Anda di halaman 1dari 7

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No.

2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D334

Pemodelan Tingkat Pengangguran Terbuka di


Provinsi Jawa Barat Menggunakan Regresi
Nonparametrik Spline Truncated
Novia Asri Kurniawati dan I Nyoman Budiantara)
Departemen Statistika, Fakultas Matematika, Komputasi, dan Sains Data
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: i_nyoman_b@statistika.its.ac.id

Abstrak—Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan jumlah angkatan kerja sebesar 22,391 juta jiwa.
indikator yang digunakan untuk menilai kesejahteraan sosial Permasalahan ini tentunya menjadi perihal yang perlu
masyarakat. Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2018 merilis diperhatikan, karena nilai tersebut sangat jauh dari tingkat
data TPT di Indonesia menurut provinsi yang menunjukan pengangguran terbuka nasional sendiri yang bernilai 5,34.
Provinsi Jawa Barat memiliki TPT tertinggi yaitu sebesar 8,22. Meningkatnya jumlah pengangguran merupakan salah satu
Terdapat empat faktor dari indikator sosial kependudukan
masalah sosial yang harus dihadapi. Peningkatan tersebut
yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran
terbuka di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 yaitu Tingkat
disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Dependency Ratio, Rata- penelitian tentang pengangguran yang dilakukan Sari [1],
rata Lama Sekolah dan Laju Pertumbuhan Ekonomi. Astuti [2], dan Wijaya [3] merupakan indikator yang
Berdasarkan analisa menggunakan scatterplot data yang telah berpengaruh yaitu indikator sosial, ekonomi, dan
diperoleh dari Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Barat pendidikan.
tahun 2017 menunjukan tidak adanya pola hubungan antara Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dengan faktor-faktor variabel yang berpengaruh signifikan/nyata terhadap
yang diduga berpengaruh sehingga pada penelitian ini pengangguran terbuka di Jawa Barat dengan menggunakan
digunakan metode regresi nonparametrik spline truncated. pendekatan regresi spline. Regresi nonparametrik spline
Hasil analisa menunjukan bahwa variabel TPAK, Dependency
Ratio, Rata-rata Lama Sekolah dan Laju Pertumbuhan
merupakan metode yang tepat untuk digunakan karena
Ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat spline merupakan salah satu potongan polinomial yang
Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Barat tahun memiliki sifat fleksibilitas yang lebih baik jika dibandingkan
2017 dengan nilai koefisien determinasi 95,23. dengan polinomial biasa. Selain memiliki sifat fleksibilitas
tersebut, spline memiliki kemampuan untuk menganalisa
Kata Kunci—GCV, Koefisien Determinasi, Pengangguran data pada sub-sub interval tertentu mengalami perubahan
Terbuka, Regresi Nonparametrik Spline. perilaku. Model terbaik dari regresi nonparametrik spline
adalah model yang memiliki nilai generalized cross
I. PENDAHULUAN validation (GCV) minimum yang diperoleh dari nilai
terkecil beberapa knot dan kombinasi knot.
T ERCAPAINYA kesejahteraan masyarakat merupakan
wujud dari pemerintah Indonesia dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah dalam II. TINJAUAN PUSTAKA
meningkatkan kesejahteraan adalah meningkatkan stabilitas A. Statistika Deskriptif
nasional, memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
iklim investasi, dan menekan angka pengangguran. Statistika Deskriptif merupakan metode pengumpulan dan
Pengangguran merupakan beban pekerjaan penting yang penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi
harus segera ditangani oleh pemerintah, khususnya Dinas yang berguna. Metode ini bertujuan untuk menguraikan
Tenaga Kerja. Tingginya angka pengangguran di Indonesia tentang karakteristik dari suatu keadaan dan membuat
disebabkan karena tidak ada kesesuaian antara penawaran deskripsi atau gambaran yang sistematis dan akurat
tenaga kerja dengan kebutuhan di pasar tenaga kerja. Serta mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari fenomena yang
jumlah penduduk yang semakin meningkat yang tidak diselidiki [4].
diimbangi dengan pertumbuhan lapangan usaha yang ada. B. Regresi Nonparametrik Spline Truncated
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk
Regresi nonparametrik merupakan salah satu model
terbesar di Indonesia. Pada tahun 2017 penduduk Jawa Barat regresi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara
sudah mencapai 48,03 juta jiwa. Badan Pusat Statistika
variabel respon dengan variabel prediktor yang tidak
merilis jumlah pengangguran di Jawa Barat dari tahun 2014 diketahui bentuk kurva regresinya [5]. Model regresi
hingga tahun 2017 mengalami fluktuasi. Tahun 2017
nonparametrik dapat ditulis sebagai berikut.
Provinsi Jawa Barat menunjukkan wilayah dengan tingkat
pengangguran terbuka sebesar 8,22. Artinya dari 100 orang y  f  x    , i  1, 2, 3, ..., n (1)
i i i

angkatan kerja Jawa Barat, ada sekitar 8-9 orang yang dimana yi adalah variabel respon ke-i, f  x i
 adalah
belum terserap di pasar kerja. Meskipun mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, namun Jawa Barat fungsi regresi yang tidak diketahui bentuk kurva regresinya,
merupakan wilayah dengan rata-rata tingkat pengangguran dan residual random dinyatakan  i

IIDN 0, 
2
. Fungsi
terbuka tertinggi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D335

spline truncated diperoleh dari hasil penjumlahan antara Pengujian secara individu berfungsi untuk mendeteksi
fungsi polinomial dengan fungsi truncated. Misal fungsi apakah parameter secara individual mempunyai pengaruh
spline truncated berorde p dengan titik knot K1 , K 2 , ..., K r yang signifikan terhadap variabel respon. Hipotesis
pengujian secara parsial sebagai berikut.
sehingga kurva regresi yang terbentuk yaitu f  x  , lebih i H : 0
0 j

rinci dapat dituliskan menjadi persamaan sebagai berikut:


p r
H :   0, j  1, 2, ..., p  r
 x   x
1 j

f  xi    K r 
j p

j i pr i
(2) Pengujian secara individu dilakukan dengan menggunakan
j 0 k 1
uji t [7]. Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
dimana ˆ j
p r
t hitung  (8)
yi   x   x  K r    i ; i  1, 2, ..., n SE  ˆ j 
j p

j i pr i
j 0 k 1
dengan
dengan,
Var  ˆ   var  X X  X Y
1

 x  K 
' T

, xi  K r  (9)
p

x  Kr  
p j

i r
(3)
atau p-value <  .

 0
i
, xi  K r Tolak H0 jika t hitung  t / 2; n  p  r  1
Titik xi  K r adalah titik knot yang menggambarkan pola Sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa parameter ke-j
berpengaruh signifikan. R2 digunakan sebagai indikator
perubahan fungsi pada sub interval yang berbeda dan nilai p
kebaikan model, yang diberikan sebagai berikut.
adalah derajat polinomial. n
Estimasi parameter model regresi nonparametrik spline
  yˆ - y
2

dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least SS Re gresi i

R  
2 i 1

Square (OLS) sebagai berikut. n


(10)
SS total
 y - y
2

 
1
βˆ  X X
T T
X y (4)
i
i 1

E. Pengujian Asumsi Residual


C. Pemilihan Titik Knot Optimal
1. Asumsi Identik
Titik knot merupakan titik perpaduan dimana terdapat Asumsi identik terpenuhi apabila varians antar residual
perubahan perilaku pola kurva pada interval yang berlainan sama, atau tidak terjadi heteroskedastisitas [8].
[6]. Salah satu metode yang sering digunakan untuk memilih
var  yi   var   i    ; i  1, 2, ..., n (11)
2

titik knot optimal adalah metode Generalized Cross


Validation (GCV). Model regresi spline terbaik diperoleh Uji identik dapat menggunakan uji Glejser. Hipotesis yang
dari titik knot optimal dengan melihat nilai GCV terkecil. digunakan adalah sebagai berikut:
Metode GCV dapat dituliskan sebagai berikut. H 0 :  1   2  ...   n  
2 2 2 2

MSE  K 
GCV  K   H1 : Minimal ada satu  i   ; i  1, 2, ..., n
2 2
(5)
n trace  I  A  
2
1

Statistik uji yang digunakan adalah,


 n
  / v  1
Dimana I merupakan matriks identitas, n adalah
  i  
2

pengamatan, K   K , K , ..., K  merupakan titik-titik knot,


1 2 r
i 1
Fhitung  (12)
 n
  
n

MSE  K   n
1
 y  fˆ  xi  
   i  ˆi
2
2

 / v  1
i
(6)
i 1
i 1

Serta A  X  X X  X . Tolak H0 jika Fhitung  F ; v 1, n  v  atau p-value   dimana


-1
T T

nilai v adalah banyaknya parameter model Glejser.


D. Pengujian Parameter Model
2. Asumsi Independen
1. Pengujian Secara Serentak Uji independent digunakan untuk mengetahui ada
Pengujian secara serentak dilakukan untuk mengetahui tidaknya korelasi antar residual. Salah satu cara untuk
signifikansi parameter model regresi secara bersama-sama. mendeteksi residual bersifat independen atau tidak dengan
Hipotesis menggunakan plot Autocorrelation Function (ACF) [9].
H :     ...    0
0 1 2 pr Interval konfidensi untuk parameter  diberikan oleh. k

H 1 : minimal ada satu  j  0, j  1, 2, ..., p  r t n 1; / 2 SE (  k )   k  t n 1; / 2 SE (  k ) (13)


Nilai p+r merupakan banyak parameter dalam model regresi
1   .
1
nonparametrik spline kecuali  . SE (  )   ...  2 
2 2

0
dimana k 1 k 1
Apabila tidak
n
Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut.
terdapat nilai autokorelasi yang keluar dari batas signifikansi
MS regresi menunjukkan asumsi independen terpenuhi.
Fhitung  (7)
MS residual 3. Distribusi Normal
Pengujian asumsi berdistribusi normal dilakukan untuk
Tolak H0 jika F hitung
 F ; p  r , n  p  r 1 atau p-value <  [7]. mengetahui apakah residual suatu data telah mengikuti
2. Pengujian Secara Parsial distribusi normal. Uji yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov [10].
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D336

Hipotesis: IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


H 0 : F0  x   F  x  (residual mengikuti distribusi normal) A. Karakteristik Tingkat Pengangguran Terbuka
H 1 : F0  x   F  x  (residual tidak mengikuti distribusi normal) Berikut merupakan karakteristik data dari empat faktor
Statistik uji yang digunakan sebagai berikut. yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengangguran
terbuka di Provinsi Jawa Barat.
D  Sup F  x   F  x  (14)
n 0
x Tabel 2.
Statistika Deskriptif
Tolak H0 apabila D  D atau p-value < α.
Variabel Rata-rata Variansi Min Maks
y 8,168 2,801 3,920 10,970
F. Pengangguran Terbuka x1 63,021 5,624 57,690 66,600
Pengangguran merupakan keadaan seseorang belum x2 47,210 25,080 37,270 58,100
mendapatkan pekerjaan dimana seseorang tersebut termasuk x3 8,432 2,189 6,610 10,930
x4 5,780 0,370 4,890 7,210
dalam angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka adalah
persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan Berdasarkan Tabel 2, Tingkat Pengangguran Terbuka
kerja. Tingkat penggangguran terbuka sebagai indikasi (Y) tertinggi pada tahun 2017 adalah Kabupaten Bekasi
besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam yaitu sebesar 10,97. Sedangkan kabupaten/kota yang
pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi memiliki TPT terendah di Kabupaten Pangandaran yaitu
menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang sebesar 3,340. Rata-rata TPT tiap kabupaten/kota di Provinsi
tidak terserap pada pasar kerja [11]. Jawa Barat selama tahun 2017 adalah sebesar 8,168 dengan
varians sebesar 2,801. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(X1) terendah terdapat di Kabupaten Depok dan TPAK
III. METODOLOGI PENELITIAN
tertinggi terdapat pada Kabupaten Cianjur. Dependency
A. Sumber Data Ratio (X2) terendah sebesar 37,27 di Kota Subang dan
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data tertinggi di Kabupaten Bogor. Rata-rata lama sekolah (X3)
sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistika Provinsi Kabupaten Sukabumi mengenyam pendidikan lebih lama
Jawa Barat tahun 2017. Unit penelitian yang digunakan dibandingkan dengan Kabupaten Cirebon. Hal tersebut
merupakan 27 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. dapat dilihat dari tingginya angka rata-rata lama sekolah di
Kota Kabupaten Sukabumi daripada di Kabupaten Cirebon.
B. Variabel Penelitian Laju pertumbuhan PDRB (X4) terendah di Kabupaten Bogor
Variabel respon yang digunakan dalam penelitian ini dan laju pertumbuhan PDRB tertinggi terdapat di Kota
adalah tingkat pengangguran terbuka Provinsi Jawa Barat, Banjar.
sedangkan variabel prediktor yang diduga berpengaruh
B. Pola Data Antara Tingkat Pengangguran Terbuka
adalah sebagai berikut.
dengan Variabel yang Diduga Mempengaruhi
Tabel 1.
Variabel Penelitian
Langkah pertama dalam melakukan analisis regresi
Skala adalah membuat scatterplot untuk mengetahui pola
Variabel Keterangan
Y Tingkat Pengangguran Terbuka Rasio
hubungan variabel prediktor terhadap variabel respon yaitu
X1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Rasio tingkat pengangguran terbuka. Gambar 1 menunjukkan
X2 Dependency Ratio Rasio bahwa pola hubungan antara tingkat pengangguran terbuka
X3 Rata-rata Lama Sekolah Rasio dengan seluruh variabel prediktor tidak membentuk pola
X4 Laju Pertumbuhan PDRB Rasio
tertentu, sehingga metode yang digunakan adalah regresi
C. Langkah Analisis nonparametrik spline.
Langkah analisis yang digunakan pada penelitian ini
x1 x2
adalah sebagai berikut. 12

1. Melakukan analisis statistika deskriptif terhadap 10

variabel-variabel penelitian. 8
2. Membuat scatterplot antara Tingkat Pengangguran
6
Terbuka di Provinsi Jawa Barat dengan masing-masing
4
variabel yang diduga untuk mengetahui bentuk pola data. 58 60 62 64 66 40 45 50 55 60
y

3. Memodelkan data menggunakan regresi nonparametrik x3 x4


12
spline truncated linear dengan satu, dua, tiga, dan
10
kombinasi knot.
4. Menentukan titik knot paling optimal berdasarkan nilai 8

GCV paling minimum. 6

5. Mendapatkan model regresi spline dengan titik knot 4

paling optimal. 7 8 9 10 11 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0

6. Menguji signifikansi parameter regresi spline secara Gambar 1. Scatterplot Variabel Prediktor Terhadap Respon.
serentak
7. Melakukan uji parameter regresi spline secara parsial. C. Pemodelan Tingkat Pengangguran Terbuka
8. Melakukan uji asumsi residual IIDN dari model regresi Penelitian ini akan digunakan pemodelan tingkat
spline. pengangguran di Jawa Barat menggunakan pendekatan
9. Menginterpretasikan model dan menarik kesimpulan. regresi nonparametrik spline truncated linear. Model spline
yang digunakan adalah model dengan satu, dua, tiga, serta
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D337

kombinasi titik knot. Berikut merupakan model estimasi menggunakan empat faktor variabel prediktor adalah
regresi nonparametrik spline truncated dengan satu titik sebagai berikut.
yˆ  ˆ0  ˆ11 x1  ˆ12  x1  K 1    ˆ13  x1  K 2    ˆ  x  K  
knot menggunakan empat variabel prediktor. 1 1 1

14 1 3 

yˆ  ˆ0  ˆ11 x1  ˆ12  x1  K1   ˆ21 x2  ˆ22  x2  K 2   ˆ31 x3  ˆ21 x2  ˆ22  x2  K 4    ˆ23  x2  K 5    ˆ24  x2  K 6   
1 1 1 1 1

ˆ32  x3  K 3   ˆ41 x4  ˆ42  x4  K 4  ˆ31 x3  ˆ32  x3  K 7    ˆ33  x3  K 8    ˆ34  x3  K 9   


1 1 1 1 1

ˆ41 x4  ˆ42  x4  K 10    ˆ43  x4  K 11    ˆ44  x4  K 12  


1 1 1

Pemilihan titik knot optimal pada satu titik knot


menghasilkan nilai GCV sebagai berikut Nilai GCV untuk model regresi nonparametric spline
truncated dengan tiga titik knot disajikan melalui Tabel 6.
Tabel 3.
Nilai GCV Satu Titik Knot Tabel 6.
Knot Nilai GCV Tiga Titik Knot
GCV Knot
x1 x2 x3 x4 GCV
x1 x2 x3 x4
2,723 62,418 48,323 8,902 6,121 62,600 48,748 8,990 6,168
2,778 57,872 37,695 6,698 4,937 1,251 62,963 49,598 9,167 6,263
2,780 62,236 47,898 8,814 6,074 63,145 50,023 9,255 6,310
2,823 62,600 48,748 8,990 6,168 60,599 44,072 8,021 5,648
1,300 60,963 44,922 8,197 5,742
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai GCV paling 63,872 51,723 9,608 6,500
minimum berdasarkan hasil iterasi untuk satu titik knot 62,600 48,748 8,990 6,168
1,324 62,781 49,173 9,079 6,216
adalah sebesar 2,723 dengan rincian letak titik knot sebagai 63,327 50,448 9,343 6,358
berikut. 60,599 44,072 8,021 5,648
K1=62,418 ; K2=48,323 ; K3=8,902 ; K4=6,121 1,331 60,963 44,922 8,197 5,742
Setelah mendapatkan knot optimum dari satu titik knot, 63,691 51,298 9,519 6,452
langkah analisis selanjutnya dilakukan dengan pemilihan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai GCV yang dihasilkan
titik knot optimum menggunakan dua titik knot. Estimasi melalui iterasi memiliki nilai paling minimum sebesar 1,251
model regresi nonparametrik spline truncated dengan empat dengan rincian letak knot sebagai berikut.
variabel prediktor menggunakan dua titik knot adalah
Tabel 7.
sebagai berikut. Letak Titik Knot Optimum dengan Tiga Titik Knot
X1 X2 X3 X4
yˆ  ˆ0  ˆ11 x1  ˆ12  x1  K 1    ˆ13  x1  K 2    ˆ21 x2 
1 1

K1=62,600 K4=48,748 K7=8,990 K10=6,168


K2=62,969 K5=49,598 K8=9,167 K11=6,263
ˆ22  x2  K 3    ˆ23  x2  K 4    ˆ31 x3  ˆ32  x3  K 5   
1 1 1

K3=63,145 K6=50,023 K9=9,255 K12=6,310

ˆ33  x3  K 6    ˆ41 x4  ˆ42  x4  K 7   ˆ43  x4  K 8  Pemilihan titik knot dengan kombinasi titik knot perlu
1 1 1

dilakukan karena terdapat kemungkinan jumlah titik knot


optimal dari setiap variabel berbeda-beda. Pada Tabel 8
Berikut merupakan nilai GCV dengan menggunakan dua disajikan hasil nilai GCV untuk model regresi
titik knot di setiap variabel prediktor. nonparametrik spline truncated dengan kombinasi knot.
Tabel 8.
Tabel 4. Nilai GCV Kombinasi Titik Knot
Nilai GCV Dua Titik Knot
Knot
Knot GCV
GCV x1 x2 x3 x4
x1 x2 x3 x4
62,600 48,748 8,902 6,121
62,418 48,323 8,902 6,121 0,737 62,963 49,598 8,990
2,131
62,600 48,748 8,990 6,168 63,145 50,023
57,690 37,270 6,610 4,890
2,381 62,600 48,748 8,990 6,121
66,600 58,100 10,930 7,210 0,803 62,963 49,598 9,167
61,327 45,772 8,373 5,837
2,609 63,145 50,023 9,255
61,509 46,197 8,461 5,884
62,600 48,748 8,902 6,121
62,236 47,898 8,814 6,074
2,659 0,859 62,963 49,598 8,990 6,168
62,600 48,748 8,990 6,168 63,145 50,023
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai GCV minimum yang 62,600 48,748 8,990 6,121
0,942 62,963 49,598 9,167 6,168
diperoleh adalah 2,131 dengan dua titik knot optimum untuk 63,145 50,023 9,255
masing-masing variabel adalah sebagai berikut.
Informasi yang dapat diketahui berdasarkan Tabel 8
Tabel 5. adalah nilai GCV paling minimum dihasilkan pada
Letak Titik Knot Optimum dengan Dua Titik Knot kombinasi titik knot (3,3,2,1) sebesar 0,737 dengan titik
X1 X2 X3 X4 knot sebagai berikut.
K1=62,418 K3=48,323 K5=8,902 K7=6,121
Tabel 9.
K2=62,600 K4=48,748 K6=8,990 K8=6,168
Letak Titik Knot Optimum dengan Kombinasi Titik Knot
X1 X2 X3 X4
Langkah selanjutnya adalah pemilihan titik knot K1=62,600 K4=48,748 K7=8,902 K9=6,121
optimum menggunakan tiga titik knot. Estimasi model K2=62,969 K5=49,598 K8=8,990
K3=63,145 K6=50,023
regresi nonparametrik spline truncated dengan tiga titik knot
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D338

Setelah didapatkan hasil knot optimum yang diperoleh Tabel 12.


Hasil Pengujian Parameter Secara Serentak
pada satu, dua, tiga serta kombinasi titik knot, dilakukan
Variabel Parameter Estimator p-value Keputusan
perbandingan sebagai dasar pemilihan model terbaik.
0 73,11855 4,70E-05 Signifikan
D. Pemilihan Titik Knot Optimal
Nilai GCV minimum pada pemilihan titik knot optimal  11 -0,10636 0,4899 Tidak Sig*

dengan satu titik knot, dua titik knot, tiga titik knot, dan  12 -22,565 4,42E-05 Signifikan
kombinasi titik knot ditampilkan sebagai berikut. X1
 13 54,14841 5,19E-05 Signifikan
Tabel 10.
Nilai GCV Minimum Titik Knot Optimal  14 -31,1174 0,0001 Signifikan
GCV Jumlah Knot
 21 -1,05667 2,99E-06 Signifikan
2,723 1
2,131 2  22 7,819532 1,54E-05 Signifikan
1,251 3 X2
0,737 Kombinasi (3,3,2,1)  23 -20,1096 2,15E-05 Signifikan
Berdasarkan model dengan satu, dua, tiga maupun  24 14,21741 3,18E-05 Signifikan
kombinasi knot, model terbaik didapatkan dari nilai GCV
paling minimum yaitu pada kombinasi knot (3,3,2,1) dengan  31 -0,14216 0,6142 Tidak Sig*
nilai GCV sebesar 0,737. X3  32 17,06528 0,0447 Signifikan
E. Pengujian Signifikansi Parameter Model Regresi
 33 -20,9973 0,0212 Signifikan
Nonparametrik Spline
1. Uji Serentak  41 -1,20542 0,0081 Signifikan
X4
Pengujian secara serentak ini dilakukan untuk menguji
 42 1,00513 0,2605 Tidak Sig*
estimasi parameter model secara bersamaan (simultan).
Nilai α yang digunakan sebesar 0,05. Berikut ini adalah Sig* = Signifikan
hasil analisis ragam model regresi nonparametrik spline.
G. Pengujian Asumsi Residual
Tabel 11. 1. Asumsi Identik
ANOVA Model Regresi Spline Berikut merupakan hasil pengujian asumsi residual
Sumber Sum of Mean Square identik dengan menggunakan uji Glejser pada Tabel 13.
df Fhitung
variasi Square (SS) (MS)
Regresi 13 61,35293 4,719457 Tabel 13.
Residual 10 3,070061 0,3070061 15,37252 Hasil Pengujian Glejser
Total 23 64,423 -
Sumber Sum of Mean Square
df Fhitung
variasi Square (SS) (MS)
Berdasarkan hasil tabel ANOVA pada Tabel 11 Regresi 13 0,8728862 0,06714509
diperoleh nilai p-value sebesar 6,78E-05. Karena p-value < Residual 10 0,7853663 0,07853663 0,8549525
𝛼 dengan 𝛼 = 0,05 maka dapat diambil keputusan tolak H0 Total 23 1,658252 -
yang menunjukkan bahwa minimal ada satu parameter yang
berpengaruh signifikan terhadap model. Selanjutnya Berdasarkan hasil Tabel 13 diperoleh nilai statistik uji F
dilakukan pengujian secara parsial untuk melihat parameter sebesar 0,855 dengan p-value sebesar 0,612. Karena
yang berpengaruh secara signifikan. diperoleh p-value > 𝛼 dengan 𝛼 = 0,05 maka dapat diambil
keputusan gagal tolak H0 yang menunjukkan bahwa tidak
2. Uji Parsial
terdapat heteroskesdastisitas. Sehingga dapat dikatakan
Pengujian secara parsial atau individu menggunakan uji
bahwa asumsi identik pada residual terpenuhi.
𝑡. Berikut merupakan hasil pengujian parameter secara
individu dari model regresi spline yang ditampilkan pada 2. Asumsi Indipenden
Tabel 12. Berikut merupakan hasil uji independen menggunakan
plot Autocorrelation Function (ACF).
F. Penaksiran Parameter Model Regresi Nonparametrik
Spline Empat Variabel Prediktor 1.0

Model tersebut merupakan model dengan nilai GCV 0.8

0.6
terkecil, didapatkan model terbaik yaitu model regresi
0.4
nonparametrik spline dengan tiga titga titik knot dengan
Autocorrelation

0.2
empat variabel prediktor. 0.0

-0.2

yˆ  73,119   0,106  x1   22, 565  x1  62, 60  


1
-0.4

-0.6

54,148  x1  62, 96    31,117  x  63,15  


1 1
-0.8
1
 
-1.0

 1, 057  x  7, 820  x2  48, 75    20,110  x2  49, 60  


1 1
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
2
 
Lag

14, 217  x2  50, 02    0,142  x3  17, 065  x3  8, 90  


1 1

 
Gambar 2. Plot ACF Residual.

 20, 997   x3  8, 99    1, 205  x4  1, 005  x  6,12 


1 1

4
 
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D339

yˆ   1, 057  x2  7, 820  x2  48, 75  


Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa tidak 1

terdapat  k yang keluar dari batas signifikansi. Hal ini 

menunjukkan bahwa tidak terdapat kasus autokorelasi pada  20,110  x 2


 49, 60   14, 217  x2  50, 02 
1


1


residual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reidual
memenuhi asumsi independen.  1, 057 x2 ; x1  48, 75
 6, 763 x  381, 23 ; 48, 75  x  49, 60
3. Distribusi Normal 

2 2

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah  13, 347 x 2


 616, 23 ; 49, 60  x 2
 50, 02
residual mengikuti distribusi normal. 
 0, 97 x2  94, 90 ; x2  50, 02
Apabila kabupaten/kota dengan nilai dependency ratio
diantara 49,60 persen hingga 50,02 persen dan apabila
naik 0,1 persen, maka tingkat pengangguran terbuka
yang termasuk dalam interval tersebut akan cenderung
turun sebesar 13,347 persen. Kabupaten/kota yang
termasuk pada segmen ini adalah Kabupaten Bandung.
3. Hubungan antara rata-rata lama sekolah (X3) terhadap
tingkat pengangguran terbuka (Y) dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan adalah sebagai berikut.
yˆ   0,142  x3  17, 065  x3  8, 90  
1

 20, 997  x3  8, 99 1


Gambar 3. Uji Kolmogorov-Smirnov.
 0,142 x3 ; x3  8, 90
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada 
 16, 923 x3  151, 88 ; 8, 90  x3  8, 99
Gambar 3 diperoleh nilai p-value sebesar >0,150. Karena p-  4, 074 x  36, 88 ; x3  8, 99
value > α dengan α = 0,05 maka dapat diambil keputusan  3

gagal tolak H0 yang menunjukkan bahwa residual Apabila kabupaten/kota dengan nilai tingkat rata-rata
berdistribusi normal. lama sekolah lebih dari 8,99 persen dan naik 0,1 persen
mengakibatkan penurunan tingkat pengangguran terbuka
H. Nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 4,074 persen. Kabupaten/kota yang termasuk
Model regresi nonparametrik spline linier dengan pada segmen ini adalah Kota Bogor, Kota Sukabumi,
kombinasi knot menghasilkan nilai R2 sebesar 95,23% yang Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,
artinya keempat variabel prediktor mampu menjelaskan Kota Cimahi, dan Kota Tasikmalaya.
sebesar 95,23% permasalahan Tingkat Pengangguran 4. Hubungan antara laju pertumbuhan PDRB (X4) terhadap
Terbuka di Provinsi Jawa Barat. tingkat pengangguran terbuka (Y) dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan adalah sebagai berikut.
I. Interpretasi Model Regresi Nonparametrik Spline
yˆ   1, 205  x4  1, 005  x4  6,12 
1
1. Hubungan antara tingkat partisipasi angkatan kerja (X1) 
terhadap tingkat pengangguran terbuka (Y) dengan
 1, 205 x4 ; x4  6,12
asumsi variabel lain dianggap konstan adalah sebagai 
berikut. 0, 20 x4  6,15 ; x4  6,12
yˆ   0,106  x1   22, 565  x1  62, 60  
1 Apabila kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan PDRB
 kurang dari 6,12 persen dan naik 0,1 persen
54,148  x1  62, 96    31,117  x1  63,15 
1 1 mengakibatkan kenaikan tingkat pengangguran terbuka
  sebesar 4,48 persen. Kabupaten/kota yang termasuk pada
segmen ini adalah Kabupaten Bogor, Kabupaten
 0,106 x1 ; x1  62, 60
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut,
22, 671x  1412, 57
 ; 62, 60  x1  62, 96 Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten

1
Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang,
 31, 447 x1  1996, 59 ; 62, 96  x1  63,15
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kota

 0, 36 x1  31, 55 ; x1  63,15 Sukabumi, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Cimahi,
Apabila kabupaten/kota dengan nilai tingkat partisipasi Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.
angkatan kerja kurang dari 62,60 persen dan nilainya
naik 0,1 persen dengan asumsi variabel prediktor lain V. KESIMPULAN DAN SARAN
tetap, maka tingkat pengangguran terbuka akan turun
sebesar 0,106 persen. Kabupaten/kota yang termasuk Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
pada interval ini adalah Kabupaten Cianjur, Kabupaten bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Jawa
Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sumedang, Barat didapatkan kabupaten/kota yang memiliki TPT
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat, Kota tertinggi pada tahun 2017 adalah Kabupaten Bekasi yaitu
Bogor, dan Kota Sukabumi. sebesar 10,97. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki
2. Hubungan antara dependency ratio (X2) terhadap tingkat TPT terendah di Kabupaten Pangandaran yaitu sebesar
pengangguran terbuka (Y) dengan asumsi variabel lain 3,340. Rata-rata TPT tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa
dianggap konstan adalah sebagai berikut. Barat selama tahun 2017 adalah sebesar 8,168 dengan
varians sebesar 2,801.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 8, No. 2 (2019), 2337-3520 (2301-928X Print) D340

Pemodelan dengan regresi nonparametrik spline DAFTAR PUSTAKA


truncated, model terbaik dihasilkan menggunakan empat [1] R. Sari and et al, “Pemodelan Pengangguran Terbuka di Jawa
variabel. variabel yang berpengaruh terhadap TPT di Timur Menggunakan Regresi Spline Multivariabel,” J. Sains dan
Provinsi Jawa Barat adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Seni ITS, vol. 1, 2012.
Kerja (TPAK) (𝑥1), Dependency Ratio (𝑥2), Rata-rata Lama [2] W. Astuti, “Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat
Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Menggunakan
Sekolah (𝑥3), dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (𝑥4). Regresi Data Panel,” J. Sains dan Seni ITS, vol. 6, 2017.
Koefisien deterninasi (R2) yang dihasilkan oleh model [3] A. Wijaya and et al, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
sebesar 95,23% yang memiliki arti bahwa keempat variabel Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Aceh Tahun 2015
prediktor mampu menjelaskan sebesar 95,23% dengan Regresi Nonparametrik Spline Truncated,” Surabaya,
permasalahan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi 2018.
Jawa Barat sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak [4] R. Walpole, Pengantar Metode Statistika, 3rd ed. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
termasuk dalam model. [5] R. Eubank, Nonparametric Regression and Spline Smoothing,
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah 2nd ed. Texas: Department of Statistics Southern Methodist
sebaiknya Pemerintah Provinsi Jawa Barat baiknya menekan Dallas University, 1999.
tingkat pengangguran terbuka dengan upaya peningkatan [6] Budiantara, “Metode U, GLM, CV, dan GCV dalam Regresi
partsipasi angkatan kerja terutama di Kota Bandung, Non-Parametrik Spline,” Maj. Ilm. Himpun. Mat. Indones., vol. 6,
pp. 41–45, 2000.
menaikkan angka dependency ratio, meningkatkan
[7] D. N.R and S. H., Analisis Regresi Terapan. Jakarta: Gramedia
pendidikan yang dilihat dari rata-rata lama sekolah, dan Pustaka Utama, 1992.
meningkatkan angka laju pertumbuhan PDRB karena faktor [8] D. Gujarati, Basic Econometrics, 4th ed. New York: Mc Graw
tersebut berpengaruh secara signifikan. Penelitian ini Hill Companies, 2004.
merupakan pemodelan regresi nonparametrik spline yang [9] W. Wei, Time Series Analysis: Univariate and Multivariate
belum memperhitungkan pengaruh spasial, oleh karena itu Methods. Pearson Addison Wesley, 2006.
pada penelitian selanjutnya perlu dikembangkan menjadi [10] W. Daniel, Statistika Nonparametrik Terapan. Jakarta: Gramedia
regresi nonparametrik spasial. Pustaka Utama, 1989.
[11] BPS Jawa Barat, “Laporan Eksekutif Keadaan Angkatan Kerja
Provinsi Jawa Barat Agustus 2018,” 2018.

Anda mungkin juga menyukai