Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN TUGAS TUTORIAL 3

1. a. Prinsip kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling bergantungan mengajak pendidik mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan alam.13 Menyadari adanya kesaling bergantungan ini dapat
menimbulkan pemikiran kritis dan kreatif, dan pemikiran ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi hubungan yang dapat menghasilkan pemahaman baru.
Prinsip kesaling bergantungan ini juga mendukung adanya kerjasama antar
komunitas belajar. Prinsip CTL, guru, peserta didik dan masyarakat merupakan
sistem yang saling terkait didalam menghubungkan konteks dan menemukan
makna dari persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian
secara bersama-sama dapat memecahkan persoalan, merancang suatu rencana,
mengambil suatu keputusan, mencari alternatif pemecahan masalah dan
megambil suatu kesimpulan. Masing-masing komponen dapat saling memberi
dan menerima, bertanya dan menjawab konteks yang dibutuhkan.
b. Prinsip diferensiasi
Prinsip ini menggambarkan CTL menghargai dan menjunjung tinggi
keberagaman dan perbedaan.14 Mengingat peserta didik memiliki latar belakang
akademik dan sosial yang berbeda, CTL memberikan peluang dan kesempatan
untuk saling isi dan mengisi serta memberikan perhatian individu lebih panjang
12 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 181. Baca
juga dalam bukunya Martinis Yamin, Strategi Dan Metode Dalam Model Pembelajaran (Jakarta:
dan terkonsentrasi. Keberagaman tersebut merupakan sesuatu yang unik,
masing-masing individu saling mempelajarinya dan saling kerjasama.
Perbedaan dan keberagaman merupakan seni dan ragam yang akan menjadikan
pembelajaran berkualitas dan bermakna. Perbedaan dalam memahami konteks
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan tidak harus selalu sama dalam
memaknai suatu persoalan, pembelajaran dalam arti ini menciptakan peserta
didik menjadi dirinya sendiri (learning to be) dan mereka akan berkembang
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pendidik yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual, mereka akan melihat pentingnya kelas
itu tercipta suasana yang memicu kreativitas, keunikan, keragaman, dan
kerjasama. Pembelajaran aktif yang terpusat pada peserta didik juga
mendukung prinsip differensiasi untuk menuju keunikan. Hal ini memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk menjelajahi bakat mereka, memunculkan
cara belajarnya sendiri dan berkembang dengan langkah- langkahnya sendiri.
c. Prinsip pengaturan diri
Prinsip pengaturan diri merupakan kegiatan belajar yang diatur sendiri,
dipertahankan sendiri, dan disadari sendiri oleh peserta didik.15 Prinsip
pengaturan diri meminta pendidik untuk mendorong setiap peserta didik
mengeluarkan seluruh potensinya. Untuk menyesuaikan prinsip ini, sasaran
utama pembelajaran kontekstual adalah membantu peserta didik mencapai
keunggulan akademik, memperoleh keterampilan tertentu dan mengembangkan
karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta

pengetahuan yang dimiliki.16 Ketika peserta didik menghubungkan materi


akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, mereka terlihat dalam
kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri. Peserta didik akan
menerima tanggungjawab atas keputusan dan prilaku sendiri, menilai alternatif,
membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Mereka bergabung dengan
peserta didik lain untuk memperoleh pengertian baru, konsep baru untuk
memperluas wawasan mereka. Dalam melakukan hal tersebut para peserta didik
menemukan minat mereka, keterbatasan mereka dan kekuatan imajinasi mereka
sehingga mereka dapat menemukan tentang dirinya sendiri dan apa yang biasa mereka lakukan.
Hal ini dapat dibuktikan jika anak-anak dihadapkan pada model yang
menetapkan standar tinggi juga akan ikut menetapkan standar tinggi dalam
melakukan performa dan jika sebaliknya anak yang dihadapkan pada model
yang menetapkan standar yang minimal akan mengikuti standar yang minimal.
Dengan penguatan intrinsik yang datang dari evaluasi diri lebih berpengaruh
dibandingkan penguatan ekstrinsik yang diberikan orang lain.
Dari ketiga prinsip di atas, tampak bahwa pembelajaran kontekstual
lebih memberikan kesempatan pada peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran, mengembangkan kemampuan tingkat tinggi, kerjasama, saling
membantu, menggali, menemukan, mencontoh suatu pengetahuan dan
keterampilan, menemukan ide-ide, perkembangan belajar di nilai melalui
proses, peserta didik merasa dirinya bagian dari kesatuan dalam proses yang di
ikuti, memupuk kebersamaan, saling menghargai pendapat, tidak takut berbeda
dan menjadikan dirinya sendiri.
2. Pertama, pembelajaran Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk
menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks Pembelajaran Kontekstual tidak mengharapkan agar
siswa hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
Kedua, pembelajaran Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam
memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, pembelajaran Kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan. Artinya, Pembelajaran Kontekstual tidak hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks Pembelajaran Kontekstual tidak
untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam
kehidupan nyata.
3. Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang diciptakan untuk memudahkan
kehidupan manusia tanpa merusak lingkungan. Caranya dapat bermacam-macam misalnya
mengurangi bahan pencemar yang dihasilkan dari alat-alat teknologi, menggunakan sumber daya
alam dengan berimbang, dan memberikan penanganan terhadap limbah-limbah yang dihasilkan
dari teknologi tersebut. Prinsip dari teknologi ramah lingkungan ada 6 yaitu refine, reduce, reuse,
recycle, recovery, dan retrieve energy. Refine berarti menggunakan bahan yang ramah
lingkungan serta melalui proses yang aman. Reduce berarti mengurangi jumlah limbah dengan
mengptimalkan penggunaan bahan. Reuse berarti menggunakan kembali bahan-bahan yang
sudah tidak dipakai. Recycle berarti mendaur ulang bahan-bahan yang tidak digunkan lagi
menjadi suatu produk baru yang bermanfaat. Recovery berarti pemanfaatan material tertentu dari
limbah untuk diproses demi keperluan lain. Retrieve energy berarti penghematan energi dalam
proses produksi.
Manfaat teknologi ramah lingkungan yaitu mengurangi jumlah limbah pencemar lingkungan,
memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien, menghemat biaya produksi dan
membantu lingkungan tetap lestari dan hijau.
Contoh teknologi ramah lingkungan yaitu biogas, biopori (teknologi lubang resapan), lampu
tenaga matahari, mesin tenaga matahari, mobil listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi,
pembangkit listrik tenaga nuklir, sepeda listrik, kulkas tanpa freon, dan lain-lain. Perkembangan
teknologi ramah lingkungan melahirkan beberapa model industri, yaitu zero waste (tanpa
menghasilkan limbah), cleaner production (produksi bersih), green productivity (produktivitas
hijau) atau green company (perusahaan hijau) yang diarahkan untuk menjaga kelanjutan
produksi, meningkatkan produktivitas di samping tetap memelihara kelestarian daripada
lingkungan.
Jika teknologi tidak digunakan untuk mengelola lingkungan dengan segera maka lingkungan
akan berubah lebih cepat. Perubahan tersebut tentunya akan mengarah pada keburukan bukan
pada kebaikan. Bagaimana tidak? Jika peran teknologi hanya diarahkan demi kualitas hidup
manusia menuju modernisasi tanpa dibarengi adanya perhatian bagi lingkungan maka dengan
segera bumi yang kita tinggali ini pun akan mengarah pada kehancurannya. Kalau bumi sudah
hancur, teknologi yang bagaimana lagi yang akan kita ciptakan untuk menyongsong kemudahan
dan kepraktisan?
Teknologi dianggap sebagai alat manusia untuk mengeksploitasi alam. Dampak negatif dari
teknologi yang telah dirasakan secara nyata adalah kerusakan lingkungan yang semakin parah di
berbagai penjuru dunia, seperti pemanasan global yang dibarengi penipisan lapisan es dan
peningkatan permukaan air laut sebagai salah satu akibat dari penggunaan lemari es dan AC (Air
Conditioner), pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan pestisida dan bahan kimia
berbahaya, kelangkaan sumber daya alam sebagai salah satu akibat eksploitasi lahan dengan
penggunaan traktor, dan terganggunya ekosistem sebagai salah satu akibat dari penggunaan
pembuangan bahan kimia berbahaya.
4. Berbagai tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini:
a. Kurikulum Memuat Isi dan Materi Pelajaran
Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan
dipelajari oleh peserta didik untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
b. Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan peserta didik.
c. Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar
Perumusan atau pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan
pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman belajar.
Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
di luar kelas (Hamalik, 2015: 16-18).
5. seorang guru harus menguasai keterampilan
bertanya yaitu diantaranya sebagai berikut:
a. Keterampilan bertanya dasar
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu
siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, dapat mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi. Keterampilan bertanya dasar meliputi:
1) Tujuan
Pertanyaan yang diberikan guru bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan
rasa ingin tahu siswa terhadap satu topik, memfokuskan perhatian pada suatu
konsep masalah tertentu, mengembangkan belajar secara aktif.
2) Penyusunan kata-kata
Untuk membantu siswa merespon pertanyaan guru, pertanyaan harus disusun
dengan kata-kata yang cocok dengan tingkat perkembangan kelompok.
Pertanyaan juga harus disusun seekonomis mungkin. Dalam menyusun
pertanyaan dapat diberikan kata-kata kunci untuk menjawabnya.
3) Struktur
Selama diskusi berlangsung usahakan guru memberi informasi yang relevan
dengan tugas siswa, baik sesudah maupun sebelum pertanyaan-pertanyaan.
4) Pemusatan
Umumnya pertanyaan luas diajukan pada saat diskusi akan dimulai sebagai
alat untuk melibatkan siswa secara maksimal. Pertanyaan yang lebih
sempit/memusat diajukan sebagai cadangan untuk memberikan informasi yang
relevan terhadap pertanyaan siswa.
5) Pindah gilir
Setelah mengajukan pertanyaan untuk seluruh anggota kelas, kemudian guru
dapat meminta salah seorang siswa untuk menjawabnya, dengan cara memanggil
nama (pindah gilir verbal), atau dengan menunjuk, mengangguk, atau senyum
(pindah gilir nonverbal).
6) Distribusi
Untuk melibatkan siswa langsung dalam pelajaran, disarankan
mendistribusikan pertanyaan secara random (acak) selama proses belajar
mengajar (interaksi edukatif) berlangsung. Pertanyaan menyebar ke seluruh
penjuru ruangan dengan memberi pertanyaan tambahan secara langsung.
7) Pemberian waktu
Tiap siswa berbeda dalam kecepatan merespon pertanyaan dan berbeda pula
tingkat kemampuan berbicara secara jelas. Salah satu cara membantu mereka
adalah dengan memberi waktu berpikir dalam beberapa detik setelah pertanyaan
diajukan kepada seluruh anggota kelas dan sebelum menunjuk siswa tertentu
untuk menjawabnya.
8) Hangat dan antusias
Kehangatan dan antusias yang diperlihatkan guru terhadap jawaban siswa,
punya arti penting dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pelajaran.
9) Prompting
Prompting adalah cara yang dilakukan guru untuk menuntun siswa
memberikan jawaban dengan baik dan benar atas pertanyaan yang guru ajukan.
10) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
Penyusunan pertanyaan dapat yang memiliki tingkat kognitif domain yang
rendah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) dan tingkat kognitif domain yang
tinggi (analisis, sintesis, evaluasi).
b. Keterampilan bertanya lanjut
Dengan teknik bertanya melacak, guru akan mendapatkan kemanfaatan khusus
dalam hubungannya dengan pertanyaan kognitif tingkat tinggi. Keterampilan
bertanya lanjut meliputi:
1) Penggunaan kelas
Keterampilan bertanya lanjut bertujuan untuk membantu siswa untuk belajar
mengorganisasikan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh, meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyusun dan mengeluarkan jawaban yang beralasan
terhadap pertanyaan guru, mendorong siswa untuk mengembangkan pikirannya
dan cepat mengemukakan pendapat secara timbal balik dengan siswa lain.
2) Variasi taksonomi
Untuk mengklasifikasikan cara berpikir siswa dalam hubungannya dengan
pertanyaan lanjut guru, digunakan konsep terminologi dari Bloom: (a) Recall
(mengingat kembali), (b) Comprehension (pemahaman), (c) Aplikasi, (d) Analisis,
(e) Sintesis, (f) Evaluasi, (g) Sikuen.
3) Pertanyaan melacak
Pertanyaan melacak digunakan untuk membantu siswa dalam menjawab
pertanyaan guru secara memadai, dari jawaban yang singkat sederhana menuju ke
jawaban yang lebih tinggi/jauh.
4) Pemberian waktu
Pada keterampilan bertanya lanjut, pemberian waktu memberi arti tambahan
dan makna khusus. Pemberian waktu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
segera setelah guru bertanya dan setelah siswa memberi jawaban dari pertanyaan
yang kompleks.
5) Meningkatkan interaksi antara siswa
Guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan saling tukar pendapat
antarsiswa. Caranya ialah dengan meminta siswa memberi komentar atau
mengembangkan respon pertama.

Anda mungkin juga menyukai