PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
i
ii
OLEH
TELAH DI SETUJUI
TANGGAL : MARET 2016
PROF. DR. LILIANA TEDJOSAPUTRO, S.H PROF. DR. LILIANA TEDJOSAPUTRO, S.H
NRP 111124 NRP 111124
ii
iii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Persetujuan........................................................................................... ii
Daftar Tabel........................................................................................................ iv
Abstrak................................................................................................................ 1
Abstract............................................................................................................... 2
Perumusan Masalah............................................................................................
Pembahasan.........................................................................................................
Kesimpulan.........................................................................................................
Saran....................................................................................................................
Daftar Pustaka
iii
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Kejuruan 2015...................................................................................121
iv
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
JAWA TENGAH
Oleh
Rudi Winarno, S.H.
Hukum Pidana Program Magister Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus 1945
Semarang
Abstrak
ABSTRAK
Pasal 200 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan memberikan tanggung jawab pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia atas terselenggaranya kegiatan dalam mewujudkan dan
memelihara keamanan lalu lintas dan angkutan jalan, salah satu tujuan tercapainya
keamanan adalah tercapainya juga keselamatan. Kenyataannya jumlah kecelakaan
lalu lintas pada tahun 2015 meningkat sebanyak 10 % yang berarti keselamatan itu
belum tercapai.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah penegakan
hukum pidana terhadap tindak pidana kecelakaan lalu lintas di Direktorat Lalu Lintas
POLDA Jawa Tengah?, 2. Kendala apa saja yang dihadapi Direktorat Lalu Lintas
POLDA Jawa Tengah dalam penegakan hukum pidana kecelakaan lalu lintas di Jawa
Tengah dan bagaimana upaya mengatasinya?. Metode penelitian hukum yang
digunakan dalam tesis ini adalah penelitian hukum yuridis empiris dan dianalisis
dengan cara kualitatif.
Berdasarkan Hasil Penelitian maka diketahui bahwa Penegakan hukum
terhadap tindak pidana kecelakaan lalu lintas dilaksanakan secara berbeda-beda
tergantung pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas tersebut. Kendala yang dihadapi
adalah UU Nomor 22 Tahun 2009 masih terlalu lembek dalam memberikan sanksi
atas pelanggaran yang berpotensi membahayakan pelaku dan orang disekelilingnya,
guna memecahkan permasalahan tersebut kepolisian meminta hakim agar
memberikan sanksi maksimal kepada pelaku pelanggaran. Kendala berikutnya yaitu
masih ada polisi yang melakukan pelanggaran hukum lalu lintas dan atau yang
menerima salam tempel dari pelanggar lalu lintas, upaya untuk mengatasinya adalah
dengan memberikan sanksi administratif secara tegas dan konsisten terhadap oknum
polisi tersebut. Masalah berikutnya masih banyaknya polisi lalu lintas yang belum
1
2
mengikuti pendidikan kejuruan lalu lintas, upaya untuk mengatasinya adalah dengan
mewajibkan pendidikan kejuruan lalu lintas 400 orang pertahunnya. Permasalahan
selanjutnya tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, upaya pemecahannya
adalah dengan melakukan penyuluhan lalu lintas diwilayah yang tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Masalah terakhir berkembangnya budaya kurang atau tidak
disiplin di masyarakat, upaya pemecahan masalahnya dengan mengadakan
penyuluhan arti penting patuh terhadap peraturan lalu lintas dan bahayanya budaya
kurang atau tidak disiplin terhadap perkembangan mental dan masa depan anak
dikemudian hari, penyuluhan dilaksanakan pada saat ada kegiatan dimasyarakat.
Saran yang diberikan adalah Kepolisian lebih giat dalam melakukan penjagaan lalu
lintas terutama di daerah rawan kecelakaan sehingga kecelakaan lalu lintas bisa
dikurangi dan dilakukannya koordinasi dengan pembina lalu lintas lainnya guna
mencari cara memecahkan masalah-masalah dalam penegakan hukum lalu lintas.
Indonesia juga mengakui tentang arti penting jalan terutama lalu lintas yang
19451, Indonesia memandang perlu mengatur tentang lalu lintas jalan secara lebih
Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sebagai
berikut:
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan huruf a dan huruf b di atas dapat
diketahui betapa pentingnya arti lalu lintas jalan bagi kemajuan bangsa ini. Selain
itu dari konsiderans tersebut juga diketahui bahwa salah satu maksud dibuatnya
keamanan dan keselamatan dalam berlalu lintas di Indonesia. Hal tersebut terlihat
dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan jalan
prosedur keselamatan tentu saja perlu diatur dalam Undang-Undang Lalu Lintas
dampak yang terjadi dari kecelakaan lalu lintas tersbut terhadap pengguna jalan.
4
Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku pihak yang bertanggung jawab atas
lintas dan angkutan jalan (Pasal 200 ayat (1)). Diharapkan dengan
keamanan dalam berlalu lintas di jalan dapat tercapai, dan dengan tercapainya
keselamatan dalam berlalu lintas di jalan, yang dapat diartikan juga dengan
2. Safety Riding;
3. Traffic Board;
6. Sekolah mengemudi.
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta ditunjuknya Kepolisian Negara
2
Djoko Susilo, 2009, Perkembangan Pembahasan RUU Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Direktorat Lalu Lintas POLRI, Jakarta, hlm.9.
5
dan memelihara keamanan lalu lintas dan angkutan jalan sehingga diharapkan
ternyata tidak selalu sesuai dengan harapan. Menurut data awal yang Penulis
peroleh dari Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah (POLDA) Jawa Tengah
ternyata jumlah kecelakaan lalu lintas di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2015
meningkat sebesar 10% bila dibandingkan dengan jumlah kecelakaan lalu lintas
di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2014, yaitu dari jumlah kecelakaan lalu
lintas sebesar 16.721 kasus pada tahun 2014 meningkat menjadi 18.427 kasus
kecelakaan.
tahun 2015 bila dibandingkan tahun 2014 tersebut menunjukkan bahwa salah satu
orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal ini Kepolisian Daerah (POLDA)
Jawa Tengah juga bisa dikatakan belum berhasil secara utuh guna menjamin
Jawa Tengah”.
B. Perumusan Masalah
2. Kendala apa saja yang dihadapi Direktorat Lalu Lintas POLDA Jawa Tengah
dalam penegakan hukum pidana kecelakaan lalu lintas di Jawa Tengah dan
C. Pembahasan
“Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana kecelakaan lalu lintas secara garis
besar dibedakan antara kecelakaan lalu lintas yang menonjol dan tidak menonjol.
meninggal dunia lebih dari lima, yang berdampak nasional seperti berakibat
meninggal dunia merupakan golongan VVIP yaitu presiden dan wakil presiden
beserta keluarganya atau tamu negara setingkat presiden, atau dari golongan VIP
yaitu pejabat negara, tamu negara setingkat pejabat negara, ketua atau anggota
MPR atau DPR RI, kepala staf angkatan atau kapolri, Muspida Tingkat Idan
Tingkat II, ketua partai politik, tokoh agama atau masyarakat berskala nasional,
mantan presiden dan wakil presiden, pejabat TNI dan polri (Dandim atau
Dannyon dan Kapolres atau Dansat ke atas), dan tamu negara dan pejabat
mulai sejak adanya laporan telah terjadinya kecelakaan lalu lintas, setelah
persiapan alat yang kira-kira dibutuhkan di TKP seperti antara lain alat
ada di TKP, meteran, kamera, garis polisi, alat pemadam kebakaran sederhana,
dan alat-alat lainnya yang dapat menunjang kinerja kepolisian di TKP kecelakaan
lalu lintas, setelah personil, kendaraan dan peralatan siap, berdasarkan laporan
ambulans, pemadam kebakaran, mobil derek dan lain-lain, bila perlu maka segera
Kompol Widada bisa disimpulkan bahwa tahapan di atas masih sebatas tahap
“Setelah semua selesai yang harus dilakukan oleh kepolisian adalah konsilidasi
lalu lintas menonjol setelah olah TKP kecelakaan lalu lintas terdapat beberapa
1. Melakukan
pada kasus kecelakaan lalu lintas menonjol terdapat tindakan lanjutan yang bisa
dikatakan sebagai bagian dari prosedur tindakan penyidikan oleh kepolisian lalu
lintas.
Menurut buku SOP yang penulis peroleh dari Ditlantas Polda Jawa
pelaku dan korban tindak pidana kecelakaan lalu lintas, berikut ini penulis
mencoba menjabarkan berbagai macam cara penyidikan bila dilihat dari subjek
1. Penyidikan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anggota VIP atau VVIP;
prosedurnya adalah:
Direktorat Lalu Lintas Polisi Daerah Jawa Tengah, 2012, Standard Operasional
3
Prosedur (SOP) Penanganan Laka Lantas dan Laka Lantas Menonjol, Kepolisian Daerah
Jawa Tengah, Semarang, hlm. 3-5.
11
prosedurnya adalah:
(Corp Diplomatik):
disita
umum:
c. Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang bukan anggota
bertabrakan dengan anggota TNI atau Polri sebagai pejalan kaki atau
pengemudi:
1) Amankan TKP;
a. Anggota TNI yang berpangkat Letkol atau setingkat kepala kesatuan yang
POM TNI.
14
Polri.
saksi.
penyelidikan;
b. Tindakan Selanjutnya:
kendaraan;
dan lain-lain).
penegakan hukum.
alangkah lebih arifnya kalau besaran sanksi berupa denda dalam peraturan
pelanggar maupun orang lain yang dapat terkena imbas dari pelanggaran
tersebut.
hukum, karena penegak hukumlah yang berusaha untuk membuat hukum itu
penghambat dari penegakan hukum lalu lintas yang berasal dari penegak
hukum, yaitu masih adanya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum lalu lintas dan adanya oknum petugas kepolisian yang masih
terutama dalam hal lalu lintas bukanlah hal yang langka kita temui di
perbuatan yang melanggar hukum. Ego yang merasa bahwa tidak akan ada
yang menilang dikarenakan dirinya adalah polisi dan yang berhak menilang
hukum lalu lintas. Istilah salam tempel dari pelanggar kepada penegak hukum
sudah menjadi rahasia umum sering dilakukan oleh oknum polisi yang tidak
sebagian uang denda yang telah menjadi Penghasilan Negara Bukan Pajak
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang isi
menimbulkan efek jera kepada pelanggar. Pendapat ini menurut penulis dapat
senantiasa memberikan sanksi yang rendah apalagi dalam hal ini sanksi
tersebut berwujud denda, maka tentu saja tidak akan menimbulkan efek jera.
penegakan hukum yang dilakukan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.
Faktor sarana yang diangkat oleh AKBP Pungky Bhuana adalaj kompetensi
dari Polisis Lalu Lintas di wilayah Jawa Tengah yang belum semuanya
memiliki kejuruan dibidang lalu lintas. Berikut ini tabel jumlah personil
kepolisian lalu lintas di Jawa Tengah dibandingkan yang belum dan yang
Tabel 1
Jumlah Personil Lantas Yang Sudah dan Belum Mempunyai Kejuruan Lalu
Lintas Pada Tahun 2015
No Sudah Mempunyai Belum Mempunyai Jumlah Total
Pangkat
. Kejuruan Kejuruan Personil
1 Kombes Pol 1 - 1
2 AKBP 8 - 8
3 Kompol 18 - 28
4 AKP 67 7 74
5 IPDA/IPTU 114 76 190
6 BINTARA 886 2.581 3. 467
Jumlah 1.094 2.664 3.758
4. Faktor masyarakat.
Permasalahan penegakan hukum lalu lintas saat ini bila dari faktor
5. Faktor Budaya.
penegakan hukum lalu lintas adalah budaya kurang disiplin yang tumbuh
kecenderungan untuk tidak mematuhi aturan hukum sangat tinggi dan bisa
efektifnya penegakan hukum lalu lintas maka diperlukan solusi untuk setiap
tersebut, akan tetapi dikarenakan hal itu tentu membutuhkan waktu yang sangat
melakukan pelanggaran hukum lalu lintas dan atau yang menerima salam tempel
agar tidak melakukan pelanggaran hukum lalu lintas lagi, sehingga tujuan agar
polisi tidak dipandang remeh dan dapat dijadikan panutan oleh masyarakat dapat
terwujud.”
anggota polisi lalu lintas yang belum mengikuti pendidikan kejuruan lalu lintas
dengan cara mewajibkan bagi setiap personil lalu lintas di wilayah Jawa Tengah
21
untuk mengikuti pendidikan kejuruan lalu lintas, setiap tahun sejumlah 400
yang masih rendah menurut AKBP Pungky Bhuana dapat ditembus dengan
tersebut dapat dipecahkan walaupun tidak dengan secara instan adalah dengan
mengadakan penyuluhan arti penting patuh terhadap peraturan lalu lintas dan
bahayanya budaya kurang atau tidak disiplin terhadap perkembangan mental dan
masa depan anak dikemudian hari. Penyuluhan tersebut dilaksanakan tidak hanya
dari sudut pandang hukum akan tetapi juga dari sudut pandamg psikologis oleh
ahlinya. Penyuluhan tersebut dapat dilakukan pada saat adanya kegiatan rutin
D. Kesimpulan
2. Kendala yang dihadapi Direktorat Lalu Lintas POLDA Jawa Tengah dalam
Nomor 22 Tahun 2009 yang masih terlalu lembek dalam memberikan sanksi
pelaku pelanggaran. Kendala berikutnya yaitu penegak hukum dalam hal ini
polisi yang malah melakukan pelanggaran hukum lalu lintas dan atau yang
menerima salam tempel dari pelanggar lalu lintas, upaya untuk mengatasinya
polisi lalu lintas yang belum mengikuti pendidikan kejuruan lalu lintas, upaya
penting patuh terhadap peraturan lalu lintas dan bahayanya budaya kurang atau
tidak disiplin terhadap perkembangan mental dan masa depan anak dikemudian
Daftar Pustaka
A. Buku
Djoko Susilo, 2009, Perkembangan Pembahasan RUU Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Direktorat Lalu Lintas POLRI, Jakarta.
23
Direktorat Lalu Lintas Polisi Daerah Jawa Tengah, 2012, Standard Operasional
Prosedur (SOP) Penanganan Laka Lantas dan Laka Lantas Menonjol,
Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Semarang
B. Peraturan Perundang-Undangan
Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor.
Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 96.