Y). Data yang digunakan biasanya berskala

interval atau rasio. Analis ini sangat penting karena bertujuan

mengetahui arah positif atau negatif hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dan untuk memprediksi nilai

dari variabel dependen ketika nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan. Langkah sebelum melakukan analisis

diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heterokedastisitas

dan Autokorelasi dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi

klasik.

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

ML = α + b1DIVOP + b2DIVGEO + b3FCF + b4EP+e

Keterangan :

ML = Manajemen Laba

α = konstanta

b1, b2, b3 = koefisien regresi

DIVOP= Diversifikasi Operasi

DIVGEO = Diversifikasi Geografi

FCF = Free cash flow

EP = Earning power

e = error

Nilai koefisien regresi merupakan dasar analisis yang sangat

penting. Koefisien b akan bernilai positif jika menunjukkan

hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel

106
dependen. Artinya kenaikan variabel independen akan

mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya

jika variabel independen mengalami penurunan. Adapun nilai b

akan bernilai negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan.

Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan

penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya (Thobarry,

2009).

3.5.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel

independen secara parsial secara nyata mampu berpengaruh atau

tidak terhadap variabel dependen. Derajat signifikansi yang

digunakan adalah 5%. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, nilai

t hitung dari masing‐masing koefisien regresi kemudian

dibandingkan dengan nilai t tabel. Jika t‐hitung > t‐tabel atau

probabilitas < α = 5% berarti bahwa masing‐masing variabel

independen berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen

dan atau sebaliknya.

3.5.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel

diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash flow, dan

earning power secara bersama-sama secara simultan berpengaruh


107
signifikan terhadap manajemen laba. Selain itu uji F juga digunakan

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model regresi dalam

memprediksi variabel dependennya. Derajat kepercayaan yang

digunakan yaitu 5%. Jika nilai F hasil dari perhitungan lebih besar

dari nilai F tabel maka hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa

semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (Gunjarati, 2001).

Berikut dasar pengambilan keputusan pada Uji F,

diantaranya :

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 atau F hitung < F tabel bearti

hipotesis tidak terbukti maka H0 diterima dan Ha ditolak bila

dilakukan secara simultan.


b. Jika nilai signifikansi < 0,05 atau F hitung > F tabel bearti

hipotesis terbukti maka H0 ditolak dan Ha diterima bila

dilakukan secara simultan.

3.5.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk memprediksi

besar kecilnya kontribusi pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen, dengan ketentuan uji F dalam analisis

regresi menunjukkan nilai signifikan. Jika tidak signifikan nilai uji F

tidak bisa digunakan untuk memprediksi kontribusi pengaruh antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

108
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Deskripsi Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian menggunakan populasi

perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia selama periode 2012-2016 sebanyak 41 perusahaan.

Sektor pertambangan terdiri dari empat sub sektor yang meliputi

sektor batubara, sektor minyak dan gas bumi, sektor logam dan

mineral lainnya dan sektor batu-batuan. Sampel untuk penelitian

diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Perusahaan-perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai dengan 2016.


2. Perusahaan menyajikan laporan keuangan dalam dollar

Amerika Serikat (US Dollar) dan laporan keuangan berakhir

pada 31 Desember.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit

dan menyajikan komponen-komponen yang diperlukan dalam

penelitian.
4. Perusahaan yang menyajikan laporan segmen operasi dalam

laporan keuangan yang diterbitkan selama 2012 sampai

dengan 2016.

109
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas maka dihasilkan 14

perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel untuk

selanjutnya digunakan sebagai sumber data penelitian. Proses

pemilihan sampel disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel

No. Kriteria Sampel Jumla


h

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada 41


tahun 2012 sampai dengan 2016.

2. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan (9)


dalam mata uang dollar Amerika Serikat (US Dollar)
dan periode laporan berakhir pada 31 Desember.

3. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan (9)


audit dan komponen-komponen yang di perlukan
selama periode 2012 sampai dengan 2016.

4. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan segmen (7)


operasi dalam laporan keuangan yang diterbitkan
selama periode 2012 sampai dengan 2016.

Jumlah sampel yang digunakan


16

Jumlah amatan penelitian (2012-2016)


80

Data outlier dan cochrane orcutt


(10)

Jumlah data Sampel


70

Sumber : Data sekunder yang diolah

110
Dari tabel 4.1 diatas diketahui sampel penelitian berjumlah 14

perusahaan sehingga jika di kalikan lamanya waktu periode

penelitian dihasilkan 70 data sampel. Daftar perusahaan sektor

pertambangan yang digunakan untuk sampel disajikan pada tabel

4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1. ADRO PT. Adaro Energi Tbk

2. ANTM PT. Aneka Tambang Tbk

3. GEMS PT. Golden Energy Mines Tbk

4. BYAN PT. BYAN Resource Tbk

5. ELSA PT. El Nusa Tbk

6. HRUM PT. Harum Energy

7. ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk

8. KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk

9. MEDC PT. Medco Energy Internasional Tbk

10. PKPK PT. Perdana Karya Perkasa Tbk

11. PTBA PT. Bukit Asam Tbk

12. PTRO PT. Petrosea Tbk

111
13. BUMI PT. Bumi Resource Tbk

14. TINS PT. Timah Tbk

4.2Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif disajikan untuk menjelaskan informasi

karakteristik varibael penelitian yang meliputi informasi mengenai

nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, dan standar

deviasi. Pada tabel 4.3 berikut ini disajikan pengujian analisis

statistik deskriptif mengenai pengaruh diversifikasi operasi,

diversifikasi geografi, free cash flow, dan earning power terhadap

manajemen laba.

Tabel 4.3
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Manajemen Laba 70 -.280 .217 -.03289 .092192
Diversifikasi
70 .001 .998 .65158 .351501
Operasi
Diversifikasi
70 1.0 3.0 1.343 .7200
Geografis
Free Cash Flow 70 -.046 .387 .14566 .104151
Earning Power 70 -.372 .325 .04067 .125413
Valid N (listwise) 70
Sumber : ouput SPSS 16

112
Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.3 di atas menunjukkan

penjelasan sebagai berikut :

Jumlah pengamatan variabel manajemen laba adalah 70

pengamatan yang didapatkan dari 14 perusahaan menunjukkan

informasi bahwa nilai rata-rata (mean) adalah -0,03289, nilai

terendah (minimum) adalah -0,280 dan nilai tertinggi (maksimum)

adalah 0,217 dengan standar deviasi sebesar 0,092192.

Jumlah pengamatan variabel diversifikasi operasi adalah 70

pengamatan yang didapatkan dari 14 perusahaan menunjukkan

informasi bahwa nilai rata-rata (mean) adalah 0,65158, nilai

terendah (minimum) adalah 0,001 dan nilai tertinggi (maksimum)

adalah 0,998, dengan standar deviasi sebesar 0,351501.

Jumlah pengamatan variabel diversifikasi geografis adalah 70

pengamatan yang didapatkan dari 14 perusahaan menunjukkan

informasi bahwa nilai rata-rata (mean) adalah 1,343, nilai terendah

(minimum) adalah 1 dan nilai tertinggi (maksimum) adalah 3,

dengan standar deviasi sebesar 0,7200.

Jumlah pengamatan variabel free cash flow adalah 70

pengamatan yang didapatkan dari 14 perusahaan menunjukkan

informasi bahwa nilai rata-rata (mean) adalah 0,14566, nilai

terendah (minimum) adalah -0,046 dan nilai tertinggi (maksimum)

adalah 0,387, dengan standar deviasi sebesar 0,104151.

113
Jumlah pengamatan variabel earning power adalah 70

pengamatan yang didapatkan dari 14 perusahaan menunjukkan

informasi bahwa nilai rata-rata (mean) adalah 0,04067, nilai

terendah (minimum) adalah -0,372 dan nilai tertinggi (maksimum)

adalah 0,325, dengan standar deviasi sebesar 0,125413.

4.3 Pengujian dan Analisis Data

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum pengujian hipotesis dan uji regresi linier berganda,

langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan uji asumsi

klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari empat uji diantaranya uji

normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas dan uji

autokorelasi. Semua uji asumsi klasik dan analisis regresi linier

berganda menggunakan program komputer SPSS for windows versi

16.0. Uji asumsi klasik dilakukan agar mendapatkan estimasi terbaik

dengan syarat semua variabel harus lolos kriteria uji asumsi klasik

sehingga dapat melanjutkan ke uji-uji berikutnya.

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi variabel dependen dan variabel independen

keduanya berdistribusi normal atau tidak. Dapat dikatakan model

regresi baik jika berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan

dengan berbagai cara salah satunya dengan menggunakan uji

statistik non parametik Kolmogorov Smirnov (K-S). Distribusi data


114
dinyatakan normal jika nilai signifikansi pada uji ini lebih besar dari

0,05. Sebaliknya jika nilai signifikansinya kurang dari 0,05 maka

data tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.4
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 70
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .06216473
Most Extreme Absolute .096
Differences Positive .096
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .805
Asymp. Sig. (2-tailed) .536
a. Test distribution is Normal.

Sumber : Output spss 16

Hasil pengujian pada uji Kolmogorov Smirnov terlihat bahwa

variable-variabel penelitian memiliki nilai signifikansi uji lebih besar

dari 0,05 yaitu 0,536. Hal ini menunjukkan bahwa data yang

digunakan pada penelitian ini berdistribusi normal.

115
4.3.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada atau

tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam model

regresi. Uji multikolinieritas dapat dilakukan dengan beberapa cara

salah satunya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF) dari data penelitian yang di olah. Suatu uji dapat

dikatakan lolos jika tidak terjadi adanya multikolinieritas yaitu nilai

tolerance dari masing-masing variabel independennya > 0,10 dan

nilai variance inflation factor (VIF) variabel independennya < 10.

Tabel 4.5
Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Diversifikasi Operasi .958 1.044
Diversifikasi
.978 1.023
Geografis
Free Cash Flow .925 1.081
Earning Power .956 1.046
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber : Output SPSS 16

Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari

masing-masing independen lebih dari 0,10 dan nilai variance

inflation factor (VIF) nya lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan

116
bahwa model regresi penelitian tidak terdapat adanya

multikolinieritas dan dinyatakan lolos uji.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya ketidaksamaan varian dari residual pengamatan satu ke

pengamatan lainnya. Suatu residual menunjukkan adanya

kesamaan varian dari residual pengamatan satu ke pengamatan

lainnya maka disebut homokedastisitas dan jika sebaliknya disebut

heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan uji glejser dalam

melakukan uji heteroskedastisitas. Data dikatakan lolos uji ini jika

tidak terjadi adanya heteroskedastisitas yaitu nilai signifikansi pada

masing-masing variabel independen menunjukkan nilai > 0,05 dan

sebaliknya jika variabel independen penelitian menunjukkan nilai <

0,05 maka terjadi adanya heteroskedastisitas dan data tidak lolos

uji.

Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

117
Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .066 .016 4.105 .000
Diversifikasi
-.015 .015 -.122 -.978 .332
Operasi
Diversifikasi
-.006 .007 -.113 -.912 .365
Geografis
Free Cash Flow -.004 .050 -.011 -.084 .933
Earning Power -.014 .041 -.041 -.332 .741
a. Dependent Variable: RES_2
Sumber : Output SPSS 16

Nilai signifikansi pada hasil data penelitian yang diolah

dengan SPSS menunjukkan bahwa semua variabel independen

memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05, sehingga penelitian ini

dinyatakan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas dan lolos uji.

4.3.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi dalam uji asumsi klasik digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya kolerasi pengganggu periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi

yang terjadi korelasi disebut problem autokorelasi. Autokorelasi

akan muncul dikarenakan observasi yang berurutan sepanjang

waktu yang berkaitan satu sama lain. Permasalahan tersebut timbul

karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

118
observasi ke observasi lainnya. Model regresi dikatakan baik dan

lolos uji jika tidak terjadi adanya autokorelasi. Ada atau tidaknya

autokolerasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Dubin-Watson

(uji DW).

Tabel 4.7
Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Mode R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
l R Square Square Estimate Watson
1 .738a .545 .517 .064049 1.694
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow
b. Dependent Variable: Manajemen
Laba
Sumber : Output SPSS 16

Tabel uji autokorelasi pada 4.7 diatas menunjukkan bahwa

nilai dari DW 1,680, sedangkan dari tabel DW dengan tingkat

signifikansi 0,5, jumlah data (n) 70 dan k = 4 didapatkan nilai dl

sebesar 1,343 dan nilai du sebesar 1,1577 dengan dilakukan

perhitungan karena nilai DW 1,694 berada diantara du dan 4-du

(1,1577< 1,694< 2,184) maka model regresi dinyatakan diterima

dan artinya tidak terjadi masalah autokorelasi.

4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier

antara dua atau lebih variabel independen (X 1, X2,…….Xn) dengan


119
variabel dependen (Y). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui arah

positif atau negatif hubungan antara variabel independen dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen ketika nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Sebelum

dilakukannya uji analisis regresi linier berganda dilakukan uji asumsi

klasik, karena setelah dilakukan tahap-tahap uji asumsi klasik yang

meliputi uji normalitas, uji multikolinierutas, uji heteroskedastisitas

dan uji autokorelasi, model regresi pada penelitian dinyatakan lolos

semua uji maka langkah selanjutnya dilakukan uji analisis regresi

linier berganda.

Tabel 4.8
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .002 .025 .077 .939
Diversifikasi
.005 .023 .019 .217 .829
Operasi
Diversifikasi
-.003 .011 -.020 -.234 .816
Geografis
Free Cash Flow -.376 .077 -.425 -4.890 .000
Earning Power .496 .063 .674 7.882 .000
a. Dependent Variable:
Manajemen Laba
Sumber : Output SPSS 16

120
Dari hasil tabel 4.8 di atas, dapat dirumuskan persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut :

ML = 0,002 + 0,005 DIVOP – 0,003 DIVGEO – 0,376


FCF + 0,496 EP

Persamaan regresi di atas memiliki makna sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,002 menunjukkan bahwa apabila

diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash flow dan

earning power adalah nol, maka manajemen laba naik

sebesar 0,2 %.

2. Koefisien regresi diversifikasi operasi adalah sebesar 0,005

menunjukkan bahwa setiap kenaikan diversifikasi operasi 1%

pada kondisi variabel independen lain konstan, maka akan

menaikkan manajemen laba sebesar 0,5%.

3. Koefisien regresi diversifikasi geografis adalah sebesar -0,003

menunjukkan bahwa setiap kenaikan diversifikasi geografis

1% pada kondisi variabel independen lain konstan, maka akan

menurunkan manajemen laba sebesar 0,3%.

4. Koefisien regresi free cash flow adalah sebesar -0,376

menunjukkan bahwa setiap kenaikan free cash flow 1% pada

kondisi variabel independen lain konstan, maka akan

menurunkan manajemen laba sebesar 37,6%.

5. Koefisien regresi earning power adalah sebesar 0,496

menunjukkan bahwa setiap kenaikan earning power 1% pada

121
kondisi variabel independen lain konstan, maka akan

menaikkan manajemen laba sebesar 49,6%.

4.3.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk menguji hipotesis-hipotesis

penelitian. Uji hipotesis yang digunakan meliputi uji koefisien regresi

secara parsial (uji t) dan uji koefisien regresi secara simultan (uji F).

Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh signifikansi dan

hubungannya antara variabel independen dengan variabel

dependennya. Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel-

variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh

terhadap variabel dependennya.

4.3.3.1 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial ( Uji t )

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-

variabel independen diversifikasi operasi, diversifikasi geografis,

free cash flow, dan earning power secara parsial dan secara nyata

mampu berpengaruh atau tidak terhadap manajemen laba sebagai

variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 (α) atau t hitung < t

tabel berarti hipotesa tidak terbukti maka H0 diterima Ha

ditolak, bila dilakukan uji secara parsial.

122
b. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 (α) atau t hitung > t

tabel berarti hipotesa terbukti maka H0 ditolak dan Ha

diterima, bila dilakukan uji secara parsial.

Tabel 4 9
Uji Koefisien Regresi Secara Parsial ( Uji t )
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardize ed
d Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .002 .025 .077 .939
Diversifikasi
.005 .023 .019 .217 .829
Operasi
Diversifikasi
-.003 .011 -.020 -.234 .816
Geografis
Free Cash Flow -.376 .077 -.425 -4.890 .000
Earning Power .496 .063 .674 7.882 .000
a. Dependent Variable:
Manajemen Laba
Sumber : Ouput SPSS 16

Dari perhitungan tabel 4.9 diketahui bahwa variabel

independen yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05 terdiri

dari dua variabel yaitu free cash flow, dan earning power sehingga

kedua variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependennya yaitu manajemen laba. Sedangkan variabel

independen yang memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 adalah

diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis dan dapat

123
disimpulkan bahwa diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis

tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4.3.3.1.1 Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

H1 = Diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap


manajemen laba

Hasil tabel 4.9 menunjukkan nilai t hitung diversifikasi operasi

sebesar 0,217 dengan nilai signifikansi 0,829 karena nilai

signifikansi lebih dari 0,05 pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka

didapatkan kesimpulan bahwa hipotesis H1 ditolak. Sehingga

variabel diversifikasi operasi tidak mempunyai pengaruh terhadap

manajemen laba. Tanda positif pada t hitung menunjukkan arah

hubungan searah yaitu semakin tinggi diversifikasi operasi yang

dilakukan perusahaan maka semakin tinggi pula praktek

manajemen laba yang dilakukan.

4.3.3.1.2 Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

H2 = Diversifikasi geografis berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba

Pada tabel 4.9 melihatkan hasil bahwa nilai t hitung

diversifikasi geografis sebesar -0,234 dengan nilai signifikansi

0,816. Karena nilai signifikansi menunjukkan angka lebih dari 0,05

pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka hipotesis H2 ditolak yang

bearti bahwa diversifikasi geografis tidak berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba. Tanda negatif pada t hitung


124
menunjukkan arah hubungan berlawanan arah yaitu semakin tinggi

diversifikasi geografis maka tingkat praktik manajemen laba pada

sektor pertambangan semakin rendah.

4.3.3.1.3 Pengujian Hipoteisis Ketiga (H3)

H3 = Free cash flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba

Hasil uji t dari tabel 4.9 menunjukkan nilai t hitung free cash

flow sebesar -4,890 dan nilai signifikansi yang dihasilkan 0,000.

Nilai signifikansi yang lebih rendah dari 0,05 pada taraf signifikansi

0,05 (5%) bearti menjelaskan bahwa hipotesis H3 diterima,

sehingga bearti bahwa free cash flow berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba. Tanda negatif pada t hitung menjelaskan

arah hubungan searah yaitu semakin tinggi free cash flow maka

tingkat praktik manajemen laba pada sektor pertambangan

semakin rendah.

4.3.3.1.4 Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

H4 = Earning power berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba

Perhitungan uji t pada tabel 4.9 menghasilkan bahwa nilai t

hitung earning power sebesar 7,882 dan nilai signifikansi yang

dihasilkan 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 dan lebih rendah

125
dari 0,05 pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka memberikan

kesimpulan bahwa hipotesis H4 diterima. T hitung pada tabel 4.9

bernilai positif sehingga menunjukkan arah hubungan searah yaitu

semakin tinggi earning power maka tingkat praktik manajemen laba

pada sektor pertambangan semakin tinggi.

4.3.3.2 Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi secara

simultan yaitu secara bersama-sama apakah variabel independen

diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash flow, dan

earning power berpengaruh signifikan atau tidak terhadap

manajemen laba sebagai variabel dependen. Berikut disajikan hasil

pengujian uji F :

Tabel 4.10
Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)
ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio
.320 4 .080 19.490 .000a
n
Residual .267 65 .004
Total .586 69
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow
b. Dependent Variable: Manajemen
Laba
Sumber : Output SPSS 16

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 18,471

dan nilai signifikansi 0,000. Syarat lolos uji F jika nilai F hitung > F
126
tabel dan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Karena hasil

perhitungan uji F diatas menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel

yaitu 19,490 > 2,502 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara

simultan antara variabel diversifikasi operasi, diversifikasi geografis,

free cash flow, dan earning power secara bersama-sama terhadap

variabel manajemen laba.

4.3.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk memprediksi

besar kecilnya kontribusi pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan jika sebelumnya

telah lolos uji F jika tidak lolos uji F uji ini tidak dapat digunakan

untuk memprediksi kontribusi pengaruh antara variabel independen

terhadap variabel dependennya.

Tabel 4.11
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Adjusted Std. Error of the
Model R R Square R Square Estimate
1 .738a .545 .517 .064049
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow

Sumber : Output SPSS 16

127
Berdasarkan hasil tabel 4.11 uji koefisien determinasi (R2)

menghasilkan output nilai R Square sebesar 0,545 yang memiliki

arti bahwa besar pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi

geografis, free cash flow, dan earning power sebagai variabel

independen terhadap manajemen laba sebagai variabel dependen

yaitu sebesar 54,5% sedangkan sisanya 45,5% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi

seperti good corporate governance, profitabilitas, leverage dan

lainnya.

4.4Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Diversifikasi Operasi Terhadap Manajemen

Laba

Diversifikasi operasi merupakan perluasan usaha melalui

segmen usaha yang tidak memiliki resiko dan tujuan yang sama

dengan usaha yang sudah ada. Perusahaan yang ingin membuat

usahanya maju atau berharap mendapatkan hasil yang lebih

biasanya memiliki lebih dari satu segmen usaha. Hal ini diharapkan

untuk dapat meminimalkan resiko yang terjadi disamping bertujuan

untuk menambah penghasilan perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diversifikasi operasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada

perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

128
Indonesia periode 2012-2016. Uji hipotesis menghasilkan angka

signifikansi 0,829 (>0,050) pada t hitung 0,217 sehingga hipotesis

pada H1 tidak dapat diterima atau ditolak. Hipotesis yang

menunjukkan diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini karena

hasil uji hipotesis menghasilkan angka yang tidak signifikan. Hal

tersebut menjelaskan bahwa perluasan segmen perusahaan melalui

diversifikasi operasi tidak dapat mempengaruhi manajer untuk lebih

leluasa dalam melakukan praktik manajemen laba pada laporan

keuangannya. Segmen operasi perusahaan yang berbeda-beda

akan menyebabkan para manajer di berbagai anak-anak

perusahaan akan lebih kesulitan untuk melakukan praktek

manajemen laba melalui akrualnya, karena hal tersebut akan

membuat akrual yang dihasilkan dari unit-unit usaha cenderung

dihapuskan. Penyebab itulah yang membuat manajemen laba

cenderung rendah dan bahkan tidak dilakukan pada perusahaan

yang beroperasi pada beberapa segmen operasi.

Seperti yang di paparkan data olahan pada tabel 4.10

diketahui pada PT. Adaro Energy Tbk, PT. Perdana Karya Perkasa Tbk

dan PT. Petrosea Tbk sebagai contoh dari perusahaan

pertambangan yang melakukan diversifikasi operasi untuk

perluasan usaha memiliki tingkat nilai manajemen laba rata-rata

sama pada angka negatif dan tidak berubah drastis dari tahun ke

129
tahun. Manajemen laba bernilai negatif artinya perusahaan tersebut

melakukan praktek manajemen laba dengan menurunkan laba

perusahaan, namun dari data diatas didapati bahwa nilai

manajemen laba nya cenderung tidak mengalami perubahan yang

signifikan, artinya tidak ada ruang lebih ketika manajer ingin

melakukan praktik manajemen laba. Diversifikasi operasi yang

dilakukan perusahaan lebih menyulitkan manajer untuk melakukan

praktek manajemen laba dengan menaikkan laba melalui akrualnya.

Dengan demikian manajer tidak akan mempunyai kesempatan

untuk menarik investor atau kreditur serta mendapatkan reward

dari pemilik perusahaan dikarenakan sulitnya manajer untuk

memanipulasi laporan keuangan agar terlihat mempunyai laba yang

tinggi. Karena semua perusahaan yang menjadi sampel-sampel

penelitian hampir semuanya adalah perusahaan pertambangan

yang melakukan diversifikasi operasi pada perluasan usahannya

sehingga menyebabkan hasil dalam penelitian menjelaskan jika

diversifikasi operasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Fatmawati (2013), Arintasari

(2015) dan Karo,dkk (2016) serta Kusumayani dan Nirwana (2016)

yang menunjukkan diversifikasi operasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

Tabel 4.12

130
Contoh Diversifikasi Operasi dan Manajemen Laba
Perusahaan Seltor Pertambangan

Perusah Tahu Segmen Diversifik Manajeme


aan n asi n
Operasi Laba
2012 Perdagangan Batubara 0,87405 -0,00636
Jasa Pertambangan
Logistik
Segmen Lain-lain
2013 Perdagangan Batubara 0,89360 -0,07154
Jasa Pertambangan
PT. Adaro Logistik
Energy Segmen Lain-lain
Tbk 2014 Perdagangan Batubara 0,90209 -0,06442
(ADRO) Jasa Pertambangan
Logistik
Segmen Lain-lain
2015 Perdagangan Batubara 0,87338 -0,04937
Jasa Pertambangan
Logistik
Segmen Lain-lain
2016 Perdagangan Batubara 0,90891 -0,04702
Jasa Pertambangan
Logistik
Segmen Lain-lain
2012 Pertambangan Batuabar 0,95630 -0,10017
Jasa Konstruksi
Penyewaan Alat Berat
2013 Pertambangan Batuabar 0,98597 -0,01068
PT. Jasa Konstruksi
Perdana Penyewaan Alat Berat
Karya 2014 Pertambangan Batuabar 0,97697 -0,23227
Perkasa Jasa Konstruksi
Tbk Penyewaan Alat Berat
(PKPK) 2015 Pertambangan Batuabar 0,97567 -0,27964
Jasa Konstruksi
Penyewaan Alat Berat
2016 Pertambangan Batuabar 0,98788 -0,11088
Jasa Konstruksi
Penyewaan Alat Berat
2012 Pertambangan 0,00179 -0,09020
Jasa
Rekayasa dan Konstruksi
2013 Pertambangan 0,00090 -0,19097

131
Jasa
Rekayasa dan Konstruksi
PT. 2014 Pertambangan 0,00732 -0,21847
Petrosea Jasa
Tbk Rekayasa dan Konstruksi
(PTRO) 2015 Pertambangan 0,00637 -0,11636
Jasa
Rekayasa dan Konstruksi
2016 Pertambangan 0,00086 -0,14294
Jasa
Rekayasa dan Konstruksi
Sumber : Laporan Keuangan Auditan BEI Dan Data di Olah

4.4.2 Pengaruh Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen

Laba

Perluasan atau pengembangan wilayah operasi perusahaan

baik di beberapa kota, provinsi atau negara yang segmen usahanya

sama dinamakan diversifikasi geografis. Diversifikasi geografis

dalam penelitian ini berpengaruh tidak signifikan terhadap

manajemen laba dan sesuai dengan hasil pada penelitian dengan

nilai signifikansi 0,816 pada t hitung -0,234 yang berarti tidak

signifikan karena memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan

membuat hipotesis pada H2 ditolak.

Faktor penyebab tidak berpengaruh signifikannya diversifikasi

geografis terhadap manajemen laba karena sedikit dari perusahaan

sektor pertambangan yang melakukan diversifikasi geografis dan

sebagian besar hanya memiliki satu wilayah usaha saja. Tabel 4.11

menunjukkan dari 17 perusahaan yang dijadikan sampel hanya tiga

perusahaan yang melakukan diversifikasi geografis di beberapa

132
negara antara lain PT. Adaro Energy Tbk, PT. Indo Tambangraya

Megah Tbk, PT. Medco Energy Internasional Tbk dan sisanya hanya

beroperasi pada satu negara. Hal tersebut menyebabkan hasil

perhitungan dalam penelitian ini tidak menghasilkan pengaruh yang

signifikan dari diversifikasi geografis terhadap manajemen laba.

Seperti salah satu sampel perusahaan pertambangan yaitu

perusahaan PT. Perdana Karya Perkasa yang hanya beroperasi pada

satu negara memiliki manajemen laba bernilai negatif dari tahun

2012-2016 sebesar -0,10017, -0,01068, -0,23227, -0,27964,

-0,11088 dengan artian pada tahun penelitian tersebut perusahaan

melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan laba

perusahaan namun terlihat tetap dari tahun ke tahun. Karena

penelitian ini menjelaskan empat faktor variabel yang

mempengaruhi manajemen laba sehingga hasil representasi pada

hasil terkait manajemen laba dengan menurunkan laba disebabkan

oleh variabel-variabel selain diversifikasi geografis. Hasil tersebut

tidak dapat mempresentasikan adanya pengaruh yang lebih dari

diversifikasi geografis terhadap manajemen laba.

Faktor lain yang membuat tidak berpengaruh signifikaan

diversifikasi geografis disebabkan karena praktik manajemen laba

lebih mudah dilakukan pada perusahaan yang beroperasi pada satu

wilayah negara dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi

pada dua negara atau lebih. Manajer akan lebih sulit untuk
133
melakukan manajemen laba karena wilayah usaha yang berbeda

negara menyulitkan manajer dalam memantau perkembangan

kegiatan dan laporan-laporan keuangan masing-masing wilayah

secara teratur. Adanya komplesitas organisasi perusahaan yang

disebabkan diversifikasi geografis tidak dapat mendorong manajer

untuk melakukan manajemen laba. Menurut Aryanti dan Walansen

Douw (2013) dalam Arintasari dan Rohman (2015) tidak

berpengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba

dikarenakan pada perusahaan yang terdiversifikasi secara geografis

akan menghadapi resiko fluktuatif dari nilai tukar pada negara-

negara yang berbeda, sehingga jumlah akrual yang dihasilkan arus

kas akan berkolaborasi secara tidak sempurna yang menyebabkan

akrual akan cenderung dan dihapuskan akibatnya sulit bagi manajer

melakukan praktik manajemen laba.

Penelitian ini mendukung hasil penelitian Darmawan (2015),

Arintasari dan Rohman (2015), dan Anganto Br Karo, dkk (2015)

yang menunjukkan bahwa diversifikasi geografis tidak berpengaruh

signifikan untuk membuat manajer melakukan praktik manajemen

laba.

Tabel 4.13
Contoh Perbedaan Jumlah Wilayah Usaha (Diversifikasi
Geografis) Perusahaan Sektor Pertambangan

No. Perusahaan Wilayah Usaha

134
(DIVGEO)

1. PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) 2


2. PT. Aneka Tambang Tbk (ANTM) 1
3. PT. Golden Energy Mines Tbk (GEMS) 1
4. PT. BYAN Resource Tbk (BYAN) 1
5. PT. EL Nusa Tbk (ELSA) 1
6. PT. Harum Energy Tbk (HRUM) 1
7. PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 3
8. PT. Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) 1
9. PT. Medco Energy Internasional Tbk 3
(MEDC)
10. PT. Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) 1
11. PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) 1
12. PT. Petrosea Tbk (PTRO) 1
13. PT. Bumi Resource Tbk (BUMI) 1
14. PT. Timah Tbk (TINS) 1
Sumber : Laporan Keuangan Auditan BEI Dan Data di Olah

4.4.3 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian menjelaskan bahwa free cash flow

berpengaruh signifikan ke arah yang negatif terhadap manajemen

laba perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2012-2016. Nilai signifikansi yang dihasilkan pada

peneitian sebesar 0,000 dan dengan hasil t hitung -4,890.

Signifikansi yang bernilai kurang dari 0,05 menandakan bahwa free

cash flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

sehingga hipotesis H3 diterima dan hasil t hitung negatif

menandakan bahwa pengaruh free cash flow terhadap manajemen

laba kearah yang negatif. Semakin tinggi free cash flow yang ada

pada perusahaan pertambangan maka akan semakin rendah praktik

manajemen laba yang dilakukan.

135
Adanya free cash flow pada perusahaan umumnya digunakan

untuk pembayaran deviden bagi pemegang saham dan untuk

pembayaran hutang perusahaan. Free cash flow sendiri adalah sisa

kas yang dimiliki perusahaan setelah kas yang dikeluarkan untuk

kegiatan operasional dan investasi pada aset tetap. Tingginya nilai

free cash flow pada suatu perusahaan membuat rendahnya praktik

manajemen laba yang dilakukan atau bahkan tidak dilakukan

karena free cash flow yang sudah bernilai tinggi dapat dengan

mudah menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan

dan memberikan kepercayaan sendiri bagi kreditur untuk

meminjamkan dana bagi perusahaan. Investor dan kreditur menilai

suatu perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi akan

lebih memberikan banyak kontribusi pembagian deviden bagi

investor sehingga investor lebih tertarik berinvestasi.

Di sisi lain tingginya nilai free cash flow memberikan nilai

tambah untuk perusahaan dimata kreditur. Kreditur percaya jika

free cash flow tinggi maka perusahaan yang di pinjamkan dana

akan lebih mudah dalam mengembalikan pinjamannya. Dengan

free cash flow yang tinggi manajer dapat saja berinvestasi diluar

perusahaan dan yang tidak ada kepentingannya untuk perusahaan.

Lain hal nya dengan perusahaan yang memiliki nilai free cash flow

rendah akan menyulitkan perusahaan dalam menarik minat investor

dan kreditur sehingga kasus manajemen laba dengan tujuan

136
membuat nilai free cash flow lebih tinggi dari nilai aslinya lebih

banyak terjadi pada perusahaan yang memiliki nilai free cash flow

rendah. Seperti pada tabel 4.12 yang menunjukkan perbedaan nilai

free cash flow dan fenomena manajemen laba adalah salah satunya

perusahaan pertambangan yang termasuk dalam sampel penelitian

yaitu PT. Indo Tambangraya Megah Tbk. Tahun 2013 perusahaan

tersebut memiliki nilai free cash flow 0,15529 dan manajemen laba

0,05112, sedangkan pada tahun 2014 nilai free cash flow naik

menjadi 0,18591 namun nilai perhitungan manajemen laba turun

menjadi 0,01051. Penjelasan tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang menjelaskan bahwa semakin tinggi free cash flow

maka manajemen laba yang dihasilkan semakin rendah.

Penjelasan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Gautamanirvana,dkk (2016), Makrifat (2016), serta Yogi dan

Damayanthi (2016) dengan perolehan hasil penelitian bahwa free

cash flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Tabel 4.14

Contoh Perbandingan Free Cash Flow dan Manajemen Laba


Perusahaan Sektor Pertambangan

Perusahaan Tahu FCF Manajemen


n Laba

137
2012 0,32139 0,00783

2013 0,15529 0,05112

PT. Indo Tambangraya 2014 0,18591 0,01051


Megah Tbk (ITMG) 2015 0,19305 -0,09327

2016 0,14029 -0,00549

Sumber : Laporan Keuangan Auditan BEI Dan Data di Olah

4.4.4 Pengaruh Earning Power Terhadap Manajemen Laba

Berpengaruhnya earning power ke arah yang positif signifikan

pada hasil penelitian perusahaan sektor pertambangan tahun 2012-

2016 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) dan nilai t hitung

positif pada 7,882 menandakan bahwa hipotesis pada H4 diterima.

Artinya semakin tinggi earning power yang di proyeksikan dengan

perhitungan rasio net profit margin (NPM) maka akan semakin

tinggi pula praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer

atau dewan direksi. NPM adalah rasio yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan bersih. Semakin tinggi nilai NPM bearti semakin besar

pendapatan dan penjualan yang diperoleh. Earning power sendiri

adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

dilihat dari perbandingan salah satunya antara tingkat NPM

sekarang dengan tingkat NPM tahun sebelumnya sehingga

perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di waktu yang


138
akan datang. Semakin tinggi tingkat earning power perusahaan

maka akan dapat dengan mudah menarik investor dan kreditur

supaya menanamkan dana bagi perusahaan. Rasio NPM pada tahun

sekarang yang bagus akan menunjukkan proyeksi earning power

tahun mendatang yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Seperti dalam penjelasan tabel 4.15 untuk PT. Aneka Tambang

Tbk pada tahun 2012 menghasilkan earning power 0,28603 dan

manajemen labanya 0,13993, pada tahun 2013 earning power

sebesar 0,03630 lebih kecil dari tahun 2012 maka manajemen

labanya juga memiliki nilai yang rendah dari tahun sebelumnya

sebesar 0,01425, hal yang sama juga terlihat pada tahun 2014,

2015 dan 2016 yang menunjukkan jika earning power naik maka

nilai manajemen labanya juga naik. Selain PT. Aneka Tambang Tbk,

hasil yang sama juga dapat dilihat pada PT. Bukit Asam Tbk yang

memperlihatkan jika nilai earning power pada tahun yang

bersangkutan tinggi maka nilai pada manajemen labanya juga

tinggi, begitu pula jika nilai earning power rendah dari tahun

sebelumnya maka manajemen labanya juga lebih rendah dari tahun

sebelumnya. Investor atau Kreditur akan menilai tingkat earning

power perusahaan dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan investasi dan kredit. Temuan penelitian ini

memiliki hasil yang sama seperti penelitian Sosiawan (2012),

Satryatama (2015), dan Insani (2017) dengan hasil penelitian

139
bahwa earning power berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba.

Tabel 4.15

Contoh Perbandingan Earning Power dan Manajemen Laba

Perusahaan Tahun Earning Power Manajemen Laba


2012 0,13993 0,13445
PT. Aneka Tambang 2013 0,01425 0,00725
Tbk (ANTM) 2014 -0,04983 -0,05580
2015 -0,08530 -0,09706
2016 -0,02791 -0,03498
2012 0,00169 -0,00601
2013 0,02323 0,01762
PT. Bukit Asam Tbk 2014 0,01442 0,00821
(PTBA) 2015 0,00603 0,00599
2016 -0,00082 -0,00708

140
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan uraian penjelasan diatas mengenai hasil penelitian

maka di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara parsial, variabel-variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba adalah free cash flow dan earning

power. Sedangkan diversifikasi operasi dan diversifikasi

geografis tidak berpengaruh signifikan. Earning power

berpengaruh signifikan ke arah yang positif sedangkan free

cash flow berpengaruh signifikan ke arah yang negatif.


2. Secara simultan, variabel independen yang terdiri dari

diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, free cash flow,

dan earning power berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.
3. Besarnya kontribusi pengaruh diversifikasi operasi,

diversifikasi geografis, free cash flow, dan earning power

terhadap manajemen laba yang dijelaskan oleh model regresi

sebesar 54,5% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.


4. Variabel independen yang memiliki pengaruh lebih besar

terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor

pertambangan yaitu free cash flow dan earning power

dengan nilai signifikansi 0,000.

141
5.2Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasn sebagai berikut :

1. Perusahaan sampel yang digunakan hanya perusahaan pada

sektor pertambangan yang ada di Bursa Efek Indonesia.


2. Periode waktu penelitian hanya 5 tahun pengamatan yaitu

tahun 2012-2016.
3. Sampel perusahaan yang digunakan hanya 14 perusahaan

dikarenakan dari ke 41 sampel hanya 14 perusahaan sampel

yang masuk dalam kriteria penelitian.

5.3Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya disarankan menambah perusahaan

sampel selain perusahaan pertambangan misalkan

menambah perusahaan manufaktur, pertanian, property dll.


2. Disarankan rentan waktu yang digunakan untuk penelitian

selanjutnya lebih dari 5 tahun. Dan periode yang digunakan

dapat bervariasi tidak hanya dimulai dari tahun 2012.


3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah variabel

independen tidak hanya yang diteliti pada penelitian ini saja

melainkan menambah variabel lain seperti good corporate

governance, leverage, kepemilikan manajerial dsb, sehingga

kontribusi pengaruh terhadap manajemen laba yang

didapatkan lebih besar dari penelitian ini.

142
4. Sebaiknya untuk mendapatkan keragaman variasi dalam

penelitian dapat digunakan rumus-rumus perhitungan selain

yang digunakan untuk menghitung masing-masing variabel

yang ada pada penelitian ini. Semisal mengganti perhitungan

earning power dengan rasio ROI (Return on Investment), atau

mengganti perhitungan manajemen laba selain discretionary

Accrual.
5. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan alat metode

analisis lain selain SPSS.


6. Karena penelitian ini menggunakan mata uang Amerika

Serikat (US Dollar) maka untuk penelitian selanjutnya

disarankan menggunakan penelitian dalam mata uang lain

misalnya dalam rupiah.

5.4 Implikasi

Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian yang diperoleh

dari penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengguna

laporan keuangan untuk pengambilan keputusan dalam menilai

perusahaan yang benar-benar memiliki laporan keuangan yang

sesuai dengan transaksi yang benar-benar terjadi dan tidak

dilakukan adanya manajemen laba pada laporan keuangan

tersebut.

Implikasi dari penelitian ini adalah para pengguna laporan

keuangan seperti investor, kreditur dan pemilik perusahaan agar

dapat menilai laporan keuangan yang benar-benar tidak terindikasi


143
adanya manajemen laba. Salah satu pengguna laporan keuangan

dalam mengambil keputusan menggunakan perhitungan pada free

cash flow atau earning power. Diharapkan para pengguna laporan

keuangan lebih berhati-hati dalam menilai suatu laporan keuangan

yang kaitannya dengan perhitungan-perhitungan tersebut sehingga

dapat berinteraksi dan bekerjasama pada perusahaan yang

memiliki tingkat kejujuran yang tinggi.

144
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, D., 2016, “Direksi Timah Dituding Manipulasi Laporan


keuangan”,
https://economy.okezone.com/read/2016/01/27/278/1298264/di
reksi-timah-dituding-manipulasi-laporan-keuangan.

Anthony, Robert, N., Govindarajan, V., 2008, “Management Control


System”, Edisi 11, Jakarta : Buku 1 Penerbit Salemba Empat.

Aprianita, D., 2010, “Pengaruh Basic Earning Power, Return On


Asset, Financial Leverage, Earning Yield, Kas Operasi dan Suku
Bunga Bank Indonesia Terhadap Harga Saham”, Yogyakarta :
Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Atma Jaya.

Ardianto, A., 2017, “Analsis Pengaruh Strategi Diversifikasi dan


Transfer Pricing Terhadap Beban Pajak Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2014-2015”, Surabaya :
Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya
Mandala.

Arintasari,Okky.W 2015,”Pengaruh Diversifikasi Industri Geografis


dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba”, Semarang : Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.

Bitar, 2016, “Pengertian Keputusan Menurut Para Ahli”.,


http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-keputusan-
menurut-para-ahli-terlengkap/By bitarPosted on 30/06/2016.

Bukit, R. B., Iskandar, T. M, 2009, “Surplus Free Cash Flow, Earnings


Management and Audit Committee. Int”, Jurnal Ekonomi dan
Manajemen Vol.3,No.1, Hal. 204–223.

Darmawan, A., 2015, “Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi


Geografis, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”, Jakarta : Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

145
Elfira, A., 2014, “Pengaruh Kompensasi Bonus dan Leverage
TerhadapManajemen
Laba”, Padang : Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Padang.

El Mehdi, I.K., dan S. Seboui, 2011, “Corporat Diversification and


Earnings
Management”, Review Of Accounting And Finance, Vol.10,
No.2, Hal.176- 196.

Fatmariani, 2013, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Convenant,


dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Padang :
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Padang.

Fatmawati,D., 2013,“Pengaruh Diversifikasi Geografis, Diversifikasi


Industri, Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, dan Masa
Pemerikatan Audit Terhadap Manajemen Laba”, Semarang :
Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Firmansyah,2017,“Pengaruh Earning Power dan Laba Akuntansi


Terhadap Perputaran Piutang Pada Keramik dan Kaca”, Riau :
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Program Studi Manajemen
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mahaputra.

Gautamanirvana,dkk.,2016, “Manajemen Laba : Strategi


Diversifikasi dan Free Cash Flow”, Bandung : Jurnal Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom Vol.3 Agustus
2016, Hal. 1544.

Gumelar, G.,2017, “Adaro Berencana Diversifikasi Layanan Bisnis


Logistik”, CNN Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2017 0426151131-
85210 257/adaro-berencana-diversifikasi-layanan-bisnis-
logistik/.

Helliana, dkk., 2017, “Pengaruh Bonus Plan, Debt to Equity Ratio


dan Political Cost Terhadap Manajemen Laba”, Bandung :
Karya Ilmiah Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Bandung.

Helmi, S, 2010, “Analisa Laporan Arus Kas”,


146
https://shelmi.wordpress.com/2010/10/2/ analisa-laporan-arus-
kas.

Harijanto, V.A., Mildawati. T., 2017, “Pengaruh Arus Kas Bebas


Terhadap Nilai Perusahaan Dimediasi Manajemen Laba”,
Surabaya : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Vol.6, No.1 Januari 2017.

Herdian, C.H., 2015, “Pengaruh Good Corporate Governance,


Profitabilitas, Free Cash flow dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba”, Semarang : Skripsi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.

http://energyworld.co.id/2016/03/12/kasus-bumn-sejak-juni-2015-
keuangan-pt garuda-indonesia-sudah-dimanipulasi/

http://informatika.web.id/5-dasar-dalam-pengambilan-
keputusan.htm

http://www.e-akuntansi.com/2015/10/manajemen-berbasis-
laba.html

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, “Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan”, Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, “Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) No. 2 Laporan Arus kas (Revisi 2009)”,
Jakarta : Salemba Empat.

Insani, K., 2017, “Pengaruh Earning Power dan Ukuran Perusahaan


Terhadap Manajemen Laba”, Padang : Skripsi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Jayanthi, P.Y., dan Putra, I.W., 2013, “Manajemen laba dan Respon
pasar Disekitar pergantian CEO”, Bali : Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Vol.5, No.1, Hal.147-
162.

Karo,Anganto Br, Sri, Indriani, Rini, 2016,”Pengaruh Diversifikasi


Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”, Bengkulu : Skripsi
Universitas Bengkulu.

147
Kurniawan, D., 2014, “Pengaruh Indeks Corporate Governanace,
Kecakapan Manajerial, Rasio Leverage, Ukuran Perusahaan,
dan Earning Power Terhadap Manajemen Laba”, Bantul :
Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Kusumayani, N.L., Nirwana, D.G., 2016, “Good Corporate


Governanace sebagai Pemoderasi Pengaruh Diversifikasi
Operasi dan Diversifikasi Geografis pada Manajemen Laba”,
Bali : Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana Vol.14,No.3-2016,Hal.2072-2102.

Kono, F. D. P., dan E. N. A. Yuyetta, 2013, “Pengaruh Arus Kas Bebas,


Ukuran, KAP, Spesialisasi Industri KAP, Audit Tenur, dan
Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba”, Semarang :
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro Vol.2,No.3-2013,Hal.1-9.

Makrifat, A.G., 2016, “Dampak Surplus Fress Cash FlowTerhadap


Manajemen Laba: PeranGood Corporate Governance
danStruktur Kepemilikan SebagaiVariabel Pemoderasi”,
Semarang : Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.

Maramis,dkk., 2016, “Analisis Kinerja Keuangan Berbasis


Diversifikasi Usaha di BEI”, Manado : Jurnal Berkala Ilmiah
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sam Ratulangi Manado, Vol.16, No.4.

Mariana, L, 2012, “Analisis kecurangan laporan keuangan (Studi


kasus pada PT. Bumi Resources,Tbk dan PT. Berau Coal
Energy, Tbk)”, www.google.co.id. Diakses tanggal 1 September
2017.

Mukhyi, M.A., 2008, “Teori Pengambilan Keputusan”,


Depok:Universitas Gunadarma.

Muhlisin, 2014, “Pengaruh Arus Kas Bebas, Ukuran perusahaan,


Ukuran kantor Akuntan Publik, Masa Perikatan Audit dan
Piutang Tidak Tertagih Terhadap Manajemen Laba”, Semarang :
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pandanaran.

148
Nugroho, S., 2015, “Pengaruh Kompensasi Kepemilikan Manajerial,
Diversifikasi Perusahaan, dan Ukuran KAP terhadap
Manajemen Laba”, Semarang : Skripsi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Diponegoro.

Peni, D.T.T., 2011, “Pengaruh Surplus Arus Kas Bebas, Leverage,


dan Profitabilitas terhadap Praktik Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
IndonesiaTahun 2008”, Surakarta : Skripsi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret.

Prasetio, D.A., dan Suryono, B., 2016, “Pengaruh Profitabilitas, Free


Cash Flow, Investment Opportunity Set Terhadap Dividend
Payout Ratio”, Surabaya : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Vol.5, No.1.

Rice, 2016, “Pengaruh Faktor Keuangan Terhadap Manajemen Laba


dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi”,
Medan : Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Program Studi Akuntansi
STIE Mikroskil Vol.6, No.01 April 2016.

Riyanto, B., 2008, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi


Keempat”, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Rohayati, R., 2016, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan


Diversifikasi Perusahaan Terhadap Harga Saham”, Bandung :
Tesis Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama.

Ronen, dkk, 2008, “Earnings Management: Emerging Insights in


Theory, Practice, and Research”, Vol 3, 2008. Springer Series in
Accounting Scholarship.

Roudotunnisa, I., 2009, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Motivasi Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di
Islami Index”, Yogyakarta : Program Studi Keuangan Islam
Akuntansi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijogo.

Sadia, N.P.M.D,dan Sukartha,I.M.,2013, “Pengaruh Pergantian CEO


pada Praktik Manajemen Laba Perusahaan Publik yang
Terdaftar di BEI”, Bali : Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

149
Sari, I.K., 2016, “Analisis Pengaruh Ketersediaan Free Cash Flow dan
Siklus Hidup Perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden Kas”,
Bandar Lampung : Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung.

Sarjito,dkk., 2016, “Pengaruh Earning Power Terhadap Earning


Management”, Bandung: Jurnal Ilmu Akuntansi STIE STAN
Indonesia Mandiri Vol.9, No.1 April 2016,Hal.97-15.

Sartono, A., 2001,“Manajemen Keuangan Teori dan


Aplikasi”,Yogyakarta: BPFE.

Satoto, H.S., 2007,“Strategi Diversifikasi Terhadap Kinerja


Perusahaan”, Jurnal Keuangan Dan Perbankan, Vol. 13, No. 2
Mei 2009, Hal. 280-287.

Satria,Y., 2014,“Analisis Pengaruh Motivasi Manajer dan Asimetri


Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba”, Lampung :
Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.

Satryatama, A, 2015, “Pengaruh Earnings Power Dampaknya


Terhadap Praktik Manajemen Laba”, Kediri : Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI
Kediri.

Scott, William R, 2012, “Financial Accounting Theory”. 6th Edition:


Prentice Hall International Inc.

Setiawan, D., 2013, “Analisis Pengaruh Earning power, Kepemilikan


institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap manajemen
Laba”, Jember:Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas jember.

Simbolon, H.A., 2015, “Toshiba Accounting Scandal : Runtuhnya


Etika Bangsa Jepang yang Sangat Diagungkan itu”,
https://akuntansiterapan.com/2015/ 07/22/toshiba-accounting-
scandal-runtuhnya-etika-bangsa-jepang-yang-sangat-
diagungkan-itu/.

Sosiawan, S.Y. 2012., “Pengaruh Kompensasi, Leverage, Ukuran


Perusahaan, Earning Power terhadap Manajemen Laba”, JRAK
150
Vol.8, No.1, Februari 2012.

Sudjana, N., 2016,“Pengaruh Manajemen Laba Sebelum Initial


Public Offerings Terhadap Kinerja Keuangan”, Malang : Skripsi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

Sulistyanto,S.,2008,“Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris”,


Jakarta: Grasindo.

Taco, C., Ilat, V.,2016, “Pengaruh Earning Power, Komisaris


Independen, Dewan Direksi, Komite Audit danUkuran
Perusahaan Terhadap Manajemen laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Manado : Jurnal EMBA
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Vol.4,
No.4 Desember 2016, Hal. 873-884.

Utomo,S.,2010,“Skema Bonus Dewan Direksi dan Aktivitas


Manajemen Laba”, Jepara: Skripsi Program Studi Akuntansi
STIE Nahdlatul Ulama Jepara.

Wahidahwati, dan Naini, D.I., 2014, “Pengaruh Free Cash Flow dan
Kepemilikan Institutional Terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai
Perusahaan”, Surabaya : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Vol.3, No.4.

Widiarsih, N., dan Fitriasari, P., 2016, “Pengaruh Struktur


Kepemilikan Manajerial, Kompensasi Bonus dan Biaya Politik
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI”, Balikpapan : Skripsi Jurusan
Akuntansi STIE Medan.

Wijaya, V.A., dan Christiawan, Y.J., 2014, “Pengaruh Kompensasi


Bonus, Leverage, dan Pajak Terhadap Earning Management
Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI tahun 2009-2013”, Tax
and Accounting Review Vo.4, No.1.

Winandra, R., 2014, “Pengaruh Diversifikasi Geografis, Diversifikasi


Opersi, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba”, Yogyakarta : Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

151
Windasari, N., 2017, “Pengaruh Strategi Diversifikasi Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Modal Sebagai
Variabel Intervening”, Bandar Lampung: Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Winingsih, 2017, “Pengaruh Earnings Powers dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”, Surakarta : Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Wiradesana dan Pradana, 2016,“Pengaruh Manajemen Laba


Menjelang Initial Public Offering pada Return Saham dengan
Ukuran Perusahaan sebagai Pemoderasi”, Bali : Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, Vol.15, No.3.

http://www.sahamgain.com/2016/11/perusahaan-tambang-yang-
aman-untuk.html

Yasa, G.W., dan Novialy, Y., 2009, “Indikasi Manajemen Laba Oleh
Chief Executive Officer (CEO) Baru Pada Perusahaan yang
Terdaftar di Pasar Modal Indonesia”, Bali : Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Yogi, L.M.D.P., Damayanthi, I.G.A.E., 2016, “Pengaruh Arus Kas


Bebas Capital Adequacy Ratio, dan Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba”, Bali : E-Jurnal
Akuntansi Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Vol.15,No.2
Mei 2016,Hal.1056-1085.

152
LAMPIRAN

153
LAMPIRAN

Lampiran 1

Sampel Perusahaan Sektor Pertambangan yang diteliti

No. Kode Nama Perusahaan

1. ADRO PT. Adaro Energi Tbk

2. ANTM PT. Aneka Tambang Tbk

3. GEMS PT. Golden Energy Mines Tbk

4. BYAN PT. BYAN Resource Tbk

5. ELSA PT. El Nusa Tbk

6. HRUM PT. Harum Energy

7. ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk

8. KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk

9. MEDC PT. Medco Energy Internasional Tbk

10. PKPK PT. Perdana Karya Perkasa Tbk

11. PTBA PT. Bukit Asam Tbk

12. PTRO PT. Petrosea Tbk

13. BUMI PT. Bumi Resource Tbk

14. TINS PT. Timah Tbk

154
Lampiran 2

Rekap Data Penelitian

N Kode Tahu ML DIVOP DIV FCF EP


o Perusaha n
an GEO

2012 - 0,87405 1 0,1408 0,1025


0,0063 3 5
6
1. ADRO 2013 - 0,89360 2 0,1344 0,0686
0,0715 4 2
4

2014 - 0,90209 2 0,0963 0,0452


0,0644 8 6
2

2015 - 0,87338 2 0,1057 0,0657


0,0493 4 1
7

2016` - 0,90891 2 0,0685 0,1512


0,0470 6 4
2

2012 0,1399 0,50024 1 0,2225 0,2860


3 7 3

2013 0,0142 0,49163 1 0,1282 0,0363


2. ANTM 5 6 0

2014 - 0,48517 1 0,0921 -


0,0498 2 0,0822
3 8

2015 - 0,58640 1 0,0854 -


0,0853 1 0,1368
0 1

2016 - 0,51987 1 0,0799 0,0071


0,0279 6 1
1

2012 0,1957 0,66832 1 - 0,0500


8 0,0461 3

155
3. GEMS 2

2013 0,0126 0,59163 1 0,1096 0,0574


4 6 2

2014 0,0052 0,53527 1 0,0504 0,0267


6 4 3

2015 0,0408 0,75295 1 0,1273 0,0072


7 9 0

2016 - 0,75582 1 0,1841 0,0879


0,0472 5 1
2

2012 0,0660 0,07419 1 0,0453 0,0438


5 7 9

2013 - 0,09004 1 0,0679 -


4. BYAN 0,0580 6 0,0522
6 9

2014 - 0,17282 1 0,0962 -


0,1595 5 0,2282
1 1

2015 - 0,10691 1 0,3661 -


0,1064 3 0,1765
0 8

2016 - 0,09510 1 0,1916 0,0343


0,0804 0 5
0

2012 - 0,50335 1 0,1453 0,0283


0,0877 7 8
9
5. ELSA 2013 - 0,50690 1 0,1630 0,0590
0,1178 5 0
2

2014 - 0,50689 1 0,1824 0,0990


0,0014 8 5
7

156
2015 - 0,01982 1 0,2183 0,0995
0,0061 8 5
4

2016 - 0,47437 1 0,1771 0,0880


0,0287 4 5
6

2012 0,0792 0,95488 1 0,2389 0,1497


7 6 8

2013 - 0,94728 1 0,2822 0,0517


6. HRUM 0,1090 8 1
9

2014 - 0,95357 1 0,1112 0,0081


0,0835 2 4
8

2015 - 0,94050 1 0,0663 -


0,0506 3 0,0492
0 2

2016 - 0,93197 1 0,1199 0,0822


0,0692 7 6
9

2012 0,0078 0,57725 3 0,3213 0,1749


3 9 0

2013 0,0511 0,53481 3 0,1552 0,1057


7. ITMG 2 9 9

2014 0,0105 0,52459 3 0,1859 0,1030


1 1 6

2015 - 0,46679 3 0,1930 0,0405


0,0932 5 7
7

2016 - 0,49342 3 0,1402 0,0977


0,0054 9 4
9

2012 0,0846 0,99198 1 0,3874 0,1067


3 9 1

2013 - 0,07583 1 0,2907 0,0891


0,0589
157
8. KKGI 2 5 1

2014 0,0050 0,99040 1 0,1053 0,0515


0 4 4

2015 - 0,99171 1 0,1197 0,0251


0,0604 6 8
1

2016 - 0,99771 1 0,1952 0,1114


0,0370 0 5
3

2012 - 0,33139 3 0,2266 0,0067


0,0787 9 0
3
9. MEDC 2013 - 0,97995 3 0,2176 -
0,1070 6 0,0264
0 6

2014 - 0,94163 3 0,1765 0,0455


0,0496 4 5
4

2015 - 0,76375 3 0,0895 -


0,1085 4 0,2893
9 0

2016 0,0534 0,71544 3 0,1748 0,3247


4 9 5

2012 - 0,95630 1 0,0362 -


0,1001 6 0,0308
7 0
10 PKPK 2013 - 0,98597 1 - 0,0016
. 0,0106 0,0449 2
8 1

2014 - 0,97697 1 0,2623 -


0,2322 4 0,3720
7 3

2015 - 0,97567 1 0,0780 -


0,2796 3 0,3052
4 3

2016 - 0,98788 1 - -
158
0,1108 0,0210 0,1632
8 4 0

2012 0,0016 0,99599 1 0,2667 0,1957


9 3 1

2013 0,0232 0,99555 1 0,2890 0,2097


11 PTBA 3 7 7
.
2014 0,0144 0,98811 1 0,2707 0,1623
2 4 8

2015 0,0060 0,90391 1 0,1782 0,1354


3 4 9

2016 - 0,89921 1 0,1207 0,1334


0,0008 7 1
2

2012 - 0,00179 1 0,0578 0,1274


0,0902 8 1
0
12 PTRO 2013 - 0,00090 1 0,2854 0,0480
. 0,1909 6 0
7

2014 - 0,00732 1 0,3290 0,0064


0,2184 4 7
7

2015 - 0,00637 1 0,2046 -


0,1163 3 0,0601
6 7

2016 - 0,00086 1 0,1688 -


0,1429 8 0,0373
4 9

2012 0,0649 0,98831 1 0,0859 0,1849


3 6 9

2013 0,0960 0,98897 1 - 0,1959


13 BUMI 6 0,0119 5
. 1

2014 0,0572 0,89079 1 0,0113 0,1679


8 6 4

159
2015 0,0035 0,98888 1 - -
5 0,0256 0,0539
9 4

2016 0,0518 0,97755 1 - -


9 0,0384 0,1070
2 9

2012 - 0,85906 1 0,3348 0,0557


0,1546 6 0
4
14 TINS 2013 0,2173 0,06575 1 - 0,0939
. 1 0,0389 3
4

2014 0,1636 0,91238 1 - 0,0865


2 0,0199 5
7

2015 - 0,84861 1 0,2131 0,1561


0,0249 6 5
3

2016 - 0,86825 1 0,1716 0,0361


0,0891 1 6
3

160
Lampiran 3

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
Manajemen Laba 70 -.280 .217 -.03289 .092192
Diversifikasi
70 .001 .998 .65158 .351501
Operasi
Diversifikasi
70 1.0 3.0 1.343 .7200
Geografis
Free Cash Flow 70 -.046 .387 .14566 .104151
Earning Power 70 -.372 .325 .04067 .125413
Valid N (listwise) 70

Lampiran 4

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandard
ized
Residual
N 70
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06216473
Most Extreme Absolute .096
Differences Positive .096
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .805
Asymp. Sig. (2-tailed) .536
a. Test distribution is Normal.
161
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandard
ized
Residual
N 70
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06216473
Most Extreme Absolute .096
Differences Positive .096
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .805
Asymp. Sig. (2-tailed) .536

162
Lampiran 5

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Diversifikasi Operasi .958 1.044
Diversifikasi
.978 1.023
Geografis
Free Cash Flow .925 1.081
Earning Power .956 1.046
a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Lampiran 6

Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

163
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardized ed
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .066 .016 4.105 .000
Diversifikasi
-.015 .015 -.122 -.978 .332
Operasi
Diversifikasi
-.006 .007 -.113 -.912 .365
Geografis
Free Cash Flow -.004 .050 -.011 -.084 .933
Earning Power -.014 .041 -.041 -.332 .741
a. Dependent Variable: RES_2

Lampiran 7

Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)

Model Summaryb
Std. Error
Mode Adjusted R of the Durbin-
l R R Square Square Estimate Watson
1 .738a .545 .517 .064049 1.694
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow
b. Dependent Variable: Manajemen
Laba

164
Lampiran 8

Hasil Perhitungan Regresi (Analisis Regresi Linier Berganda)

Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .002 .025 .077 .939
Diversifikasi
.005 .023 .019 .217 .829
Operasi
Diversifikasi
-.003 .011 -.020 -.0234 .816
Geografis
Free Cash Flow -.376 .077 -.425 -4.890 .000
Earning Power .496 .063 .674 7.882 .000
a. Dependent Variable:
Manajemen Laba

Lampiran 9

Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji T)

165
Coefficientsa
Standardiz
Unstandardize ed
d Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .002 .025 .077 .939
Diversifikasi
.005 .023 .019 .217 .829
Operasi
Diversifikasi
-.003 .011 -.020 -.234 .816
Geografis
Free Cash Flow -.376 .077 -.425 -4.890 .000
Earning Power .496 .063 .674 7.882 .000
a. Dependent Variable:
Manajemen Laba

Lampiran 10

Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regressio
.320 4 .080 19.490 .000a
n
Residual .267 65 .004
Total .586 69
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow
b. Dependent Variable: Manajemen
Laba

166
Lampiran 11

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .738a .545 .517 .064049
a. Predictors: (Constant), Earning Power, Diversifikasi Operasi,
Diversifikasi Geografis, Free Cash Flow

167

Anda mungkin juga menyukai